Kel Nagari Jawi-Jawi Edit
Kel Nagari Jawi-Jawi Edit
Dosen :
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta, deca yang berarti
tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau
village yang diartikan sebagai “a groups of houses or shops in a country area,
smallerthan and town“. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memilikikewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di
Daerah Kabupaten.
Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa”
menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang bersifat istimewa.
Administrasi desa yang berada di Sumatera Barat disebut nagari dengan
berlandaskan pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun
2018. Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat secara geneologis dan
historis, memiliki batas-batas dalam wilayah tertentu, memiliki harta kekayaan
sendiri, berwenang memilih pemimpinnya secara musyawarah serta mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan filosofi dan sandi adat,
Adat Basandi Syara’ – Syara’ Basandi Kitabullah dan/atau berdasarkan asal usul
dan adat istiadat setempat dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat
Pembangunan pedesaan menurut Mubijrto (J.T Jayadinata, 2006, hal 15)
mengemukakan bahwa pembangunan pedesaan (rural development) sebagai salah
satu cara mengatasi ketidakmerataan antara pembangunan perkotaan yang selalu
lebih cepat dan dimanja dengan pembangunan desa yang terlantar.
Kabupaten Solok merupakan kabupaten yang mempunyai 14 kecamatan
dimana setiap kecamatan mempunyai beberapa nagari sebagai unit pemerintahan
terendah. Di Kecamatan Talang, Nagari jawi-jawi menjadi salah satu dari 10 desa
budaya nasional yang diatur langsung oleh Kementrian Pariwisata. Nagari ini
terletak di pinggang Gunung Talang, berada pada ketinggian ± 1.500 meter dari
permukaan laut dengan morfologi daerah yang berbukit – bukit.
Berdasarkan komponen penyusun desa menurut (Muhammad, 1995) perlu
diidentifikasi untuk mengetahui masalah dan potensi yang ada pada Nagari Jawi-
Jawi diantaranya adalah sumber daya pertanian dan lingkungan, ekonomi wilayah
pedesaan, kelembagaan sosial pedesaan, sumber daya manusia dan sarana
prasarana fisik.
1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran
1.2.1. Maksud
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan desa dari
karakteristik, masalah dan potensi yang ada Nagari Jawi-Jawi, Kecamatan
Gunung Talang, Kabupaten Solok terkait pertanian, wisata, ekonomi, dan
sosial budaya serta tipologi Nagari Jawi-Jawi yang merupakan Desa
Budaya yang ada di Kabupaten Solok sehingga dapat merekomendasikan.
1.2.2. Tujuan
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik,
masalah dan potensi di Nagari Jawi-Jawi terkait tipologi, pola
permukiman, aspek demografi, pertanian, pariwisata , ekonomi, sosial
budaya, sarana dan prasarana.
1.2.3. Sasaran
Teridentifikasi karakteristik yang terdapat di Nagari Jawi – jawi terkait
tipologi, pola permukiman dan aspek fisik
Teridentifikasi masalah dan potensi sarana dan prasarana yang ada di
Nagari Jawi-Jawi
Teridentifikasi masalah dan potensi pertanian, pariwisata dan
demografi. dalam ekonomi dan sosial budaya di Nagari Jawi-Jawi,
Kecamatan Gunung Talang.
1.3. Ruang Lingkup
1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah
a. Ruang Lingkup Makro
Kecamatan Gunung Talang adalah sebuah kecamatan di
Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Pusat pemerintahan kecamatan ini
berada di Nagari Talang. Kecamatan Gunung Talang ini memiliki luas
38.500 Ha, dimana didalamnya terdapat 8 nagari dan 32 jorong.
Berikut ini merupakan batas administrasi Kecamatan Gunung Talang:
Sebelah Utara : Kecamatan Kubung
Sebelah Selatan : Kecamatan Pesisir Selatan
Sebelah Barat : Kota Padang
Sebelah Timur : Kecamatan Lembang Jaya
Untuk lebih jelas batasnya, dapat dilihat pada peta Kecamatan
Gunung Talang berikut ini.
b. Ruang Lingkup Mikro
Nagari Jawi – jawi terletak di Kecamatan Gunung Talang,
Kabupaten Solok. Nagari ini mempunyai luas 1.736,2 Ha, dan memiliki
4 Jorong. Berikut merupakan batas administrasi Nagari Jawi – jawi :
Sebelah Utara : Nagari Cupak
Sebelah Selatan : Nagari Koto Gaek Guguak
Sebelah Barat : Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang
Sebelah Timur : Nagari Koto Gadang Guguak dan Nagari
Talang
Untuk lebih jelas batasnya, dapat dilihat pada peta Nagari Jawi – jawi
berikut ini.
1.3.2 Ruang Lingkup Materi
Analisis Kependudukan
Analisis Kondisi Fisik Alami
Analisis Sarana dan Prasarana
Analisis Sosial Budaya dan Ekonomi
1.4. Metodologi
Metodologi meliputi uraian tahapan pelaksanaan studi dan uaraian analisa.
Adapun tahapan yang dilakukan dalam studi ini meliputi tahap pembuatan design
survei sebagai panduan dalam pelaksanaan survei, metode pengumpulan data
(survei primer dan sekunder), analisa dan pengolahan data serta penyusunan
laporan.
b. Metode Sekunder
Berbeda dengan survei primer, survei sekunder ini adalah
survei yang di lakukan ke instansi dengan perolehan berupa data
sekunder, termasuk juga di dalamnya literatur dan standar-standar.
Dengan kegiatan pengumpulan data tertulis yang diperoleh pada
instansi terkait seperti: (Kantor BPS, Kantor Camat, Kantor Wali
Nagari, dll) dan diperoleh dari bacaan yang terkait dengan
perencanaan ini.
c. Skateholder
Adapun stakeholder atau responden yang akan dituju untuk
melakukan kegiatan wawancara pada saat survei adalah terdiri dari:
1. Dinas atau Instansi
Untuk instansi pemerintah, stakeholder yang dituju yaitu:
Kantor Badan Pusat Statistik (BPS)
Kantor Wali Nagari Nagari Jawi-Jawi
Kantor Kecamatan Gunung Talang
2. Pihak Swasta atau Masyarakat
Adapun responden yang akan dituju yaitu:
Petani
Pedagang pengumpul hasil pertanian
Pengusaha Industri Mikro
Stakeholder/pengurus yang mengelola tempat pariwisata
ataupun penggiat
Budayawan/sesepuh yang berpengaruh dalam Nagari Jawi-
Jawi sebagai salah satu dari 10 Desa Budaya yang ada di
Indonesia
1.4.2. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisa kualitatif dan
kuantitatif deskriftif. Metode kualitatif menggunakan standar yang ada
pada studi literatur lalu disesuaikan pada kondisi yang ada di lokasi studi.
Sedangkan kuantitatif menggunakan perhitungan dengan standar yang
sudah ditentukan.
1.5.1. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah, ruang
lingkup materi, sistematika penulisan.
BAB IV ANALISIS
Berisikan analisis fisik, penduduk, ekonomi, sarana, parasarana serta
potensi dan masalah
BAB V PENUTUP
Berisikan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan kawasan Nagari
Jawi – jawi.
BAB II
STUDI LITERATUR
Desa : Satu kesatuan hukum, dimana bertempat tinggal sama masyarakat yang
berkuasa dan mengadakan pemerintahan sendiri.
Wilayah Pedesaan : Sebuah interaksi dinamis antara sistem yang secara
struktural terdiri dari 5 komponen (subsistem) yang
menyusun desa.
5 Komponen yang menyusun desa tersebut (Muhammad, 1995) adalah:
1. Komponen sumber daya pertanian dan lingkungan
2. Komponen perekonomian wilayah pedesaan
3. Komponen kelembagaan sosial pedesaan
4. Komponen sumber daya manusia
5. Komponen sarana dan prasarana fisik
Daerah Tanah yang produktif, lokasi, luas dan batas yang merupakan
lingkungan geografis.
2. Desa Swakarsa
b. Produksi desa masih pada tingkat sedang, yaitu Rp 50-100 juta tiap
tahun.
