ARMANTIUS
Nim : 143110206
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
ARMANTIUS
Nim : 143110206
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Armantius
NIM :
Tempat / Tanggal Lahir : Gobik / 26 September 1994
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Kristen Protestan
Orang Tua : Ayah : Kristian
Ibu : Erlina
Alamat : Dusun Gobik Desa Bosua Kecamatan Sipora
Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Riwayat Pendidikan
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pasien Mioma Uteri di Ruang Kebidanan RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2017”.
Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Diploma III pada Program Studi D-III
Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah, sangatlah sulit
bagi peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Oleh karena itu,
peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Elvia Metti, S.Kep, M.Kep, Sp. Mat selaku pembimbing I dan
Ibu Hj. Metri Lidya, S.Kp, M.Biomed selaku pembimbing II yang telah
mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
ini.
2. Bapak Hj. Sunardi, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM., M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Padang.
5. Staf Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan bekal ilmu
untuk bekal peneliti.
6. Kepada “Kedua Orang Tua” tersayang yang telah memberikan
dorongan, semangat, doa restu dan kasih sayang. Tiada kata yang dapat
Ananda utarakan selain doa semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
7. Teman-temanku yang senasib dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik
Kesehatan Padang Program Studi Keperawatan Padang Tahun 2017.
Terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
Akhir kata peneliti berharap KTI ini bermanfaat khususnya bagi peneliti
sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari
Tuhan Yang Maha Esa Amin.
Peneliti
ABSTRAK
Mioma uteri dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian jika tidak ditangani
dengan baik. Pendarahan adalah gejala yang paling sering ditemukan pada pasien
mioma uteri. Terdapat 30 kasus mioma uteri di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
tahun 2016 dan 16 kasus dari bulan Januari-Maret tahun 2017. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri di
Ruang Ginekologi Kebidanan RSUP. Dr. M. Djamil Padang.
Desain penelitian adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus. Populasi berjumlah
16 orang mioma uteri dengan 2 partisipan yaitu Ny. H dan Ny. E sebagai sampel
yang dipilih secara purposive sampling. Waktu studi kasus selama 6 hari. Proses
pengumpulan data yang digunakan format pengkajian dan alat timbangan, penlite,
termometer dan tensimeter, serta pemeriksaan laboratorium.
Hasil penelitian menunjukan keluhan utama pada kedua partisipan mengalami
perdarahan pervaginam. Diagnosa keperawatan utama pada kedua partisipan
adalah resiko syok hopovolemik berhubungan dengan perdarahan. Intervensi
prioritas keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan adalah memonitor
perdarahan pervaginam, melakukan pencegahan infeksi, dan melakukan transfusi
darah. Hasil yang didapatkan pada hari kelima rawatan kedua partisipan
perdarahan sudah berkurang, dan Hb mengalami peningkatan.
Bagi keluarga Ny. H dan Ny. E diharapkan keterlibatan keluarga dalam
memberikan dorongan dan motivasi dalam mempercepat pemulihan kesehatan
dan permasalahan kesehatan Ny. H dan Ny. E terutama pada Psikososial, dan
Spritual dapat diminimalkan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
ABSTRAK ..........................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... B.
Saran ...................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu hal penting untuk mencapai derajat kesehatan adalah dengan
memperhatikan kesehatan wanita, terutama kesehatan reproduksi karena hal
tersebut berdampak luas, menyangkut berbagai aspek kehidupan, serta
merupakan parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat. Kesehatan reproduksi wanita berpengaruh
besar dan berperan penting terhadap kelanjutan generasai penerus suatu negara
(Manuaba, 2009).
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh
dan bukan tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segalah hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsinya serta proses-prosesnya.
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan
sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya
(Nugroho, 2012).
Salah satu penyakit reproduksi adalah mioma uteri. Mioma uteri merupakan
suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos
dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri
atau uterine fibroid. Mioma uteri ini merupakan neoplasma jinak yang sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif
atau menopouse (Aspiani, 2017).
Menurut WHO kejadian mioma uteri sekitar 20% sampai 30% dari seluruh
wanita didunia dan terus mengalami peningkatan. Mioma uteri ditemukan
30% sampai 50% pada perempuan usia subur (Robbins, 2007). Menurut Wise
penelitiannya di Amerika serikat periode 1997-2007 melaporkan 5.871 kasus
mioma uteri dari 22.120 terjadi pada wanita kulit hitam dengan prevalensi
Hampir dari separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan apaapa
dan tidak sadar bahwa pederita mengalami penyakit mioma uteri. Pengobatan
mioma uteri bervariasi tergantung pada umur ibu atau penderita, jumlah anak
yang dimiliki, lokasi mioma uteri di rahim, dan besar mioma uteri. Prinsip
pengobatannya adalah melakukan operasi pengangkatan total atau sebagian,
pemberian hormon dan radiasi untuk menghilangkan fungsinya sehingga
diharapkan dapat mengecilkan tumor (Manuaba, 2009).
Selain itu, pasien malu bertanya tentang kondisi kesehatan dan kurang percaya
diri dalam menyampaikan keluhan yang dirasakan pasien kepada petugas
kesehatan serta disebabkan oleh rasa minder didalam diri pasien. Kebanyakan
dari mereka yang memiliki niat dan rasa ingin tahu kondisi kesehatanya yang
dapat bertanya kepada petugas dirumah sakit.
BAB II
2. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
1) Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2) Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miometrium normal.
3) Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.
4) Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang
(red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun
sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus.
Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau
2 (2) kali
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang
ditam,bahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari
polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan seperti
pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat mengubah
makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
2) Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu
mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada tumor.
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran
kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan
tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga
neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian
terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di bawah
endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari
mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan
diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang
berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah
perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi
padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007).
5.
WOC
Faktor predisposisi:
a. Usia penderita
b. Hormon endogen
c. Riwayat keluarga
d. Makanan, kehamilan dan paritas
6.
Mioma Uteri
Tumbuh didinding uterus berada dibawah endometrium & tumbuh keluar dinding
Menonjol kedalam rogga uterus uterus
Penekanan
Kandung kemih uretra Ureter Rektum kolon sigmoid
Poli Uria Retensio Urine Hidronefrosis obstipasi kolon desenden dan ileum
(Aspiani, 2017)
2) Gejalah klinis lain yang dapat timbul pada mioma uteri adalah sebagai
berikut.
a. Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering ditemukan
(30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa menoragia,
metroragia, dan hipermenorhe. Perdarahan dapat menyebabkan anemia
defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena
bertambahnya areah permukaan dari endometrium yang menyebabkan
gangguan kontraksi otot rahim, distorsi, dan kongesti dari pembuluh
darah disekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar.
c. Terasa berat di abdomen bagian bawah.
d. Terjadi gejalah traktus urinarius: urine freqency, retensi urine,
obstruksi ureter, dan hidronefrosis.
e. Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan obstruksi intestinal.
f. Terasa nyeri karena saraf tertekan.
3) Sedangkan rasa nyeri pada kasus mioma dapat disebabkan oleh beberapa
hal berikut.
a. Penekanan saraf.
b. Torsi bertangkai.
c. Submukosa mioma terlahir.
d. Infeksi pada mioma.
3) Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat berupa
langkah-langkah berikut.
a. Enukleusi Mioma
Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil yang masih
menginginkan anak, atau mempertahankan uterus demi kelangsungan
fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya
karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan dihindari pada masa
kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan
tangkai dan tumor yang dengan mudah dijepit dan diikat. Bila
miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat
berdekatan dengan endometrium, maka kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.
5) Histeroktomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada
pasien yang memiliki leimioma yang simptomatik atau yang sudah
bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut.
a. Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat
teraba dari luar dan dikelukan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan.
c. Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-ulang
selama lebih dari delapan hari.
d. Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah.
6) Rasa tidak nyaman pada daerah pelvis akibat mioma meliputi hal-hal
berikut.
a. Nyeri hebat dan akut.
b. Rasa tertekan yang kronis dibagian punggung bawah atau perut bagian
bawah.
c. Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulangdan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih.
7) Penanganan radioterapi
Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. Langkah
ini dilakukan sebagai penanganan dengan kondisi sebagai berikut.
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c. Bukan jenis submukosa.
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan
menopause.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang
perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri,
waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan
riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang
perlu diketahui adalah
a. Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam
jumlah yang besar.
c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-
faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang
dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas
dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri,
peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau jenis
kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan
diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang lain.
e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan
bau.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya
penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
Tabel 2.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan NANDA Internasional (2015-2017), NIC-NOC (2013)
N Intervensi
Diagnosa Keperawatan
O NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
dengan nekrosis atau trauma selama 1 x 24 jam, pasien mioma uteri 1) Lakukan pengkajian nyeri
jaringan dan refleks spasme mampu mengontrol nyeri dibuktikan komprehensip yang meliputi lokasi,
otot sekunder akibat tumor dengan kriteria hasil: karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
Definisi: Mengontrol Nyeri dan faktor pencetus
Pengalaman sensori dan 1) Mengenali kapan nyeri terjadi 2) Observasi adanya pentunjuk nonverbal
emosional tidak menyenangkan 2) Menggambarkan faktor penyebab nyeri mengenai ketidak nyamanan terutama
yang muncul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial 3) Menggunakan tindakan pencegahan nyeri pada mereka yang tidak dapat
atau yang digambarkan sebagai 4) Menggunakan tindakan pengurangan nyeri berkomunikasi secara efektif
kerusakan (International
(nyeri) tanpa analgesik 3) Pastikan perawatan analgesik bagi
Association for the Study of
5) Menggunakan analgesik yang pasien dilakukan dengan pemantauan
pain) awitan yang tiba-tiba atau nyeri pada profesional kesehatan terapeutik untuk mengetahui
lambat dari intensitas ringan 7) Melaporkan gejalah yang tidak terkontrol pengalaman nyeri dan sampaikan
hingga berat dengan akhir yang pada profesional kesehatan penerimaan pasien terhadap nyeri
dapat diantisipasi atau 8) Menggunakan sumber daya yang tersedia 5) Gali pengetahuan dan kepercayaan
diprediksi. untuk menangani nyeri pasien mengenai nyeri
Pemberian analgesik
1) Tentukan lokasi, karakteris, kualitas
dan keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
2) Cek perintah pengobatan meliputi obat,
dosis, dan frekuesi obat analgesik yang
diresepkan
3) Cek adanya riwayat alergi obat
4) Pilih analgesik atau
kombinasi
analgesik sesuai lebih dari satu kali
pemberian
5) Monitor tanda vital sebelum dan setelah
memberikan analgesik pada pemberian
dosis pertama kali atau jika
prinsip analgesik
3. Resiko Infeksi berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Alat terapi per vaginam
dengan penurunan imun selama 1 x 24 jam, pasien mioma uteri 1) Kaji ulang riwayat kontraindikasih
tubuh sekunder akibat menunjukkan pasien mampu melakukan pemasangan alat pervaginam pada
gangguan hematologis pencegahan infeksi secara mandiri, pasien (misalnya, infeksi pelvis,
(perdarahan) ditandai dengan kriteria hasil: laserasi, atau adanya massa sekitar
1) Kemerahan tidak ditemukan pada vagina)
Definisi: tubuh 2) Diskusikan mengenai
Mengalami peningkatan resiko aktivitas-
2) Vesikel yang tidak mengeras
terserang organisme patogenik aktivitas seksual yang sesuai sebelum
permukaannya
memilih alat yang dimasukan
3) Cairan tidak berbauk busuk
Faktor yang berhubungan: 3) Lakukan pemeriksaan pelvis
4) Piuria/nanah tidak ada dalam urin
4) Intruksikan pasien untuk melaporkan
4. Retensi urine berhubungan NOC: setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen eliminasi urin:
dengan penekanan oleh massa 1x 24 jam diharapkan eliminasi urin kembali 1) Monitor eliminasi urin
jaringan neoplasma pada normal dengan kriteria hasil: termasuk
organ sekitarnya, gangguan 1) Pola eliminasi kembali normal frekuensi, konsistensi, bau, volume dan
sensorik motorik. warna urin sesuai kebutuhan.
2) Bau urin tidak ada
2) Monitor tanda dan gejala retensio urin.
3) Jumlah urin dalam batas normal
Definisi: pengosongan kantung 3) Ajarkan pasien tanda dan gejala infeksi
4) Warna urin normal
kemih tidak komplit saluran kemih.
5) Intake cairan dalam batas normal
4) Anjurkan pasien atau keluarga untuk
Batasan karakteristik: 6) Nyeri saat kencing tidak ditemukan
melaporkan urin uotput sesuai
kebutuhan.
14) Feses keras dan berbentuk 7) Intruksikan pada pasien dan atau
A. Desain Penelitian
D. Instrumen Penelitian
Alat dan instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format pengkajian
pasien mioma uteri, alat perlindungan diri, alat pemeriksaan fisik yang terdiri
dari (Termometer, stetoskop dan tensi meter dewasa, timbangan, arloji dengan
detik, penlight, dan skerem)
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara
langsung terhadap penelitian. Pengamatan dilakukan secara sistematis dan
disengaja berkaitan dengan fenomena atau keadaan sosial dan gejala-gejala
psikis dengan mengamati dan mencatat keadaan yang terjadi. Dalam
observasi ini, peneliti terlibat dengan intervensi yang berkaitan dengan
masalah yang dialami pasien dan mengamati pola kegiatan sehari-hari pasien
seperti tingkat nyeri, ADL dan lain-lain (Sugiyono, 2012)
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan
pengukuran suhu, mengukur tanda-tanda vital, menimbang berat badan.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan perjalanan penyakit pasien yang sudah berlalu
yang disusun berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Dokumentasi
keperawatan berbentuk catatan perkembangan, hasil pemeriksaan
laboratorium, hasil pemeriksaan diagnostik seperti USG, hasil pemeriksaan
Kimia klinis, hasil pemeriksaan. Dalam penelitian ini mengunakan dokumen
dari Rumah sakit untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan.
F. Jenis-Jenis Data
2. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien mioma uteri
seperti pengkajian meliputi: Identitas pasien mioma uteri, riwayat kesehatan
pasien mioma uteri, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik
terhadap pasien mioma uteri.
3. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang akan diperoleh
langsung dari keluarga, rekam medis dan Hasil labor. Data sekunder
umumnya berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.
H. Prosedur Analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian akan dikelompokkan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan serta melakukan
implementasi dan evaluasi keperawatan. Analisis selanjutnya dilakukan dengan
membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien kelolaan
dengan teori dan penelitian terdahulu.
BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari tanggal 5 Juni 2017 hingga 10 Juni
2017 berlokasi di Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Prevalensi pasien Mioma Uteri di Ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M.
Djamil Padang cukup banyak dimana pada tahun 2016 terdapat 30 kasus. Peneliti
telah melakukan pengkajian dan observasi kepada kedua partisipan yaitu Ny.H
dan Ny.E
Keluhan saat Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal Juni Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal Juni 2017
dikaji 2017 pukul 10.00 WIB pasien mengeluh nyeri pada pukul . WIB pasien mengeluh pendarahan pada
bagian perutnya yang membesar, nyeri terasa hilang pervaginam dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150
timbul dan bertambah apabila pasien bergerak dan cc pasien mengeluh badannya lemah dan sulit untuk
beraktivitas. Pasien juga mengeluh nyeri pada genitalia
duduk. Pasien mengeluh pendarahan pada
dan susah BAK. Sakit pada bagian perut bawah dan
pervaginam dengan frekuensi 1 1 sampai 2 kali dalam ketika di tekan pasien mengatakan sakit dengan skala 67,
sehari ± setengah gelas, Pasien mengatakan nyeri nyeri terasa saat beraktivitas dan BAK selama lebih
dengan skala 5-6 selama lebih kurang 2 menit dan
menyebar ke bagian punggung. Pasien mengatakan kurang 1 sampai 2 menit.
nafsu makannya juga menurun dan terkadang mual.
Pasien mengatakan susah untuk beraktifitas dan susah
tidur karena nyeri pada perut bagian bawah. Pasien
mengeluh BAK sakit.
Riwayat Pasien mengatakan sekitar 3 bulan yang lalu pernah Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita
Kesehatan dirawat di RSUD Sijunjung dengan diagnosa mioma penyakit seperti yang dideritanya sekarang, atau
uteri. Pasien memiliki kebiasaan makan makanan mengalami penyakit mioma uteri. Pasien selalu
Dahulu berminyak dan makan daging. Pasien tidak pernah mengonsumsi makanan berminyak seperti gorengan,
mengonsumsi alkohol, dan tidak memiliki riwayat daging dan makanan siap saji. Pasien tidak memiliki
pengobatan sebelumnya. riwayat pengobatan sebelumnya.
Riwayat Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
Kesehatan yang pernah menderita penyakit seperti yang pernah menderita penyakit seperti yang dialaminya
sekarang. Namun pasien mengatakan adik kandungnya
Keluarga dialaminya sekarang atau penyakit mioma uteri. menderita penyakit mioma uteri dan telah meninggal 1
Pasien juga mengatakan tidak ada anggota tahun yang lalu. Pasien mengatakan tidak ada anggota
keluarganya yang memiliki riwayat penyakit kanker atau
keluarganya yang menderita penyakit kanker payudar,
tumor jinak lainnya yang dapat merusak sistem kesehatan
kanker servik dan kanker abdomen atau sejenis bagi tubuh.
lainnya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan.
Riwayat Pasien mengatakan haid pertama umur 1 tahun, siklus Pasien mengatakan haid pertama umur 1 tahun, siklus
obstetri haid tidak teratur, lamanya haid atau 9 hari. Pasien haid teratur, lamanya haid hari. Pasien mengatakan -
mengatakan kali ganti pembalut saat haid. Warna kali ganti pembalut saat haid. Warna darah haid merah
darah haid merah enceer. Disminore pada saat haid encer. Dismenore pada saat haid hari pertama. Pasien
hari pertama. Pasien memiliki anak dua. Pasien belum mengatakan sudah pernah mengikuti KB.
pernah mengikuti KB.
Pola Aktivitas Ketika sakit pasien makan dan minum dibantu dengan Ketika sakit pasien makan dan minum dibantu oleh
Sehari-hari keluarga, pasien mendapat diit DH2 frekuensi 3 x dalam
keluarga, pasien mendapat diit DH2, pasien minum
sehari, pasien minum 1-2 gelas dalam sehari sekitar cc.
gelas dalam sehari sekitar 200 cc. BAK melalui Pasien BAK melalui kateter berwarna kuning pekat
kateter berwarna kuning pekat dengan volume sekitar dengan volume sekitar cc dalam sehari. Pasien
mengatakan mengalami kesulitan tidur Aktivitas
cc dalam sehari. pasien mengatakan sulit tidur akibat sehariharinya dibantu oleh perawat dan keluarga yang
nyeri pada bagian perutnya dan sering terbangun di mendampingi.
malam hari, pasien tidur sekitar 4-5 jam dalam sehari.
Pasien sulit untuk beraktifitas dan hanya berada di atas
tempat tidur, aktivitas sehari-harinya
dibantu oleh perawat dan keluarga yang
mendampingi.
Data Psikologis Pasien mampu untuk mengontrol emosinya, pasien Pasien tampak sabar dan mampu untuk mengontrol
terlihat agak cemas namun masih dalam batas wajar. emosinya. Pasien terlihat tidak cemas namun masih
Koping pasien baik dan optimis penyakitnya dapat dalam batas wajar. Koping pasien baik dan optimis
disembuhkan. Pasien dapat mengungkapkan penyakitnya dapat disembuhkan. Pasien dapat
perasaannya dan keluhannya dengan baik namun agak mengungkapkan perasaannya dan keluhannya dengan
kurang dipahami. Pasien seorang istri dan ibu yang baik. Pasien merupakan seorang istri yang dikenal baik
dikenal baik dan bertanggung jawab dalam dan bertanggung jawab dalam keluarganya.
keluarganya. Namun pasien agak merasa kasihan
kepada keluarganya karena harus merawatnya.
Data Sosial Pasien merupakan seseorang yang senang Pasien memiliki hubungan sosial yang baik dengan pasien
Ekonomi bersosialisasi dengan orang lain. Keluarga pasien lain dan tenaga kesehatan yang ada seperti dokter dan
mengatakan pasien memiliki hubungan yang baik perawat. Pasien sehari harinya bekerja diswasta. Pasien
dengan pasien dan tenaga kesehatan yang ada seperti ditanggung dengan BPJS kelas 1.
dokter dan perawat. Pasien bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Pasien ditanggung dengan BPJS kelas .
Data Spiritual Pasien merupakan seorang muslim dan berkeyakinan Pasien merupakan seorang muslim dan berkeyakinan
bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan memberikan bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan memberikan
kesembuhan kepadanya. kesembuhan kepadanya. Pasien tetap melaksanakan
sholat dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk
kesembuhannya.
Data Penunjang Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal Juni Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal Juni 2017
2017 yaitu Hb 8,7 g/dl, Ht 25 %, trombosit yaitu Hb 8,3 g/dl, Ht 28 %, trombosit .000/mm ,
128.000/mm , leukosit 11.270/mm , PT 16,2 detik, leukosit 11.270/mm , PT 16,4
detik, APTT 37,5 detik.
jaringan perifer berhubungan dengan pendarahan - Mukosa bibir kering dan pucat
- Pasien terlihat kurus
Ds: - Tonus otot pasien menurun
- Pasien mengatakan nafsu makannya menurun - Kulit kering dan tidak elastis
- Pasien mengatakan terkadang merasa mual - Pasien mendapat terapi diit DH dengan jenis
- Pasien mengatakan BB nya menurun Do: makanan
lunak
- Pasien tampak dibantu keluarga dalam memberikan
makan - Total protein: 5,8 g/dl
- Albumin : 2,1 g/dl
- Mukosa bibir kering dan pucat Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu
- Tonus otot pasien menurun ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan kurang
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kurang tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi.
asupan nutrisi.
