Anda di halaman 1dari 7

Penemuan antibiotika terjadi secara 'tidak sengaja' ketika Alexander Fleming,

pada tahun 1928, lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri dan


meninggalkannya di rak cuci sepanjang akhir pekan. Pada hari Senin, ketika cawan
petri tersebut akan dibersihkan, ia melihat sebagian kapang telah tumbuh di media
dan bagian di sekitar kapang 'bersih' dari bakteri yang sebelumnya memenuhi media.
Karena tertarik dengan kenyataan ini, ia melakukan penelitian lebih lanjut terhadap
kapang tersebut, yang ternyata adalah Penicillium chrysogenum syn.  P.
notatum (kapang berwarna biru muda ini mudah ditemukan pada roti yang dibiarkan
lembap beberapa hari). Ia lalu mendapat hasil positif dalam pengujian
pengaruh ekstrak kapang itu terhadap bakteri koleksinya. Dari ekstrak itu ia diakui
menemukan antibiotik alami pertama: penicillin G (Dwidjoseputro, 1998).
Penemuan efek antibakteri dari Penicillium sebelumnya sudah diketahui oleh
peneliti-peneliti dari Institut Pasteur di Perancis pada akhir abad ke-19 namun
hasilnya tidak diakui oleh lembaganya sendiri dan tidak dipublikasi.
Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang
pada konsentrasi rendah dapat memusnahkanatau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain. Pengujian potensi antibiotik dilakukan untuk memberikan
jaminan bahwakualitas dan mutu antibiotik yang digunakan dalam
pengobatanmemenuhi persyaratan yang telah ditentukan (Radji, 2010).
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi.
Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik
yang dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem
pertahanan tubuh,namun ada kalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan
antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk membasni mikroba penyebab infeksi
pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus bersifat
toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif
tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya dinding
sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga antibiotic dengan
mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif relatif
tinggi (Ganiswarna, 1995).
Pertumbuhan dan pengerasan bakteri-bakteri dipengaruhi oleh berbagai
macam zat kimia dalam lingkungan karena pengaruh zat kimia, maka bakteri seperti
bergerak menuju atau menjauhi zat kimia itu. Peristiwa. Bila bakteri-bakteri itu
tertarik dan bergerak menuju kearah zat kimia kita sebut chemotaxis (+) dan
sebaliknya kita sebut chemotaxis (-). Bakteri-bakteri yang tidak bergerak,
peretumbuhan koloninya dapat dipengaruhi oleh zat-zat kimiab peristiwa itu disebut
chemotropis (Soemarno, 1976).
Menurut (Djidje dan Sartini, 2005), suatu bahan diklasifikasikan sebagai
antibiotika apabila:
1. Bahan tersebut merupakan produk metabolisme (alami maupun sintesis).
2. Bahan tersebut adalah produk sintesis yang dihasilkan sebagai analog struktur
suatu antibiotika yang terdapat di alam.
3. Bahan tersebut mengantagonis pertumbuhan atau keselamatan suatu spesies
mikroorganisme atau lebih.
4. Bahan tersebut efektif dalam konsentrasi rendah.
Prinsip penetapan potensi antibiotik dalam sediaan obat adalah
membandingkan dosis larutan sediaan uji terhadap dosis larutan baku pembanding
yang menghasilkan derajat hambatan yang sama pada mikroorganisme uji (Radji,
2010).
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan metode
pengenceran. Disc diffusion test atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur
diameter zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon
penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak.
Syarat jumlah bakteri untuk uji kepekaan/sensitivitas yaitu 105-108 CFU/mL
(Hermawan dkk., 2007).
Prinsip metode turbidimetri adalah berdasarkan hambatan pertumbuhan
biakan mikroorganisme dalam media cair yang mengandung larutan antibiotik
sedangkan prinsip metode lempeng silinder adalah membandingkan zona hambatan
pertumbuhan mikroorganisme uji oleh dosis senyawa antibiotik yang diuji terhadap
zona hambatan oleh dosis antibiotik baku pembandingpada media lempeng agar
(Radji, 2010).
Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan. Metode
difusi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metode silinder, metode lubang/sumuran
dan metode cakram kertas. Metode lubang/sumuran yaitu membuat lubang pada agar
padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang disesuaikan
dengan tujuan penelitian, kemudian lubang diinjeksikan dengan ekstrak yang akan
diuji. Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada
tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang (Kusmayati dan Agustini, 2007).
a. Metode Pengenceran
Sejumlah obat antimikroba tertentu dicampurkan pada perbenihan bakteri
yang cair atau padat. Kemudian perbenihan tersebut ditanami dengan bakteri yang
diperiksa, dan dieram. Titer obat ialah jumlah obat antimikroba yang dibutuhkan
untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri yang diperiksa. Tes
kepekaan pengenceran-agar memakan waktu, dan penggunaannya terbatas pada
keadaan khusus. Tes pengenceran-kaldu tidak praktis dan jarang digunakan bila
pengenceran harus dibuat dalam tabung reaksi; namun, adanya serentetan
pengenceran-kaldu yang sudah disiapkan untuk pelbagai obat dalam lempeng
mikrotiter telah meningkatkan dan mempermudah cara tersebut. Keuntungan tes
pengenceran kaldu mikrodilusi ialah memungkinkan adanya hasil kuantitatif, yang
menunjukkan jumlah obat yang diperlukan untuk menghambat (mematikan)
mikroorganisme yang diperiksa (Kusmayati dan Agustini, 2007).
b. Metode Difusi
Cakram kertas saring, cawan yang berliang renik, atau silinder tidak beralas,
yang mengandung obat dalam jumlah tertentu ditempatkan pada perbenihan padat
yang telah ditanami dengan biakan tebal organisme yang diperiksa. Setelah
pengeraman, garis tengah daerah hambat jernih yang mengelilingi obat dianggap
sebagai ukuran kekuatan hambatan obat terhadap organisme yang diperiksa. Metode
ini dipengaruhi banyak faktor fisik dan kimiawi di samping interaksi antara obat dan
organisme (misalnya, sifat perbenihan dan daya difusi, ukuran molekul, dan stabilitas
obat). Meskipun demikian, dengan standarisasi keadaan akan memungkinkan
pengukuran kuantitatif potensi obat atau kepekaan organisme (Kusmayati dan
Agustini, 2007).
Bila menentukan kepekaan bakteri dengan cara difusi, sebagian besar
laboratorium menggunakan cakram kertas saring yang telah diberi antibiotika. Suatu
gradien konsentrasi antibiotika terbentuk dalam perbenihan melalui difusi cakram.
Karena difusi merupakan suatu proses yang terus berjalan, gradien konsentrasi ini
tidak pernah stabil untuk waktu lama; tetapi suatu stabilisasi tertentu dapat diciptakan
dengan membiarkan difusi berlangsung sebelum bakteri tumbuh pada perbenihan.
Kesulitan terbesar ialah laju pertumbuhan yang beragam di antara pelbagai
mikroorganisme. Interpretasi hasil tes difusi harus didasarkan pada perbandingan
antara metode pengenceran dengan metode difusi. Perbandingan ini telah dibuat, dan
juga rujukan standar internasional telah dibuat. Garis regresi linear dapat menyatakan
hubungan antara log konsentrasi minimum hambatan pada tes pengenceran dan garis
tengah daerah hambatan pada tes difusi (Kusmayati dan Agustini, 2007).
Penggunaan cakram tunggal untuk tiap antibiotika dengan keadaan tes yang
standar memungkinkan penilaian kepekaan atau resistensi mikroorganisme dengan
membandingkan ukuran daerah hambatan terhadap suatu patokan obat yang sama
(metode Kirby-Bauer). Penghambatan di sekeliling lempengan yang mengandung
sejumlah obat antimikroba tidak menimbulkan kepekaan terhadap kadar obat yang
sama permilimeter, darah, atau urine (Radji, 2010).
Secara umum antibiotika terbagi atas (Tjay dan Rahardja, 2002):