3. Desa Swasembada
e. Tipologi desa
Tipologi desa menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1975 tersebut
dimulai dengan bentuk (pola) yang paling sederhana sampai bentuk
permukiman yang paling kompleks namun masih tetap dikategorikan
sebagai permukiman dalam bentuk desa. Bentuk yang paling sederhana
disebut sebagai permukiman sementara, misalnya hanya tempat
persinggahan dalam satu perjalanan menurut kebiasaan orang-orang yang
sering berpindah-pindah.
Tipologi Desa Secara Menyeluruh :
Berdasarkan letak/posisi geografis:
a. Morfologi/ topologi wilayah/ kawasan
- Perdesaan di pesisir pantai
- Perdesaan di dataran rendah
- Perdesaan di dataran tinggi
- Perdesaan di pegunungan
b. Aliran sungai rivers valley
- Perdesaan di hilir (down-stream)
- Perdesaan di tengah (mid-stream) (Tambahkan ke gambaran
umum)
- Perdesaan di hulu (up-stream)
c. Aksesibilitas wilayah
- Perdesaan dengan akses tinggi / pada akses utama wilayah
- Perdesaan dengan akses sedang / ada akses dengan akses
utama wilayah
- Perdesaan terisolasi, remote / kurang atau tidak ada hubungan
d. Pada pulau-pulau kecil
oDesa Pegunungan
oDesa Pantai
oDesa Perbatasan
Gambar 2.1
Pola permukiman penduduk desa oleh Bintaro
Gambar 2.2
Pola permukiman penduduk desa oleh N. Daljuni
Gambar 2.3
Tipe pedesaan menurut Paul H. Landis
Pengertian Agribisnis
- Satu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan
pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas
- Konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil,
pemasaran dan aktifitas lain yang berkaitan dengan kegiatan
pertanian.
PRODUKTIFITAS = OUTPUT/INPUT
Input sama dengan faktor-faktor produksi berupa:
1. Tanah (land) dengan satuan `Ha
2. Tenaga kerja (labour) dengan satuan jiwa
3. Modal (capital) dengan satuan Rupiah (Rp)
Output merupakan hasil produksi, yakni :
1. Hasil panen dengan satuan Ha atau Ton/Kg
2. Upah (wage) / barang (goods) dengan satuan Rupiah (Rp) atau
unit
3. Penjualan
Jenis Produktifitas :
1. Pertanian
- Jumlah panen (ton) / luas lahan (ha)
- Jumlah panen (ton) / luas tanam (ha)
2. Pendapatan
- PDRB (Rp) / Tenaga kerja (jiwa)
- Penjualan (Rp) / Modal yang digunakan (Rp)
2.) Pola usaha tani dan pohon industri.
Padi
Merang Pulp
Fulfural
Abu
Padi Sekam
Husk border
abrasive
Gabah Lain
katul
Absorbert
Katul
Pressing aid
Ampas
Minyak
makanan
Beras
Minyak
industri
2.1.5 Sarana Desa
a. Pendidikan
Tujuan pendidikan secara makro:
1. Sebagai alat untuk mempercepat modernisasi, kemajuan dan
perkembangan
2. Berfungsi untuk pencerahan / pengetahuan / penyadaran bagi
komunitas orang banyak:
- Sehingga mampu member kontribusi
- Lebih mudah mengatur kepada yang telah berpengetahuan
- Lebih mudah tumbuh dengan hanya member rangsangan
3. Berfungsi untuk meningkatka kohesi (persatuan dan kesatuan)
P x R ud x R d d
K=
M xG
Dengan keterangan ;
G = Jumlah kelompok murid untuk tiap ruang ( giliran: pagi dan siang )
K = Jumlah ruang
Tabel 2.1
Standar Sarana Pendidikan
Jumlah Kebutuhan per satuan sarana
Standar Radius
No Jenis Sarana Penduduk
Luas Lantai min Luas lahan min 2
(m /jiwa) pelayanan
(Jiwa)
1 TK 1000 216 1.200 0,28 500
2 SD 1.500 233 3.600 1,25 1000
3 SMP 4.500 2.282 2.700 1,88 1000
4 SMA 13.500 3.835 5000 2,6 3000
Sumber : SNI (Standar Nasional Inndonesia) 03-1733-2004
b. Kesehatan
Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan
kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan sarana ini
adalah didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut.
Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan
desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya
hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya
terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan
penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area
layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk
melayani pada area tertentu.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab masalah kesehatan di desa:
1. Kondisi kehidupan yang tidak sehat
2. Ketidakcukupan nutrisi, kurang gizi
Klinik / Rumah
3 10.000 1.500 1600 0,1 4000
Bersalin
4 Puskesmas 30.000 150 1.200 0,06 1.500
6 Praktk dokter 5000 18 - - 1500
7 Toko obat - 120 1000 0,025 1500
Sumber : SNI (Standar Nasional Inndonesia) 03-1733-2004
Tabel 2.3
Ukuran Penduduk dan Kebutuhan Ruang Fasilitas Kesehatan
Penduduk
No. Jenis pendukung Lokasi Luas tanah (m2)
minimum
Di tengah kelompokperumahan tidak
1. Balai kesehatan 3.000 3.000
menyeberang jalan lingkungan
Balai kesehatan ibu
dan anak dan rumah Di tengah kelompok perumahan tidak
2. 10.000 1.600
bersalin (BKIA dan menyeberang jumlah jalan lingkungan
rumah bersalin)
Dipusat lingkungan,mengelompok dengan
3. Puskesmas 30.000 1.200
pelayanan pemerintahan dan social
Puskesmas dan balai
4. 120.000 Dapat dipusat kecamatan 2.400
pengobatan
5. Rumah sakit wilayah 240.000 Di tempat yang tenang tidak ditempat
sumber penyakit 26.400
Penduduk
No. Jenis pendukung Lokasi Luas tanah (m2)
minimum
Tempat dokter Di tengah kelompok perumahan tidak
6. 5.000 26.400
praktek menyeberang jalan lingkungan
Bersatu dengan
7. Apotek 10.000 di pusat RW/lingkungan tempat tinggal
350
Sumber : DPMB, dalam buku ajar pembangunan pedesaan Harne Julianti Tou, ST, MT, 2020
C. Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi
kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang
direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan
keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena berbagai macam
agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni yang
bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas
peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan
perumahan dihuni selama beberapa waktu. Pendekatan perencanaan yang
diatur adalah dengan memperkirakan populasi dan jenis agama serta
kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi
bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius.
Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan
desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Hal ini
dapat terkait dengan bentukan grup bangunan / blok yang nantinya lahir
sesuai konteks lingkungannya. Penempatan penyediaan fasilitas ini akan
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan
kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani area tertentu.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel kebutuhan sarana peribadatan
dibawah ini:
Tabel 2.4
Kebutuhan Sarana Peribadatan
Kebutuhan per satuan
Jumlah sarana
Standard Radius
No Jenis Sarana Penduduk Luas Luas
(m2/jiwa) Pelayanan
Pendukung (jiwa) Lantai Lahan
Min. (m2) Min. (m2)
100 bila
Musholla/
1. 250 45 bangunan 0,36 100 m’
langgar
tersendiri
2. Mesjid Warga 2.500 300 600 0,24 1.000 m’
Mesjid
3. lingkungan 30.000 1.800 3.600 0,12
(kelurahan)
Mesjid
4. 120.000 3.600 5.400 0,03
Kecamatan
Tergantun Tergantun
Tergantung sistem
Sarana ibadah g g
5. kekerabatan / - -
agama lain kebiasaan kebiasaan
hirarki lembaga
setempat setempat
Sumber : SNI 03-1733-2004
b. Proses Aerasi
Mengusahakan agar air tersebut mengalami kontak secara
luas dengan udara, untuk mengurangi dan menghilangkan rasa, bau
dan gas beracun.
c. Proses Pemurnian Air
Proses ini dilakukan dalam suatu bak besar dimana air yang
telah mengalami proses aerasi tadi dicampur dengan bahan-bahan
yang dapat memurnikan air.
d. Proses Pengendapan
Setelah mengalami proses pemurnian, maka air ini akan
mengalami proses pengendapan kembali dengan mengalirkan ke
tanki pengendapan (pembersihan).
e. Proses Penyaringan Air
Penyaringan air dengan filter yang terdiri dari lapisan-lapisan
pasir ketebalan 2 sampai dengan 5 kaki dan dibawahnya terdapat
kerikil.
f. Pencampuran chlor
Setelah pemberian chlor maka dikirim ketempat
penyimpanan, selanjutnya disalurkan pada pemakai setelah
diadakan pemeriksaan kualitas air.
