Anda di halaman 1dari 29

TUGAS : Mandiri

MATA KULIAH : Keperawatan Maternitas II


DOSEN : Arlina Muhtar,S.Kep.,Ns.,M.Kes

Laporan Pendahuluan
“ INFEKSI TRAKTUS GENETALIA ’’

Di Susun Oleh :

Nur Aliah
( B2 002 18 007)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI PINRANG
TAHUN 2020
A. Konsep Medis
1. Definisi infeksi traktus genetalia

Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut

dengan akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali

tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba.

Penyakit ini bisa juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah

satu dari infeksi tersebut adalah pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan

salpingitis.Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi

sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau

lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan.

2. Macam-macam infeksi traktus genetalia

 Infeksi traktus genetalia pria (BPH)

1) Pengertian BPH

Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah suatu kondisi

yang sering terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan dan

pengendalian hormon prostat (Yuliana Elin, 2011).

2) Etiologi BPH

Menurut Nursalam (2006), hingga sekarang belum

diketahui secara pasti penyebab prostat hiperplasia, tetapi

beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi prostat erat

kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT)

dan proses penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai

penyebab timbulnya hiperplasi prostat adalah :

a) Adanya perubahan keseimbangan antara hormon

testosteron dan estrogen pada usia lanjut.


b) Peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan)

sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.

c) Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena

berkurangnya sel yang mati. Diduga hormon androgen

berperan menghambat proses kematian sel karena

setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas

kematian sel kelenjar prostate. Estrogen diduga mampu

memperpanjang usia sel-sel prostate.

d) Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi

abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel

stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi

berlebihan.

3) Tanda & Gejala BPH

 Retensi urine

 Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing

 Miksi yang tidak puas

 Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari

(nocturia)

 Miksi harus mengejan

 Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)

 Massa pada abdomen bagian bawah (hematuria)

 Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak

untuk mengeluarkan urin)

 Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksi

 Kolik renal Berat badan turun


4) Patofisiologi BPH

Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada

pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini

berkembang, akan terjadi perubahan patologi,anatomi yang ada

pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan

hiperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen glandular

pada prostat.

pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan.

Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi

urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta

otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul

sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut

fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor

menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak

mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin

yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan

disfungsi saluran kemih atas.

5) Komplikasi BPH

Menurut Andra dan Yessie (2013), komplikasi yang

dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah :

a) Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-

ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.

b) Proses perusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi

pada waktu miksi.

c) Hernia/hemoroid
d) Hematuria.

e) Sistitis dan Pielonefritis

6) Pemeriksaan penunjang BPH

Menurut Andra saferi dan Yessie mariza (2013),

pemeriksaan penunjang yang seharusnya dilakukan pada pasien

dengan BPH adalah:

a) Pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher) Pemeriksaan

colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk yang

sudah diberi pelicin ke dalam lubang dubur. Pada

pemeriksaan colok dubur dinilai:

 Tonus sfingter ani dan refleks bulbo-kavernosus

(BCR).

 Mencari kemungkinan adanya massa didalam

lumen rectum.

 Menilai keadaan prostat.

b) Laboratorium

 Urinalisa untuk melihat adanya infeksi,

hematuria.

 Ureum, creatinin, elektrolit untuk melihat

gambaran fungsi ginjal.

c) Pengukuran derajat berat obstruksi

 Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita

miksi spontan (normal sisa urin kosong dan

batas intervensi urin lebih dari 100 cc).


 Pancaran urin (uroflowmetri) syarat : jumlah

urin dalam vesika 125 s/d 150 ml. angka normal

rata-rata 10 s/d 12 ml/detik, obstruksi ringan 6-8

ml/detik.

d) Pemeriksaan lain

 BNO/IVP untuk menentukan adanya divertikel,

penebalan bladder

 USG dengan transuretral ultrasonografi prostat

(TRUS P) untuk menentukan volume prostate

 Trans-abdominal USG : untuk mendeteksi

bagian prostat yang menonjol ke buli-buli yang

dapat dipakai untuk meramalkan derajat berat

obstruksi apabila ada batu dalam vesika.

