Anda di halaman 1dari 22

MASYARAKAT DAN KEADILAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah: Pengantar Tata Hukum Indonesia
Dosen: H. AKHMAD DASUKI, Lc., M.A.

Kelompok 7
Oleh:

MUHAMMAD FAJAR IKHSAN


NIM 1904120133
MUNA DAHLIA
NIM 1904120006
HARFANI
NIM 1904120037

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
1441 H/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah dengan judul
“MASYARAKAT DAN KEADILAN”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi teman-teman pembaca
dan menjadikan amal sholeh bagi penyusun makalah ini. Amin Yaarobbal
A’lamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Palangka Raya, 21 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Surah Al-Hujarat Ayat 11-13................................................................3


B. Surah Ar-Ra’d Ayat 11 dan Al-Anfal Ayat 53.....................................9
C. Surah An-Nisa Ayat 58 dan An-Nahal Ayat 90..................................12

BAB III PENUTUP.........................................................................................16

A. Kesimpulan...........................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang unik, sekaligus makhluk dengan


sebaik-baik ciptaan dibanding dengan kebanyakan makhluk lainnya, Dikatakan
unik karena dalam diri manusia terhimpun potensi al-malak (kebaikan) dan juga
potensi al-iblis (keburukan), dan dua potensi inilah yang disebut Muhammad
‘Abduh al-quwwah al-tabi’iyyah sebagai kekuatan alami manusia. Tidak heran
jika banyak kajian yang mengupas tentang manusia. Sementara itu, perkembangan
ilmu pengetahuan pun telah banyak mengkaji sosok manusia dari segala aspek.
Hal ini terlihat dari munculnya berbagai macam disiplin keilmuan yang
membahas makhluk yang bernama manusia.

Sebagai contoh ilmu kedokteran yang banyak membahas tentang anatomi


manusia. Ilmu antropologi dan sosiologi mengkaji aspek manusia dari sisi
perilaku manusia serta hubungannya dengan lingkungan. Allah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sangat kompleks sekali, terbukti dengan beratus
bahkan beribu-ribu syaraf dan organ yang ada di dalam tubuh manusia. Manusia
yang tercipta dari tanah itu pun yang kemudian menjadi pemimpin di bumi.
Bahkan sebagai makhluk terbaik (dalam penciptaannya) dibanding makhluk yang
lain seperti hewan, jin bahkan malaikat sekalipun. Apakah benar adanya? Untuk
itu dalam makalah ini akan kami kaji dan paparkan  dari berbagai tafsiran ayat-
ayat Al-Quran mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan manusia.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Kandungan QS. Al-Hujarat ayat 11-13?
b. Bagaimana Kandungan QS. Ar-Ra’d ayat 11 dan Al-Anfal ayat 53?
c. Bagaimana Kandungan QS. An-Nissa ayat 58 dan Surah An-Nahal
ayat 90?

1
C. Tujuan

a. Memahami Kandungan QS. Al-Hujarat ayat 11-13.


b. Memahami Kandungan QS. Ar-Ra’d ayat 11 dan Al-Anfal ayat
53.
c. Memahami Kandungan QS. An-Nissa ayat 58 dan Surah An-
Nahal ayat 90.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Surah Al-Hujarat ayat 11-13


a. QS. Al-Hujarat 11-13

Bunyi Surah Al-Hujarat ayat 11-13, yaitu:

‫ٓا ٍء‬BB‫وا َخ ْيرًا ِّم ْنهُ ْم َواَل نِ َسٓا ٌء ِّمن نِّ َس‬ ۟ ُ‫م ِّمن قَوْ ٍم َع َس ٰ ٓى أَن يَ ُكون‬Bٌ ْ‫وا اَل يَ ْسخَرْ قَو‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ
‫ق‬Bُ ‫و‬B‫ ُم ْٱلفُ ُس‬B‫ٱٱِلس‬
ْ ‫س‬ َ ‫ب ۖ بِ ْئ‬ِ َ‫ٱأْل َ ْل ٰق‬Bِ‫وا ب‬
۟ ‫َع َس ٰ ٓى أَن يَ ُك َّن خَ ْيرًا ِّم ْنه َُّن ۖ َواَل ت َْل ِم ُز ٓو ۟ا أَنفُ َس ُك ْم َواَل تَنَابَ ُز‬
ٰ ٓ
‫ك هُ ُم ٱلظَّلِ ُمون‬ Bَ ِ‫بَ ْع َد ٱإْل ِ ي ٰ َم ِن ۚ َو َمن لَّ ْم يَتُبْ فَأ ُ ۟و ٰلَئ‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki


merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik
dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka
mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-
orang yang zalim.

3
‫وا َواَل يَ ْغتَب‬ ۟ B‫َّس‬ُ ‫ْض ٱلظَّنِّ إِ ْث ٌم ۖ َواَل تَ َجس‬ َ ‫يرًا ِّمنَ ٱلظَّنِّ إِ َّن بَع‬BBِ‫وا َكث‬B ۟ Bُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ Bُ‫وا ٱجْ تَنِب‬B
َ
۟ ُ‫ض ُكم بَ ْعضًا ۚ أَي ُِحبُّ أَ َح ُد ُك ْم أَن يَأْ ُك َل لَحْ م أَ ِخي ِه م ْيتًا فَ َكر ْهتُ ُموهُ ۚ َوٱتَّق‬
ٌ‫ َّواب‬B َ‫وا ٱهَّلل َ ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ ت‬ ُ ‫بَّ ْع‬
ِ َ َ
‫َّحيم‬
ِ ‫ر‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka


(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang.

