Anda di halaman 1dari 12

PRGRAM INTERVENSI

“ Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial

Untuk Mereduksi Ketergantungan Gadget Pada Anak “

Diajukan dalam rangka memenuhi tugas

Mata Kuliah : Pribadi Dan Sosial

Dosen Pengempu : Siti Fatimah, S.psi., M.Pd.

Wifa Fajriyatul Fardhillah Gunawan

18010118

PROGTAM STUDY BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP SILIWANGI 2018


Jl. Terusan Jend. Sudirman, Baros, Kec. Cimahi Tengah, Kota
Cimahi, Jawa Barat 40521
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan
kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu
kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua
yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Teori dan Pendekatan
Konseling yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Bekasi, juni 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................1

B. Rumusan Masalah ................................................................................2

C. Tujuan Masalah ....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................3


BAB I

A. Rasional

1. Perkembangan Anak

1. Pengertian psikologi perkembangan anak

Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang


mempelajari proses perkembangan individu, baik sebelum maupun sesudah
kelahiran berikut kematangan prilaku ( J.P Chaplin, 1979 ), dan menurut
Roos Vesta, dkk, ( 1992 ) psiklgi perkembangan merupakan cabang psiklgi
yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang prses
perkembangan individu dari mulai masa knsepsi sampai mati.

Kedua pendapat diata menunjukan bahwa psikologi perkembangan


merupakan salah satu bidan psikologi yang memfokuskan kajian atau
pembahasan mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan
dari masa konsepsi ( pra-natal ) sampai mati.

a. Model dari Piaget

Berpendapat bahwa perkembangan manusia dapat digambarkan dalam


konsep fungsi dan struktur. Fungsi merupakan mekanisme biologis
bawaan yang sama bagi setiap orang atau kecenderungan biologis untuk
mengorganisasi pengetahuan ke dalam struktur kognisi untuk beradaptasi
kepada berbagai tantangan lingkungan. Tujuan dari fungsi-fungsiitu adalah
Menyusun struktur kognisi internal. Antara struktur merupakan interelasi
berkaitan sistem pengetahuan yang mendasari dan membimbing tingkah
laku intelijen titik struktur kognitif istilahkan dengan konsep skema, yaitu
seperangkat keterampilan, pola-pola kegiatan yang fleksibel anak
memahami lingkungan Titik

Piaget meyakini bahwa intelegensi bukan sesuatu yang dimiliki anak


tetapi yang dilakukannya. Intelegensi lebih merupakan proses daripada
tempat menyimpan informasi yang statis kegiatan-kegiatan dalam
melakukan bola tersebut seperti memegang menendang dan melempar
kegiatan ini merupakan contoh kegiatan skema dengan demikian skema itu
terdiri atas dua elemen yaitu a objek yang ada di lingkungan seperti bola,
dan b reaksi anak terhadap objek.

Menurut wasty Suemanto 1984, skema ini berhubungan dengan


refleksi. 2 bernafas, makan, dan minum, dan b ke mama mental skema
klasifikasi pola tingkah laku Yang masih sulit diamati seperti sikap dan
skema operasi pola tingkah laku yang dapat diamati.

Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget

 Sensorimotor ( 0 sampai 2 tahun) pengetahuan anak diperoleh


melalui interaksi Baik dengan orang tua atau objek benda titik
skema skema nya baru terbentuk refleks refleks sederhana
seperti menggenggam atau menghisap.

 Praoperasional ( 2 sampai 6 tahun) anak mulai menggunakan


simbol-simbol untuk mempresentasi dunia lingkungan secara
kognitif simbol-simbol itu seperti: kata-kata dan bilangan yang
dapat menggantikan objek peristiwa dan kegiatan tingkah laku
yang tampak ketiga garis baru

 Operasi konkret ( 6 sampai 11 tahun) anak sudah dapat


membentuk operasi operasi mental atas pengetahuan yang
mereka miliki. Mereka dapat menambah mengurangi dan
mengubah. Operasi ini memungkinkan untuk dapat memecahkan
masalah secara logis 4

 Operasi formal (11 sampai dewasa) periode ini, merupakan


operasi mental tingkat tinggi. Disini anak( remaja ) dengan
peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak tidak hanya dengan
objek objek konkret. Remaja sudah dapat berpikir abstrak dan
memecahkan masalah melalui pengujian semua alternatif yang
ada.