 Cystoscopy untuk melihat adanya penebalan

pada dinding bladder.

7) Penatalaksanaan medis

Menurut Sjamsuhidjat dan de Jong (2010) dalam

penatalaksanaan pasien dengan BPH tergantung pada stadium-

stadium dari gambaran klinis, yaitu :

a) Stadium I

Pada stadium ini biasanya belum memerlukan

tindakan bedah, diberikan pengobatan konservatif,

misalnya menghambat adrenoresptor alfa seperti

alfazosin dan terazosin. Keuntungan obat ini adalah

efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak


mempengaruhi proses hiperplasi prostat. Sedikitpun

kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk

pemakaian lama.

b) Stadium II

Pada stadium II merupakan indikasi untuk

melakukan pembedahan biasanya dianjurkan reseksi

endoskopi melalui uretra (trans uretra).

c) Stadium III

Pada stadium III reseksi endoskopi dapat

dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat sudah cukup

besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam.

Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan

terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika, retropubik

dan perineal.

d) Stadium IV

Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah

membebaskan penderita dari retensi urin total dengan

memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut amok melengkapi diagnosis,

kemudian terapi definitive dengan Transurethral

Resection (TUR) atau pembedahan terbuka.

Pada penderita yang keadaan umumnya tidak

memungkinkan dilakukan pembedahan dapat dilakukan

pengobatan konservatif dengan memberikan obat

penghambat adrenoreseptor alfa. Pengobatan


konservatif adalah dengan memberikan obat anti

androgen yang menekan produksi LH.

8) Pathway

Growth Faktor Sel Prostat prolokerasi

Umur panjang abnormal

Sel strem

Estrogen dan sel stroma sel yang

Testoteron pertumbuhan mati kurang produksi sel

Tidak seimbang berpacu stroma dan epitel

berlebih

prostat membesar

penyempitan lumen posterior TURP ( Trans Uretral Reseksi Prostat )

obstruksi

iritasi mukosa pemasangan DC Kurangnya informasi

Retensi urin kandung kencing terhadap tindakan

pembedahan

nyeri akut resiko infeksi

cemas
B. Konsep keperawatan

1. Pengkajian

Sebelum Operasi (Pre Operasi)

a. Data Subyektif

 Klien mengatakan nyeri saat berkemih

 Sulit kencing

 Frekuensi berkemih meningkat

 Sering terbangun pada malam hari untuk miksi

 Keinginan untuk berkemih tidak dapat ditunda

 Nyeri atau terasa panas pada saat berkemih

 Pancaran urin melemah

 Merasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong

dengan baik, merasa letih, tidak nafsu makan, mual dan muntah

 Klien merasa cemas dengan pengobatan yang akan dilakukan

b. Data Obyektif

 Ekspresi wajah tampak menhan nyeri

 Terpasang kateter

Setelah operasi (Post Operasi)

a. Data Subyektif

 Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi

 Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan

setelah operasi

b. Data Obyektif
 Ekspresi tampak menahan nyeri

 Ada luka post operasi tertutup balutan

 Tampak lemah

 Terpasang selang irigasi, kateter, infus

2. Riwayat kesehatan : riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit keluarga, pengaruh BPH terhadap gaya hidup, apakah

masalah urinari yang dialami pasien.

3. Pengkajian fisik

a. Gangguan dalam berkemih seperti : Sering berkemih, terbangun pada

malam hari untuk berkemih, perasaan ingin miksi yang sangat

mendesak, Nyeri pada saat miksi, pancaran urin melemah, rasa tidak

puas sehabis miksi, jumlah air kencing menurun dan harus mengedan

saat berkemih, aliran urin tidak lancar/terputus-putus, urin terus

menetes setelah berkemih, ada darah dalam urin, kandung kemih terasa

penuh, nyeri di pinggang, punggung, rasa tidak nyaman di perut, urin

tertahan di kandung kencing, terjadi distensi kandung kemih

b. Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan

rasa tidak nyaman pada epigastrik

c. Kaji status emosi : cemas, takut

d. Kaji urin : jumlah, warna, kejernihan, bau

e. Kaji tanda vital

4. Kaji pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan radiografi

b. Urinalisa

c. Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urine


5. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang keadaan

dan proses penyakit, pengobatan dan cara perawatan di rumah.