1. Penisilin
Penisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terhadap terutama kuman Gram-
positif (khususnya Cocci) dan hanya beberapa kuman Gram-negatif. Contohnya:
Benzilpenisilin, Fenoksimetilpenisilin Kloksasilin, Asam Klavulanat, Ampisilin.
2. Sefalosporin
Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak kuman Gram-positif dan Gram-
negatif termasuk Escherichia coli. Berkhasiat bakterisid dalam fase pembunuhan
kuman, berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman
untuk ketangguhan dindingnya. Contohnya: Sefaleksin, Sefamandol, Sefouroksin,
Sefotaksim, Seftazidim, Aztreonam.
3. Aminoglikosida
Aktivitasnya bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi dinding bakteri
dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA)
diganggu sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan. Efek ini tidak saja terjadi pada
fase pertumbuhan juga bila kuman tidak membelah diri. Contohnya : Streptomisin,
Gentamisin, Amiksin, Neomisin Paromomisin.
4. Tetrasiklin
Mekanisme kerja berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spectrum
kerjanya luas dan meliputi banyak cocci Gram-positif dan Gram-negatif serta
kebanyakan bacilli, kecuali pseudomonas dan proteus. Contohnya: Tetrasiklin,
Doksisiklin.
5. Makrolida dan linkomisin
Eritromisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri Gram-positif, dan
spectrum kerjanya mirip penisilin-G. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan
reversible pada ribosom kuman, sehingga sintesis proteinnya dirintangi. Contohnya:
Eritromisin, Azitromisin, Spiramisin, Linkomisin.
6. Polipeptida
Khasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya dan
kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga
permeabilitas sel meningkat dan akhirnya sel meletus. Contohnya : Polimiksin B,
Basitrasin, Gramsidin.
7. Antibiotika lainnya
Khasiatnya bersifat bakteriostatis terhadap enterobacter dan Staphylococcus
aureus berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman. Contohnya:
Kloramfenikol, Vankomisin, Asam fusidat, Mupirosin, Spektinomisin.
Daftar Pustaka

Djidje, M.N., dan Sartini. 2005. Instrumental Mikrobiologi Farmasi. Makassar:


UNHAS.

Dwidjoseputro. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Ganiswarna, S.G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: Universitas


Indonesia.

Hermawan, A. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L.) terhadap
Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escheriia coli Dengan Metode Difusi Disk.
Artikel Ilmiah. Surabaya: Universitas Airlangga.

Kusmayanti dan Agustini, N. W. S. 2007. Uji Aktivitas Antibakteri dari Mikroalga


Porphyridium cruentum. Biodiversitas. 8, 1412-03.

Radji, DR. Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi &
Kedokteran.

Soemarno. 1976. Mikrobiologi. Makassar: Universitas Hassanudin.

Tjay, T.H., Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai