selaput lender, Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang
e. Jelene
b. Dasar serap salep yaitu dapat menyerap air yang terdiri :
c. Dasar salep dapat diolesi dengan air, yaitu terdiri atas :
tipe M/A)
d. Dasar salep yang dapat larut dalam air antara lain PGA atau campuran PEG
b. Ciagacant
1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan
rendah
2. Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbuk dan diayak dengan
3. Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu
mendukung/menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu
4. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk
sampai dingin
Salep harus homogeny dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada
sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan
yang homogen.
§ Pembuatan Salep
Baik adalam ukuran besar maupun kecil, salep dibuat dengan dua metode umum,
yaitu :
o Pencampuran
dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai. Pada sekala kecil seperti resep
yang dibuat tanpa persiapan, ahli farmasi dapat mencampur komponen-komponen dari
salep dalam lumpang dengan sebuah alu atau dapat juga menggunakan sudip dan
lempeng salep (gelas yang besar atau porselen) untuk menggerus bahan bersama-
sama. Beberapa lempeng salep dari gelas adalah gelas penggiling, supaya dapat lebih
o Peleburan
ditambahkan pada campuran yang telah mengental setelah didinginkan dan diaduk.
Tentu saja bahan-bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperature
dari campuran telah cukup rendah tidak meyebabkan penguraian atau penguapan dari
bentuk larutan, yang lain penambahan sebagai serbuk yang tidak larut, biasanya
digerus dengan sebagian dasar salep. Dalam skala kecil proses peleburan dapat
dilakukan pada cawan porselen atau gelas beker; pada skla besar umumnya
dilaksanakan hetel uap berjaket; sesaat setelah membeku; salep dimasukkan melalui
gilingan salep (dalam pabrik skala besar) atau digosok-gosokan dengan lumpang (pada
(Ansel, 1989)
Pengemasan Salep
Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol dapat dibuat
darigelas tidak bewarna, warna hijau, amber atau biru atau buram dan porselen putih.
Botolplastik juga dapat digunakan. Wadah dari gelas buram dan berwarna berguna
untuk salepyang mengandung obat yang peka terhadap cahaya. Tube dibuat dari
kaleng atau plastik,beberapa diantaranya diberi tambahan kemasan dengan alat bantu
khusus bila salep akandigunakan untuk dipakai melalui rektum, mata, vagina, telinga,
atau hidung.
Tube umumnya diisi dengan bertekanan alat pengisi dari bagian ujung belakang
yang terbuka (ujung yang berlawanan dari ujung tutup) dari tube yang kemudian ditutup
dengan disegel. Tube salep untuk pemakaian topikal lebih sering dari ukuran 5 sampai
30 gr.Botol salep dapat diisi dalam skala kecil oleh seorang ahli farmasi dengan
spatula yangfleksibel dan menekannya kebawah, sejajar melalui tepi botol guna
lebih luas pemakaiannya daripada botol, disebabkan lebih mudah dan menyenangkan digunakan
olehpasien dan tidak mudah menimbulkan keracunan. Pengisian dalam tube juga
oleh karena ituakan lebih stabil dan dapat tahan lama pada pemakaian dibandingkan
dengan salep dalambotol. Kebanyakan salep harus disimpan pada temperatur dibawah
a.Uji organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan dengan cara melakukan
pengamatan terhadap bentuk, warna dan bau dari sediaan yang telah dibuat.
b.Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sediaan yang telah dibuat homogen
atau tidak.Caranya, salep dioleskan pada kaca transparan dimana sediaan diambil 3
c.Uji pengukuran pH
Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan salep untuk menjamin
sediaan salep tidak menyebabkan iritasi pada kulit. pH sediaan salep diukur dengan
dalam sampel salep yang telah diencerkan, diamkan beberapa saat dan hasilnya
Anief, Muhamad. 2008. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.
Ansel, H C. 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. Jakarta: UI Press.