Makalah Pelabuhan Dan Pengoperasiannya
Makalah Pelabuhan Dan Pengoperasiannya
MELALUI LAUT
Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan suyukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan izin dan kekuatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan karya
tulis ilmah ini dengan judul “PENGARUH PELABUHAN TERHADAP
KELANCARAAN PERDAGANGAN MELALUI LAUT” tepat pada waktunya.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil
karya tulis ilmiah ini. Karena itu kami berharap semoga kara tulis ilmiah ini dapat
menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini kami sudah berusaha menyajikan
semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
pada karya tulis ilmiah ini. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi terciptanya karya tulis ilmiah yang baik selanjutnya. Dan
semoga dengan adanya karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca sekalian.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK..............................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian......................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. Pengertian, Peran dan Fungsi pelabuhan Dalam Proses Perdagangan Melalui
Laut...........................................................................................................................3
1. Pengertian Pelabuhan...........................................................................................3
2. Peran Pelabuhan...................................................................................................3
3. Fungsi Pelabuhan..................................................................................................4
B. Pengelolaan Pelabuhan Di Indonesia.......................................................................6
C. Pengguna Jasa Di Pelabuhan....................................................................................8
D. Kegiatan Operasi Pelabuhan....................................................................................9
1. Pemanduan............................................................................................................9
2. Penundaan...........................................................................................................10
3. Operasi Labuh.....................................................................................................12
4. Operasi Tambat...................................................................................................13
5. STS (ship to ship) Transfer.................................................................................14
6. Cargo Handling/Terminal Service......................................................................14
PENUTUP............................................................................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................................16
B. Saran........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar
menjadi poros maritim dunia. Poros maritim merupakan sebuah gagasan strategis
yang diwujudkan untuk menjamin konektifitas antar pulau, pengembangan industri
perkapalan dan perikanan, perbaikan transportasi laut serta fokus pada keamanan
maritim.
Pembangunan poros maritim dunia harus dibarengi dengan pembangunan pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi baru di sepanjang wilayah pesisir Alur Laut Kepulauan
Indonesia (ALKI), pulau-pulau kecil, dan wilayah perbatasan. Upaya itu tidak lain
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghasilkan produk dan jasa
kelautan yang bernilai ekonomi, meningkatkan kontribusi sektor kelautan perikanan
bagi perekonomian, serta menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar.
Dalam suatu negara maritim seperti halnya negara kita, peranan pelabuhan
sungguh sangat penting bagi kegiatan kemaritiman. Demikian juga bagi kepentingan
administrasi pemerintahan pada umumnya, serta dalam kegiatan perdagangan
melalui laut dan sebagainya, peranan semua institusi di pelabuhanan sangatlah
penting.Bidang kegiatan pelabuhan memang sangat luas sekali, meliputi pelayanan
terhadap kapal, pelayanan terhadap barang dan masih banyak lagi jenis-jenis
pelayanan lainnya. Di Indonesia, dengan kondisi natural yang memiliki wilayah
perairan dengan luas laut 81.000 km lebih dominan dibandingkan dengan daratan
menciptakan suatu tingkat ketergantungan yang relatif tinggi terhadap daya dukung
transportasi laut dalam proses perdagangannya.
Pelabuhan menjadi bagian dari rantai perdagangan melalui laut dan memliki peran
penting dalam menunjang kegiatan kemaritiman.Perdagangan melalui laut pada
prinsipnya merupakan aliran tiga proses pergerakkan yaitu transportasi darat yang
mengangkut komoditas dari pemilik barang menuju sebuah tempat dari pihak
keagenan kargo ataupun jasa penyimpanan barangsebelum dibawa dan ditanganidi
area pelabuhan untuk dinaikkan ke atas palka kapal.
1
Dalam hal ini pelaksanaan pelabuhan sangatlah penting untuk menunjang
kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal dan barang, keselamatan
dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra dan/atau antar moda dalam
perdagangan melalui laut.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat ditarik
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Adakah hubungan antara pelabuhan dengan perdagangan melalui laut?
2. Apa saja fungsi dan peran pelabuhan dalam menunjang kegiatan perdagangan
melalui laut?
