Masyarakat Dan Keadilan
Masyarakat Dan Keadilan
Kelompok 7
Oleh:
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah dengan judul
“MASYARAKAT DAN KEADILAN”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi teman-teman pembaca
dan menjadikan amal sholeh bagi penyusun makalah ini. Amin Yaarobbal
A’lamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Kesimpulan...........................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Kandungan QS. Al-Hujarat ayat 11-13?
b. Bagaimana Kandungan QS. Ar-Ra’d ayat 11 dan Al-Anfal ayat 53?
c. Bagaimana Kandungan QS. An-Nissa ayat 58 dan Surah An-Nahal
ayat 90?
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
ٓا ٍءBBوا َخ ْيرًا ِّم ْنهُ ْم َواَل نِ َسٓا ٌء ِّمن نِّ َس ۟ ُم ِّمن قَوْ ٍم َع َس ٰ ٓى أَن يَ ُكونBٌ ْوا اَل يَ ْسخَرْ قَو ۟ ُٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن
َ
قBُ وB ُم ْٱلفُ ُسBٱٱِلس
ْ س َ ب ۖ بِ ْئِ َٱأْل َ ْل ٰقBِوا ب
۟ َع َس ٰ ٓى أَن يَ ُك َّن خَ ْيرًا ِّم ْنه َُّن ۖ َواَل ت َْل ِم ُز ٓو ۟ا أَنفُ َس ُك ْم َواَل تَنَابَ ُز
ٰ ٓ
ك هُ ُم ٱلظَّلِ ُمون Bَ ِبَ ْع َد ٱإْل ِ ي ٰ َم ِن ۚ َو َمن لَّ ْم يَتُبْ فَأ ُ ۟و ٰلَئ
3
وا َواَل يَ ْغتَب ۟ Bَّسُ ْض ٱلظَّنِّ إِ ْث ٌم ۖ َواَل تَ َجس َ يرًا ِّمنَ ٱلظَّنِّ إِ َّن بَعBBِوا َكثB ۟ Bُٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن
۟ Bُوا ٱجْ تَنِبB
َ
۟ ُض ُكم بَ ْعضًا ۚ أَي ُِحبُّ أَ َح ُد ُك ْم أَن يَأْ ُك َل لَحْ م أَ ِخي ِه م ْيتًا فَ َكر ْهتُ ُموهُ ۚ َوٱتَّق
ٌ َّوابB َوا ٱهَّلل َ ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ ت ُ بَّ ْع
ِ َ َ
َّحيم
ِ ر
َ ل لِتَ َعBَ ِى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَٓائBٰ َٰيَٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوأُنث
َدBم ِعنBْ َر َم ُكBا ۚ إِ َّن أَ ْكB۟ارفُ ٓو
ٱهَّلل ِ أَ ْتقَ ٰى ُك ْم ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.1
4
orang kafir. (Seburuk-buruk nama) panggilan yang telah disebutkan di atas, yaitu
memperolok-olokkan orang lain mencela dan memanggil dengan nama julukan yang
buruk (ialah nama yang buruk sesudah iman) lafal Al-Fusuuq merupakan Badal dari lafal
Al-Ismu, karena nama panggilan yang dimaksud memberikan pengertian fasik dan juga
karena nama panggilan itu biasanya diulang-ulang (dan barang siapa yang tidak bertobat)
dari perbuatan tersebut (maka mereka itulah orang-orang yang lalim.)2
Menurut tafsir tersebut, disimpukan bahwa dugaan atau prasangka yang tidak
benar adalah dosa. Biasanya, dugaan yang tidak berdasar dan mengakibatkan dosa
adalah dugaan buruk terhadap pihak lain. Sedangkan ghibah/menggunjing.
2
tafsirq.com QS. Hujarat ayat 11.
3
ibit. QS. Hujarat ayat 12.
5
Adalah menyebut orang lain yang tidak hadir dihadapan penyebutnya dengan
suatu yang tidak disenangi oleh yang bersangkutan. Walaupun yang diugkap
adalah hal yang benar-benar dilakukan oleh objek ghibah hal itu tetaplah
perbuatan terlarang. Dengan menghindari sifat ini mak akan terjalin rasa
kekeluargaan dan saling percya antar masyarakat.
(Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan) yakni dari Adam dan Hawa (dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa)
lafal Syu'uuban adalah bentuk jamak dari lafal Sya'bun, yang artinya tingkatan nasab
keturunan yang paling tinggi (dan bersuku-suku) kedudukan suku berada di bawah
bangsa, setelah suku atau kabilah disebut Imarah, lalu Bathn, sesudah Bathn adalah
Fakhdz dan yang paling bawah adalah Fashilah. Contohnya ialah Khuzaimah adalah
nama suatu bangsa, Kinanah adalah nama suatu kabilah atau suku, Quraisy adalah nama
suatu Imarah, Qushay adalah nama suatu Bathn, Hasyim adalah nama suatu Fakhdz, dan
Al-Abbas adalah nama suatu Fashilah (supaya kalian saling kenal-mengenal) lafal
Ta'aarafuu asalnya adalah Tata'aarafuu, kemudian salah satu dari kedua huruf Ta dibuang
sehingga jadilah Ta'aarafuu; maksudnya supaya sebagian dari kalian saling mengenal
sebagian yang lain bukan untuk saling membanggakan ketinggian nasab atau keturunan,
karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dinilai dari segi ketakwaan. (Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) tentang kalian (lagi Maha Mengenal) apa yang
tersimpan di dalam batin kalian.4
Berdasarkan tafsiran di atas apat kita simpiukan bahwa kita dianjurkan untk saling
mengenal dengan tujuan saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain guna
menigkatkan ketakwaan kepada Allah swt. sehingga dampaknya tercermin pada
kedamaian dan kesehjatraan hidup duniawi dan kebahagiaan ukhrawi. Demikian
juga halnya dengan pengenalan terhadapnya, semakin banyak pengenalan
terhadapnya, semakin banyak pula rahasia yang terungkap, dan ini nantinya akan
melahirkan pengetahuan serta tumbuhnya rasa syukur terhadap Allah swt.
6
“dan janganlah kalian panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk” (QS.
Al-Hujurat: 11).
Imam Turmuzi memberikan komentarnya, bahwa hadis ini berpredikat hasan.
Imam Hakim dan lain-lainnya telah mengetengahkan sebuah hadis yang juga
melalui hadus yang diriwayatkan oleh Jubair Ibnud Dahhak, bahwasannya nama-
nama julukan adalah sesuatu yang telah membudaya di jaman Jahiliah. Lalu pada
suatu hari Nabi SAW memanggil salah seorang diantara mereka dengan nama
julukannya. Maka ada orang lain yang mengatakan kepadanya: “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya nama julukan itu sangat tidak disukainya”, lalu Allah
SWT menurunkan firman-Nya:
“dan janganlahb kalian panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk”
(QS. Al-Hujurat: 11).
Menurut hadits yang diketengahkan oleh Imam Ahmad yang juga melalui
Jubair, orang-orang Bani Salamah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan
berkenaan mengenai kami yaitu:
“dan janganlah kalian panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk” (QS.
Al-Hujurat: 11).
Ketika Nabi SAW datang ke Madinah, pada saat itu di Madinah setiap orang
lelaki diantara kami pasti mempunyai dua atau tiga nama. Rasulullah SAW
apabila memanggil salah seorang dari mereka memakai salah satu dari nama-
nama tersebut. Akhirnya lama-kelamaan mereka berkata “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya nama yang engkau pakai untuk memanggilnya itu tidak disukai
sama sekali”. Maka turunlah ayat:
Dan janganlah kalian menggunjing sebagian yang lain.... (QS. Al-Hujurat: 12).
Ibnu Munzir telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Ibnu Juraij yang
telah menceritakan, mereka menduga bahwa ayat ini diturunkan mengenai Salman
Al-Farisi r.a., yaitu ketika ia makan, lalu tidur dan sewaktu tidur, ia kentut; lalu
ada seorang laki-laki mempergunjingkan tentang makan dan tidur Salman itu.
Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Ibnu Abu
Mulaikah yang telah menceritakan bahwa ketika penaklukkan kota mekkah, Bilal
langsung naik ke atas Ka’bah, kemudian mengumandngkan suara azan. Lalu
sebagian orang mengatakan: “apakah hamba sahaya yang hitam ini berani azan
diatas Ka’bah?” sebagian dari mereka mengatakan: “jika Allah murka, niscaya
Dia akan mencegahnya”. Lalu Allah menurunkan firmannya:
7
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan....(QS. Al-Hujurat: 13).5
Munasabah Al-hujarat:
Surah Al-Hujurat tersusun diantara Surah Al-Fat’h dan Surah AlQaaf. Surat
al-Hujurat persesuaian dengan surat sebelumnya adalah surat alFath:
a) Pada awal surah Al-Qaaf disebutkan beberapa sifat orang kafir yang
mengingkari kenabian dan hari kebangkitan.
b) Surah Al-Hujurat lebih menguraikan soal-soal duniawi manakala surah Al-
Qaaf lebih banyak menguraikan tentang ukhrawi.
5
http://digilib.uinsby.ac.id/649/6/Bab%203.pdf Hal. 54-56.
8
ْ َ" يَحْ ِملُه ي ُِحبُّ الجْ َما َل الك ْب ُر ب: يَ ُكوْ نَ ثوْ بُهُ حض َسنًا َونعْلهُ َح َسنَة ؟ قَا َل
َّ ْط ُر الح
ق َو
(Bَغ ْمصُالنَّاس )رواه الترميذى
Artinya: Dari Abdullah Ibn Masud ra., dari Nabi SAW beliau bersabda: Tidak akan
masuk surga seseorang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji Dzarrah dari
sifat sombong. Seseorang bertanya: Apakah seseorang itu menyenangi
apabila pakaian dan sandalnya bagus? Sesungguhnya Allah indah dan
menyukai sesuatu yang indah. Kesombongan itu ialah mencampakkan
kebenaran danmenghinakan manusia. (HR Tirmidzi). 6
Makna yang dimaksud ialah jangan lah kamu mencela urang lain, dengan
bermodalkan kesombongan sebab perbuatan itu adalah perbuatan tercela dan di
laknat oleh Allah.
6
Muhammad Jamil Athtar, Sunan Tirmidzi, (Beirut: darul Fikr, 1994) Juz III, Hal. 402.
7
Zainuddin, Bahaya Lidah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Hal. 169.
9
ِ Bونَهۥُ ِم ْن أَ ْمBBُ ِه َو ِم ْن خَ ْلفِِۦه يَحْ فَظBت ِّم ۢن بَي ِْن يَ َد ْي
وْ ٍم َحتَّ ٰىBBَا بِقBBر ٱهَّلل ِ ۗ إِ َّن ٱهَّلل َ اَل يُ َغيِّ ُر َمB ٌ َلَ ۥهُ ُم َعقِّ ٰب
ٍ ُوا َما بِأَنفُ ِس ِه ْم ۗ َوإِ َذٓا أَ َرا َد ٱهَّلل ُ بِقَوْ ٍم س ُٓو ًءا فَاَل َم َر َّد لَ ۥهُ ۚ َو َما لَهُم ِّمن دُونِ ِهۦ ِمن َو
ال B۟ يُ َغيِّر
Artinya: (Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali
tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada
suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka
sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui .
b. Tafsir
Kedua ayat ini memiliki makna yang mirip, yaitu membicarakan nasib
manusia. Adapun tafsiran ayat Ar-ra’d yakni:
10
pada diri mereka sendiri) dari keadaan yang baik dengan melakukan perbuatan
durhaka. (Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum) yakni
menimpakan azab (maka tak ada yang dapat menolaknya) dari siksaan-siksaan
tersebut dan pula dari hal-hal lainnya yang telah dipastikan-Nya (dan sekali-kali
tak ada bagi mereka) bagi orang-orang yang telah dikehendaki keburukan oleh
Allah (selain Dia) selain Allah sendiri (seorang penolong pun) yang dapat
mencegah datangnya azab Allah terhadap mereka. Huruf min di sini adalah
zaidah.8
Kata mim dalam ayat Ar-Ra’d merupakan bentuk isim mausul yang berarti
sesuatu atau apa saja. Secara mufradat tidak ada bermakna nasib. Ada kalanya Al-
Qur’am ,enafsirkan ayat lain yang kurang jelas, demikian pula dijelaskan dalam
ayat ini. Oleh karena itu mari kita perhatikan surah Al-Anfal ayat 53 yang
memiliki kemiripan diantara keduanya. Apabila kita sesuaikan dengan maksud
surah Al-Anfal, maka akan terlihat jelas makna yang terkandung dalam kalimat
وْ ٍمBBَ َما بِقbukan lah nasib melaikan nikmat. Jika makna yang terkandung dalam
kalimat ini bermakna nasib, maka hal itu bertentangan dengan rukun iman yang
keenam.
Dengan demikian, maksud ayat ayat 11 Surat ar-Ra’d dan ayat 53 Surat al-
Anfal adalah pada adatnya, Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-
Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tidak merubah ketaatan dan bersyukur
kepada Allah kepada perbuatan maksiat.
8
Loc. Cit. tafsir.com QS. Ar-a’d ayat 11.
11
didapat oleh kaum Muslimin yang lain, dan engkau pun akan menerima seperti
apa yang mereka alami?" Lalu Amir berkata lagi, "Apakah engkau akan
menjadikan aku sebagai penggantimu sesudahmu?" Rasulullah saw. menjawab,
"Hal tersebut bukan untukmu dan bukan untuk kaummu." Lalu mereka berdua
keluar dari majelis Rasulullah saw. Setelah mereka keluar, lalu Amir berkata
kepada Arbad, "Bagaimana kalau aku menyibukkan diri Muhammad dengan
berbicara kepadanya, kemudian dari belakang kamu tebas dia dengan pedangmu?"
Arbad setuju dengan usul tersebut, lalu keduanya kembali lagi menemui
Rasulullah saw. Sesampainya di sana Amir berkata, "Hai Muhammad! Berdirilah
bersamaku, aku akan berbicara kepadamu." Kemudian Amir berbicara
kepadanya, dan Arbad menghunus pedangnya; akan tetapi ketika Arbad
meletakkan tangannya pada pegangan pedangnya, tiba-tiba tangannya lumpuh.
Dan Rasulullah saw. melirik kepadanya serta melihat tingkahnya itu dengan jelas,
lalu beliau berlalu meninggalkan mereka. 9
Maka setelah itu keduanya pergi, dan ketika mereka berdua sampai di
kampung Ar-Raqm, lalu Allah mengutus halilintar kepada Arbad untuk
menyambarnya, maka halilintar itu membunuhnya. Kemudian turunlah firman-
Nya, "Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan..." (Q.S. Ar-
Ra'd 8) sampai dengan firman-Nya, "Dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-
Nya." (Q.S. Ar-Ra'd 13).
9
http://zairifblog.blogspot.com/2012/12/asbabun-nuzul-surat-ar-radu-ayat-11.html
12
Ada anggapan keliru dikalangan masyarakat, bahwa makna surat Ar Ra’d
ayat 11 selalu diartikan Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga
mereka sendiri mau merubahnya, ini adalah tafsir yang keliru dan sesat, sebab
yang dirubah oleh Allah dalam ayat itu adalah keadaan seseorang terkait dengan
hukum sebab akibat.
Kedua ayat ini saling berkaitan dimana dalam surah Ar-Ra’d ayat 11
menjelaskan nikmat atau nasib seseorang dapat berubah yang dimana ayat ini
turun karena ada sabab. Sedangkan Al-Anfal ayat 53 menjadi penjelas bagi surah
Ar-Ra’d serta memberikan penegasan bagi orang yang mengolok-olok dan
menggunjing/ghibah.
d. Hadits dan pendapat Muffasir
Kedua ayat ini menjelaskan sebuah keputusan yang adil dalam memberi
hukuman. Sebab Allah tidak akan mengubah nikmat yang telah dikaruniakan pada
suatu kaum berupa perdamaian, kesehjatraan hidup dan kesehatan selama mereka
tidak merubah karunia tersebut dengan perilaku mereka sendir yang menyebankan
nikmat tersebut rusak atau hilang. Contohnya seorang pemimpin yang kehilangan
jabatannya karena melakukan korupsi.
ۚ ْد ِلBوا بِ ْال َعBBاس أَ ْن تَحْ ُك ُم ِ اBBَإِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَ ْن تُ َؤ ُّدوا اأْل َ َمان
ِ َّا َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ النBBَت إِلَ ٰى أَ ْهلِه
صيرًا ِ َإِ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ِه ۗ إِ َّن هَّللا َ َكانَ َس ِميعًا ب
13
Surah An-Nahal ayat 90
ۚ يBِ ر َو ْالبَ ْغB ِ إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َس
ِ Bا ِء َو ْال ُم ْن َكB ى َع ِن ْالفَحْ َشBٰ َرْ بَ ٰى َويَ ْنهBBُان َوإِيتَا ِء ِذي ْالق
َم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُونBْ يَ ِعظُ ُك
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.
b. Tafsir
Tafsir surat An-Nisa ayat 58
(Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat) artinya
kewajiban-kewajiban yang dipercayakan dari seseorang (kepada yang berhak
menerimanya) ayat ini turun ketika Ali r.a. hendak mengambil kunci Kakbah dari
Usman bin Thalhah Al-Hajabi penjaganya secara paksa yakni ketika Nabi saw.
