Anda di halaman 1dari 8

TUGAS RESUME HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK

NAMA : VINCESIA SULASTRI S

NIM : 1901110563

Komunikasi adalah instrumen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan


seseorang untuk melakukan kontak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan
oleh seseorang setiap hari baik disadari maupun tidak. Di dunia kesehatan, terutama
pada saat menghadapi klien, seorang perawat juga harus mengadakan suatu
komunikasi agar informasi yang ada dapat tersampaikan dengan baik. 

Namun, seringkali informasi yang seharusnya sampai kepada orang yang


membutuhkan, ternyata terputus di tengah jalan akibat tidak efektifnya suatu
komunikasi yang dilakukan. Pada komunikasi terapeutik antara perawat dengan
klien, hal tersebut dapat mungkin terjadi karena disebabkan oleh berbagai hal. Hal –
hal tersebut tidak hanya berasal dari klien saja, tetapi juga dapat disebabkan oleh
pola komunikasi yang salah yang dilakukan oleh perawat. Komunikasi yang tidak
efektif juga dapat disebabkan kegagalan pada proses komunikasi itu sendiri.
Kegagalan itu dapat terjadi pada saat pengiriman pesan, penerimaan pesan, serta
pada kejelasan pesan itu sendiri (Edelman, 2002).

Hambatan Dalam Proses Komunikasi Terapeutik.

1. Resistens

Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab


cemas atau kegelisahan yang dialami. Ini juga merupakan keengganan alamiah
atau penghindaran secara verbal yang dipelajari. Klien yang resisten biasanya
menunjukkan ambivalensi antara menghargai tetapi juga menghindari
pengalaman yang menimbulkan cemas padahal hal ini merupakan bagian
normal dalam proses terapeutik. Resisten ini sering akibat dari ketidaksesuaian
klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan. Perilaku
resisten biasanya diperlihatkan oleh klien pada fase kerja, karena pada fase ini
sangat banyak berisi proses penyelesaiaan masalah
(Stuart danSundeen dalam Intan. 2005).
Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen , 1995)

a. Supresi dan represi informasi yang terkait


b. Intensifikasi gejala
c. Devaluasi diri serta pandangan dan keputusasaan tentang masa depan
d. Dorongan untuk sehat, yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya
kesembuhan yang bersifat sementara
e. Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika klien mengatakan ia tidak
mempunyai pikiran apapun atau tidak mampu memikirkan masalahnya, saat
ia tidak memenuhi janji untuk pertemuan atau tiba terlambat untuk suatu sesi,
lupa, diam, atau mengantuk
f. Pembicaraan yang bersifat permukaan/ dangkal
g. Penghayatan intelektual dimana klien memverbalisasi pemahaman dirinya
dengan menggunakan istilah yang tepat namun tetap berprilaku maladaptive,
atau menggunakan mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti
penghayatan
h. Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika klien telah mempunyai
penghayatan tetap menolak memikul tanggung jawab untuk berubahdengan
alas an bahwa normalitas adalah hal yang tidak penting
i. Reaksi transference (respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan
dan sakit terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh
dengan kehidupan yang dulu)
j. Perilaku amuk atau tidak rasional

2. Transference

Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku


terhadap perawat yang sebetulnya berawal dari berhubungan dengan orang-
orang tertentu yang bermakna baginya pada waktu dia masih kecil
(Stuart dan Sundeen , 1995)

Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini


diabaikan dan tidak ditelaah oleh perawat. Ada dua jenis utama
reaksi transference yaitu reksi bermusuhan dan tergantung.
Contoh reaksi transference bermusuhan (Intan, 2005) :

Bungkus (15 tahun) adalah klien yanag dirawat dirumah sakit karena demam
berdarah. Tanpa sebab yang jelas klien ini marah-marah kepada perawat
Gengki. Setelah dikaji, ternyata Gengki ini mirip pacar si Bungkus yang pernah
menyakiti hatinya. Hal ini dikarenakan klien mengalami perasaan dan sikap
terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh kehidupan yang lalu.

Contoh reaksi transference tergantung ( Intan, 2005) :

Seorang klien, Sinchan (18 tahun), dirawat oleh perawat bidadari. Perawat itu
mempunyai wajah dan suara mirip Ibu klien, sehingga dalam setiap tindakan
keperawatan yang harus dilakukan selalu meminta perawat bidadari yang
melakukannya.

