Anda di halaman 1dari 7

A.

Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, manusia
mempunyai tugas menjadi hamba yang selalu beribadah kepada Allah. Sedangkan sebagai makhluk
sosial, manusia harus berinteraksi dengan orang lain, baik dalam lingkup masyarakt bahkan sampai pada
lingkup berbangsa dan bernegara.
Kewajiban membela Negara merupakan kewajiban seluruh warga Negara yang ada di negeri ini, dalam
rangka menyelamatkan Negara dari berbagai ancaman, tantangan maupun gangguan terhadap
kadaulatan Negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana akhlak terhadap bangsa dan negara?
2. Bagaimana akhlak seorang warga negara terhadap pemimpin atau pemerintah?
3. Bagaimana Ajaran Islam tentang tuntutan membangun bangsa dan negara?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui akhlak terhadap bangsa dan negara
2. Untuk mengetahui akhlak seorang warga negara terhadap pemimpin atau pemerintah
3. Untuk mengetahui ajaran Islam tentang tuntutan membangun bangsa dan negara

BAB II
PEMBAHASAN

A. Akhlak Terhadap Bangsa Dan Negara


1. Kewajiban Membela Negara
Kewajiban membela Negara merupakan kewajiban seluruh warga Negara yang ada di negeri ini, dalam
rangka menyelamatkan Negara dari berbagai ancaman, tantangan maupun gangguan terhadap
kadaulatan Negara.
Dalam tuntunan Islam, membela Negara itu hukumnya wajib. Sebagai contoh, pada zaman Rasulullah
hampir seluruh penduduk negeri Madinah aktif berjuang dimedan perang untuk membela Negara dari
rongrongan musuh yang dating dari luar yaitu dari serangan kaun kafir Quraisy. Ketika itu Negara
Madinah sedang menghadapi ancaman yang besar dari dari tentara Quraisy, maka saat itu Rasulullah
mengobarkan semangat berperang untuk membela Negara Madinah.
Dalam hal ini, Allah memberikan perintah agar kaum muslimin berjuang keras untuk memerangi kaum
musyrikin, karena kaum musyrikin itu berbuat dzalim (aniaya) terhadap umat islam. Perintah untuk
menggerakkan tentara tentara Islam ini di jelaskan dalam al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 65

“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar
diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus
orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir,
disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”
Maka dalam hal ini membala Negara adalah mutlak wajib bagi seorang muslim dan sebagai warga
Negara, sebagaimana ungkapan yang menyatakan “Cinta Negara sebagian dari Iman”.
Membela Negara itu bukan hanya ketika Negara terancam oleh pihak luar (penjajah) tetapi juga ketika
nagara ini terancam dari dalam, misalnya pemberontakan, penghianatan, dan penyelewengan. Kita
harus membela Negara kita dari hal-hal tersebut, supaya Negara ini tidak hancur oleh tangan-tangan
yang tidak bertanggung jawab dan yang selalu berbuat kejahatan-kejahatan.
Untuk mengatasi segala kemungkinan kehancuran Negara ini dari kejahatan-kejahatan, Rasulullah
memberikan dasar-dasar pembelaan Negara sebagaimana terdapat dalam Hadits yang diriwayatkan
oleh Muslim,
.‫ َوان لـَـ ْم يَــستــطِ ـيع فـَـبقـَـلبـِـه وذلك اضْ عـَـفُ االيـْـ َمان‬,‫ فـَاءنْ لـَ ْم يـَـسْ تـَـطِ يـْع فـبـِـلـِـ َسانـِـه‬,ِ‫مـَـنْ َراى مـِـنـْكـ ُ ْم مـُـنكـرً ا فـَـلـيـُغــ ّيـِرْ هُ بـِـ َيــده‬
)‫(رواه مسلم‬
Artinya : barang siapa melihat kemungkaran (kejahatan) maka rubahlah dengan tangannya (dicegah
dengan kekuatannya), apabila tidak mampu maka rubahlah dengan mulutnya (dicegah dengan nasehat,
melaporkan dsb), apabila tidak mampu maka cegahlah dengan hatinya (membenci perbuatan tersebut)
yang demikian itu adalah selemah-lemah iman,”(HR. Muslim).

2. Tujuan Bela Negara


Sebagaimana telah diungkapkan pada pembahasan yang telah ada, bahwa pembelaan Negara itu dapat
dilaksanakn dalam hal mempertahankan Negara terhadap ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan baik dalam maupun dari luar negar kita. Didalam GBHN disebutkan bahwa bela negara
merupakan sikap dan tindakan yang teratur menyeluruh terpadu dan dilandasi cinta tanah air,
kesadaran berbangsa, rela berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik dari dalam maupun dari
;uar negeri yang membahyakan kedaulatan Negara.
Adapun fungsi dari warga negara bela negara adalah agar mampu melaksanakan ketertiban umum,
perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat dalam rangka Pertahanan dan Keamanan
Negara (HANKAMNEG). Maka tujuan negara itu untuk:
a. Melaksanakan Fungsi Ketertiban Umum
Melaksanakn ketertiban umum berarti menjaga berbagi kemungkinan yang menyebabkan terjadinya
kekacauan masyarakat. Perbuatan-perbuatan yang dapat meresahkan masyarakat luas umpamanya:
mabuk-mabukan, perkelahian, tawuran, keonaran, pengacauan, fitnah, huru-hara, pemberontakan dan
sebagainya.
Dalam hal ini kita sebagai warna Negara mempunyai kewajiban mencegah perbuatan-perbuatan yang
melanggar ketertiban umum tersebut, dengan melakukan tindakan yang sesuai dengan aturan yang
dibenarkan dalam hokum, sebagai tanggung jawab kita terhadap Negara
b. Melaksanakn Fungsi Perlindungan Rakyat
Melaksanakn fungsi perlindungan rakyat berarti melakukan sikap atau tindakan untuk mencegah
terjadinya perbuatan yang merugikan rakyat dari tindak sewenang-wenangan seperti: pemerasan,
penipuan, ketidakadilan, penganiayaandan sebagainya.
c. Melaksanakan Fungsi Keamanan Rakyat
Melaksanakan fungsi keamanan rakyat berarti melakukan tidakan untuk mengamankan rakyat dari
berbagai tindak kekerasan yang merugikan kepentingan rakyat seperti: perampokan, pencurian,
pembunuhan dan sebagainya, diantaranya dengan cara siskamling, membentuk satuan keamanan
rakyat (HANDRA, HANSIP) dsb.
d. Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat.
Yaitu melakukan untuk membela negara dengan mengerahkan tenaga atau fisik, berupa
mempertahankan negara oleh rakyat secara keseluruhan untuk menghadapi ancaman negara baik dari
dalam maupun dari luar.
Ancaman dari dalam seperti melakukan pemberontakan, PKI, yang hendak mengulingkan pemerintahan
yang sah dan mengganti ideologi negara. Adapaun ancaman dari luar seperti: gangguan terhadap negeri
kita oleh bangsa lain, penyusupan kebudayaan asing yang merusak bangsa kita, penjualan obat-obat
terlarang dari luar negeri, penjajahan bangsa asing yang harus dihadapi oleh seluruh rakyat kita.
Dalam hal ini perlu digalang kekompakan dan kesatuan serta persatuan rakyat demi persatuan bangsa
dan negara kita. Pentingnya persatuan dan kesatuan, sebagai wujud dari kekuatan bangsa. Dipeintahkan
allah sebagaimana firmannya dalam (QS.al-imron:103)

”Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan agama Allah,janganlah kamu bercerai-berai,ingatlah akan
nikmat Allah atas kamu sekalian,ketika(dulu) bermusuh-musuhan,maka Allah lunakkan hatimu,Allah
menjadikan kamu karena nikmat Allah,orang-orang yang bersaudara ketika itu kamu telah berada ditepi
jurang neraka,lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya,demikian Allah menerangkan ayat-
ayatnya,kepadamu,agar kamu mendapat petunjuk.”(Q.S. Ali imron:103)

B. Akhlak Terhadap Pemimpin (Pemerintah)


1. Pengertian Ulil Amri/Pemimpin/Pemerintah
Ulil Amri adalah orang yang memiliki kekuasaan, yaitu para pemimpin yang mendapat kepercayaan dari
masyarakat untuk memimpin dan mengurus berbagai urusan mereka, baik yang berurusan dengan
urusan agama atau urusan dunia. Sebagai anggota masyarakat kita wajib mentaati aturan-aturan yang
dikeluarkan oleh pemimpin selama peraturan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan Allah
dan Rasul-Nya.
Kewajiban kita untuk ta’at kepada pemimpin sama dengan kewajiban kita untuk ta’at kepada Allah SWT
dan Rasul-Nya. Artinya, kita wajib ta’at kepada Allah Swt, kepada Rasul Saw juga ta’at kepada pemimpin.
Dalam pandangan Islam pemimpin yang ada dijalan Allah SWT dan Rasul-Nya memiliki kedudukan yang
sangat tinggi, sehingga keta’atan kita kepadanya disejajarkan dengan keta’atan kita kepada Allah SWT
dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surat An-Nisa’ ayat 59, berbu

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Kita wajib ta’at kepada pemimpin selama pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan rasul-Nya,
apabila ia tidak berada dijalan Allah maka kita tidak wajib untuk ta’at kepadanya.
2. Kriteria Pemimpin Yang Harus di Ta’ati
Tidak semua pemimpin wajib kita ta’ati, tapi hanya pemimpin yang memiliki kriteria tertentu saja,
diantara kriteria- criteria tersebut adalah :
a. Pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Kita wajib ta’at kepada seorang pemimpin selama dia berada dijalan Allah dan Rasul-nya, apabila aturan-
aturan yang dikeluarkan bertentangan dan tidak sesuai dengan aturan dan syari’at agama maka kita
tidak wajib ta’at kepadanya sebab Nabi SAW menjelaskan bahwa tidak ada keta’atan apabila untuk
maksiat kepada Allah SWT, sebagaimana hadist beliau,
‫ السـَنـْ ُع والطاعـة‬: ‫عــنْ ابـْ ن عـمر رضي هللا عـنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫المسـلـم فيـما احـبّ وكره مالم يــ ُ ْؤمـر يمع ْــصيـة فاِنْ امــر فال سـم ْـ َع‬
ِ ‫على المـَرْ ِء‬
)‫عـلــي ِه وال طاعة (رواه الترمذى‬
Artinya : Dari Nabi SAW bersabda : “ seorang muslim wajib mendengar dan menta’ati (seorang
pemimpin) terhadap apa yang disenangi atau yang dibenci, selama tidak diperintahkan untuk melakukan
maksiat, maka tidak wajib mendengarkan dan tidak wajib menta’ati perintah tersebut “ (HR. Thirmidzi)
b. Aturan-aturannya tidak menyebabkan perbuatan syirik.
Apabila aturan-aturan yang dikeluarkan pemerintah dapat menyebabkan atau mengajak serta
mendorong masyarakat melakukan perbuatan syirik, maka kita tidak wajib menta’ati perintah tersebut.
Sebab syirik merupakan dosa besar dan dosanya tidak diampuni oleh Allah SWT. Dijelaskan dalam Al-
Qur’an surat Luqmanayat 15

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah
kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.”
Ayat di atas menjelaskan apabila kedua orang tuanya mengajak anaknya untuk melakukan perbuatan
syirik maka anak tersebut tidak wajib ta’at kepada kedua orang tuanya. Demikian halnya dengan
pemimpin yang mengajak masyarakatnya atau guru mengajak muridnya untuk melakukan perbuatan
syirik atau maksiat lainnya maka masyarakat tersebut tidak wajib ta’at pada pemimpinnya dan murid
tersebut tidak wajib ta’at pada gurunya.
c. Pemimpin yang memiliki akhlak mulia
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memberikan contoh teladan yang baik terhadap
masyarakatnya, dia tidak hanya pandai member perintah tapi juga pandai melakukan bahkan member
contoh kepada orang lain.
d. Pemimpin yang jujur dan adil.
Dia tidak menipu rakyat untuk kepentingan pribadinya dan tidak berlaku dzalim kepada mereka untuk
memperkaya diri sendiri.
e. Pemimpin yang bijaksana.
Yakni pemimpin yang mengutamakan kepentingan rakyatnya diatas kepentingannya sendiri, dan setiap
kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka memberikan kesejahteraan masyarakat, bukan malah
menyengsarakan mereka.
f. Pemimpin yang mempunyai keahlian yang cukup dalam memimpin
Pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengurus yang dipimpinnya, baik lingkup organisasi,
lembaga pendidikan, kota, Negara, dan sebagainya. Jika tidak maka tunggulah saat kehancurannya,
sebagaimana hadis Nabi :
)‫ـير أهْ ـلـِـ ِه فـَـانـْـتــَظـِ ُر السـَاع ِة (رواه البخارى‬
ِ َ‫اذ وُ سـِدَ االء مـْـ ُر الى غـ‬
Artinya: “ apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah
kehancurannya.” (HR.Bukhori)

3. Sikap Ta’at Pemerintah


Ta’at kepada pemerintah berarti mematuhi peraturan dan undang-undang dan segala ketentuan yang
dibuatnya dengan baik. Namun tidak sembarang pemerintah (pemimpin) yang memiliki kriteria sesuai
dengan ajaran Islam.
Hadits tentang ta’at kepada Allah, Rasul dan Pemerintah
‫ قــال رســول هللا صلى هللا عــليه وســـلم‬: ‫ عـَـنْ ابى هريرة رضي هللا عـنه قــال‬:
ْ ُ ‫ ومـن يـ‬,‫صانى فــقد عصى هللا‬
‫ـطع األمــير‬ ْ ‫ـنى‬
َ ‫ و َمـن َعـ‬,‫فــقد اطاع َهللا‬ ْ‫َمــن‬
ِ ‫أطاع‬
َ
)‫صانى ِ(رواه البخارى و مسلم‬
َ ‫فـقد أطاعنى ومـن يُـعص ِاألمــيرفــقد َعــ‬
“Dari Abu Hurairah ra beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : barang siapa yang ta’at kepadaku,
berarti ia ta’at pada Allah SWT, dan barang siapa bermaksiat (melanggar) kepadaku berarti dia
bermaksiat kepada Allah SWT. Barang siapa yang ta’at pada pemimpin berarti ia ta’at kepadaku, dan
barang siapa bermaksiat kepada pemimpin berarti ia bermaksiat kepadaku. “ (HR. Bukhori dan Muslim)
Pada hadits di atas, Nabi berpesan kepada setiap muslim hendaknya mendengar dan mematuhi apa-apa
yang menjadi keputusan, kebijaksanaan, dan perundang-undangan yang telah dibuat oleh para
pemimpinnya atau pemerintahannya, baik keputusan atau perundang-undangan itu disenangi karena
member manfa’at dan keuntungan pada dirinya atau peraturan yang tidak disenangi karena dapat
merugikan dirinya,walaupun demikian mungkin akan memberi manfa’at pada orang lain.

C. Ajaran Islam Dalam Membangun Negara


Perjuangan membela Negara telah dimulai oleh bangsa kita sejak abad ke 16, untuk mengusir penjajah
dari bumi Indonesia. Perjuangan tersebut dilakukan selama kurang lebih tiga setengah abad dan
berakhir sejak diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Menyadari hal tersebut kita sebagai umat Islam wajib melanjutkan perjuangan pendahulu kita. Maka
pada masa kemerdekaan ini kita wajib membangun Negara agar rakyat kita kuat ekonominya, politiknya,
agamanya serta ilmu pengetahuan dan teknologinya. Inilah perjuangan saat ini yang perlu kita
laksanakan untuk membangun Negara.
Dalam hal membangun Negara dapat kita ambil contoh kehidupan umat Islam pada masa Rasulullah
SAW yang meliputi, ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, social dan budaya.

1. Pembangunan Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.


Kita harus berperan aktif dalam hal pembangunan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sebab
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju, akan mencetak sumber daya manusia yang
berkwalitas yang amat menentukan kemajuan bangsa. Pada zaman Rasulullah, umat Islam berlomba-
lomba belajar dengan giat, karena belajar maupun mengajar itu wajib hukumnya, pembangunan ilmu
pengetahuan pada saat itu amat pesat, banyak para sahabat yang pintar menjadi duta-duta Negara
untuk membantu negeri, seperti Ali, Abu bakar, Umar Salman Alfarisi, Mu’az bin Jabal dan banyak lagi
yang lain. Hal tersebut sesuai dengan sabda rasulullah:
ْ ‫ا ُطـْـلـبُـوا العـِـل َم‬
)‫ولو با لصِّــين ِ(رواه ابن عادى و البيهقى‬
“Tuntutlah Ilmu walaupun ke negeri Cina” (HR. Ibnu Adi dan Baihaqi)
Firman Allah dalam al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat”.

Dalam ayat lain Allah Berfirman, dalam surat Ar-Rahman ayat 33,

“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan(ilmu pengetahuan dan teknologi)”.

2. Pembangunan Bidang Politik


Kita harus berperan aktif dalam memajukan kekuatan politik pemerintahan agar Negara kuat, para
pemimpin Negara dapat mengendalikan pemerintahannya dengan adil, benar, berkarya untuk
kepentingan Negara. Rasulullaah telah mengajarkan kepada kita untuk memperkuat persatuan dan
kesatuan dengan menegakkan keadilan, kebenaran dan demokrasi (masyarakat), menenangkan
kekacauan masyarakat, menjaga keutuhan bangsa dan Negara. Sebagai contoh, persatuan yang multi
agama dan multi ras yang terikat dalam piagam Madinah (deklarasi madinah), untuk hidup rukun,
damai, saling membantu, saling menjaga keamanan dan sebagainya.

3. Pembangunan Bidang Ekonomi


Kita harus berperan aktif membantu Negara dalam bidang ekonomi, yaitu bidang usaha untuk
menciptakan kemakmuran hidup perekonomian masyarakat, adapun cara yang dapat ditempuh adalah
dengan cara bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan papan serta kebutuhan
lain seperti kendaraan, penerangan dan hiburan.
Rasulullah memacu para sahabat dan kaum muslimin seluruhnya untuk tidak malas bekerja, agar
ekonomi umat kuat dan dapat membiayai kehidupannya, ekonomi Negara kuat dapat membiayai
pembangunannya, sehingga penduduk sejahtera, dalam hal ini Rasulullah menggerakkan semangat kerja
dengan sabdanya:
ُ ‫ك َتم ُْو‬
‫ت غَ ًدا‬ َ ‫ك َت ِعيْشُ أَ َب ًدا َواعْ َم ْل أِل َخ َِر ِت‬
َ ‫ك َكأ َ َّن‬ َ ‫اك َكأ َ َّن‬
َ ‫إِعْ َم ْل لِ ُد ْن َي‬
Artinya: “ Bekerja keraslah kamu untuk (kebahagiaan) duniamu seakan-akan kamu akan hidup
selamanya, dan bekerja keraslah kamu untuk (kebahagiaan) akhiratmu seakan-akan kamu akan mati
besok.” (HR. Ibnu Asakir)
Allah pun mengingatkan kepada kita akan arti pembangunan ekonomi ini dengan firmannya dalam surat
Ar-Ra’d ayat 11,
”Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.”.

4. Pembangunan Bidang Sosial


Kita harus berperan aktif dalam bidang social yaitu kita wajib membantu masyarakat agar tercipta
kesejahteraan social. Tidak boleh kehidupan masyarakat kita menderita akibat kurangnya orang-orang
yang memperdulikan kehidupan masyarakat. Rasulullah adalah contoh tauladan kita , beliau
mencontohkan serta memerintahkan kepada para sahabat dan kaum muslimin dalam hal memberantas
perbudakan dan kemiskinan, menanggulangi penderitaan orang-orang miskin serta anak-anak yatim.
Allah memperingatkan amat keras terhadap orang-orang Islam yang tidak mau peduli terhadap
penderitaan kaum lemah, mereka di cap sebagai pendusta agama Allah, firman Allah dalam surat Al-
Ma’un ayat:1-7,
Artinya: 1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. Orang-orang yang berbuat riya[1603],
7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna(membayar zakat)

5. Pembangunan Bidang Budaya


Kita wajib berperan aktif dalam membangun kebudayaan bangsa, maksudnya memajukan kebudayaan
bangsa kita dengan memperkuat mental spiritual bangsa kita sebagai bangsa yang memiliki kepribadian
luhur, mamiliki nilai-nilai yang berharga sebagai jatidiri bangsa yang berperadaban tinggi.
Budaya bangsa kita yang bernafaskan nilai-nilai agama, jangan sampai tergeser oleh nilai-nilai
materialisme, nilai-nilai kolonialisme, dan nilai-nilai komonisme. Rasulullah pernah membentuk
masyarakat dengan budaya agama, yakni masyarakat yang berakhlak, masyarakat yang menghargai
sesame, masyarakat yang giat, rajin, taat menjalankan perintah agama, bertoleransi terhadap kelompok
atau suku dan agama lain serta mendidik agar memiliki harga diri sebagai bangsa yang terhormat.
Nilai-nilai yang baik itu perlu dibudayakan, ditumbuh kembangkan menjadi nilai-nilai yang hidup dan
dilaksanakan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga bangsa kita menjadi bangsa yang sangat kokoh,
tidak terombang-ambing oleh situasi dan kondisi yang akan menyeret pada kehancuran masyarakat.

BAB III
KESIMPULAN

1. Akhlak Terhadap Bangsa Dan Negara


a. Kewajiban Membela Negara : kewajiban membela Negara merupakan kewajiban seluruh warga
Negara dalam rangka menyelamatkan Negara dari berbagai ancaman, tantangan maupun gangguan
terhadap kadaulatan Negara
b. Tujuan Membela Negara
1) Melaksanakan fungsi ketertiban umum
2) Melaksanakan fungsi perlindungan rakyat
3) Melaksanakan fungsi keamanan rakyat
4) Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat
2. Akhlak Terhadap Pemimpin (Pemerintah)
a. Ulil Amri adalah orang yang meiliki kekuasaan, yaitu para pemimpin yang mendapat kepercayaan dari
masyarakat untuk memimpin dan mengurus berbagai urusan mereka, baik yang berurusan dengan
urusan agama atau urusan dunia. Ta’at kepada pemerintah berarti mematuhi peraturan dan undang-
undang dan segala ketentuan yang dibuatnya dengan baik.
b. Kriteria pemimpin yang harus ditaati
1) Pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan Rasul-Nya
2) Pemimpin yang tidak syirik
3) Pemimpin yang memiliki akhlak mulia
4) Pemimpin yang jujur dan adil
5) Pemimpin yang bijaksana
6) Pemimpin yang mempunyai keahlian yang cukup
3. Islam mengajarkan setiap manusia seperti dalam kehidupan umat Islam pada masa Rasulullah SAW
yakni meliputi:
a. Pembangunan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Pembangunan dalam bidang politik
c. Pembangunan dalam bidang ekonomi
d. Pembangunan dalam bidang sosial
e. Pembangunan dalam bidang budaya

Anda mungkin juga menyukai