Gambar 2.5
Bagan Distribusi Air Bersih
IPA
Tabel 2.7
Klasifikasi Kategori Kota Dan Kebutuhan Air Bersih
Jumlah Kebutuhan Air
Jumlah Penduduk Jenis Kota
(L/org/hari)
> 2.000.000 Metropolitan > 210
1.000.000 – 2.000.000 Metropolitan 150 – 210
500.000 – 1.000.000 Besar 120 – 150
100.000 – 500.000 Besar 100 – 150
20.000 – 100.000 Sedang 90 – 100
3.000 – 20.000 Kecil 60 – 100
Sumber: Puslitbangkim Dep.PU
- Masalah Sampah
Masalah lain yang ditemukan di desa adalah kurangnya fasilitas tempat
sampah, fasilitas pengelolaan limbah, serta, kantong sampah, tempat
sampah, dan gerobak sampah. Penduduk desa kurang memiliki
pengetahuan dan pemahaman untuk menjaga lingkungan mereka
berkelanjutan.
- Masalah sistem drainase yang kurang lancar
Karena penanganan sampah yang tidak tepat, sampah menghalangi
sungai dan menghalangi air mengalir di sungai. Akibatnya, air hujan
mengalir ke jalan raya dan menyebabkan banjir di area perumahan
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif menggunakan
paradigma dominan fenomenologis (Bungin, 2010). Data dikumpulkan
dengan menggunakan dua teknik, yaitu: (a) pengumpulan data primer
melalui pengamatan lapangan dan wawancara dengan masyarakat setempat,
(b) pengumpulan data sekunder melalui studi literatur dan survei
kelembagaan. Pengumpulan data dilakukan untuk keterlibatan masyarakat
dalam kegiatan pariwisata, manfaat pengembangan desa wisata ke
lingkungan perumahan, dan kesempatan bagi warga negara untuk
mendapatkan penghasilan tetap. Data yang terkumpul kemudian dianalisis
dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode
kualitatif deskriptif diterapkan untuk menganalisis potensi daerah sebagai
desa wisata berdasarkan anatomi pariwisata. Metode deskriptif kuantitatif
digunakan untuk menilai kelayakan finansial dari pengembangan pariwisata
(Rasio Biaya Manfaat, Nilai Sekarang Bersih dan Periode Payback), aspek
ekonomi dan sosial pariwisata (Gittinger, 1986; Mangkosoebroto, 2000;
Munandar, 2002). Anatomi pariwisata dinilai berdasarkan ketersediaan
unsur-unsurnya (Soekadijo, 1997; Warpani & Warpani, 2006).
r = P1 – P0
P0
Sumber : Rumusstatistic.co
Keterangan :
P1 = Jumlah penduduk tahun akhir
P0 = Jumlah penduduk tahun awal
r = Laju pertumbuhan penduduk
b. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk
Sementara itu untuk mencari rata - rata laju pertumbuhan
penduduk dari tahun 2015 sampai 2019 dapat menggunakan rumus
sebagai berikut.
r = r1 + r2 + r3 + r4 x 100
Sumber : Rumusstatistic.com
Keterangan :
r = Rata-rata laju pertumbuhan penduduk
k = 1000
k = 1000
Pt = Po (1 + r )n
Sumber : Rumusstatistic.com
Keterangan :
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
r = Laju pertumbuhan pendudukan
n = Selisih tahun
f. Sex Ratio
Berdasarkan penduduk menurut jenis kelamin, maka analisis
selanjutnya yang dapat dilakukan adalah analisis sex ratio. Analisis
sex ratio ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan banyaknya
penduduk laki - laki dengan penduduk perempuan.