3. Bagaimanakah pengelolaan kepelabuhan di Indonesia?
4. Siapa saja pengguna jasa pelabuhan?
5. Bagaimanakah kegiatan operasi di pelabuhan dalam pengangkutan intermodal
melalui laut?
B. Tujuan Penelitian
1. Mendiskripsikan pengaruh pelabuhan terhadap perdagangan melalui laut.
2. Mendiskripsikan peran dan fungsi pelabuhan dalam pengangkutan barang
melalui laut.
3. Mendeskripsikan pengelolaan kepelabuhanan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengguna jasa di pelabuhan.
5. Untuk mengetahui kegiatan operasional di pelabuhan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Peran Pelabuhan
Dalam kedudukan pelabuhan sebagai sub sistem terhadap pelayaran, dan
mengingat pelayaran sendiri adalah pembawa bendera mengikuti pola perdanganan
(ship follow the trade), maka pelabuhan menjadi salah satu unsur penentu terhadap
aktivitas perdagangan. Pelabuhan yang dikelola secara efisien akan mendorong
kemajuan perdagangan, bahkan industri di daerah belakang akan melaju dengan
sendirinya.
3
Apabila diamati perkembangan historis beberapa kota metropolitan terlebih
negara kepulauan seperti indonesia, maka pelabuhan turut membesarkan kota yang
dimaksud. Pelabuhan menjadi pemicu bertumbuhnya jaringan jalan raya, jaringan rel
kereta api, dan pergudangan tempat distribusi ataupun konsolidasi barang komoditas.
Jaringan sarana dan prasarana tranportasi darat menjadikan pelabuhan sebagai titik
simpul intramoda transportasi darat dan antarmoda transportasi darat – laut.
Biaya jasa di pelabuhan yang dikelola secara efisien dan profesional akan menjadi
rendah, sehingga bisnis pada sektor lain bertumbuh pesat. Pelabuhan berperan
sebagai focal point bagi perekonomian maupun perdagangan, dan menjadi kumpulan
badan usaha seperti pelayaran dan keagenan, pergudangan, freight forwarding, dan
angkutan darat.
3. Fungsi Pelabuhan
Fungsi sebuah pelabuhan secara umum adalah sebuah fasilitas di ujung samudera,
sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun
penumpang.Sedangkan secara khusus pelabuhan memiliki paling tidakada empat,
yaitu sebagai tempat pertemuan (interface), gapura (gateway), entitas
industri(industri entity), dan mata rantai transportasi.
Di pelabuhan terjadi pertemuan dua moda transportasi utama, yaitu darat dan laut
serta berbagai kepentingan yang saling tarkait.Pelabuhan berfungsi sebagai tempat
pertemuan (interface), maksudnya bahwa pelabuhan dengan segala fasilitasnya yang
tersedia dapat melakukan kegiatan pemindahan muatan dari angkutan laut (kapal)
keangkutan darat atau sebaliknya.
4
Dalam fungsi interfance, pelabuhan umumnya berfungsi penyedia fasilitas, bukan
operator interfance, kecuali kegiatan petikemas dan sebagian kegiatan yang
dilaksanakan usaha terminalnya. Institusi operator interfance di Indonesia ialah
perusahaan bongkar muat (PBM/Stevedoring).
b) Gapura (gateway)
Pelabuhan berfungsi sebagai gapura atau pintu gerbang suatu negara. Warga
negara dan barang-barang dari negara asing yang memiliki pertalian ekonomi masuk
ke suatu negara akan melewati pelabuhan tersebut. Dari fungsi pelabuhan yang
merupakan pintu gerbang suatu negara, citra negara sangat ditentukan dari
pelayanan, kelancaran serta kebersihan di pelabuhan tersebut. Pelayanan dan
kerbesihan di pelabuhan merupakan cermin dari negara yang bersangkutan.