َ ‫ل لِتَ َع‬Bَ ِ‫ى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَٓائ‬Bٰ َ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوأُنث‬
‫ َد‬B‫م ِعن‬Bْ ‫ َر َم ُك‬B‫ا ۚ إِ َّن أَ ْك‬B۟‫ارفُ ٓو‬
‫ٱهَّلل ِ أَ ْتقَ ٰى ُك ْم ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.1

b. Tafsir QS. Al-Hujarat 11-13


Tafsir ayat 11:
(Hai orang-orang yang beriman, janganlah berolok-olokan) dan seterusnya, ayat ini
diturunkan berkenaan dengan delegasi dari Bani Tamim sewaktu mereka mengejek
orang-orang muslim yang miskin, seperti Ammar bin Yasir dan Shuhaib Ar-Rumi. As-
Sukhriyah artinya merendahkan dan menghina (suatu kaum) yakni sebagian di antara
kalian (kepada kaum yang lain karena boleh jadi mereka yang diolok-olokkan lebih baik
dari mereka yang mengolok-olokkan) di sisi Allah (dan jangan pula wanita-wanita) di
antara kalian mengolok-olokkan (wanita-wanita lain karena boleh jadi wanita-wanita
yang diperolok-olokkan lebih baik dari wanita-wanita yang mengolok-olokkan dan
janganlah kalian mencela diri kalian sendiri) artinya, janganlah kalian mencela, maka
karenanya kalian akan dicela; makna yang dimaksud ialah, janganlah sebagian dari kalian
mencela sebagian yang lain (dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan gelar-gelar
yang buruk) yaitu janganlah sebagian di antara kalian memanggil sebagian yang lain
dengan nama julukan yang tidak disukainya, antara lain seperti, hai orang fasik, atau hai
1
QS. Al- Hujarat, Ayat: 11-13.

4
orang kafir. (Seburuk-buruk nama) panggilan yang telah disebutkan di atas, yaitu
memperolok-olokkan orang lain mencela dan memanggil dengan nama julukan yang
buruk (ialah nama yang buruk sesudah iman) lafal Al-Fusuuq merupakan Badal dari lafal
Al-Ismu, karena nama panggilan yang dimaksud memberikan pengertian fasik dan juga
karena nama panggilan itu biasanya diulang-ulang (dan barang siapa yang tidak bertobat)
dari perbuatan tersebut (maka mereka itulah orang-orang yang lalim.)2

Dari tafsiran diatas dapat disimpulkan bahwa kita tidak diperbolehkan


mengolok-olok atau mengejek pihak lain dengan tujuan menertawakan yang
bersangkutan, baik dengan ucapan, perbuatan atau tingkah laku yang
mengandunga makna kefasikan. Karena dampak buruk dari ejekan itu
kemungkinan akan menimpa sipengejek, bahkan tidak mustahil ia memperoleh
ejekan yang lebih buruk dari pada yang diejek itu. Selain itu, hal tersebut
merupakan benih dari perpecahan sosial yng sudah terbangun.

Tafsir ayat 12:

(Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya


sebagian prasangka itu adalah dosa) artinya, menjerumuskan kepada dosa, jenis
prasangka itu cukup banyak, antara lain ialah berburuk sangka kepada orang mukmin
yang selalu berbuat baik. Orang-orang mukmin yang selalu berbuat baik itu cukup
banyak, berbeda keadaannya dengan orang-orang fasik dari kalangan kaum muslimin,
maka tiada dosa bila kita berburuk sangka terhadapnya menyangkut masalah keburukan
yang tampak dari mereka (dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain) lafal
Tajassasuu pada asalnya adalah Tatajassasuu, lalu salah satu dari kedua huruf Ta dibuang
sehingga jadilah Tajassasuu, artinya janganlah kalian mencari-cari aurat dan keaiban
mereka dengan cara menyelidikinya (dan janganlah sebagian kalian menggunjing
sebagian yang lain) artinya, janganlah kamu mempergunjingkan dia dengan sesuatu yang
tidak diakuinya, sekalipun hal itu benar ada padanya. (Sukakah salah seorang di antara
kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati?) lafal Maytan dapat pula dibaca
Mayyitan; maksudnya tentu saja hal ini tidak layak kalian lakukan. (Maka tentulah kalian
merasa jijik kepadanya) maksudnya, mempergunjingkan orang semasa hidupnya sama
saja artinya dengan memakan dagingnya sesudah ia mati. Kalian jelas tidak akan
menyukainya, oleh karena itu janganlah kalian melakukan hal ini. (Dan bertakwalah
kepada Allah) yakni takutlah akan azab-Nya bila kalian hendak mempergunjingkan orang
lain, maka dari itu bertobatlah kalian dari perbuatan ini (sesungguhnya Allah Maha
Penerima tobat) yakni selalu menerima tobat orang-orang yang bertobat (lagi Maha
Penyayang) kepada mereka yang bertobat.3

Menurut tafsir tersebut, disimpukan bahwa dugaan atau prasangka yang tidak
benar adalah dosa. Biasanya, dugaan yang tidak berdasar dan mengakibatkan dosa
adalah dugaan buruk terhadap pihak lain. Sedangkan ghibah/menggunjing.

2
tafsirq.com QS. Hujarat ayat 11.
3
ibit. QS. Hujarat ayat 12.

5
Adalah menyebut orang lain yang tidak hadir dihadapan penyebutnya dengan
suatu yang tidak disenangi oleh yang bersangkutan. Walaupun yang diugkap
adalah hal yang benar-benar dilakukan oleh objek ghibah hal itu tetaplah
perbuatan terlarang. Dengan menghindari sifat ini mak akan terjalin rasa
kekeluargaan dan saling percya antar masyarakat.

Tafsir ayat 13.

(Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan) yakni dari Adam dan Hawa (dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa)
lafal Syu'uuban adalah bentuk jamak dari lafal Sya'bun, yang artinya tingkatan nasab
keturunan yang paling tinggi (dan bersuku-suku) kedudukan suku berada di bawah
bangsa, setelah suku atau kabilah disebut Imarah, lalu Bathn, sesudah Bathn adalah
Fakhdz dan yang paling bawah adalah Fashilah. Contohnya ialah Khuzaimah adalah
nama suatu bangsa, Kinanah adalah nama suatu kabilah atau suku, Quraisy adalah nama
suatu Imarah, Qushay adalah nama suatu Bathn, Hasyim adalah nama suatu Fakhdz, dan
Al-Abbas adalah nama suatu Fashilah (supaya kalian saling kenal-mengenal) lafal
Ta'aarafuu asalnya adalah Tata'aarafuu, kemudian salah satu dari kedua huruf Ta dibuang
sehingga jadilah Ta'aarafuu; maksudnya supaya sebagian dari kalian saling mengenal
sebagian yang lain bukan untuk saling membanggakan ketinggian nasab atau keturunan,
karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dinilai dari segi ketakwaan. (Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) tentang kalian (lagi Maha Mengenal) apa yang
tersimpan di dalam batin kalian.4

Berdasarkan tafsiran di atas apat kita simpiukan bahwa kita dianjurkan untk saling
mengenal dengan tujuan saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain guna
menigkatkan ketakwaan kepada Allah swt. sehingga dampaknya tercermin pada
kedamaian dan kesehjatraan hidup duniawi dan kebahagiaan ukhrawi. Demikian
juga halnya dengan pengenalan terhadapnya, semakin banyak pengenalan
terhadapnya, semakin banyak pula rahasia yang terungkap, dan ini nantinya akan
melahirkan pengetahuan serta tumbuhnya rasa syukur terhadap Allah swt.

c. Sababun nuzul dan Munasabah


Sababun nuzul ayat 11-13 yaitu sebagai berikut:
Para pemilik kitab sunnah yang empat telah mengetengahkan sebuah hadits
melalui Jubair Ibnud Dahhak yang telah menceritakan, bahwa seseorang diantara
kami pasti memiliki dua atau tiga nama, maka orang lain memanggil sebagian dari
nama-nama itu dengan maksud membuatnya jengkel, lalu turunlah ayat ini:
4
ibit. QS. Al-Hujarat ayat 13.

6
“dan janganlah kalian panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk” (QS.
Al-Hujurat: 11).
Imam Turmuzi memberikan komentarnya, bahwa hadis ini berpredikat hasan.
Imam Hakim dan lain-lainnya telah mengetengahkan sebuah hadis yang juga
melalui hadus yang diriwayatkan oleh Jubair Ibnud Dahhak, bahwasannya nama-
nama julukan adalah sesuatu yang telah membudaya di jaman Jahiliah. Lalu pada
suatu hari Nabi SAW memanggil salah seorang diantara mereka dengan nama
julukannya. Maka ada orang lain yang mengatakan kepadanya: “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya nama julukan itu sangat tidak disukainya”, lalu Allah
SWT menurunkan firman-Nya:
“dan janganlahb kalian panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk”
(QS. Al-Hujurat: 11).
Menurut hadits yang diketengahkan oleh Imam Ahmad yang juga melalui
Jubair, orang-orang Bani Salamah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan
berkenaan mengenai kami yaitu:
“dan janganlah kalian panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk” (QS.
Al-Hujurat: 11).
Ketika Nabi SAW datang ke Madinah, pada saat itu di Madinah setiap orang
lelaki diantara kami pasti mempunyai dua atau tiga nama. Rasulullah SAW
apabila memanggil salah seorang dari mereka memakai salah satu dari nama-
nama tersebut. Akhirnya lama-kelamaan mereka berkata “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya nama yang engkau pakai untuk memanggilnya itu tidak disukai
sama sekali”. Maka turunlah ayat:
Dan janganlah kalian menggunjing sebagian yang lain.... (QS. Al-Hujurat: 12).
Ibnu Munzir telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Ibnu Juraij yang
telah menceritakan, mereka menduga bahwa ayat ini diturunkan mengenai Salman
Al-Farisi r.a., yaitu ketika ia makan, lalu tidur dan sewaktu tidur, ia kentut; lalu
ada seorang laki-laki mempergunjingkan tentang makan dan tidur Salman itu.
Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Ibnu Abu
Mulaikah yang telah menceritakan bahwa ketika penaklukkan kota mekkah, Bilal
langsung naik ke atas Ka’bah, kemudian mengumandngkan suara azan. Lalu
sebagian orang mengatakan: “apakah hamba sahaya yang hitam ini berani azan
diatas Ka’bah?” sebagian dari mereka mengatakan: “jika Allah murka, niscaya
Dia akan mencegahnya”. Lalu Allah menurunkan firmannya:

7
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan....(QS. Al-Hujurat: 13).5

Munasabah Al-hujarat:

Surah Al-Hujurat tersusun diantara Surah Al-Fat’h dan Surah AlQaaf. Surat
al-Hujurat persesuaian dengan surat sebelumnya adalah surat alFath:

a) Pada akhir Surah Al-Fat’h dijelaskan bagaimana sifat-sifat orang yang


telah beriman yang memegang teguh ajaran Nabi Muhammad SAW.
Mereka bersikap tegas terhadap orang kafir yang mengingkari Nabi
Muhammad SAW dan sebaliknya berkasih sayang sesama Islam. Ini
menunjukkan perpaduan sesama Islam disandarkan kepada adalah
berteraskan akidah semata-mata.
b) Surah Al-Hujurat yang menerangkan tentang peraturan dan adab
sopan yang mesti diikuti oleh orang-orang beriman. Surah berikutnya
yaitu Al-Qaaf pula yang diturunkan di Mekah mengingatkan kita
kembali tentang adanya kiamat dan hari pembalasan. Segala perlakuan
di dunia ini akan dihisab oleh Allah dan diberi pembalasan.
Disebutkan juga bagaimana tahap keimanan orang-orang Arab Badwi
yang sebenarnya belum mantap.

Adapun persesuaian surat al-Hujurat dengan surat sesudahnya, yaitu surat


Qaaf adalah:

a) Pada awal surah Al-Qaaf disebutkan beberapa sifat orang kafir yang
mengingkari kenabian dan hari kebangkitan.
b) Surah Al-Hujurat lebih menguraikan soal-soal duniawi manakala surah Al-
Qaaf lebih banyak menguraikan tentang ukhrawi.

d. Hadits dan Pendapat Mufassir

َ ‫بي‬BB‫نى لن‬BB‫هُ َع‬B‫ؤي هللا َع ْن‬B


َ‫ "ال‬: ‫ا َ َل‬B‫ ق‬B‫لم‬B‫ ِه َو َس‬B‫لى هللا َعلَ ْي‬B‫ص‬ َ B‫د َرض‬Bٍ ْ‫ع َْن َع ْب ِد هللا ابْن َم ْسعُو‬
‫ "اِ َّن ال َّرج َُل ي ُِحبٌّ اَ ْن‬: ‫يَ ْذ ُخلُوْ نَ الجْ نَّة َم ْن كا َ نَ فِى قَ ْلبِ ِه ِم ْثقا َ ُل َذ ّر ٍة ِم ْن ِكب ٍْر "فَقَا َل َر ُج ٌل‬

5
http://digilib.uinsby.ac.id/649/6/Bab%203.pdf Hal. 54-56.

8
ْ َ‫" يَحْ ِملُه ي ُِحبُّ الجْ َما َل الك ْب ُر ب‬: ‫يَ ُكوْ نَ ثوْ بُهُ حض َسنًا َونعْلهُ َح َسنَة ؟ قَا َل‬
َّ ْ‫ط ُر الح‬
‫ق َو‬
(B‫َغ ْمصُالنَّاس )رواه الترميذى‬

Artinya: Dari Abdullah Ibn Masud ra., dari Nabi SAW beliau bersabda: Tidak akan
masuk surga seseorang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji Dzarrah dari
sifat sombong. Seseorang bertanya: Apakah seseorang itu menyenangi
apabila pakaian dan sandalnya bagus? Sesungguhnya Allah indah dan
menyukai sesuatu yang indah. Kesombongan itu ialah mencampakkan
kebenaran danmenghinakan manusia. (HR Tirmidzi). 6

Makna yang dimaksud ialah jangan lah kamu mencela urang lain, dengan
bermodalkan kesombongan sebab perbuatan itu adalah perbuatan tercela dan di
laknat oleh Allah.

Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi berpendapat bahwa


yang dimaksud dengan memperolok-olok ialah menganggap rendah derajat orang
lain, meremehkannya dan mengingatkan cela-cela dan kekurangan-kekurangan
dengan cara yang dapat menyebabkan ketawa. Cara ini dapat terjadi adakalanya
meniru percakapan atau perbuatan orang itu, dan adakalanya dengan berjalan
berisyarat dengan apa-apa yang menunjukkan kearah tersebut.7

B. Surah Ar-Ra’d Ayat 11 dan Al-Anfal Ayat 53


a. QS. Ar-Ra’d ayat 11 dan Al-Anfal ayat 53

Surah Ar-Ra’d ayat 11

6
Muhammad Jamil Athtar, Sunan Tirmidzi, (Beirut: darul Fikr, 1994) Juz III, Hal. 402.
7
Zainuddin, Bahaya Lidah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Hal. 169.

9
ِ B‫ونَهۥُ ِم ْن أَ ْم‬BBُ‫ ِه َو ِم ْن خَ ْلفِِۦه يَحْ فَظ‬B‫ت ِّم ۢن بَي ِْن يَ َد ْي‬
‫وْ ٍم َحتَّ ٰى‬BBَ‫ا بِق‬BB‫ر ٱهَّلل ِ ۗ إِ َّن ٱهَّلل َ اَل يُ َغيِّ ُر َم‬B ٌ َ‫لَ ۥهُ ُم َعقِّ ٰب‬
ٍ ‫ُوا َما بِأَنفُ ِس ِه ْم ۗ َوإِ َذٓا أَ َرا َد ٱهَّلل ُ بِقَوْ ٍم س ُٓو ًءا فَاَل َم َر َّد لَ ۥهُ ۚ َو َما لَهُم ِّمن دُونِ ِهۦ ِمن َو‬
‫ال‬ B۟ ‫يُ َغيِّر‬

Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di


muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia .

Surah Al-Anfal ayat 53

B۟ ‫م َحتَّ ٰى يُ َغيِّر‬Bٍ ْ‫ك ُم َغيِّرًا نِّ ْع َمةً أَ ْن َع َمهَا َعلَ ٰى قَو‬


‫ ِمي ٌع‬B ‫م ۙ َوأَ َّن ٱهَّلل َ َس‬Bْ ‫ ِه‬B ‫ُوا َما بِأَنفُ ِس‬ َ ِ‫ٰ َذل‬
ُ َ‫ك بِأ َ َّن ٱهَّلل َ لَ ْم ي‬
‫َعلِيم‬

Artinya: (Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali
tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada
suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka
sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui .

b. Tafsir
Kedua ayat ini memiliki makna yang mirip, yaitu membicarakan nasib
manusia. Adapun tafsiran ayat Ar-ra’d yakni:

(Baginya) manusia (ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran)


para malaikat yang bertugas mengawasinya (di muka) di hadapannya (dan di
belakangnya) dari belakangnya (mereka menjaganya atas perintah Allah)
berdasarkan perintah Allah, dari gangguan jin dan makhluk-makhluk yang lainnya.
(Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum) artinya Dia tidak
mencabut dari mereka nikmat-Nya (sehingga mereka mengubah keadaan yang ada

10
pada diri mereka sendiri) dari keadaan yang baik dengan melakukan perbuatan
durhaka. (Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum) yakni
menimpakan azab (maka tak ada yang dapat menolaknya) dari siksaan-siksaan
tersebut dan pula dari hal-hal lainnya yang telah dipastikan-Nya (dan sekali-kali
tak ada bagi mereka) bagi orang-orang yang telah dikehendaki keburukan oleh
Allah (selain Dia) selain Allah sendiri (seorang penolong pun) yang dapat
mencegah datangnya azab Allah terhadap mereka. Huruf min di sini adalah
zaidah.8

Kata mim dalam ayat Ar-Ra’d merupakan bentuk isim mausul yang berarti
sesuatu atau apa saja. Secara mufradat tidak ada bermakna nasib. Ada kalanya Al-
Qur’am ,enafsirkan ayat lain yang kurang jelas, demikian pula dijelaskan dalam
ayat ini. Oleh karena itu mari kita perhatikan surah Al-Anfal ayat 53 yang
memiliki kemiripan diantara keduanya. Apabila kita sesuaikan dengan maksud
surah Al-Anfal, maka akan terlihat jelas makna yang terkandung dalam kalimat
‫وْ ٍم‬BBَ‫ َما بِق‬bukan lah nasib melaikan nikmat. Jika makna yang terkandung dalam
kalimat ini bermakna nasib, maka hal itu bertentangan dengan rukun iman yang
keenam.

Dengan demikian, maksud ayat ayat 11 Surat ar-Ra’d dan ayat 53 Surat al-
Anfal adalah pada adatnya, Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-
Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tidak merubah ketaatan dan bersyukur
kepada Allah kepada perbuatan maksiat.

c. Sababun nuzul dan Munasabah

Imam Thabrani dan lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu


Abbas r.a., bahwasanya Arbad bin Qais dan Amir bin Thufail datang ke Madinah
menemui Rasulullah saw. Lalu Amir bin Thufail berkata, "Hai Muhammad!
Hadiah apakah yang akan engkau berikan kepadaku, jika aku masuk Islam?"
Rasulullah saw. menjawab, "Engkau akan mendapatkan sebagaimana apa yang

8
Loc. Cit. tafsir.com QS. Ar-a’d ayat 11.

11
didapat oleh kaum Muslimin yang lain, dan engkau pun akan menerima seperti
apa yang mereka alami?" Lalu Amir berkata lagi, "Apakah engkau akan
menjadikan aku sebagai penggantimu sesudahmu?" Rasulullah saw. menjawab,
"Hal tersebut bukan untukmu dan bukan untuk kaummu." Lalu mereka berdua
keluar dari majelis Rasulullah saw. Setelah mereka keluar, lalu Amir berkata
kepada Arbad, "Bagaimana kalau aku menyibukkan diri Muhammad dengan
berbicara kepadanya, kemudian dari belakang kamu tebas dia dengan pedangmu?"
Arbad setuju dengan usul tersebut, lalu keduanya kembali lagi menemui
Rasulullah saw. Sesampainya di sana Amir berkata, "Hai Muhammad! Berdirilah
bersamaku, aku akan berbicara kepadamu." Kemudian Amir berbicara
kepadanya, dan Arbad menghunus pedangnya; akan tetapi ketika Arbad
meletakkan tangannya pada pegangan pedangnya, tiba-tiba tangannya lumpuh.
Dan Rasulullah saw. melirik kepadanya serta melihat tingkahnya itu dengan jelas,
lalu beliau berlalu meninggalkan mereka. 9

Maka setelah itu keduanya pergi, dan ketika mereka berdua sampai di
kampung Ar-Raqm, lalu Allah mengutus halilintar kepada Arbad untuk
menyambarnya, maka halilintar itu membunuhnya. Kemudian turunlah firman-
Nya, "Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan..." (Q.S. Ar-
Ra'd 8) sampai dengan firman-Nya, "Dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-
Nya." (Q.S. Ar-Ra'd 13).

Kenikmatan yang dilimpahkan Allah kepada suatu masyarakat, bisa saja


hilang dan berubah menjadi adzab apabila masyarakatnya berbuat durhaka dan
maksiyat kepada Allah. Begitupun sebaliknya, keadaan yang buruk yang menimpa
masyarakat akan berubah menjadi menyenangkan dan penuh nikmat apabila
masyarakatnya berlaku takwa dan beramal sholeh.
Perubahan keadaan masyarakat dari positif ke negative ataupun sebaliknya
tersebut sudah menjadi sunnatullah. Allah telah membuat aturan-aturan baku di
alam ini, siapapun yang dapat menjalankan aturan-aturannya ini maka ia telah
berhasil merengkuh sunnatullah.

9
http://zairifblog.blogspot.com/2012/12/asbabun-nuzul-surat-ar-radu-ayat-11.html

12
Ada anggapan keliru dikalangan masyarakat, bahwa makna surat Ar Ra’d
ayat 11 selalu diartikan Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga
mereka sendiri mau merubahnya, ini adalah tafsir yang keliru dan sesat, sebab
yang dirubah oleh Allah dalam ayat itu adalah keadaan seseorang terkait dengan
hukum sebab akibat.
Kedua ayat ini saling berkaitan dimana dalam surah Ar-Ra’d ayat 11
menjelaskan nikmat atau nasib seseorang dapat berubah yang dimana ayat ini
turun karena ada sabab. Sedangkan Al-Anfal ayat 53 menjadi penjelas bagi surah
Ar-Ra’d serta memberikan penegasan bagi orang yang mengolok-olok dan
menggunjing/ghibah.
d. Hadits dan pendapat Muffasir

Kedua ayat ini menjelaskan sebuah keputusan yang adil dalam memberi
hukuman. Sebab Allah tidak akan mengubah nikmat yang telah dikaruniakan pada
suatu kaum berupa perdamaian, kesehjatraan hidup dan kesehatan selama mereka
tidak merubah karunia tersebut dengan perilaku mereka sendir yang menyebankan
nikmat tersebut rusak atau hilang. Contohnya seorang pemimpin yang kehilangan
jabatannya karena melakukan korupsi.

C. Surah An-Nissa Ayat 58 dan Surah An-Nahal Ayat 90


a. QS. An-Nisa ayat 58 dan An-Nahal ayat 90

Surah An-Nisa ayat 58

ۚ ‫ ْد ِل‬B‫وا بِ ْال َع‬BB‫اس أَ ْن تَحْ ُك ُم‬ ِ ‫ا‬BBَ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَ ْن تُ َؤ ُّدوا اأْل َ َمان‬
ِ َّ‫ا َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬BBَ‫ت إِلَ ٰى أَ ْهلِه‬
‫صيرًا‬ ِ َ‫إِ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ِه ۗ إِ َّن هَّللا َ َكانَ َس ِميعًا ب‬

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

13
Surah An-Nahal ayat 90
ۚ ‫ي‬Bِ ‫ر َو ْالبَ ْغ‬B ِ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َس‬
ِ B‫ا ِء َو ْال ُم ْن َك‬B ‫ى َع ِن ْالفَحْ َش‬Bٰ َ‫رْ بَ ٰى َويَ ْنه‬BBُ‫ان َوإِيتَا ِء ِذي ْالق‬
َ‫م لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬Bْ ‫يَ ِعظُ ُك‬
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.

b. Tafsir
Tafsir surat An-Nisa ayat 58
(Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat) artinya
kewajiban-kewajiban yang dipercayakan dari seseorang (kepada yang berhak
menerimanya) ayat ini turun ketika Ali r.a. hendak mengambil kunci Kakbah dari
Usman bin Thalhah Al-Hajabi penjaganya secara paksa yakni ketika Nabi saw.
datang ke Mekah pada tahun pembebasan. Usman ketika itu tidak mau
memberikannya lalu katanya, "Seandainya saya tahu bahwa ia Rasulullah tentulah
saya tidak akan menghalanginya." Maka Rasulullah saw. pun menyuruh
mengembalikan kunci itu padanya seraya bersabda, "Terimalah ini untuk selama-
lamanya tiada putus-putusnya!" Usman merasa heran atas hal itu lalu dibacakannya
ayat tersebut sehingga Usman pun masuk Islamlah. Ketika akan meninggal kunci
itu diserahkan kepada saudaranya Syaibah lalu tinggal pada anaknya. Ayat ini
walaupun datang dengan sebab khusus tetapi umumnya berlaku disebabkan
persamaan di antaranya (dan apabila kamu mengadili di antara manusia) maka
Allah menitahkanmu (agar menetapkan hukum dengan adil. Sesungguhnya Allah
amat baik sekali) pada ni`immaa diidgamkan mim kepada ma, yakni nakirah
maushufah artinya ni`ma syaian atau sesuatu yang amat baik (nasihat yang
diberikan-Nya kepadamu) yakni menyampaikan amanat dan menjatuhkan putusan
secara adil. (Sesungguhnya Allah Maha Mendengar) akan semua perkataan (lagi
Maha Melihat) segala perbuatan.10

Tafsir surah An-Nahal ayat 90


(Sesungguhnya Allah menyuruh kalian berlaku adil) bertauhid atau berlaku adil
dengan sesungguhnya (dan berbuat kebaikan) menunaikan fardu-fardu, atau
hendaknya kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya sebagaimana
yang telah dijelaskan oleh hadis (memberi) bantuan (kepada kaum kerabat) famili;
mereka disebutkan secara khusus di sini, sebagai pertanda bahwa mereka harus
dipentingkan terlebih dahulu (dan Allah melarang dari perbuatan keji) yakni zina
(dan kemungkaran) menurut hukum syariat, yaitu berupa perbuatan kekafiran dan
kemaksiatan (dan permusuhan) menganiaya orang lain. Lafal al-baghyu disebutkan
di sini secara khusus sebagai pertanda, bahwa ia harus lebih dijauhi; dan demikian
10
Loc. Cit. tafsir.com QS. An-Nisa ayat 58

14
pula halnya dengan penyebutan lafal al-fahsyaa (Dia memberi pengajaran kepada
kalian) melalui perintah dan larangan-Nya (agar kalian dapat mengambil pelajaran)
mengambil pelajaran dari hal tersebut. Di dalam lafal tadzakkaruuna menurut
bentuk asalnya ialah huruf ta-nya diidghamkan kepada huruf dzal. Di dalam kitab
Al-Mustadrak disebutkan suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Masud yang
telah mengatakan, bahwa ayat ini yakni ayat 90 surah An-Nahl, adalah ayat yang
paling padat mengandung anjuran melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan di
dalam Al-qur’an.11

c. Sababun nuzul dan Munasabah


Ibnu mardawaih meriwayatkan dari jalur al-Kalbi dari Abu Shaleh
bahwasanya Ibnu Abbas berkata “ketika Rasulullah saw. menaklukan Mekah,
beliau memanggila Utman bin Thalhah. Ketika Utman bin Thalhah datang,
Rasulullah bersabda: ‘tunjukanlah kunci Ka’bah kepadaku’. Lalu dia datang
dengan membawa kunci Ka’bah dan menjulurkan tangannya kepada Rasulullah
sembari membuka telapak tangannya.
Ketika itu juga Abbas bangkit lalu berkata, ‘wahai Rasulullah, berikanlah
kunci itu kepada saya agar tugas memberi minum dan kunci Ka’bah saya pegang
sekaligus’. Maka Utsma menggenggem kunci itu. Rasulullah bersabda, ‘berikan
kunci itu wahai Utsman’. Maka Utman berkata ‘terimalah dengan Amanah Allah’.
Lalu Rasulullah bangkit dan membuka pintu Ka’bah. Kemudian bekiau tawaf
mengelilingi Ka’bah. Kemudian turunlah surah An-Nisa ayat 58.12
Dari peristiwa ini dapat disimpulakn bahwa Allah memerintahkan umat
manusia agar menyampaikan amanah kepada si penerima tugas tersebut.
Sedangkan keterkaitan kedua ayat ini yaitu dimana surah An-Nisa ayat 58 adalah
habar/berita agar manusia menyampaikan amanah kepada si penerima, sedangka
surah An-Nahal ayat 90 adalah hukuman bagi orang yang bersifat tidak adil atau
merubah amanah yang harusnya ia sampaikan berbeda dengan yang sebenarnya.
d. Hadits dan pendapat Muffasir

Menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan hak kepada masing


masing yang mempunyai hak. Adil yang diperintahkan Allah ini mencakup adil
terhadap hak-Nya dan adil terhadap hak hamba-Nya. Caranya adalah dengan
menunaikan kewajibannya secara sempurna. Kepada Allah Subhaanahu wa

11
Loc. Cit. tafsir.com QS. An-Nahal ayat 90
12
Jalaluddin As-Suyuthi, Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, Hal. 179.

15
Ta'aala, misalnya dengan mentauhidkan-Nya dan tidak berbuat syirk, menaati-
Nya dan tidak mendurhakai, mengingat-Nya dan tidak melupakan, serta bersyukur
kepada-Nya dan tidak kufur. Kepada manusia, misalnya dengan memenuhi
haknya. Jika sebagai pemimpin, maka ia memenuhi kewajibannya terhadap orang
yang berada di bawah kepemimpinannya, baik ia sebagai pemimpin dalam ruang
lingkup yang besar (imamah kubra), menjabat sebagai qadhi (hakim), wakil
khalifah atau wakil qadhi. Adil juga berlaku dalam muamalah, yaitu dengan
bermula amalah dalam akad jual beli dan tukar-menukar dengan memenuhi
kewajiban kita, tidak mengurangi hak orang lain (seperti mengurangi takaran dan
timbangan), tidak menipu dan tidak menzalimi.

Adil hukumnya wajib, sedangkan ihsan adalah keutamaan dan disukai,


misalnya dengan memberikan lebih dari yang diwajibkan, seperti memberikan
manfaat kepada orang lain dengan harta, badan, ilmu atau lainnya. Jika dalam
ibadah, maka dengan mengerjakan kewajiban atau beribadah kepada Allah
seakan-akan melihat-Nya.

Disebutkan memberikan sesuatu kepada kerabat meskipun masuk dalam


keumuman, agar mendapatkan perhatian lebih. Kerabat di sini mencakup kerabat
dekat maupun jauh, akan tetapi semakin dekat, maka semakin berhak mendapat
kebaikan.

Yaitu dosa besar yang dianggap keji baik oleh syara’ maupun fitrah,
seperti syirk, membunuh dengan tanpa hak, zina, mencuri, ‘ujub, sombong,
merendahkan manusia, dan lain-lain.

Yaitu perbuatan dosa yang terkait dengan hak Allah.

Ada yang menafsirkan baghyu dengan, perbuatan dosa yang terkait dengan
manusia. Dengan perintah dan larangan. Ayat ini mencakup semua perintah dan
larangan, di mana tidak ada sesuatu pun kecuali masuk di dalamnya. Ayat ini
merupakan kaidah, di mana masalah (satuan) masuk ke dalamnya. Oleh karena
itu, setiap perkara yang mengandung keadilan, ihsan, dan memberi kepada
kerabat, maka hal ini termasuk yang diperintahkan Allah, sedangkan setiap
perkara yang mengandung perkara keji, munkar atau zalim kepada manusia, maka

16
hal ini termasuk yang dilarang Allah. Maka Mahasuci Allah, yang menjadikan
dalam firman-Nya petunjuk, cahaya, dan pembeda antara sesuatu.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Makna yang terkandungkita tidak diperbolehkan mengolok-olok atau


mengejek pihak lain dengan tujuan menertawakan yang bersangkutan, baik
dengan ucapan, perbuatan atau tingkah laku yang mengandunga makna kefasikan.
Karena dampak buruk dari ejekan itu kemungkinan akan menimpa sipengejek,
bahkan tidak mustahil ia memperoleh ejekan yang lebih buruk dari pada yang
diejek itu. Selain itu, hal tersebut merupakan benih dari perpecahan sosial yng
sudah terbangun. Makna yang dimaksud ialah jangan lah kamu mencela urang
lain, dengan bermodalkan kesombongan sebab perbuatan itu adalah perbuatan
tercela dan di laknat oleh Allah.Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-
Dimasyqi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan memperolok-olok ialah
menganggap rendah derajat orang lain, meremehkannya dan mengingatkan cela-
cela dan kekurangan-kekurangan dengan cara yang dapat menyebabkan ketawa.
Cara ini dapat terjadi adakalanya meniru percakapan atau perbuatan orang itu, dan

17
adakalanya dengan berjalan berisyarat dengan apa-apa yang menunjukkan kearah
tersebut.

Kenikmatan yang dilimpahkan Allah kepada suatu masyarakat, bisa saja


hilang dan berubah menjadi adzab apabila masyarakatnya berbuat durhaka dan
maksiyat kepada Allah. Begitupun sebaliknya, keadaan yang buruk yang menimpa
masyarakat akan berubah menjadi menyenangkan dan penuh nikmat apabila
masyarakatnya berlaku takwa dan beramal sholeh.Perubahan keadaan masyarakat
dari positif ke negatif ataupun sebaliknya tersebut sudah menjadi sunnatullah.
Allah telah membuat aturan-aturan baku di alam ini, siapapun yang dapat
menjalankan aturan-aturannya ini maka ia telah berhasil merengkuh sunnatullah.
Adil hukumnya wajib, sedangkan ihsan adalah keutamaan dan disukai,
misalnya dengan memberikan lebih dari yang diwajibkan, seperti memberikan
manfaat kepada orang lain dengan harta, badan, ilmu atau lainnya. Jika dalam
ibadah, maka dengan mengerjakan kewajiban atau beribadah kepada Allah
seakan-akan melihat-Nya.

B. Saran

Untuk memahami kandungan yang termuat dalam Al-Qur’an haruslah kita


berkorban harta, jiwa, dan raga. Sebab menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap
muslim, apalagi mendalami dan memahami kandungan Al-Qur’an pasti sangatlah
besah ganjaran pahalanya, sebab Rasulullah pernah bersabda yang diriwayatkan
oleh Abdullah ibn Mas’ud yakni: “dari Abdullah ibn Mas’ud, Rasulullah saw.
bersabda ‘siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an) maka
baginga satu kebaikan, kemudian satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi
sepuluh kebaikah. Aku tidak mengatakan Alif-Lam-Mim satu huruf. Akan tetapi
Alif satu huruf, Lam satu hurup, dan Mim saru hurup.”

18
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim

Athtar, Muhammad Jamil. 1994. Sunan Tirmidzi. Beirut: darul Fikr, 1994.
Juz III. As-Suyuthi, Jalaluddin. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an.

Zainuddin. 1994. Bahaya Lidah. Jakarta: Bumi Aksara.

http://digilib.uinsby.ac.id/649/6/Bab%203.pdf

http://zairifblog.blogspot.com/2012/12/asbabun-nuzul-surat-ar-radu-ayat-
11.html

19

Anda mungkin juga menyukai