datang ke Mekah pada tahun pembebasan. Usman ketika itu tidak mau
memberikannya lalu katanya, "Seandainya saya tahu bahwa ia Rasulullah tentulah
saya tidak akan menghalanginya." Maka Rasulullah saw. pun menyuruh
mengembalikan kunci itu padanya seraya bersabda, "Terimalah ini untuk selama-
lamanya tiada putus-putusnya!" Usman merasa heran atas hal itu lalu dibacakannya
ayat tersebut sehingga Usman pun masuk Islamlah. Ketika akan meninggal kunci
itu diserahkan kepada saudaranya Syaibah lalu tinggal pada anaknya. Ayat ini
walaupun datang dengan sebab khusus tetapi umumnya berlaku disebabkan
persamaan di antaranya (dan apabila kamu mengadili di antara manusia) maka
Allah menitahkanmu (agar menetapkan hukum dengan adil. Sesungguhnya Allah
amat baik sekali) pada ni`immaa diidgamkan mim kepada ma, yakni nakirah
maushufah artinya ni`ma syaian atau sesuatu yang amat baik (nasihat yang
diberikan-Nya kepadamu) yakni menyampaikan amanat dan menjatuhkan putusan
secara adil. (Sesungguhnya Allah Maha Mendengar) akan semua perkataan (lagi
Maha Melihat) segala perbuatan.10
14
pula halnya dengan penyebutan lafal al-fahsyaa (Dia memberi pengajaran kepada
kalian) melalui perintah dan larangan-Nya (agar kalian dapat mengambil pelajaran)
mengambil pelajaran dari hal tersebut. Di dalam lafal tadzakkaruuna menurut
bentuk asalnya ialah huruf ta-nya diidghamkan kepada huruf dzal. Di dalam kitab
Al-Mustadrak disebutkan suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Masud yang
telah mengatakan, bahwa ayat ini yakni ayat 90 surah An-Nahl, adalah ayat yang
paling padat mengandung anjuran melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan di
dalam Al-qur’an.11
11
Loc. Cit. tafsir.com QS. An-Nahal ayat 90
12
Jalaluddin As-Suyuthi, Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, Hal. 179.
15
Ta'aala, misalnya dengan mentauhidkan-Nya dan tidak berbuat syirk, menaati-
Nya dan tidak mendurhakai, mengingat-Nya dan tidak melupakan, serta bersyukur
kepada-Nya dan tidak kufur. Kepada manusia, misalnya dengan memenuhi
haknya. Jika sebagai pemimpin, maka ia memenuhi kewajibannya terhadap orang
yang berada di bawah kepemimpinannya, baik ia sebagai pemimpin dalam ruang
lingkup yang besar (imamah kubra), menjabat sebagai qadhi (hakim), wakil
khalifah atau wakil qadhi. Adil juga berlaku dalam muamalah, yaitu dengan
bermula amalah dalam akad jual beli dan tukar-menukar dengan memenuhi
kewajiban kita, tidak mengurangi hak orang lain (seperti mengurangi takaran dan
timbangan), tidak menipu dan tidak menzalimi.
Yaitu dosa besar yang dianggap keji baik oleh syaraâ maupun fitrah,
seperti syirk, membunuh dengan tanpa hak, zina, mencuri, âujub, sombong,
merendahkan manusia, dan lain-lain.
Ada yang menafsirkan baghyu dengan, perbuatan dosa yang terkait dengan
manusia. Dengan perintah dan larangan. Ayat ini mencakup semua perintah dan
larangan, di mana tidak ada sesuatu pun kecuali masuk di dalamnya. Ayat ini
merupakan kaidah, di mana masalah (satuan) masuk ke dalamnya. Oleh karena
itu, setiap perkara yang mengandung keadilan, ihsan, dan memberi kepada
kerabat, maka hal ini termasuk yang diperintahkan Allah, sedangkan setiap
perkara yang mengandung perkara keji, munkar atau zalim kepada manusia, maka
16
hal ini termasuk yang dilarang Allah. Maka Mahasuci Allah, yang menjadikan
dalam firman-Nya petunjuk, cahaya, dan pembeda antara sesuatu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
adakalanya dengan berjalan berisyarat dengan apa-apa yang menunjukkan kearah
tersebut.
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
Athtar, Muhammad Jamil. 1994. Sunan Tirmidzi. Beirut: darul Fikr, 1994.
Juz III. As-Suyuthi, Jalaluddin. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an.
http://digilib.uinsby.ac.id/649/6/Bab%203.pdf
http://zairifblog.blogspot.com/2012/12/asbabun-nuzul-surat-ar-radu-ayat-
11.html
19