5
Fungsi dari pelabuhan sebagai entitas industri (industri entity) dikarenakan
pelabuhan dapat miliki kawasan industri(industrial estate/zone) lengkap
denganjaringan & jasa transportasi. Dalam fungsi ini, pelabuhan dapatmendorong
tumbuh dan kembang perdagangan, transportasi, pelayaran, bahkan mampu
menstimulasi perkembangan industri (hinterland) reversibel (dapat balik).
d) Mata-Rantai Transportasi
Sebagai salah satu mata rantai transportasi dan Node asal sampai Node tujuan
barang. Pelabuhan punya fungsi link, unit kerja menjadi bagian sistem transportasi
laut dan transportasi lain yaitu udara, darat, kereta api dan sistem perpipaan,
khususnya yang berfungsi terminal penerima minyak dan gas untuk operasi
bangunan lepas pantai.
6
Secara mendasar, PT. Pelindo ditunjuk melayani jasa kepelabuhanan sesuai UU
Pelayaran dengan fungsi Operator Pelabuhan (port-operator). Fakta lapangan
menunjukkan berbagai fasilitas alur pelayaran, kolam sandar, dermaga, pergudangan,
serta fasilitas bongkar-muat disediakan oleh pemerintah melalui PT. Pelindo,
kemudian infrastruktur dan suprastruktur dipakai pihak ketiga dikenal dengan
Terminal Operator dilakukan perusahaan bongkar-muat, perusahaan pelayaran di
Indonesia, atau anak perusahaan dari PT. Pelindo sendiri.
Proses migrasi operasi jasa kepada pihak ketiga pada banyak aplikasi timbulkan
inefisiensi yang mereduksi kehandalan kepelabuhanan seperti penetapan &
perubahan biaya /biaya penanganan barang subjektif & sepihak. Sementara relasi
horizontal antar institusi pemerintah berkaitan penanganan jasa kepelabuhanan
secara eksis justru merupakan penyebab kontra-produktif kinerja kepelabuhanan
nasional. Banyak institusi miliki dan tetap pertahankan ego sektoral. Situasi ini
semakin memperbesar span of control proses manajemen penanganan barang dan
kapal di pelabuhan.
Karenanya jika persoalan operasi dan teknis timbul di problem spot maka
penanganan relatif sulit dan lambat. Efek yang terlihat & muncul ke permukaan
adalah inefisiensi, ekonomi biaya tinggi, potensi kongesti besar, sulit daya dukung
spasial pengembangan kewilayahan, serta minim ketersediaan finansial usaha
kepelabuhanan. Kemampuan pemasaran relatif minim akibat fungsi Pelindo sangat
pasif dan terkesan dilokalisir pada wilayah daerah, wilayah kerja dan perairan sekitar
pelabuhan saja, dan tidak langsung menstimulasi pergerakan barang di region
hinterland dan foreland.
Dari aspek tanggung jawab dan kewenangan pelaku usaha jasa kepelabuhan
adanya suatu pola yang cukup variatif. Faktor utama yang dipertimbangkan sebagai
fungsi variasi tanggung jawab dan kewenangan yaitu; infrastruktur (sarana fasilitas
bangunan dermaga dan pendukung), suprastruktur (peralatan bongkar muat), pola
operasi, dan penerapan tarif jasa yang dihasilkan.
7
tidak diusahakan karena fungsi agen pelayan publik maka pengoperasian tipe ini
berkesan sebagai obligasi politik pemerintah kepada publik dalam menunjang proses
perdagangan daerah kurang komersial. Tidak ada pelaku selain pemerintah, baik
pusat maupun lokal (pusat dan kabupaten/kota).
Pengkutuban serupa (konteks beda) yaitu pada pelabuhan khusus, justru memiliki
kebebasan relatif lebih besar (tertutup) dari intervensi pemerintah maupun publik
dalam kewenangan dan tanggung jawab (pada aspek yg dipakai). Sedang pelabuhan
komersial berada diantara kedua radikalisme, ada keterlibatan dari pemerintah,
operator (PT. Pelindo), dan publik (pihak swasta) dalam kewenangan dan tanggung
jawab pengelolaan. Walau fakta lapangan, masih relatif rendah partisipasi publik
dalam proses pengelolaan pelabuhan komersial secara nasional.
Pengguna jasa fasilitas pokok adalah pihak pemakai jasa yang terlibat langsung
dengan kapal berikut muatannya, diantaranya perusahaan operator kapal
(pengangkut), keagenan kapal asing, operator multimoda, perusahaan bongkar muat,
pergudangan, midstream (rede) transport, angkutan truk dan kereta api, dan
penumpang serta awak kapal laut.
8
penyedia fasilitas limbah, depo peti kemas, kawasan berikat, persewaan alat, dok dan
galangan kapal, dan pemasok air bersih untuk pelabuhan.
Demi menjaga keselamatan kapal dan muatan, pada saat kapal memasuki alur
pelayaran menuju kolam pelabuhan untuk berlabuh / merapat di dermaga, nakhoda
memerlukan advisor, yaitu seorang pandu. Pandu adalah seorang ahli berpengalaman
layar dan lulus sekolah pemanduan selama 1 tahun diadakan oleh Direktorat Jendral
Perhubungan Laut. Menurut Ordonasi Dinas Kepanduan 1927 (Loodsdients
Ordonasi 62/1927), disebut bahwa pandu hanya sebagai advisor, sedang tanggung
jawab keselamatan kapal tetap pada nakhoda.
Perairan yang ditentukan Direktorat Jendral Perhubungan Laut di mana kapal ukuran
tertentu (150 GRT ke atas) yang akan keluar masuk atau mengadakan gerakan
tersendiri. Jika masih dalam perairan pandu maka harus gunakan pandu.
Dalam pelayanan pandu di pelabuhan yang miliki alur pelayaran umumnya dibagi
dua, yaitu pandu Bandar yang memandu kapal di kolam pelabuhan ke batas luar
perairan wajib pandu, atau sebaliknya.
Tarif pemanduan didasarkan besar kapal (GRT, Gross Register Ton), jauh dekat
jarak pemanduan/lama waktu pemanduan dan faktor sulit tidaknya alur pelayaran.
Super intenden pandu dijabat oleh Administrasi Pelabuhan atau sekarang yang
dikenal sebagai Syahbandar. Atas saran pandu dapat beri dispensasi bebas tanpa
pandu kepada kapal yang melayari / mengadakan olah gerak tersendiri di perairan
wajib pandu dengan ketentuan pada saat tidak ada pandu, nakhoda sudah sering
9
keluar masuk perairan wajib pandu dimaksud. Pemberian dispensasi hanya sekali
pelayaran baik keluar /masuk.
• Kapal Perang Republik Indonesia & kapal Negara Republik Indonesia untuk
tugas pemerintah / Negara.
• Kapal penyeberangan (Ferry) yang secara tetap & teratur berlayar kurang dari 24
jam di perairan wajib pandu.
2. Penundaan
Penundaan disediakan sebagai alat bantu pandu. Pelayanan jasa pandu, tunda,
kepil dan telekomunikasi adalah rangkaian pelayanan tidak bisa dipisah dengan
pertimbangan keselamatan terhadap kapal keluar masuk pelabuhan, panjang kapal
tertentu harus pergunakan tunda sebagai sarana bantu pandu.
10
Tarif penggunaan kapal tunda untuk membantu pandu dihitung berdasarkan
besarnya kapal yang ditunda (GRT) dan lamanya penggunaan kapal tunda,
sedangkan besar kecilnya tenaga kapal tunda tidak mempengaruhi besar kecilnya
biaya yang dibebankan. Lamanya penggunaan kapal tunda dihitung sejak kapal tunda
berangkat dari pangkalan sampai kembali lagi ke pangkalan.
Pelabuhan memiliki daerah kerja di daratan dan juga di perairan. Batas di daratan
adalah garis pantai dan di perairan adalah titik-titik koordinat di laut yang telah
disahkan oleh Menteri Dalam Negeri atau minimal ditentukan oleh pemerintah
daerah provinsi. Perairan pelabuhan khususnya berupa kolam pelabuhan harus dapat
11
digunakan untuk berlabuh kapal dengan aman sambil menunggu pelayanan
berikutnya.