Sumber : Rumusstatistic.com
2. Sarana
Untuk menilai kondisi bangunan, maka bisa dianalisis dengan merujuk
pada data RTLH tentang kondisi bangunan menurut BPS. Terdapat 4
komponen yaitu luas lantai, dinding, lantai dan atap bangunan, lebih jelasnya
bisa dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.8
Analisis Kondisi Bangunan Sarana
Berdasarkan Standar Indikator Bangunan RTLH menurut BPS
No Komponen Variabel Standar Kondisi Eksisting Penilaian
Baik > 8 m2/orang
1 Luas Lantai
Buruk < 8 m2/orang
Baik Semen/Keramik
2 Material Lantai
Buruk Bambu/tanah/kayu murah
Baik Beton
3 Dinding
Buruk bilik bamboo/ rotan/rumbia/ kayu kelas IV
Baik Genteng/seng
4 Atap
Buruk Bambu/rumbia/kayu kualitas rendah
Sumber : Diktat Pendataan Rumah Tidak Layak Huni Hal 49
3. Utilitas
a. Air Bersih
Cara Menghitung Kebutuhan Air Bersih
a) Kebutuhan sambungan rumah tangga (sr)
1. Penduduk terlayani
= cakupan pelayanan (%) x jumlah penduduk (jiwa)
2. Sambungan rumah tangga
= penduduk terlayani x konsumsi unit sambungan (l/h)
b. Listrik
Cara Menghitung Kebutuhan Listrik
Populasi yang terlayani = 100% × Jumlah penduduk
Kebutuhan Domestik (RT) = 672 jiwa × 450 VA
Kebutuhan Listrik Sarana = 40% × Kebutuhan Domestik (RT)
Total Kebutuhan Listrik di Perumahan = Kebutuhan domestik +
Kebutuhan listrik sarana
c. Telekomunikasi
Cara Menghitung Kebutuhan Telekomunikasi
P (pertumbuhan Jumlah Pelanggan Seluler)
= X . Pt
= 80% (standar) × Jumlah Penduduk
T (Pertumbuhan Kapasitas Trafik)
T = P 10−3
Ket : T = Trafik
P = jumlah pelanggan seluler
= erlang (33 mErlang)
B (Perhitungan Jumlah Base Tranceiver Station (BTS))
T
B=
A
Ket : A = Kapasitas 1 BTS = 44,7 erlang
T = Trafik
Perhitungan Jumlah Menara (M)
M=B
3
Ket : B = Kebutuhan BTS
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1. Gambaran Umum Mikro
3.1.1. Kondisi Fisik
a. Batas Administrasi
Untuk lebih jelas batasnya, dapat dilihat pada Gambar 3.1 Peta
Aministrasi Nagari Jawi – jawi Kecamatan Gunung Talang berikut ini.
b. Tutupan Lahan
Tutupan Lahan di Nagari Jawi – jawi, Kecamatan Gunung
Talang, Kabupaten Solok ini terdiri atas hutan, ladang, lahan
campuran, permukiman, pertanian, sawah, semak belukar dan sungai.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1
Tutupan Lahan di Nagari Jawi – jawi
No.
Tutupan Lahan Luas ( Ha ) Persentase ( % )
1. Hutan Lahan Kering Primer 469,7 Ha 27 %
2. Ladang / Tegalan 44 Ha 3%
3. Lahan Campuran 32 Ha 2%
4. Permukiman 22,3 Ha 1%
5. Pertanian Lahan Kering 629,4 Ha 36 %
6. Sawah 522 Ha 30 %
7. Semak Belukar 9 Ha 1%
8. Sungai 8 Ha 0%
Total 1.736,4 Ha 100 %
Sumber : RTRW Kabupaten Solok Tahun 2012 - 2031
Gambar 3.2
Tutupan Lahan di Nagari Jawi - jawi
1% 0%
Hutan Lahan Kering Ladang / Tegalan
Primer
27%
30% Lahan Campuran Permukiman
Pertanian Lahan Kering Sawah
Semak Belukar Sungai
3%
2%
1%
36%
Tabel 3.2
Jenis Tanah di Nagari Jawi – jawi
No. Jenis Tanah Luas ( Ha ) Persentase ( % )
1. Andosol 313,60 Ha 18 %
2. Kambisol 1422,61 Ha 82 %
Total 1.736,2 100 %
Sumber : RTRW Kabupaten Solok Tahun 2012 – 2031
Gambar 3.4
Jenis Tanah di Nagari Jawi - jawi
18%
Andosol
Kambisol
82%
Gambar 3.6
Morfologi di Nagari Jawi - jawi
9%
Dataran
21%
Gunung / Pegunungan
Perbukitan Landai
0%
Perbukitan Sedang
40% Perbukitan Terjal
30%
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.8 Peta Curah
Hujan Nagari Jawi – jawi berikut ini.
f. Kelerengan
Kelerengan di Nagari Jawi – jawi, Kecamatan Gunung Talang,
Kabupaten Solok ini beragam. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 3.4
Kelerengan di Nagari Jawi – jawi
No. Kelerengan Luas ( Ha ) Persentase ( % ) Keterangan
1. 0–8% 366,58 Ha 21 % Datar
2. 8 – 15 % 521,13 Ha 30 % Landai
3. 15 – 25 % 693,47 Ha 40 % Agak Curam
4. 25 – 40 % 153,66 Ha 9% Curam
5. >40 % 1,36 Ha 0% Sangat Curam
Total 1.736,2 100 %
Sumber: RTRW Kabupaten Solok Tahun 2012 – 2031
Gambar 3.9
Kelerengan di Nagari Jawi - jawi
0%
9% 0-8%
21% 8 - 15 %
15 -25 %
25 - 40 %
40% >40 %
30%
Gambar 3.11
Topografi di Nagari Jawi - jawi
3%
6%
650 - 851
13% 851 - 1.100
1.101 - 1.350
41%
1.351 - 1.600
1.601 - 1.850
37%
Tabel 3.6
Kependudukan Menurut Jenis Kelamin Per Jorong di Nagari Jawi –
jawi
Jumlah penduduk
No. Jorong
Laki – laki Perempuan Total
1. Jorong Balai Oli 486 498 984
2. Jorong Pakan Jumat 524 537 1.061
3. Jorong Tangah Padang 422 458 880
4. Jorong Pinang Sinawa 249 273 522
Jumlah 1.681 1.766 3.447
Sumber: Profil Nagari Jawi – jawi Guguak 2019
Gambar 3.14
Kependudukan Menurut Jenis Kelamin Per Jorong di Nagari Jawi -
jawi
31%
Gambar 3.15
Piramida Penduduk
>70 Tahun
65 – 69 Tahun
60 – 64 Tahun
55 – 59 Tahun
50 – 54 Tahun
35 – 49 Tahun
26 – 34 Tahun
19 – 25 Tahun
16 – 18 Tahun
13 – 15 Tahun
7 – 12 Tahun
5 – 6 Tahun
1 – 5 Tahun
0 – 11 Bulan
Gambar 3.17
Rasio Ketergantungan di Nagari Jawi - jawi
800
600
400
200
0
li at g a
O m an aw
alai Ju Pa
d iS n
B an ah ng
ng ak na
r o g P ang P i
Jo n T
ro ng ng
Jo r o ro
Jo Jo
Tabel 3.11
Sarana Kesehatan di Nagari Jawi – jawi
No. Sarana Kesehatan Jumlah
1. Puskesmas -
2. Puskesmas Pembantu 1
3. Polindes 2
4. Posyandu 4
Total 7
Sumber: Kecamatan Gunung Talang Dalam Angka 2017
b. Prasarana Telekomunikasi
Prasarana telekomunikasi seperti Tower Telekomunikasi
tidak ada di Nagari Jawi-Jawi.
c. Prasarana Jaringan Listrik
Jika dilihat pada google street map, prasarana jaringan
listrik di Nagari Jawi-Jawi Sudah terlayani.