C. Diagnosa keperawatan

a. Pre operasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

NOC :

 Pain level

 Pain control

 Comfort level

Kriteria hasil :

 Mampu mengontrol Nyeri

 Rasa Nyeri berkurang

 Mampu mengenal Nyeri (Skala,intensitas,frekuensi)

NIC :

 Kaji skala Nyeri

 Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan

 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengkaji

pengalaman nyeri

 Ciptakan lingkunganm yang nyaman (Suhu

ruangan,Pencahayaan dan kebisingan)

 Ajarkan pasien pengobatan non farmakologi (Managemen

Nyeri)

 Kolaborasikan pemberian analgetik (Anti nyeri)

2) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau

menghadapi proses bedah


NOC :

 Anxiety self

 Control

 Anxiety level

 Coping

Kiteria hasil :

 Mampu mengidentifikasi Cemas

 Mampu mengontrol Cemas

 Vital Sign dalam batas normal

 Menunjukan berkurangnya kecemasan

NIC :

 Gunakan pendekatan yang menenangkan

 Jelaskan prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

 Pahami perspektifpasien terhadap situasi strees

 Motivasi keluarga untuk menemani

 Identifikasi tingkat kecemasan

 Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya

 -Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

3) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan factor biologi

NOC :

 Nutrisitional status

 Nutrisitional status : food and Fluid intake

 Nutrisitional status : Nutrien intake


 Weight control

Kriteria hasil :

 Berat badan (BB) ideal sesuai tinggi badan

 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

 tidak ada tanda-tanda malnutrisi

 Peningkatan fungsi pengecapan dan menelan

 Tidak ada penurunan BB yang berarti

NIC :

 Kaji adanya alergi makanan

 Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

 Monitor intake dan output pasien

 informasikan pentingnya nutrisi bagi pasien

4) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan spasme kandung

kemih

NOC :

 Urinary elimination

 Urinary Contiunence

Kriteria hasil :

 Kandung kemih kosongkan secara penuh

 Tidak ada residu urine > 100-200 cc

 Intake cairan dalam rentang normal

 Bebas dari ISK

 Tidak ada spasme bladder


 Balance Cairan seimbang

NIC :

 Observasi output urine

 Masukan kateter kemih

 Anjurkan pasien atau keluarga merekam output urine

b. Post operasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

NOC :

 Pain level

 Pain control

 Comfort level

Kriteria hasil :

 Mampu mengontrol Nyeri

 Rasa Nyeri berkurang

 Mampu mengenal Nyeri (Skala,intensitas,frekuensi)

NIC :

 Kaji skala Nyeri

 Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan

 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengkaji

pengalaman nyeri

 Ciptakan lingkunganm yang nyaman (Suhu

ruangan,Pencahayaan dan kebisingan)

 Ajarkan pasien pengobatan non farmakologi (Managemen

Nyeri) -Kolaborasikan pemberian analgetik (Anti nyeri)


2) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv

pembedahan

NOC :

 Immune Status

 Knowledge : Infection control -Risk control Kriteria hasil

 Klien bebas dari tanda-tanda infeksi

 Mampu mencegah timbulnya infeksi

 Jumlah leukosit dalam jumlah normal

 Menunjukan perilaku hidup sehat

NIC :

 Monitor kerentanan terhadap infeksi

 Batasi pengunjung

 Pertahankan teknik asepsis

 -Inspeksi kondisi luka/ insisi bedah

 Berikan perawatan luka

 Motivasi untuk istirahat

 Motivasi masukan nutrisi yang cukup

 Ajarkan Cuci tangan

 Jika terlihat tanda-tanda infeksi kolaborasikan dengan

dokter

3) Kurang pengetahuan tentang penyakit, diit, dan pengobatan b.d

kurangnya paparan informasi.

NOC :

 Mampu menggambarkan diet yang dianjurkan


 Mengetahui makanan-makanan yang boleh dikonsumsi

 Mengetahui tujuan dari diet yang dianjurkan

 Mampu memilih makanan-makanan yang dianjurkan dalam

diet

NIC :

 Kaji pengetahuan tentang diet yang dianjurkan

 Berikan penyuluhan diit pada pasien post operasi

4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi pasca

operasi

NOC :

 Self Care Status

 Self Care: Dressing

 Activity Tolerance

 Fatigue level

 Mobility : physiocal impaired

 Ambulation

 Activity Intolerance

Kriteria hasil :

 Mampu melakukan ADLs yang paling mendasar dari

aktivitas perawatan diri

 Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

 Menyatakan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan

kemampuan berpindah

NIC :
 Monitor Vital Sign

 Ajarkan Ambulasi

 Ajarkan ROM

 Ajarkan Senam Kegel

 Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara

mandiri

 Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu

kebutuhan ADLs

 Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan

bantuan jika diperlukan

 Infeksi Traktus Genetalia Wanita ( vaginitis )


A. konsep medis
1) Pengertian vaginitis
Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan
vagina.Vaginitis dapat terjadi secara langsung pada luka vagina
atau melalui luka perineum, permukaan mokusa membengkak
dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah
yang keluar dari daerah ulkus.

2) Penyebab vaginitis
Penyebab dari vaginitis adalah Candida albicans,
Trichomonas vaginalis,Neisseria gonorrhoeae,Hemophilus
vaginalis.
Penyebab lain meliputi gabungan bedak tabur, cacing
kremi, benda asing, hygiene perineum yang buruk.
Menurut Universitas Padjadjaran (1981) penyebab vaginitis:
a) Vulvovaginitis pada anak
b) Sering disebabkan oleh gonorrhea atau corpus allienum
c) Kolpitis senilis
d) Disebabkan karena ovaria berhenti berfungsi
e) Kolpitis pada masa reprodukti
 Masturbasi
 Corpus allienum : pessaerium, obat atau alat
kontrasepsi kapas
 Rangsang themis seperti berenang dalam air dingin

3) Klasifikasi vaginitis
a) Vaginitis candida disebabkan oleh candida albicans.
Penyebab :
 Hygiene yang kurang
 Pertumbuhan candida yang berlebihan, karena kadar
glukosa darah yang tinggi, dan pemberian antibiotik
berspektrum luas.
Tanda dan gejala :
 Pruritus vulvae.
 Nyeri vagina yang hebat
 Disuria eksterna dan interna
 Rash pada vulva
 Eritematosa
 Sekret khas seperti keju lembut
b) Vaginitis Trichomonas disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis.
Penyebab : hubungan seksual.
Tanda dan gejala :
 Secret banyak dan bau busuk
 Disuria eksterna dan interna
 Pruritus vulva
 Edema vulva
c) Vaginitis non spesifik disebabkan oleh Gardnerella
vaginalis.
Penyebab :
 Hygiene yang kurang
 Hubungan seksual
Tanda dan gejala :
 Vagina berbau busuk dan amis
 Sekret encer, kuning sampai abu-abu
d) Vaginitis atrofican disebabkan oleh infeksi epitel vagina
yang defisiensi estrogen.
Penyebab : pasca menopause rentan terhadap infeksi.
Tanda dan gejala :
 Pendarahan pervaginam
 Disuria eksterna
 Pruritus
 Dispareunia
 Permukaan vagina merah muda, pucat, halus tanpa
rugae.

4) Patofisiologi vaginitis
Bila keseimbangan mikroorganisme berubah, maka
organisme yang berpotensi patogen, yang merupakan bagian
flora normal, misalnya C.. albicans pada kasus infeksi monolia
serta G. vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis non
spesifik berproliferasi sampai suatu konsentrasi yang
berhubungan dengan gejala. Pada mekanisme lainnya,
organisme ditularkan melalui hubungan seksual dan bukan
merupakan bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis
dan Nisseria gonorrhoea dapat menimbulkan gejala . Gejala
yang timbul bila hospes meningkatkan respon peradangan
terhadap organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit
serta melepaskan prostaglandin dan komponen respon
peradangan lainnya.
Gejala ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal
dari respon peradangan vagina lokal terhadap infeksi T.
vaginalis atau C. albicans. Organisme tertentu yang menarik
leukosit, termasuk T. vaginalis, menghasilkan secret purulen.
Diantara wanita dengan vaginitis non spesifik. Baunya
disebabkan oleh terdapatnya amina dibentuk sebagai hasil
metabolisme bakteri anaerob. Histamin dapat menimbulkan
ketidaknyamanan oleh efek vasodilatasi local. Produk lainnya
dapat merusak sel-sel epitel dengan cara, sama dengan infeksi
lainnya
5) Pathway vaginitis