Pihak pelabuhan harus menjamin penggunaan kolam labuh kapal dengan aman,
oleh sebab itu:
Untuk menutup biaya perawatan kolam maka pada kapal yang menggunakan
perairan dipungut biaya labuh. Uang labuh dihitung berdasar besarnya kapal (GRT)
sejak kapal masuk sampai dengan meninggalkan perairan pelabuhan, kapal kecil ≤
3.5 GRT, kapal hanya melintasi perairan tersebut, kapal pemerintah (kapal perang,
kapal bea cukai, dll) tidak untuk kapal niaga. Kapal baru dibuat, selama di pelabuhan
tidak menaikkan / menurunkan barang atau penumpang. Kapal mati yang
ditempatkan di lokasi tertentu.
4. Operasi Tambat
12
bongkar dan muat / kurangi antrian kapal, ditempuh beberapa kebijaksanaan misal
kapal akan tambat harus serahkan manifes bongkar dan rencana muat, sertifikat kran
kapal untuk melihat kemampuan serta kehandalan kran kapal, serta
Cranesequencelist, atau dokumen tentang urutan pembongkaran barang.
Dari data tersebut, pihak pelabuhan menentukan lama bertambat, hingga tidak
ada alasan perlambat bongkar muat dan sanksi bila tidak tepat waktu kapal
dikeluarkan. Untuk jamin ketertiban dan kelancaran bongkar muat tiap hari, diawasi
supervisi dari pelabuhan, jika terjadi keterlambatan pihak kapal sudah diperingatkan
dahulu. Selain sanksi di atas, tambat diberikan batas waktu, bila melebihi batas
waktu, dikenakan tarif tambat 200% dari tarif dasar.
STS(ship to ship) Transfers adalah alih muatan langsung dari kapal ke kapal
dengan menggunakan pipa atau alat lainnya. Kegiatan ini dilakukan diperairan
sehingga kapal yang melakukan tidak bertambat ditambatan. Selain area perairan
STS transfers ada transfer Anchorage Area(TAA) adalah lokasi yang diperuntukan
untuk tempat berlabuh sementara yang ditetapkan berdasarka Notice to marine
(NTM).
Dalam kegiatan STS membutuhkan kondisi dan situasi yang tepat tidak dalam
kondisi sembarangan, peralatan dan perlengkapan kapal juga harus tepat tersedia,
staf darat yang bertugas di kantor pelayaran dan crew kapal harus berpengalaman
atau memiliki pengatuhan tentang STS.
13
muatan kapal, dengan pengertian bahwa melaksanakan semua kegiatan itu dengan
pengetahuan serta keahlian. Adapun kegiatan cargo handling antra lain adalah:
1. Stevedoring
2. Cargodoring
3. Receiving/delivery
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dengan adanya pelabuhan, maka dalam proses perdagangan melalui laut lebih
mudah. Pelabuhan membantu proses perpindahan barang yang diangkut oleh
sarana moda transportasi darat lalu di bongkar dan dimuat ke palka kapal untuk
dikirim melalui laut sehingga dapat diterima di pelabuhan tujuan.
2. Pelabuhan juga ikut menstimulasi industri yang sedang berkembang di wilayah
terbelakang (hinterline) untuk memperluas distribusi produk dari industri
tersebut ke daerah yang lebih luas hingga keluar pulau, ataupun dalam kegiatan
impor bahan baku untuk diolah dan mengekspor hasil produksi dari industri
tersebut. Dengan adanya hal ini maka akan berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi industri itu sendiri dan tenaga kerja yang ada didalamnya.
3. Dengan melakukan perdagangan melalui laut, maka shipper
(pengusaha/industri) dapat mengirim komoditi dalam jumlah yang besar, karena
dalam penggunaan sarana pengangkutnya adalah kapal yang mampu memuat
barang dalam jumlah besar dan dapat menekan biaya pengiriman. Tentunya ini
menjadi keuntungan tersendiri bagi shipper (pengusaha/industri) dalam kegiatan
bisnisnya.
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Hadi Syamsul. 2016. Contoh Dan Kesimpulan Saran Yang Benar, (Online),
(http://www.seocontoh.web.id/2016/01/contoh-kesimpulan-dan-saran-makalah.html)
Suyono, R.P. 2005. Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut. Jakarta:
Victory Jaya Abadi.
16