b. Model pemrosesan informasi

1. Input, itu proses informasi dari lingkungan atau stimulasi


rangsangan yang masuk ke dalam reseptor reseptor panca indra
dalam bentuk penglihatan suara, dan rasa dua

2. Proses yaitu pekerjaan otak untuk mentransformasikan informasi


atau stimulus dalam cara yang beragam yang meliputi
pengolahan atau penyusunan informasi ke dalam bentuk-bentuk
simbolik; membanting membandingkan dengan informasi
informasi sebelumnya,dimasukkan ke dalam memori dan
menggunakannya apabila diperlukan.

3. Output, yang terbentuk tingkah laku, seperti berbicara menulis,


interaksi sosial dan sebagainya.

c. model kognisi sosial

Kognisi sosial dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang ilmu


lingkungan sosial dan hubungan interpersonal. Model ini
menekankan tentang dampak / pengaruh pengalaman sosial terhadap
perkembangan kognitif. Tokoh dari pndekatan ini adalah Lev
Vygotsky (1886-1934)

Teori ini menekankan tentang kebudayaan sebagai factor


penentu bagi perkembangan individu . Diyakini, bahwa hanya
manusia yang dapat menciptakan kebudayaan,dan setiap anak
manusia berkembang dalam konteks kebudayaan.

Lev Vygotsky meyakini bahwa perkembangan kognitif


menghasilkan proses sosio instruksional, yang karenanyanak belajar
saling tukar pengalaman dalam memecahkan masalah dengan orang
lain, seperti orang tua, guru, saudara, dan teman sebaya.
Perkembangan merupakan prses internalisasi terhadap kebudayaan
yang terbentuk pengetahuan dan alat adaptasi, yang wahana
utamanya melalui bahasa atau kmunikasi verbal.

d. Memahami perkembangan anak

1. Masa anak merupakan priode perkembangan yang cepat dan


terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan.

2. Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat


terhadap perkembangan berikutnya.

3. Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu


mereka mengembangkan diri, dan memecahkan masalah
hidupnya

4. Melalui pemahaman tentang faktr-faktr yang mempengaruhi


perkembangan anak, dapat diantisipasi tentang berbagai
upaya untuk memfasilitasi pekembangan tersebut baik
lingkungan keluarga seklah maupun masyarakat.

2. Arahan Tahapan Perkembangan Anak

Tahap Perkembangan Jenis Perkembangan


Usia 4-16 minggu Bayi dapat menguasai otot ocula
motornya.
Usia 16-28 minggu Bayi dapat menguasai otot- otot yang
menyangah kepalanya dan menggerakan
tangannya. Ia mulai dapat meraih
benda-benda.
Usia 28-40 minggu Ia dapat menguasai badan dan
tangannya. Ia mulai dapat duduk,
mengkap, dan mempermainkan benda-
benda
Tahun kedua Anak sudah pandai berjalan dan berlari
dapat menggunakan kata-kata dan
mengenal indentitas ( seperti namanya )
Tahun ketiga Anak dapat berbicara dalam kalimat dan
menggunakan kata-kata sebagai alat
berfikir.
Tahun keempat Anak mulai bertanya dan dapat berdiri
sendiri.
Tahun kelima Anak telah matang dalam menguasai
gerak gerik motriknya. ia dapat
melompat-lompat , bercerita agak lebih
panjang lebih suka bermain berkawan.

3. Penggunaan Gadget Di Anak Usia Dini

Di era sekarang ini perkembangan gadget semakin merajalela.


Bentuk gadget yang semakin menarik serta sunguhan aplikasinya yang
beragam memudahkan setiap orang untuk mengakses berbagai informasi
dari segala aspek kehidupan. Perkembangan gadget membuat setiap orang
tua berpikir "instan" dalam mendidik anaknya. Sehingga di masa sekarang,
bukan hal yang aneh lagi apabila ada orang tua yang menyediakan fasilitas
berupa gadget untuk anaknya yang masih berusia dini atau masih dalam
usia emas (golden age) (Widiawati & Sugiman, 2014). Gadget memang
memudahkan setiap orang dalam mengakses segala infomasi, tetapi
bagaimana ketika gadget digunakan anak usia dini yang seharusnya
bermain dengan teman sebayanya, bersosialisasi dengan lingkungan tempat
tinggalnya, mengeksplor dirinya, dan berpikir kreatif dalam menyikapi
masalah. Karena keunggulan aplikasi gadget, maka gadget lebih pantas
digunakan untuk mengembangkan suatu pikiran, ide, usaha dan gaya hidup
remaja atau orang dewasa atau orang yang memiliki kepentingan khusus
dalam penggunaan gadget. Bukan hanya sekedar dijadikan sebagai media
hiburan, untuk nge-games atau menonton suatu acara secara online
(menggunakan aplikasi tv online atau youtube) untuk anak usia dini
(Widiawati & Sugiman, 2014). Kemudahan pengoperasian gadget dan
aplikasi yang terdapat di dalamnya baik online maupun offline, baik berupa
games atau situs web telah memberikan keluasan pada anak usia dini
secara bebas untuk memperoleh berbagai hal yang seharusnya belum
pantas mereka peroleh diusianya. Menurut para pakar pendidikan (dalam
Maulida, Hidayahti : 2013) “Sebaiknya seorang anak dikenalkan pada
fungsi dan cara menggunakan gadget saat berusia enam tahun. Karena di
usia tersebut perkembangan otak anak meningkat hingga 95% dari otak
orang dewasa. Sebab, jika mengenalkan gadget di bawah usia enam tahun,
anak lebih banyak untuk bermain karena anak tertarik dengan visual
(gambar) dan suara yang beragam yang terdapat pada gadget”. Namun
menurut sebuah studi pada 2004 yang dipublikasikan jurnal Pediatrics
(dalam Maulida, Hidayahti :2013) “Anakanak yang menonton televisi saat
usia mereka 1 sampai 3 tahun mengalami penurunan perhatian saat usia
mereka tujuh tahun”. Anak usia dini memiliki potensi besar dalam
mengembangkan segala potensi yang ada di dalam dirinya. Bercakap,
bersosialisasi, mengenal lingkungan, menunjukkan kemampuan dirinya,
memahami suatu masalah lalu dengan alami menyelesaikan masalah
tersebut sesuai dengan pola pikir anak seusianya yang memiliki cara
pandang tersendiri meskipun masih sulit menerima dan memahami masalah
apa yang sesungguhnya sedang ia pecahkan. Di masa usia emas ini banyak
kegiatan yang dapat dilakukan oleh para orang tua dan pembimbing di
taman belajar untuk terus meningkatkan kreativitas anak usia dini agar
terus berkembang dan lebih baik agar siap dalam perkembangannya di
masa-masa berikutnya (Maulida, Hidayahti :2013). Generasi penerus
bangsa harus dididik lebih baik sejak dini karena pendidikan pada anak
usia dini akan sangat berpengaruh besar pada kehidupan anak selanjutnya.
Pengenalan budaya tradisional seperti permainan tradisional seringkali
hanya didapatkan di sekolah saja, itu juga tidak terlalu luas dan mendalam.
Kebanyakan hanya dikenalkan lewat gambar atau video, anak tidak secara
langsung mengekspor dirinya dalam bermain (Widiawati & Sugiman,
2014).

4. Manfaat Penggunaan Gadget Bagi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini

Gadget memiliki manfaat terhadap tumbuh kembang anak usia dini,


yang petama Pertama, menambah pengetahuan anak usia dini. Di dalam
gadget, terdapat banyak aplikasi edukatif yang disediakan untuk anakanak
dan dapat melatih proses perkembangan otak dan membantu proses
pembelajaran anak usia dini. Dengan menggunakan gadget yang
berteknologi canggih, anak-anak juga dapat mengakses fitur-fitur
permainan yang dapat mendukung aspek-aspek perkembangannya. Kedua,
memperluas jaringan persahabatan anak usia dini. Melalui gadget anak usia
dini dapat memperluas jaringan persahabatan mereka karena dapat dengan
mudah dan cepat bergabung ke sosial media yang telah disediakan
(Nurrachmawati, 2014). Mereka dapat dengan mudah untuk berbagi
bersama teman mereka. Ketiga, mempermudah komunikasi anak usia dini.
Gadget merupakan salah satu alat yang memiliki tekonologi canggih.
Semua orang dengan mudah dapat berkomunikasi dengan orang lain dari
seluruh penjuru dunia menggunakan gadget . Anak usia dini pun perlu
diajarkan untuk berkomunikasi, tidak menutup kemungkinan jika ada
sesuatu hal yang penting maka anak usia dini dapat menghubungi orang tua
mereka atau siapapun melalui gadget (Nurrachmawati, 2014).

5. Resiko Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Dini

Kemajuan teknologi gadget tentu dirasakan oleh hampir seluruh


lapisan masyarakat, hal ini dikarenakan gadget tergolong sangat mudah
didapat atau terjangkau oleh berbagai kalangan. Jika dulu teknologi hanya
bisa dirasakan oleh pihak yang memiliki ekonomi di atas rata-rata,
sekarang teknologi bisa dirasakan oleh semua kalangan. Bahkan ironisnya
anak-anak usia 5 hingga 12 tahun yang menjadi pengguna paling banyak.
Tidak heran jika banyak kasus-kasus porno grafi dan porno aksi pada anak.
Ameliola & Nugraha (2013) Seperti yang dikutip pada New York Times
“sebuah kasus terjadi dimana seorang anak kecanduan pada iPad. Anak
tersebut terus merengek ketika gadget kesayangannya itu tidak berada
dalam genggaman tangannya. Anak ini dapat dikatakan telah mengalami
ketergantungan terhadap salah satu terobosan terbaru pada era globaisasi
ini. Pada saat makan, saat belajar, saat bermain. Bahkan saat tidur tidak
dapat lepas dari gadget tersebut. Orang tua tidak dapat melakukan banyak
hal selain menuruti keinginan anak tersebut”. Penggunaan gadget
dikalangan anak berdampak negatif terhadap perkembangannya, dengan
adanya kemudahan dalam mengakses berbagai media informasi dan
teknologi, sehingga menyebabkan anak-anak menjadi malas bergerak dan
beraktifitas. Mereka lebih memilih duduk di depan gadget dan menikmati
permainan yang ada pada fiturfitur tertentu dibandingkan berinteraksi
dengan dunia nyata. Hal ini tentu berdampak buruk bagi perkekembangan
dan kesahatan anak. terutama di segi otak dan psikologis. dampak negatif
lain juga dapat menyebabkan kurangnya mobilitas sosial pada pada anak.
mereka lebih memilih bermain menggunakan gadgetnya dari pada bermian
bersama teman sebayanya. Tidak jarang kita lihat anak mengalami
kesulitan untuk berkonsentrasi karena otak anak sudah diporsir pada dunia
yang tidak nyata (Ameliola &Nugraha, 2013). Pada hakikatnya, anak-anak
belum saatnya mengenal gadget, mereka masih memerlukan permainan-
permainan yang dapat merangsa otak dan menunjang semua aspeknya baik
aspek fisik, kognitif, sosialemosional, bahasa dan moral. Orang tua perlu
mendampingi dan membimbing anaknya saat sedang menggunakan
gadget , dan peran orang tua dalam mendisiplinkan sangat dibutuhkan agar
anak tidak mengalami ketergantungan yang akan menyebabkan dampak
negatif terhadap perkembangan anak (Ameliola &Nugraha, 2013).
6. Target

untuk penelitian ini targetnya anak usia dini atau pada tahap
praoprasional ( 2-6 tahun ) karena kebanyakan anak pada usia ini anak-
anak sudah diperkenalkan dengan gadget oleh orangtua/kakanya dengan
beralaskan agar anak tersebut menjadi tenang tidak rewel dan tidak selalu
tergantung pada orangtuanya dengan cara memutarkan vidio yang
disenangi oleh anak tersebut.

Tetapi cara tersebut sangatlah salah karena dapat menghambat


pertumbuhan anak secara psikologis. Dengan anak kecanduan gadget akan
menghambat proses interaksi sosial karena anak tersebut nantinya akan
cenderung menjadi anak yang introvert sukar bergaul atau berkmunikasi
dengan baik kepada orang lain. Dan menjadikan anak tersebut teragangu
mentalnya dengan sering marah ketika tidak diperbolehkan memainkan
gadget.

Anda mungkin juga menyukai