3. Coutertransference

Coutertrasference merupakan kebutuhan terapeutik yang di buat oleh perawat


dan bukan oleh klien. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan perawat-klien.

Beberapa bentuk countransference ( Stuart dan Sundeen dalamIntan, 2005):

a. Ketidakmampuan berempati terhadap klien dalam masalah tertentu.


b. Menekan perasaan selama  atau sesudah sesi.
c. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang
terlambat, atau melampaui waktu yang telah ditentukan.
d. Mengantuk selama sesi.
e. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk 
berubah.
f. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien.
g. Berdebat dengan klien atau kecendrungan untuk memaksa klien sebelum ia
siap.
h. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak berhubungan dengan
tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi.
i. Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal dan sosial.
j. Melamunkan atau memikirkan  klien.
k. Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
l. Perasaan cemas, gelisah atau  persaan bersalah terhadap kien
m. Kecendrungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu aspek
atau cara memandang pada informasi yang  di berikan klien.
n. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.

Reaksi coutrtrasference biasanya dalam tiga bentuk (  Stuart danSundeen dalam


Intan, 2005):

a.   Reaksi sangat mencintai atau “caring”.

            Perawat Dono melakukan perawatan pada klien dini dengan cara yang
berlebih-lebihan yaitu dengan cara ,masih berlama-lama mengobrol dengan klien
tersebut padahal masih banyak klien yang perlu di tangani.perawat Dono juga
mencoba menolong klien dengan segala hal yang tidak berhubungan dengan tujuan
yang telah diidentifikasi.

b.   Reaksi sangat bermusuhan.

Perawat Dora mempunyai klien yang sangat Menjenkelkan.Derry (25 tahun) Derry
ini selalu marah-marah dan menjengkelkan perawat Dora sangat dendam pada
klienini dan selalumengacuhkan Derry meskipun dia membutuhkan pertolongan

c.   Reaksi sangat cemas sering kali di gunakan sebagai respon terhadap resistensi.

Lima cara mengidentifikasikan terjadi countertransference


(StuartG.Wdalam Suryani,2006):

a. Perawat harus mempunyai standaryang sama terhadap dirinya sendiriatas


apa yang di harapkan kepada kliennya.
b. Perawat harus menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan,
terutama ketika klien menentang atau mengeritik.
c. Perawat harus dapat menemukan sumber masalahnya.
d. Ketika countertrasference terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk
mengontrolnya.
e. Jika perawat membutuhkan pertolongan dalam mengatasi
countertransference, pengawasan secara individu maupun kelompok dapat
lebih membantu.

4. Pelanggaran batas.

Perawat perlu membatasi hubungannya dengan klien. Batas hubungan perawat-


klien adalah bahwa hubungan yang di bina adalah hubungan terapeutik,dalam
hubungan ini perawat berperan sebagai penolong dan klien berperan sebagai
yang di tolong. Baik perawat maupun klien harus menyadari batas tersebut
(Suryani, 2006).

Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yang


terapeutik dan membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan klien.

Beberapa batas hubungan perawat dank lien (stuart dan sundeen, dalam Intan,


2005)
a. Batas peran
Masalah batas peran ini memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas
dari perawat serta penentuan secara tegas mengenai batas-batas terapeutik
perawat dan klien.
b. Batas waktu
Penetapan waktu perlu dilakukan dimana perawat mengadakan hubungan
terapeutiknya dengan klien. Waktu pengobatan atau hubungan terapeutik
yang tidak wajar dan tidak mempunyai tujuan terapeutik harus dievaluasi
kembali untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas.
c. Batas tempat dan ruang
Misalnya wawancara dimana? Kapan dan berapa lama? Batas ini biasanya
berhubungan dengan perawatan yang dilakukan . Pemanfaatan terapeutik
diluar kebiasaan misalnya dimobil atau dirumah klien, harus dengan tindakan
terapeutik yang rasional dan mempunyai tujuan yang jelas. Perawat tidak di
perbolehkan t dalam melakukan tindakan dikamar klien kadang perlu
menghormati batas-batas tertentu misanya pintu terbuka atau ada pegawai
yang lain. 
d. Batas uang
Batas ini berhubungan dengan penghargaan klien dengan perawat berupa
uang. Disini juga perluadanya perhatian mengenai tawar-menawar terhadap
klien miskin tentang biaya pengobatan untuk mencegah timbulnya
pelanggaran batas.
e. Batas pemberian hadiah dan pelayanan
Masalah ini controversial dalam keperawatan, namun yang pasti hal ini
melanggar batas.
f. Batas pakaian
Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam berpakaian secara
tepat dalam hubungan terapeutik perawat dank lien. Dimana perawat tidak
diperbolehkan memakai pakaian yang tidak sopan.
g. Batas bahasa  ;
Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata ketika komunikasi
dengan klien. Tidak terlalu akrab, mengarah sikap seksul dan memberikan
pendapat dengan nada menggurui merupakan pelanggaran batas.
h. Batas pengungkapan diri secara personal;
Mengungkapkan  diri secara personal dari perawat yang tidak berhubungan
dengan tujuan terapeutik dapat mengarah kepada pelanggaran batas.
i. Batas kontak fisik;
Semua kontak fisik dengan klien harus dievaluasi untuk melihat apakah
melanggar batas atau tidak. Beberapa jenis kontak fisik/ seksual terhadap
kien yang tidak pernah tercangkup dalam hubungan terpeutik antara perawat
dengan klien.

Untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas dalam berhubungan dengan


klien, perawat sejak awal interkasi perlu menjelaskan atau membuat
kesepakatan bersama klien tentang hubungan yang mereka jalin. Kemudian
selama berinteraksi perawat harus berhati-hatidalam berbicara agar tidak
banyak terlibat dalam komunikasi sosial. Dengan selalu berfokus pada tujuan
interaksi, perawat bisa terhindar daripelanggaran terhadap batas-batas
dalam berhubungan dengan klien.selalu mengingatkan kontrak dan tujuan
interaksi setiap kali bertemu dengan klien juga dapat menghindari
pelanggaran batas ini.(Suryani 2006).

Contoh pelagggaran batas yaitu (Intan 2005):

 Klien mengajak makan perawat siang atau maka malam  di luar.


 Klien memperkenalkan perawat pada keluarganya.
 Perawat menerimah pemberian hadiah dari bisis klien.
 Perawat menghadiri  acara-acara  sosial.
 Klien member perawat hadiah.
 Perawat secara rutin memeluk dan memegang klien.
 Perawat menjalankan bisnis atau memesan pelayanan dari klien.
 Perawat secara teratur memberi informasi personal kepada klien.
 Hubungan professional berubah menjadi hubungan sosial.
 Perawat menghadiri undangan klien.
5. Pemberian hadiah

Pemberian hadiah merupakan masalah yang kontroversial dalam keperawatan.


Disatu pihak ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah dapat membantu
dalam mencapai tujuan terapeutik, tapi dipihak lain ada yang menyatakan bahwa
pemberian hadiah bisa merusak hubungan terapeutik.

Hadiah dapat dalam berbagai bentuk misalnya yang nyata seperti sekotak
permen, rangkaian bunga, rajutan atau lukisan. Sedangkan yang tidak nyata bisa
berupa ekspresi ucapan terima kasih dari klien kepada perawat sebagai orang
yang akan meninggalkan rumah sakit atau dari anggota keluarga yang lega dan
berterima kasih atas bantuan perawat dalam meringankan beban emosional
klien.

Cara mengatasi hambatan komunikasi

Untuk mengatasi hambatan teurapeutik, perawat harus siap mengungkapkan


perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat -pasien.
Awalnya , perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan teurapeutik
dan mengenali prilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Kemudian
perawat dapat mengklarifikasi dan mengungkapkan perasaan serta isi agar lebih
berfokus secara objektif pada apa yang sedang terjadi.

Latar belakang prilaku dikaji, baik pasien (untuk reaksi resistens dan transferensa)
atau perawat (untuk reaksi kontertransferens dan pelanggaran batasan)
bertanggung jawab terhadap hambatan teurapeutik dan dampak negatifnya pada
proses teurapeutik. Terakhir, tujuan hubungan, kebutuhan, dan masalah pasien
ditinjau kembali. Hal ini dapat membantu perawat untuk membina kembali kerja
sama teurapeutik yang sesuai dengan proses hubungan perawat-pasien.

Anda mungkin juga menyukai