Anda di halaman 1dari 4

PROSES KEBIJAKAN PUBLIK

Kebijakan publik menjadi sebuah proses dari tindakan pemerintah untuk mengatur dan
mengelola sistem yang berlaku, yang kemudian kebijakan publik menjadi suatu hukum yang
mengikat dan mengatur langsung masyarakat dalam proses berjalannya suatu sistem. Kebijakan
publik adalah sebagai suatu sistem pembuatan, pelaksanaan, dan pengendalian keputusan-
keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. Dalam teori sistem yang
dikemukakan oleh Dunn (2003:132), dalam pembuatan kebijakan publik melibatkan tiga elemen
yaitu pelaku kebijakan, kebijakan publik dan lingkungan kebijakan yang semuanya saling
terhubung dan terkait4.
Ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam analisis kebijakan politik. Pertama,
fokus utamanya adalah penjelasan kebijakan, bukan anjuran kebijakan yang “pantas”. Kedua,
sebab dan konsekuensi dari kebijakan publik diselidiki dan diteliti dengan menggunakan
metodologi ilmiah. Ketiga, analisis dilakukan dalam rangka menggembangkan teori-teori umum
yang dapat diandalkan tentang kebijakan publik dan pembentukannya sehingga dapat diterapkan
di lembaga-lembaga dan bidang-bidang kebijakan yang berbeda. Analisis kebijakan politik
sangat berguna dalam merumuskan ataupun mengimplementasikan kebijakan publik. Teori-teori
dalam analisis kebijakan publik pada akhirnya dapat digunakan untuk mengembangkan
kebijakan publik yang baik pada masa yang akan datang2.
Tahapan proses kebijakan publik menurut Anderson sendiri dibagi menjadi beberapa
tahapan proses, yaitu penyusunan agenda (Agenda Setting), formulasi kebijakan (Policy
formulation), adopsi/legitimasi kebijakan (Policy adoption), implementasi kebijakan (Policy
implementation), dan evaluasi kebijakan (Policy assessment/evaluation). Tahap-tahap ini
dilakukan agar kebijakan yang dibuat dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan
menurut Nakamura dan Smalwood proses kebijakan terkait dengan arena-arena kebijakan yang
merupakan forum memenuhi fungsi-fungsi dari proses kebijakan. Masing-masing fungsi
membentuk lingkungan kebijakan masing-masing. Ada aktor, resources, ada perilaku, ada
simbol dan nilai-nilainya. Proses kebijakan publik berkaitan dengan bagaimana masalah tersebut
dirumuskan, agenda kebijakan ditentukan, kebijakan dirumuskan, keputusan kebijakan diambil,
kebijakan dilaksanakan, dan kebijakan dievaluasi5.
Masalah didefinisikan sebagai suatu kondisi atau situasi yang menimbulkan kebutuhan
atau ketidakpuasan pada sebagian orang, yang menginginkan pertolongan atau perbaikan.
Sementara itu, suatu masalah akan menjadi masalah publik jika melibatkan banyak orang dan
mempunyai akibat tidak hanya pada orang-orang yang secara langsung terlibat, tetapi juga
sekelompok orang yang secara tidak langsung terlibat. Suatu masalah akan menjadi masalah
publik apabila ada orang atau kelompok yang menggerakkan kearah tindakan untuk mengatasi
masalah tersebut. Suatu masalah akan menjadi masalah publik jika masalah tersebut
diartikulasikan. Masalah-masalah publik adalah masalah-masalah yang mempunyai dampak
yang luas dan mencakup konsekuensi bagi orang-orang yang tidak secara langsung terlibat1.
Negara dicirikan oleh dua jenis kewenangan keputusan: (1) political authority
(wewenang pengambilan kebijakan); dan (2) administrative authority (wewenang pelaksanaan
kebijakan). Namun dalam kenyataannya, wewenang kebijakan dominan di bidang kekuasaan
eksekutif lebih banyak diproduksi. Bahkan wewenang politis harus didukung oleh peran lembaga
eksekutif dalam perumusan kebijakan. Di negara berkembang sendiri, terdapat beberapa masalah
kebijakan yang muncul, hal tersebut dimulai dari cenderung tidak dimulai dengan identifikasi
masalah secara benar dan serius, perubahan yang diinginkan umumnya drastis lebih menekankan
subyektifitas (individu/elite) daripada sistem, proses penetapan kebijakan cenderung buru-buru,
evaluasi juga bersifat formalitas, tidak berorientasi pada perbaikan sistem bahkan bisa jadi
subyektifitas muncul3.
Agar masalah kebijakan dirumuskan secara benar, maka perlu menempuh tahap-tahap
perumusan masalah yang mencakup 4 sub metode perumusan masalah, yaitu yang pertama
pengenalan masalah, kedua pencarian masalah, ketiga pendefinisian masalah, dan terakhir
spesifikasi masalah. Masalah-masalah publik tersebut memiliki sifa-sifat khusus dimana bersifat
interdependence, subyektivitas dari masalah kebijakan, Artificiality masalah, dan dinamika
masalah kebijakan. Dalam perumusan masalah juga terdapat data-data yang berhubungan
langsung, seperti data time series vs data cross sectional dan data sekunder vs data primer.
Namun dalam perumusan tersebut, sering ditemukan kendala dalam data dan informasi, seperti
tidak up to datenya data, kualitas data yang kurang, dan sistem manajemen data yang tidak
relevan. Hal tersebut harus disesuaikan dengan metode perumusan masalah yang tepat, yaitu
Analisis pembatas (boundary analysis); membatasi masalah dari berbagai macam isu yang
sangat luas 2. Analisis klasifikasi; membuat klarifikasi konsep untuk menetapkan situasi
problematis yg sesungguhnya 3. Analisis hierarkhi; mengidentifikasi penyebab dari situasi
masalah tertentu 4. Sinektika (synectics); mengetahui kemiripan isu-isu tertentu untuk membuat
analogi 5. Curah-pendapat (brainstorming); menggali gagasan, tujuan, dan strategi untuk
mengetahui situasi problematis 6. Pemetaan argumentasi (argumentation mapping); menyajikan
peta penalaran dan tingkat penting-tidaknya argumentasi kebijakan2.
Formulasi kebijakan mengisyaratkan diperlukannya tindakan yang lebih teknis dengan
cara menerapkan metode penelitian guna mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk
merumuskan permasalahan kebijakan dan mencari berbagai alternatif solusi kebijakan. Masalah
utama yang dihadapi dalam formulasi kebijakan adalah merumuskan apa sebenarnya masalah
kebijakan yang harus dipecahkan setelah suatu isue masuk dalam agenda pemerintah. Dalam
proses melakukan formulasi sendiri, terdapat aktor-aktor yang melakukan formulasi tersebut,
yaitu aktor atau lembaga di dalam pemerintahan seperti lembaga pemerintah, presiden, anggota
DPR/DPRD, dan birokrat. Sedangkan aktor atau lembaga di luar pemerintahan yaitu dari LSM,
kelompok kepentingan, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi6.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anderson, S. E., DeLeo, R. A., & Taylor, K. (2020). Policy entrepreneurs, legislators,
and agenda setting: information and influence. Policy Studies Journal, 48(3), 587-611

2. Anggara, S. (2014). Kebijakan Publik. Bandung: Pustaka Setia

3. Bell, K. (2018, May). Public policy and health informatics. In Seminars in oncology
nursing (Vol. 34, No. 2, pp. 184-187). WB Saunders.

4. Dunn, W. N. (2017). Public policy analysis: An integrated approach. Routledge.

5. Guerrini, C. J., Majumder, M. A., Lewellyn, M. J., & McGuire, A. L. (2018). Citizen
science, public policy. Science, 361(6398), 134-136.

6. Farhang, S. (2018). Legislating for Litigation: Delegation, Public Policy, and


Democracy. Calif. L. Rev., 106, 1529.

Anda mungkin juga menyukai