6) Manifestasi klinis
Menurut Universitas Padjadjaran (1981) :
Vaginitis :
 leukorea yang kadang-kadang berbau (anyir)
 Perasaan panas/pedih pada vagina
 Perasaan gatal pada vulva

Menurut Sinklair & Webb (1992), tanda dan gejala vaginitis :


a) Akut
 Pruritus
 Panas
 Eritema
 Edema
 Perdarahan
 Nyeri (mungkin sangat, menyebabkan tidak mampu
berjalan, duduk dan retensi urine akut)
 Ulserasi dan vesikel
b) Kronik
 Inflamasi hebat dengan edema minimal
 Pruritus hebat ® ekskoriasi ® infeksi sekunder
 Daerah yang terserang : monpubis, perineum, paha
yang berdekatan, anus, sekitar paha.
 Lesi ulseratif disebabkan : granuloma, karsinoma,
melanoma
 Hasil akhir mungkin berupa ekstruksi vulva

7) Faktor predisposisi vaginitis


a) Coitus, terutama dalam smegma preputium mengandung
kuman-kuman
b) Tampon-tampon di dalam vagina, misalnya untuk
menampon darah haid
c) Higiene yang kurang, pakaian kotor
d) Atrofi epitel vagina pada mosa senile dimana epitel vagina
kurang mengandung glikogen dan menjadi tipis
e) Korpus alineum : terutama pada anak-anak tetapi juga
alat-alat perangsang seks pada orang dewasa
f) Masturbasi kronis
g) Benda asing dalam vagina.

8) Komplikasi vaginitis
a) Endometritis
Peningkatan konsentrasi flora anaerob, yang
sebagian mungkin karena perubahan pH, bisa
menyebabkan peningkatan angka endometritis
b) Salpingitis
Radang pada saluran telur dapat terjadi bila infeksi
serviks menyebar ke tuba uterine
c) Servisitis
Peradangan ini dapat terjadi bila infeksi menyebar
ke serviks.

9) Pencegahan vaginitis
Kebersihan yang baik dapat mencegah beberapa jenis
vaginitis dari berulang dan dapat meredakan beberapa gejala :
a) Hindari bathtub dan pusaran air panas spa. Bilas sabun dari
luar daerah genital Anda setelah mandi, dan keringkan area
itu dengan baik untuk mencegah iritasi. Jangan gunakan
sabun wangi atau kasar, seperti yang dengan deodoran atau
antibakteri
b) Hindari iritasi. Ini termasuk tampon dan bantalan berparfum
c) Usap dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet.
Hindari penyebaran bakteri dari tinja ke vagina

Hal-hal lain yang dapat membantu mencegah


vaginitis meliputi :
a) Jangan gunakan douche. Vagina anda tidak memerlukan
pembersihan lain dari mandi biasa. Berulang menggunakan
douche mengganggu organisme normal yang berada di
vagina dan dapat benar-benar meningkatkan risiko infeksi
vagina. Douche tidak menghilangkan sebuah infeksi vagina
b) Gunakan kondom lateks laki-laki. Ini membantu mencegah
infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual
c) Pakailah pakaian katun dan stoking dengan pembalut di
selangkangannya. Jika Anda merasa nyaman tanpa itu,
langsung mengenakan pakaian tidur. Ragi tumbuh subur di
lingkungan lembab.