Rencana a. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa a. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa keperawatan
Tindakan tentang risiko hipovolemik berhubungan dengan
keperawatan tentang risiko hipovolemik
perdarahan, intervensi keperawatan direncanakan
Keperawatan berhubungan dengan perdarahan, intervensi selama x hari rawatan dengan tujuan agar pasien
keperawatan direncanakan selama x hari rawatan mampu mengatasi resiko kehilangan darah dengan
kriteria hasil: Tanda vital dalam batas normal. Tugor
dengan tujuan agar pasien mampu mengatasi kulit baik, Tidak ada sianosis, Suhu kulit hangat,
resiko kehilangan darah dengan kriteria hasil : Tidak ada diaporesis, Membran mukosa kemerahan,
Tanda vital dalam batas normal. Tugor kulit baik, Tidak ada kehilangan darah yang terlihat, Tidak ada
Tidak ada sianosis, Suhu kulit hangat, Tidak ada perdarahan pervaginam, tidak ada penurunan
diaporesis, Membran mukosa kemerahan, Tidak Hemoglobin (Hb). Rencana keperawatan yaitu:
ada kehilangan darah yang terlihat, Tidak ada Monitor adanya respon konpensasi terhadap syok
perdarahan pervaginam, tidak ada penurunan (misalnya, tekanan darah normal, tekanan nadi
Hemoglobin (Hb). Rencana keperawatan yaitu: melemah, perlambatan pengisian kapiler, pucat/
Monitor adanya respon konpensasi terhadap syok dingin pada kulit atau kulit kemerahan, takipnea
(misalnya, tekanan darah normal, tekanan nadi ringan, mual dan munta, peningkatan rasa haus, dan
melemah, perlambatan pengisian kapiler, pucat/
dingin pada kulit atau kulit kemerahan, takipnea
ringan, mual dan munta, peningkatan rasa haus, kelemahan), monitor adanya tanda-tanda respon
dan kelemahan), monitor adanya tanda-tanda sindroma inflamasi sistemik (misalnya, peningkatan
respon sindroma inflamasi sistemik (misalnya, suhu, takikardi, takipnea, hipokarbia, leukositosis,
peningkatan suhu, takikardi, takipnea, hipokarbia, leukopenia), monitor suhu dan status respirasi, periksa
leukositosis, leukopenia), monitor suhu dan status urin terhadap adanya darah dan protein sesuai
respirasi, periksa urin terhadap adanya darah dan kebutuhan, monitor terhadap tanda/gejalah asites dan
protein sesuai kebutuhan, monitor terhadap nyeri abdomen atau punggung, berikan saran kepada
tanda/gejalah asites dan nyeri abdomen atau pasien yang beresiko untuk memakai atau membawa
punggung, berikan saran kepada pasien yang tanda informasi kondisi medis, anjurkan pasien dan
beresiko untuk memakai atau membawa tanda keluarga mengenai tanda dan gejala syok yang
informasi kondisi medis, anjurkan pasien dan mengancam jiwa, dan anjurkan pasien dan keluarga
keluarga mengenai tanda dan gejala syok yang mengenai langkah-langkah timbulnya gejala syok
mengancam jiwa, dan anjurkan pasien dan
keluarga mengenai langkah-langkah timbulnya b. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa keperawatan
gejala syok tentang Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis
atau trauma jaringan dan refleks spasme otot
sekunder akibat tumor, intervensi keperawatan
b. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa direncanakan selama x hari rawatan dengan tujuan
keperawatan tentang Nyeri akut berhubungan agar pasien mampu mengatasi nyeri dengan kriteria:
dengan nekrosis atau trauma jaringan dan
refleks spasme otot sekunder akibat tumor, pasien mampu mengenali kapan nyeri terjadi, mampu
intervensi keperawatan direncanakan selama x menggambarkan faktor penyebab nyeri, mampu
hari rawatan dengan tujuan agar pasien mampu
mengatasi nyeri dengan kriteria: pasien mampu menggunakan tindakan pencegahan nyeri, mampu
mengenali kapan nyeri terjadi, mampu menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa
menggambarkan faktor penyebab nyeri, mampu
analgesik, dan mampu melaporkan perubahan
menggunakan tindakan pencegahan nyeri, mampu
menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa terhadap gejalah nyeri. Rencana keperawatan yaitu:
analgesik, dan mampu melaporkan perubahan Lakukan pengkajian nyeri komprehensip yang
terhadap gejalah nyeri. Rencana keperawatan
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
yaitu: Lakukan pengkajian nyeri komprehensip
yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri pencetus. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
dan faktor pencetus. Gunakan strategi komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan
dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri. penerimaan pasien terhadap nyeri. Gali bersama
Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau
menurunkan atau memperberat nyeri. Gunakan
metode penelitian yang sesuai dengan tahapan memperberat nyeri. Gunakan metode penelitian yang
sesuai dengan tahapan perkembangan yang
memungkinkan untuk memonitor perubahan nyeri dan
akan dapat membantu mengidentifikasi faktor
pencetus aktual dan potensial (misalnya, catatan
perkembangan, catatan harian). Berikan informasi
perkembangan yang memungkinkan untuk mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa nyeri
memonitor perubahan nyeri dan akan dapat yang dirasakan, dan antisipasi dari ketidak nyamanan
membantu mengidentifikasi faktor pencetus aktual akibat prosedur. Ajarkan prinsip manajemen nyeri.
dan potensial (misalnya, catatan perkembangan, Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih
catatan harian). Berikan informasi mengenai nyeri, strategi penurunan nyeri. Gunakan tindakan
seperti penyebab nyeri, berapa nyeri yang pengontrolan nyeri sebelum nyeri bertambah berat.
dirasakan, dan antisipasi dari ketidak nyamanan Pastikan pemberian analgesik dan atau strategi
akibat prosedur. Ajarkan prinsip manajemen nonfarmakologi sebelum prosedur yang menimbulkan
nyeri. Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika nyeri. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
memilih strategi penurunan nyeri. Gunakan membantu penurunan nyeri. Dorong pasien untuk
tindakan pengontrolan nyeri sebelum nyeri mendiskusikan pengalaman nyerinya, sesuai
bertambah berat. Pastikan pemberian analgesik kebutuhan.
dan atau strategi nonfarmakologi sebelum Pemberian analgesik
prosedur yang menimbulkan nyeri. Dukung Tentukan lokasi, karakteris, kualitas dan keparahan
istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu nyeri sebelum mengobati pasien. Cek adanya riwayat
penurunan nyeri. Dorong pasien untuk alergi obat. Pilih analgesik atau kombinasi analgesik
mendiskusikan pengalaman nyerinya, sesuai sesuai lebih dari satu kali pemberian.
kebutuhan.