3.1.4. Aspek Ekonomi
A. Sektor Pertanian
B. Sektor Pariwisata
C. Sektor Industri
BAB IV
a. Peraturan Perundang-undangan
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta, deca yang berarti
tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau
village yang diartikan sebagai “a groups of houses or shops in a country area,
smallerthan and town“. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memilikikewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak
asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan
berada di Daerah Kabupaten.
Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa”
menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang bersifat istimewa.
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan desa dari
karakteristik, masalah dan potensi yang ada Nagari Jawi-Jawi,
Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok terkait pertanian,
wisata, ekonomi, dan sosial budaya serta tipologi Nagari Jawi-Jawi
yang merupakan Desa Budaya yang ada di Kabupaten Solok sehingga
dapat merekomendasikan.
1.2.2. Tujuan
2. Aspek Sarana Penggunaannya untuk mengetahui : Survey Primer : Metode Profil Desa Jawi-Jawi
2.1. Pendidikan 1. Jenjang tingkatan di Desa Pengambilan data analisis yang tahun 2020 dan
2.1.1. Jenjang/Tingkat Jawi-Jawi seperti SD, SMP, dengan melakukan digunakan observasi lapangan
an SMA. observasi lapangan adalah
2.1.2. Jumlah 2. Jumlah sarana pendidikan ( pengamatan wilayah kuantitatif
yang tersebar di Desa Jawi- studi ) deskriftif
Jawi untuk
Survey Sekunder : menghitung
Pengambilan data kebutuhan
pada instansi terkait berdasarkan
2.2. Peribadatan Penggunaannya untuk mengetahui: Survey Primer : Profil Desa Jawi-Jawi
standar dan
2.2.1. Jenis 1. Jenis sarana peribadatan yang Pengambilan data tahun 2020 dan
melihat
2.2.2. Jumlah ada di Desa Jawi-Jawi seperti dengan melakukan observasi lapangan
sebarannya
Masjid, Musholla dan Surau observasi lapangan
N Jenis Data Deskripsi Teknik Metode Sumber Data
o Pengumpulan Data Analisis
yang
Digunanaka
n
2. Jumlah sarana peribadatan ( pengamatan wilayah serta
yang tersebar di Desa Jawi- studi ) jangakauan
Jawi pelayananann
Survey Sekunder : ya
Pengambilan data menggunaka
pada instansi terkait n GIS
2.3. Kesehatan Penggunaannya untuk mengetahui: Survey Primer : Profil Desa Jawi-Jawi
2.3.1. Jenis/Tingkatan 1. Jenis/Tingkatan sarana Pengambilan data tahun 2020 dan
2.3.2. Jumlah kesehatan seperti Posyandu, dengan melakukan observasi lapangan
Poskesdes, dan Puskesmas di observasi lapangan
Desa Jawi ( pengamatan wilayah
2. Jumlah sarana kesehatan yang studi )
tersebar di Desa Jawi
Survey Sekunder :
Pengambilan data
pada instansi terkait
3. Prasarana Penggunaan data air bersih untuk Survey Primer : kuantitatif Profil Desa Jawi-Jawi
3.1 Air Bersih mengetahui tersedianya dan kebutuhan Pengambilan data deskriptif dan
layanan air bersih dengan melakukan untuk
observasi lapangan menghitung
N Jenis Data Deskripsi Teknik Metode Sumber Data
o Pengumpulan Data Analisis
yang
Digunanaka
n
( pengamatan wilayah kebutuhan
studi ) berdasarkan
Survey Sekunder : standar.
Pengambilan data
pada instansi terkait
3.2. Jaringan Listrik Untuk mengetahui tersuplainya dan Survey Primer : Observasi lapangan
3.1.1 Ada/Tidak menghitung kebutuhan jaringan listrik Pengambilan data dari kelompok Desa
Terlayaninya Suplai di Desa Jawi-Jawi dengan melakukan Jawi-Jawi
Listrik observasi lapangan
( pengamatan wilayah
studi )
Survey Sekunder :
Pengambilan data
pada instansi terkait
N Jenis Data Deskripsi Teknik Metode Sumber Data
o Pengumpulan Data Analisis
yang
Digunanaka
n