10) Penatalaksanaan vaginitis

Jenis infeksi Pengobatan


 Miconazole, clotrimazole, butoconazole atau
Jamur terconazole (krim, tablet vagina atau
supositoria)
 Fluconazole
Biasanya metronidazole atau clindamycin (tablet
Bakteri vagina) atau metronidazole (tablet). Jika penyebabnya
gonokokus biasanya di berikan suntikan ceftriaxon &
tablet doxicyclin
Klamidia Doxicyclin atau azithromycin (tablet)
Trikomonas Metronidazole (tablet)
Virus papiloma Asam triklorasetat (dioleskan ke kutil), untuk infeksi
manusia (kutil yang berat digunakan larutan nitrogen atau fluorouracil
genitalis) (dioleskan ke kutil)
Virus herpes Acyclovir (tablet atau salep)
Selain obat-obatan penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak
terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga. (misalnya terbuat
dari katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sebum gliserin)
Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin
pada vulva atau berendam dalam air dingin. Untuk mengurangi gatal-gatal yang
bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim atau salep kortikosteroid dan
antihistamin per-oral (tablet). Krim atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi
gejala dan memperpendek lamanya in!eksi herpes.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
B. Konsep keperawatan
Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
 Nyeri
 Luka
 Perubahan fungsi seksual
3. Riwayat penyakit
a. Sekarang
Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin.
b. Dahulu
Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan
reproduksi
4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan bagian luar
 Inspeksi
 Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia
perkembangan klien
 Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura,
leokoplakia dan eksoria
 Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra
terhadap pembengkakan ulkus, keluaran dan nodul
b. Pemeriksaan bagian dalam
 Inspeksi
Serviks : ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran
dan warnanya
 Palpasi
 Raba dinding vagina : Nyeri tekan dan nodula
 Serviks : posisi, ukuran, konsistensi, regularitas,
mobilitas dan nyeri tekan
 Uterus : ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
 Ovarium : ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi
dan nyeri tekan

Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay
vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan,
2. Gangguan gambaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan
pembedahan
3. Perubahan pola eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan
penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnnya,
gangguan sensorik/motorik
4. Resiko tinggi gangguan integritas jaringan/kulit berhubungan dengan
efek treatment

Rencana keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf,, suplay
vaskularisasi atau e!ek samping therapy/tindakan
Tujuan : Nyeri berkurang/dapat teratasi dengan
kriteria :
a. Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri
berkurang)
b. Dapat mongontrol ADLs seminimal mungkin.
c. Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas
diversional sesuai situasi individu.

Intervensi :
a. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi; durasi dan
intensitas (skala 1-10) dan upaya untuk mengurangi nyeri
b. Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas
diversional
c. Dorong penggunaan stress management seperti tehnik
relaksasi, visualisasi, komunikasi therapeutik melalui sentuhan
d. Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. sesuaikan pemberian
medikasi sesuai kebutuhannyae
e. Kolaborasi : kembangkan rencana management penanganan
sakit dengan klien dan dokter. Beri analgetik sesuai indikasi
dan dosis yang tepat

Rasional
a. Informasi merupakan data dasar untuk evaluasi atau efektifitas
intervensi yang dilakukan. Pengalaman nyeri setiap individu
bervariasi karena mengganggu fisik dan psikologi
b. Menolong dan meningkatkan relaksasi dan refokus
c. Melibatkan dan memberikan partisipasi aktif untuk
meningkatkan kontrol
d. Tujuan umum/maksimal mengomtrol tingkat nyeri dan
minimum ada keterlibatan dalam ADLs
e. Rencana terorganisasi dan meningkatkan kesempatan dalam
mengontrol rasa sakit. Klien harus berpartisipasi aktif dalam
perawatan di rumah
f. Nyeri merupakan dampak/komplikasi suatu tindakan atau
keadaan penyakit serta perbedaan respon individu
2. Gangguan gambaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan
pembedahan
Tujuan : Gambaran diri berkembang secara positif dengan
kriteria :
a. Mengerti tentang perubahan pada tubuh.
b. Menerima situasi yang terjadi pada dirinya.
c. Mulai mengembangkan mekanisme koping pemecahan masalah.
d. Menunjukkan penyesuaian terhadap perubahan.
e. Dapat menerima realita.
f. Hubungan interpersonal adekuat.