Pemberian analgesik c. Setelah dilakukan penegakan diagnosa keperawatan
Tentukan lokasi, karakteris, kualitas dan tentang resiko infeksi berhubungan dengan
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien. Cek penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan
adanya riwayat alergi obat. Pilih analgesik atau hematologis (perdarahan) intervensi keperawatan
kombinasi analgesik sesuai lebih dari satu kali direncanakan selama 5 hari rawatan dengan tujuan
pemberian. pasien mioma uteri mampu melakukan pencegahan
infeksi secara secara mandiri, nyeri berkurang, tidak
c. Setelah dilakukan penegakan diagnosa ditemukan cairan pada vagina yang berbauk, warna
keperawatan tentang resiko infeksi berhubungan urine normal. Rencana tindakan yaitu Kaji ulang
dengan penurunan imun tubuh sekunder riwayat kontraindikasih pemasangan alat pervaginam
akibat gangguan hematologis (perdarahan) pada pasien (misalnya, infeksi pelvis, laserasi, atau
intervensi keperawatan direncanakan selama 5 hari
adanya massa sekitar vagina), Diskusikan mengenai
rawatan dengan tujuan pasien mioma uteri mampu
melakukan pencegahan infeksi secara secara aktivitas-aktivitas seksual yang sesuai sebelum
mandiri, nyeri berkurang, tidak ditemukan cairan memilih alat yang dimasukan, Intruksikan pasien
pada vagina yang berbauk, warna urine normal.
untuk melaporkan ketidaknyamanan, disuria,
Rencana tindakan yaitu Kaji ulang riwayat
kontraindikasih pemasangan alat pervaginam pada perubahan warna, konsistensi, dan frekuensi cairan
pasien (misalnya, infeksi pelvis, laserasi, atau vagina, Kaji kemampuan pasien untuk melakukan
adanya massa sekitar vagina), Diskusikan
perawatan secara mandiri, Observasi ada tidaknya
cairan vagina yang tidak normal dan berbau,
Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan
mengenai aktivitas-aktivitas seksual yang sesuai untuk setiap pasien, Batasi jumlah pengunjung,
sebelum memilih alat yang dimasukan, Intruksikan Anjurkan pasien untuk mencuci tangan yang benar,
pasien untuk melaporkan ketidaknyamanan,
disuria, perubahan warna, konsistensi, dan Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat
frekuensi cairan vagina, Kaji kemampuan pasien memasuki dan meninggalkan ruangan pasien,
untuk melakukan perawatan secara mandiri,
Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang
Observasi ada tidaknya cairan vagina yang tidak
normal dan berbau, Bersihkan lingkungan dengan sesuai, Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
baik setelah digunakan untuk setiap pasien, Batasi perawatan pasien, Pakai sarung tangan sebagaimana
jumlah pengunjung, Anjurkan pasien untuk
dianjurkan oleh kebijakan pencegahan universal,
mencuci tangan yang benar, Anjurkan pengunjung
untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan Cukur dan siapkan untuk daerah persiapan prosedur
meninggalkan ruangan pasien, Gunakan sabun invasif atau opersai sesuai indikasi, Dorong intake
antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai, Cuci
tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan cairan yang sesuai, Tingkatkan inteke nutrisi yang
pasien, Pakai sarung tangan sebagaimana tepat, Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
dianjurkan oleh kebijakan pencegahan universal,
bagaimana menghin dari infeksi.
Cukur dan siapkan untuk daerah persiapan
prosedur invasif atau opersai sesuai indikasi,
d. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa keperawatan
tentang ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan perdarahan intervensi
keperawatan direncanakan selama x hari rawatan
dengan tujuan agar pasien mampu BAK dan BAB
Dorong intake cairan yang sesuai, Tingkatkan lancar, dan perdarahan pada pervagina membaik.
inteke nutrisi yang tepat, Ajarkan pasien dan Rencana tindakan keperawatan yaitu: monitor adanya
keluarga mengenai bagaimana menghin dari daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas, dan
infeksi. dingin, monitor adanya paretese, monitor kemampuan
BAB dan BAK, gunakan sarung tangan untuk
d. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa keperawatan proteksi, kolaborasi pemberian analgetik, dan
tentang ketidakefektifan perfusi mendiskusikan mengenai perubahan sensasi
jaringan perifer berhubungan dengan
pendarahan intervensi keperawatan direncanakan e. Setelah dilakukan penegakan diagnosa tentang nutrisi
selama x hari rawatan dengan tujuan agar pasien kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan nutrisi intervensi
mampu BAK dan BAB lancar, dan perdarahan
keperawatan direncanakan selama x hari rawatan
pada pervagina membaik. Rencana tindakan dengan tujuan agar pasien mampu mengidetifikasi
keperawatan yaitu: monitor adanya daerah tertentu kebutuhan nutrisi, dan tidak ada tanda-tanda
malnutrisi. Rencana keperawatan yang dilakukan
yang hanya peka terhadap panas, dan dingin, yaitu: kaji adanya alergi makanan, anjurkan kepada
monitor adanya paretese, monitor kemampuan pasien untuk meningkatkan intake Fe, yakinkan diet
yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
BAB dan BAK, gunakan sarung tangan untuk
mencegah konstipasi, kaji kemampuan pasien untuk
proteksi, kolaborasi pemberian analgetik, dan
mendiskusikan mengenai perubahan sensasi
e. Setelah dilakukan penegakan diagnosa tentang mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan, monitor
adanya penurunan berat badan, monitor kulit kering
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
dan perubahan pigmentasi, monitor turgor kulit,
berhubungan dengan kurang asupan nutrisi monitor kadar albumin, Hb dan kadar Ht catat adanya
intervensi keperawatan direncanakan selama x edema hiperemik dan hipertonik papila lidah
hari rawatan dengan tujuan agar pasien mampu
mengidetifikasi kebutuhan nutrisi, dan tidak ada
tanda-tanda malnutrisi. Rencana keperawatan yang
dilakukan yaitu: kaji adanya alergi makanan,
anjurkan kepada pasien untuk meningkatkan intake
Fe, yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi, kaji
kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan, monitor adanya penurunan berat
badan, monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi, monitor turgor kulit, monitor kadar
albumin, Hb dan kadar Ht catat adanya edema
hiperemik dan hipertonik papila lidah
Implementasi a. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada a. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk
Keperawatan diangnosa keperawatan resiko syok berhubungan diagnosa resiko syok berhubungan dengan
dengan perdarahan tanggal 5 juni 2017 jam perdarahan tanggal 5 juni 2017 jam 09.20 WIB
10.47 WIB adalah memonitor adanya respon adalah memonitor adanya tekanan darah tinggi,
konpensasi terhadap syok dengan mengukur tekanan nadi melemah, perlambatan pengisian kapiler,
tekanan darah, memonitor adanya tanda-tanda pucat/ dingin pada kulit atau kulit kemerahan,
peningkatan suhu, mencegah perdarahan, takipnea ringan, mual dan munta, peningkatan rasa
takikardi, takipnea, hipokarbia, leukositosis, haus, dan kelemahan. Memonitor adanya tanda-tanda
leukopenia, memonitor terhadap tanda/gejalah peningkatan suhu, takikardi, takipnea, leukositosis,
asites dan nyeri abdomen atau punggung. leukopenia.
Pada rawatan hari ketiga tanggal 7 juni 2017 Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 12.02 WIB
jam . WIB tindakan keperawatan yang tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
dilakukan yaitu menganjurkan pasien dan keluarga memonitor suhu dan status respirasi. Memonitor
mengenai langkah-langkah timbulnya gejala syok terhadap tanda/gejalah asites dan nyeri abdomen atau
dan menganjurkan pasien dan keluarga mengenai punggung. Menganjurkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala syok yang mengancam jiwa. mengenai tanda dan gejala syok yang mengancam
jiwa, dan menganjurkan pasien dan keluarga
mengenai langkah-langkah timbulnya gejala syok
b. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada
diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
b. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk
spasme otot sekunder akibat tumor tanggal 5 diagnosa nyeri akut berhubungan dengan nekrosis
juni 2017 10.05 WIB adalah melakukan atau trauma jaringan dan refleks spasme otot
pengkajian nyeri komprehensip yang meliputi sekunder akibat tumor tangga 5 juni 2017 jam 11.56
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, WIB adalah melaakukan pengkajian nyeri
intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. komprehensip yang meliputi lokasi, karakteristik,
mengobservasi adanya pentunjuk nonverbal durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
mengenai ketidak nyamanan pasien, menggunakan nyeri dan faktor pencetus, menggunakan strategi
strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
pengalaman nyeri yang dirasakan pasien. nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap
nyeri, menggali pengetahuan dan kepercayaan pasien
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 08.50 mengenai nyeri, menentukan kebutuhan frekuensi
WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu untuk melakukan pengkajian ketidak nyamanan
menggali pengetahuan dan kepercayaan pasien pasien dan mengimplementasikan rencana monitor,
mengenai nyeri, menggali bersama pasien memberikan informasi mengenai nyeri, seperti
faktorfaktor yang dapat menurunkan atau penyebab nyeri, berapa nyeri yang dirasakan, dan
memperberat nyeri, menentukan kebutuhan antisipasi dari ketidak nyamanan akibat prosedur yang
frekuensi untuk melakukan pengkajian ketidak diberikan kepada pasien
nyamanan pasien dan mengimplementasikan
rencana monitor. Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 09.36 WIB
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 09.25 tindakan yang dilakukan yaitu mengendalikan faktor
WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
memberikan informasi mengenai nyeri, seperti dari ketidaknyamanan (misalnya, suhu ruangan,
penyebab nyeri, dan berapa nyeri yang dirasakan, pencahayaan, suara bising)
mengajarkan prinsip manajemen nyeri (teknik
relaksasi), mendukung istirahat/tidur yang adekuat Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 10.13 WIB
untuk membantu penurunan nyeri. tindakan keperawatan yang dilakukanyaitu
mengajarkan prinsip manajemen nyeri seperti teknik
Pada hari kelima 9 juni 2017 jam 09.32 WIB relaksasi, mendukung istirahat/tidur yang adekuat
tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu untuk membantu penurunan nyeri, mencek adanya
mendorong pasien untuk mendiskusikan riwayat alergi obat
pengalaman nyerinya, sesuai keadaan yang
dirasakan pasien, menentukan lokasi, karakteris, Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 10.36
kualitas dan keparahan nyeri sebelum memberikan WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
terapi obat pasien mendorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman
nyerinya, sesuai apa yang dirasakanya.
c. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada
diangnosa keperawatan resiko infeksi
c. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada
berhubungan dengan penurunan imun tubuh
diangnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan
sekunder akibat gangguan hematologis dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat
(perdarahan) tanggal 5 juni 2017 jam 10.47 WIB gangguan hematologis (perdarahan) tanggal 5 juni
adalah mengintruksikan pasien untuk melaporkan 2017 jam . WIB adalah mengintruksikan pasien
ketidaknyamanan, disuria, perubahan warna, untuk melaporkan ketidaknyamanan, disuria,
konsistensi, dan frekuensi cairan vagina, mengkaji perubahan warna, konsistensi, dan frekuensi cairan
kemampuan pasien untuk melakukan perawatan vagina, mengkaji kemampuan pasien untuk
secara mandiri, mengobservasi ada tidaknya cairan melakukan perawatan secara mandiri, mengobservasi
vagina yang tidak normal dan berbau ada tidaknya cairan vagina yang tidak normal dan
berbau
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 15.30
WIB tindakan keperawatan yang dilkukan
membersihkan lingkungan dengan baik setelah Pada hari kedua tanggal 7 juni 2017 jam 15.30 WIB
digunakan untuk setiap pasien, membatasi jumlah tindakan keperawatan yang dilkukan membersihkan
pengunjung, menganjurkan pasien untuk mencuci lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk
tangan yang benar, menganjurkan pengunjung setiap pasien, membatasi jumlah pengunjung,
untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan menganjurkan pasien untuk mencuci tangan yang
meninggalkan ruangan pasien, menggunakan benar, menganjurkan pengunjung untuk mencuci
sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai, tangan pada saat memasuki dan meninggalkan
mencukur dan siapkan untuk daerah persiapan ruangan pasien, menggunakan sabun antimikroba
untuk cuci tangan yang sesuai, mencukur dan siapkan
prosedur invasif atau opersai sesuai indikasi, untuk daerah persiapan prosedur invasif atau opersai
mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan sesuai indikasi, mencuci tangan sebelum dan sesudah
perawatan pasien. kegiatan perawatan pasien.
Pada hari ke empat tanggal 8 juni 2017 jam 08.30 Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 09.39 WIB
WIB tindakan yang dilakukan memakai sarung tindakan yang dilakukan memakai sarung tangan
tangan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan pencegahan
pencegahan universal, mendorong intake cairan universal, mendorong intake cairan yang sesuai,
yang sesuai, meningkatkan inteke nutrisi yang meningkatkan inteke nutrisi yang tepat, mengajarkan
tepat, mengajarkan pasien dan keluarga mengenai pasien dan keluarga mengenai bagaimana mengindari
bagaimana mengindari infeksi. infeksi.
d. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada d. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk
diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
perifer berhubungan dengan kurang faktor pemberat tanggal 5 juni 2017 jam 11.20 WIB
pengetahuan tentang faktor pemberat tanggal 5 adalah memonitor adanya daerah tertentu yang hanya
juni 2017 jam 10.20 WIB adalah memonitor peka terhadap panas, dan dingin, menggunakan
adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap sarung tangan untuk proteksi, memonitor kemampuan
panas, dan dingin, menilai sirkulasi perifer (nadi,
edema, CRT, warna dan suhu ekstermitas BAB dan BAK, menilai sirkulasi perifer (nadi, edema,
CRT, warna dan suhu ekstermitas
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 13.56 Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 09.10
WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
menggunakan sarung tangan untuk proteksi, mengkolaborasikan pemberian analgetik,
memonitor gas darah arteri, memberikan tranfusi mendiskusikan mengenai perubahan sensasi,
darah yang sesuai, memonitor nilai elektrolit, dan memberikan transfusi darah yang sesuai, dan
kreatinin. memonitor kemampuan BAB dan BAK memonitor nilai elektrolit dan kreatin
pasien
e. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk
e. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tanggal 5 juni 2017 jam 09.20 WIB
kurang asupan nutrisi tanggal 6 juni 2017 jam adalah mengidentifikasi alergi dan intoleransi
08.45 WIB adalah mengidentifikasi alergi dan terhadap makanan, memonitor kalori dan asupan
intoleransi terhadap makanan, memonitor kalori nutrisi, mengidentifikasi adanya penurunan BB,
dan asupan nutrisi, mengidentifikasi adanya memonitor turgor kulit
penurunan BB,
memonitor turgor kulit, memonitor adanya mual Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 10.50
muntah, mengidentifikasi perubahan nafsu makan, WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
memonitor pucat pada konjungtiva. memonitor adanya mual muntah, mengidentifikasi
perubahan nafsu makan dan memonitor pucat pada
konjungtiva.
Evaluasi a. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah a. Evaluasi dari hasil keperawatan yang telah diberikan
Keperawatan diberikan kepada Ny. H dari tanggal Juni 2017 kepada Ny. E dari tanggal 5 juni 2017 hingga 10 juni
hingga Juni 2017 untuk diagnosa risiko syok untuk diagnosa resiko syok hipovolemik
hipovolemik berhubungan dengan perdarahan berhubungan dengan perdarahan antara lain: Hari
antara lain: pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13. 34 WIB S:
1) Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam . - Pasien mengatakan ada keluar darah pada vagina
S: kesulitan BAK O:
- P 21x/i Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 10.30 WIB
A: S:
S: - leukosit 11.270/mm
- Pasien mengatakan nyeri pada bekas operasai - pasien diopersai A:
- Pasien mengatakan perdarahan pada vagina - masalah belum teratasi P:
tidak ada lagi O: - intervensi dilanjutkan
- Pasien tampak belajar memutar badan dan
membersihkan dirinya Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 13.20 WIB S:
- Hb: 10, 2 g/dl - Pasien mengatakan darah sudah tidak keluar
S: A:
- Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah - Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
- S 36,7 oc WIB
S:
- P 21x/i
- Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
A:
- Pasien mengatakan nyeri skala - dirasakan hilang
- Masalah belum teratasi P:
timbul sekitar - menit dan menyebar dipunggung
- Intervensi dilanjutkan
O:
Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 pukul 9.15 - Pasien tampak gelisah dan meringis
WIB - Pasien tampak melindungi daerah nyeri
S: - Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah
- Pasien mengatakan nyeri pada bekas - TD 120/70 mmHg,
operasai sudah mulai berkurang O:
- HR 90 x/i,
- RR x/i,
- suhu 36,5oC.
- Pasien tampak belajar beraktivitas A:
- Hb: 10, 2 g/dl - masalah belum teratasi P:
- Pasien tampak bersemangat dari hari - intervensi dilnjutkan
biasanya A:
- Masalah teratasi sebagian P: Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam . WIB
- Intervensi dilanjutkan S:
- Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 pukul 08.27 - Pasien mengatakan nyeri skala - dirasakan
WIB hilang timbul sekitar - menit dan menyebar
S: dipunggung O:
- Pasien mengatakan nyeri masih ada namun - Pasien tampak gelisah dan meringis
nyeri timbul saat beraktivitas O:
- Pasien tampak melindungi daerah nyeri
- Pasien tampak duduk dan sudah
- Nyeri pada bekas operasi
bisa
- TD 120/70 mmHg,
beraktivitas
- HR 90 x/i,
- Tampak kateter sudah dilepas dan infus
o
sudah dilepas - RR x/i, - suhu C.
A:
- Hb 11,6 g/dl
- Trombosit 240.000/mm A: - masalah belum teratasi P:
- Masalah teratasi P: - intervensi dilnjutkan
- Lanjutkan intervensi yang Pada hari keenam tanggal 10 juni 2017 jam 15.40
lain WIB
c. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah S:
diberikan kepada Ny. H dari tanggal 5 juni 2017 - Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
hingga 9 juni 2017 untuk resiko infeksi
- Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang O:
berhubungan dengan penurunan imun tubuh akibat
- Pasien tampak gelisah dan meringis
gangguan hematologis (perdarahan)
- Pasien tampak melindungi daerah nyeri
Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.34
- Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah
WIB
S: - TD 120/70 mmHg,
- Masalah belum tertasi P: diberikan kepada Ny. H dari tanggal 5 juni 2017
hingga 9 juni 2017 untuk resiko infeksi berhubungan
- Intervensi dilanjutkan
dengan penurunan imun tubuh akibat gangguan
hematologis (perdarahan)
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam .
Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.10 WIB
WIB
S:
S:
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc
masih ada dengan frekuensi 1 sampai 2 kali dalam
sehari ± setengah gelas O:
- Hb: g/dl
O:
- Konjutiva anemis
- Hb 8,7 g/dl
- Kulit pucat
- Konjungtiva anemis
- Kulit pucat A:
A:
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 10.27 WIB
- Masalah belum tertasi
S:
P: - Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- Intervensi dilanjutkan dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc
O:
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 0 .
- Hb: g/dl
WIB
- Konjutiva anemis
S:
- Kulit pucat
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
masih ada dengan frekuensi 1 sampai 2 kali A:
dalam sehari ± setengah gelas - Masalah belum tertasi
O: P:
- Hb 8,7 g/dl - Intervensi dilanjutkan
- Konjungtiva anemis
- Kulit pucat Pada hari ketiga tanggal juni 2017 jam . WIB S:
- Akral teraba dingin - Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- CRT > 3 detik dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc
A: O:
- Masalah belum tertasi - Hb: g/dl
- Konjutiva anemis
P:
- Kulit pucat
- Intervensi dilanjutkan
A:
Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 0 . - Masalah belum tertasi
WIB
P:
S:
- Intervensi dilanjutkan
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
sudah tidak ada namun saat ini mengeluh pada
bekas operasi Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam .
WIB
O: S:
- Hb 9,8 g/dl - Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- Konjungtiva anemis dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc
- Kulit tidak pucat
O:
- Akral teraba hangat
- Hb: 8,3 g/dl
- CRT < 3 - Konjutiva anemis
- Kulit pucat
A:
- Masalah sebagian tertasi A:
- Masalah belum tertasi
P:
- Intervensi dilanjutkan P:
Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 13.20 - Intervensi dilanjutkan
WIB
S: Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam . WIB S:
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam - Pasien mengatakan pendarahan pada pervaginam
sudah tidak ada namun saat ini mengeluh pada tidak ada lagi
bekas operasi
O:
O:
- Hb: 10,9 g/dl
- Hb 9,8 g/dl
- Konjutiva tidak anemis
- Konjungtiva tidak anemis
- Kulit tidak pucat
- Kulit tidak pucat
A:
- Akral teraba hangat
- Masalah tertasi
- CRT < 3
A: P: Juni 2017
- Masalah tertasi Lanjutkan intervensi yang lain
P:
d. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah
- Lanjutkan intervensi yang lain
diberikan kepada Ny. E dari tanggal
hingga Juni 2017 untuk ketidakefektifan perfusi
sering
d. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah jaringan perifer
diberikan kepada Ny. H dari tanggal Juni 2017 Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.10
Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.34 - Pasien mengatakan telapak
WIB tangannya kesemutan O:
S: - Hb : 8,3 g/dl
- Pasien mengatakan badannya terasa lemah - Konjungtiva anemis
- Pasien mengatakan telapak tangannya sering - CRT > 3 detik
kesemutan O: - Warna kulit pucat
- Hb : 8,7 g/dl - Akral teraba dingin
- Ht : 25 % - Edema pada kedua tungkai
- Konjungtiva anemis A: tangannya sering
- CRT > 3 detik - Masalah belum tertasi P:
- Edema pada tungkai - Intervensi dilanjutkan
WIB
A: - Pasien mengatakan telapak tidak
- Masalah teratasi P: tangannya kesemutan O:
- Kulit kering dan tidak elastis - Mukosa bibir kering dan pucat
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 9.30 WIB - Total protein: 5,8 g/dl
S: - Albumin : 2,1 g/dl A:
- Pasien mengatakan nafsu makannya belum - Masalah belum teratasi P:
juga membaik - Intervensi dilanjutkan
- Pasien mengatakan terkadang masih mual O: Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 12.23 WIB
- Pasien tampak dibantu keluarga dalam S:
memberikan makan - Pasien mengatakan badannya masih terasa
- Mukosa bibir kering dan pucat lemah O:
- Mukosa bibir kering dan pucat
- Tonus otot pasien menurun - Tonus otot pasien menurun
- Kulit kering dan tidak elastis - Kulit kering dan tidak elastis
- Total protein: 6,2 g/dl - Pasien mendapat terapi diit DH dengan jenis
Diagnosa medis kedua partisipan ketika masuk sama, yaitu mioma uteri +
anemia. Penyebab mioma uteri dari kedua pasien adalah makanan yang
terlalu banyak minyak atau lemak dan makanan kaleng yang mengandung
pengawet dan pewarna makanan serta pasien terlalu banyak makan daging
dari pada sayuran. Hal ini akan memicu pertubuhan sel abnormal pada
jaringan miometrium karena pada miometrium terdiri dari jaringan yang
lunak sehingga sangat muda terjadi perubahan sel normal menjadi sel
abnormal atau menjadi tumor (Aspiani, 2017).
