PERCOBAAN IV
SINTESIS IODOFORM
OLEH :
NIM : F201801113
KELAS : B3 FARMASI
MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disintesis
berdasarkan reaksi halogenasi (halogenasi pada dasarnya adalah reksi
substansi atau penggantian karena atom halogen menggantikan posisi
hidrogen dalm struktur) dengan bahan dasar iodium yang direaksikan dengan
aseton yang menggunakan bantuan natrium hidroksida sebagai katalisator.
Iodoform merupakan suatu zat kimia yang banyak digunakan dalam bidang
farmasi sebagai desinfektan dan antiseptik. Antiseptik merupakan zat yang
bekerja baktriostatik, biasanya dipakai pada infeksi bakteri pada kulit mukosa
dan melawan bakteri pada luka sedangkan desinfektan merupakan zat yang
bekerja bakterisid, digunakan untuk membebaskan ruangan dan pakaian dari
mikroba. Iodoform kadang-kadang sebagai antiseptik dan desinfektan
dibidang kedokteran gigi (Vogel, 1979).
Iodoform merupakan antiseptik yang sangat efektif untuk kulit
utuh, maka sebagai tinctur iod banyak digunakan sebelum injeksi. Efek
sampingnya berwarna coklat dan kadang terjadi dermatitis (alergi kulit)
hampir semua kuman patogen termasuk fungi dan virus dimatikan oleh
iodoform. Begitu pula spora, walaupun diperlukan waktu yang lebih lama.
Larutan 2 % memerlukan 2-3 jam. Hidrogen peroksida dan iodoform dapat
menunda penumbuhan luka dengan larutan garam normal steril merupakan
teknik pembersih yang baik. Meskipun bilangan dan sprei dan jaringan air
pada luka dekronik banyak dipakai, teknik – teknik sering kali tidak efektif
untuk melepaskan dibris dan bahkan dapat memaksa bakteri masuk kedalam
jaringan granulasi. Aliran air mungkin dapat membantu pada sebagian pasien
dengan ulkus tangkai bawah. Jika cara–cara ini gagal, maka depridimen
dengan dereksi tajam mungkin merupakan metode terbaik untuk
membersihkan luka yang kronis.
Karena kegunaannya yang cukup luas itulah maka setiap mahasiswa
farmasi dituntun untuk mengetahui dan memahami reaksi pembentukan
operasi di daerah kepala dan leher. Iodoform juga direabsorpsi lebih cepat
daripada reabsorpsi fisiologis (Anonim, 2006; hal 6).
Dalam sintesis Iodoform, dipilih menggunakan labu alas datar agar bias
berdiri sendiri yang dipegang karena akan dikerjakan seperti titrasi hanya
lebih kasar. Pemakaian labu alas bulat disini tidak dibenarkan karena dalam
prosedur tidak dilakukan pemanasan (Anonim, 2006; hal 6).
Hidrogen periksoda dan Iodoform dapat menunda penumbuhan luka.
Irigasi luka dengan larutan`garam normal steril merupakan teknik
pembersihan yang baik. Meskipun bilangan dengan spray dan aliran air pada
luka dekronik banyak dipakai, tekik–teknik seringkali tidak efektif untuk
melepaskan dibris dan bahkan dapat memaksa bakteri masuk ke dalam
jaringan granulasi aliran air mungkin dapat membantu pada sebagian pasien
dengan ulkus tangkai bawah. Jika cara–cara ini gagal maka debridimen
dengan dereksi tajam mungkin merupakan metode terbaik untuk
membersihkan luka yang kronis (Ganiswara,1995).
Elemen iod adalah salah satu zat bakterisid terkuat (sudah efektif pada
kadar 2-4 mcg/ml air = 2-4 ppm), dengan kerja cepat. Hampir semua kuman
patogen, termasuk fungi dan virus, dimatikan olehnya. Begitu pula spora,
walaupun diperlukan waktu lebih lama : larutan 2% memerlukan waktu 2-3
jam. Iod merupakan antiseptikum yang sangat efektif untuk kulit utuh, maka
sebagai tingtur iod banyak digunakan sebeblum injeksi atau pembedahan
untuk desinfeksi kulit, juga untuk mengobati infeksi fungi (dermatomikosis)
(Tjay T., 2002, hal : 230-231).
Adapun prinsip dari percobaan ini adalah pensintesisan Iodoform
dengan mereaksikan iodium dan aseton dengan penambahan NaOH sedikit
demi sedikit hingga terbentuk kristal kuning.
BAB II
URAIAN BAHAN
-Tidak
berbau
-Tidak
berasa
-Bewarna
jernih
-Titik didih =
100
-Titik leleh =
113,7
BAB III
METODE KERJA
III. 1 Alat dan Bahan
A. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu :
1) Corong
2) Corong buchner
3) Erlenmeyer
4) Gelas arloji
5) Gelas ukur
6) Kertas saring
7) Labu alas bulat
8) Labu hisap
9) Pendingin balik (reflux)
10) Pipet tetes
11) Pipet Volume
12) Timbangan Digital
13) Water Bath
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu :
1) Asetosal
2) Aquadest q.s
3) Kalium iodida (Kl) 3 gram,
4) Kaporit (Ca(CIO)2) 5 %
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Perlakuan Pengamatan
1) Pencampuran KI + aquadest + 1) Berwarna kuning
aseton
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan proses sintesis. Pada proses sintesis hal yang
pertama dilakukan yaitu ke dalam elenmeyer dimasukan 3 gram KI, dilarutkan
dengan 10 ml aquadest, dan 1 ml aseton, kemudian ditambahkan bertetes-tetes
kaporit 5% sambil dikocok (akan timbul endapan) dan diteruskan penambahan
hingga 1 tetes kaporit 5% sampel tidak menimbulkan endapan lagi lalu didiamkan
selama 10 menit setelah itu disaring campuran dengan menggunakan corong dan
kertas saring
Adapun prinsip percobaan ini adalah gugus keton atau alkenon dengan
larutan hipohalida akan menghasilkan senyawa iodoform atau trihalometanu
dengan titik lebur dari iodoform sebesar 119-1220C (Arhamida, 2003). Pada
percobaan ini digunakan aquadest yang berfungsi untuk melarutkan KI karena KI
sangat mudah larut dalam air. Alasan penambahan kaporit yaitu untuk
memberikan suasana basa pada percobaan sintesis iodoform tersebut (Rusli,
2007).
Pada percobaan ini digunakan larutan aseton yang berfungsi sebagai
penyambung gugus metil CH3 (COI)2 yang berfungsi sebagai oksidator serta KI
yang berfungsi sebagai penyambung I2. dilakukan pengenceran aseton dan air hal
ini disebabkan aseton mudah menguap, dengan adanya penambahan air
diharapkan dapat mencegah penguapan aseton, sehingga aseton yang akan
bereaksi dengan iodium tidak berkurang. Iodium adalah bahan baku utama
pembuatan iodoform. Aseton berfungsi sebagai penyumbang gugus metil CH3
(Rusli,2007).
Reaksi yang terbentukpada saat pembentukan Iodoform :
Pada saat praktikum, pada saat proses penyaringan, ketika praktikan berada
didekat kristal iodoform pada kertas saring, mata praktikan pedih, jika menurut
Brady (1994), hal tersebut disebabkan oleh uap aseton, uap aseton dapat
menyebabkan iritasi pada mata dan akibatnya sampai iritasi berat, mata pedih,
keluar air mata, mata merah dan rasa nyeri mata. Bila aseton dalam konsentrasi
tinggi dapat menyebabkan kerusakan epitel kornea dan konjungtiva.
Pada percobaan sintesa Iodoform ini dilakukan pembuatan Iodoform yang
diperoleh dari hasil reaksi antara aseton dan KI serta menggunakan Ca(OCl)₂
sebagai katalisator yang akan mempercepat jalannya reaksi. Pada percobaan ini
digunakan bekker glass supaya mempermudah dalam pengadukan. Penambahan
larutan kaporit jenuh.Apabila telah terbentuk sedikit kristal kuning maka
penambahan segera dihentikan, Penambahan Ca(OCl)₂ yang pekat tidak boleh
berlebihan karena dapat menyebabkan terjadinya reaksi antara Iodoform dengan
Ca(OCl)₂ atau terhidrolisisnya Iodoform dengan Ca(OCl)₂. Penambahan
Ca(OCl)₂ yang berlebih ditandai dengan terbentuknya endapan coklat.
Mendiamkan campuran selama 15 menit, supaya reaksi dapat berlangsung dengan
baik. Selain itu, diperoleh produk berupa padatan.
Pada hasil percobaan yang dilakukan (kelompok 2) hasil yang didapatkan
yaitu pada pencampuran KI + aquadest + aseton menghasilakan warna kuning,
pada penambahan kaporit 5% terbentuk endapan hingga endapan hilang kembali,
pada penyaringan Kristal menghasilkan adanya endapan berbentuk kristal dan
berwarna kuning, pada penambahan etanil+pemanasan menghasilkan warna
kuning, pada penyaringan panas menghasilkan warna kuning, pada pendinginan
filtrate menghasilkan warna kuning dan berbentuk serbuk. dimana hal ini sesuai
dengan literature bahwa Apabila larutan yang ditambahkan masih menimbulkan
perubahan warna (coklat) berarti masih terjadi reaksi (sedang bereaksi) , tetapi
apabila sudah tidak berubahan warna (kuning) berarti sudah tidak bereaksi, setelah
itu didiamkan selama kurang lebih 10 menit agar reaksi berjalan optimal dan
terbentuk endapan kuning.
Pada hasil akhir yang kami peroleh (kelompok 1) menunjukkan pengujian
yang negatif karena tidak terbentuknya kristal kuning iodoform, seharusnya
terbentuk kristal kuning. Dimana hal ini tidak sesuai dengan literature pada
penelitian sebelumnya diimana Penambahan antara aseton dan KI serta
BAB VI
PENUTUP
VI. 1 Kesimpulan
1.Pada praktikum kali ini sintesis iodoform dilakukan dengan mereaksikan
iodium dengan aseton, reaksi yang terjadi adalah reaksi halogenasi alfa
yaitu reaksi penggantian atom hydrogen-α dengan suatu unsur halogen,
pada praktikum kali ini penggantian atom hydrogen-α pada metil keton
dalam aseton dan I2.
2.Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disintesis berdasarkan
reaksi halogenasi, dengan bahan dasar iodium yang direaksikan dengan
aseton dan menggunakan bantuan natrium hidroksida.
3.Adapun prinsip percobaan ini adalah gugus keton atau alkenon dengan
larutan hipohalida akan menghasilkan senyawa iodoform
4.Reaksi pembentukan iodoform:
VI. 2 Saran
Untuk selanjutnya, ketika melakukan praktikum sintesa iodoform,
sebaiknya digunakan kacamata pelindung agar uap aseton tidak mengenai
mata, juga pada awal praktikum, aseton diencerkan terlebih dahulu agar
volumenya tidak berkurang saat terjadi reaksi hidrogen α.
DAFTAR PUSTAKA
Ebel, Siegrfried.1992. Obat Sintetik. Buku Ajar Dan Buku Pegangan. Gadjah
Mada University Press : Yogyakarta.
G. Paul. (1968). ”The Merck Index Eighth Edition”. Rahway : USA
Tjay, T., 2002, Obat – Obat Penting. PT. Gramedia. Jakarata. (hal : 231-232)
Vogel, 1997. Ilmu Kimia. Departemen Pendidikan dan Kebuayaan RI. Jakarta.
(hal : 93 -95).
LAMPIRAN
KI 3 gram + Aquadest 10 ml
dimasukkan kedalam erlenmeyer