Intervensi :
a. Diskusi dengan klien tentang diagnosa dan tindakan guna
membantu klien agar dapat aktif kembali sesuai ADLs.
b. Review/antisipasi efek samping kaitan dengan tindakan yang
dilakukan termasuk efek yang mengganggu aktivitas seksual.
c. Dorong untuk melakukan diskusi dan menerima pemecahan
masalah dari efek yang terjadi.
d. Beri informasi/konseling sesering mungkin.
e. Beri dorongan/support psikologis.
f. Gunakan sentuhan perasaan selama melakukan interaksi
(pertahankan kontak mata).
g. Kolaborasi :
1) Refer klien pada kelompok program tertentu.
2) Refer pada sumber/ahli lain sesuai indikasi.

Rasional :
a. Menerima dam mengerti tentang hal-hal yang dilakukan
merupakan awal proses penyelesaian masalah.
b. Antisipasi dini dapat menolong klien untuk mengawali proses
adaptasi dalam mempersiapkan hal-hal yang dapat terjadi.
c. Dimungkinkan dapat menolong menurunkan masalah dengan
keterlibatan sehingga dapat menerima tindakan yang dilakukan.
d. Validasi tentang kenyataan perasaan klien dan berikan tehnik
koping sesuai kebutuhan.
e. Klien dengan gangguan neoplasma kanker membutuhkan support
tambahan selama periode tersebut.
f. Penghargaan dan perhatian merupakan hal penting yang
diharapkan klien guna menurunkan perasaan klien akan
keraguan/ketidaknyamanan.
g. Grup support biasanya sangat bermanfaat bagi klien dengan
meningkatkan kontak dengan klien lain dengan masalah sama.
h. Mungkin berguna untuk mempertahankan struktur psikososial.

3. Perubahan pola eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan


penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnnya,
gangguan sensorik/motorik.
Tujuan : Pola eliminasi urine ibu kembali normal dengan criteria hasil
ibu memahami terjadinya retensi urine, bersedia melakukan tindakan
untuk mengurangi atau menghilangkan retensi urine.

Intervensi :
a. Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine.
b. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya
ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
c. Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air
hangat, mengatur posisi, mengalirkan air keran.

Rasional :
a. Melihat perubahan pola eliminasi klien
b. Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien.
c. Mencegah terjadinya retensi urine.

Implementasi

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai


tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu
klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi peningkatan
kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas
yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan
dengan baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisiasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan
perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien dan
meprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format
yang telah ditetapkan institusi.
Penatalaksanaan bisa dilakukan dengan cara seperti berikut :
a. Menjelaskan pada klien tentang beberapa penyebab terjadinya
keputihan adalah jamur /bakteri (karena kurang bersih dalam
menjaga kebersihan daerah kelamin), atau adanya penyakit lain
(tumor).
b. Menjelaskan kepada klien bahwa keputihan dapat terjadi itu secara
normal atau tidak normal. Keputihan yang normal yaitu keputihan
yang terjadi pada saat sebelum menstruasi, pada saat hamil, tetapi
menjadi tidak normal jika pengeluaran lendir secara berlebihan
dan terus menerus, berbau dan biasanya menimbulkan rasa gatal.
c. Menjelaskan kepada klien tentang beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan dari keputihan
adalah :
 Menjaga kebersihan daerah genitalia dengan baik (cebok dari
arah depan kebelakang dengan menggunakan sabun).
 Mengganti celana dalam, gunakan celana dalam yang katun dan
tipis serta mudah menyerap keringat.
 Anjurkan kepada suami untuk ikut kontrol serta meminum obat
yang diberikan dokter agar tidak terjadi saling menularkan
penyakit.
d. Menganjurkan kepada klien untuk kontrol secara rutin dan
menghabiskan obat yang diberikan dokter meskipun keluhan sudah
berkurang.
e. Menganjurkan pada klien untuk menjelaskan kembali apa yang
telah dijelaskan oleh petugas.

Evaluasi

1. Tingkat kenyamanan pasien kembali seperti sebelum sakit.


2. Pola seksualitas dapat berfungsi secara normal.
3. Tidak terjadi infeksi.
4. Klien mengerti mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan

Anda mungkin juga menyukai