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung untuk
menggerakan darah keseluruh tubuh. Darah membawa nutrisi dan oksigen
keseluruh bagian tubuh. Pada penderita kasus mioma uteri dapat
menibulkan penyumbatan akibat penekanan sehingga nutrisi dan oksigen
tidak tersalur kebagian tubuh sehingga mengakibatkan pasien nyeri dan
menimbulkan kelelahan dan mioma uteri yang membesar menimbulkan
perdarahan akibat anemia.
b. Keluhan utama
Ketika masuk kedua partisipan mengeluh keluar darah pada pervagina,
dan perut membesar dan kembung serta terdapat nyeri tekan pada
abdomen bawah. Pasien kesulitan BAK dan BAB hal ini karena
penyempitan dan penekanan oleh mioma uteri. Pendarahan pervaginam
merupakan manifestasi dari bertambahnya area permukaan endometrium
yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim atau miometrium.
Menurut manuaba ), penyakit mioma uteri menyebabkan BAK dan
BAB mengalami gangguan dan dapat menimbulkan perdarahan yang
berleihan pada saat menstruasi, terasa berat bagian perut bawah serta
infertilitas atau kemandulan akibat desakan sekitar saluran telur yang
menyebabkan penutupan total atau sebagian.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang menonjol ditemukan pada kedua pasien yaitu
konjungtiva anemis, sklera ikterik, warna kulit pucat, akral teraba dingin.
Secara umum, hal tersebut merupakan manifestasi dari perfusi jaringan
perifer yang tidak adekuat akibat dari anemia karena perdarahan yang
terjadi. Kemudian hasil pemeriksaan pada abdomen bawah ditemukan
distensi abdomen, nyeri saat dipalpasi, dan adanya nyeri pada genitalia.
h. Data Psikososial
Pada saat penelitian kedua partisipan tampak tidak terlalu cemas terhadap
kondisinya. Berbeda dengan pernyataan Lyndon (2014) bahwa dampak
psikososial yang dialami pasien adalah perasaan tak mampu
mengendalikan fungsi tubuh, perasaan takut karena perubahan fungsi dan
struktur tubuh dan penurunan kepercayaan diri.
i. Data penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kedua partisipan antara lain
pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium hematologi, pemeriksaan
laboratorium kimia klinis, dan pemeriksaan laboratorium imunologi
serologi. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, yang paling menonjol
ditemukan pada kedua partisipan yaitu penurunan nilai hemoglobin,
penurunan nilai hematokrit, penurunan nilai trombosit, peningkatan PT
APTT yang berhubungan dengan risiko perdarahan pada pasien.
Kemudian ditemukan penurunan nilai total protein, dan albumin.
b. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder akibat tumor
Masalah keperawatan nyeri akut didefenisikan pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan. Batasan
karakterisitik dilatasi pupil, ekspresi wajah nyeri fokus menyempit,
keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan
tentang karakteristik nyeri, laporan tentang perilaku nyeri,
mengekspresikan perilaku gelisah dan merengek, perubahan selera makan,
sikap melindungi nyeri (NANDA, 2016).
80.000/mm
b. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder akibat tumor
Masalah keperawatan nyeri akut didefenisikan pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan. Batasan
karakterisitik dilatasi pupil, ekspresi wajah nyeri fokus menyempit,
keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan
tentang karakteristik nyeri, laporan tentang perilaku nyeri,
mengekspresikan perilaku gelisah dan merengek, perubahan selera makan,
sikap melindungi nyeri (NANDA, 2016).
5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal Juni 017 hingga Juni 2017 untuk diagnosa risiko syok
hipovolemik berhubungan dengan perdarahan antara lain, pada hari pertama
Ny. H mengalami perdarahan pada pervaginam, nilai hasil laboratorium
mengalami peningkatan yaitu PT : 10, 5 detik, APTT : 35,4 detik, trombosit :
.000/mm . Pada hari ke 5 implementasi risiko perdarahan teratasi, dan pasien
direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal Juni 2017 hingga Juni 2017 untuk nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis antara lain, pada hari pertama hingga ketiga
implementasi Ny. H masih mengeluh nyeri, namun pada hari kempat dan
kelima Ny. H menyatakan nyerinya berkurang dan tidak terlalu
mengganggunya. Tanda-tanda vital pasien normal TD 100/70 mmHg, RR 19
x/i, HR 89 x/i, S 36,5 C. Pada hari kelima nyeri akut
teratasi dan pasien direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal 5 Juni hingga Juni 2017 untuk resiko infeksi berhubungan
dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis
(perdarahan), pada hari pertama dan ketiga pasien masih mengeluh perdarahan
pada pervaginam, hal itu berkaitan dengan nyeri dan penekanan massa yang
dialami pasien, pada hari keempat pasien sudah mulai duduk dan perdarahan
pervaginam sudah mulai membaik, pada hari kelima pasien sudah mulai
melakukan aktivitas makan sendiri namun untuk berjalan masih perlu bantuan.
Pada hari kelima infus dan kateter pasien dilepas, masalah perdarahan teratasi
dan pasien direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal Juni 2017 hingga 9 Juni 2017 untuk ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer antara lain, pada hari pertama hingga ketiga implementasi
konjungtiva masih anemis, CRT>3 detik, kemudian dilakukan transfusi PRC
unit tanggal dan Juni, pada hari kempat dan kelima konjungtiva pasien
subanemis, CRT<3 detik, hasil labor terakhir Hb 12 g/dl. Pada hari kelima
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan teratasi dan pasien boleh pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal Juni 2017 hingga 9 Juni 2017 untuk ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi, pada
hari pertama dan kedua implementasi pasien masih dibantu oleh keluarga, dan
mendapat diit DH makanan lunak tetapi pada hari ketiga hingga kelima
pasien makan peroral dan mendapat makanan keras seperti nasi dan lauk pauk,
nafsu makan pasien mulai meningkat dan bisa menghabiskan ½ porsi. Pada
hari kelima masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi dan dilanjutkan
dengan memberikan rencana tindak lanjut.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal Juni 2017 hingga Juni 2017 untuk diagnosa risiko syok
hipovolemik berhubungan dengan perdarahan, setelah dilakukan
pengangkatan mioma Ny. E mengatakan perdarahan pervaginam sudah tidak
ada lagi, kesulitan BAK sudah membaik. Nilai hasil laboratorium mengalami
peningkatan yaitu PT : 11,3 detik, APTT : 36,2 detik, trombosit:
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal Juni 2017 hingga Juni 2017 untuk nyeri akut berhubungan
dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat
tumor antara lain, pada hari pertama hingga keempat implementasi Ny. H
masih mengeluh nyeri, namun pada hari kelima dan keenam Ny. H
menyatakan nyerinya berkurang dan tidak terlalu mengganggunya.
Tandatanda vital pasien normal TD 1 /70 mmHg, RR 19 x/i, HR 89 x/i, S
36,5 C.
Pada hari keenam nyeri akut teratasi dan pasien direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal 5 Juni hingga Juni 2017 untuk resiko infeksi berhubungan
dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis
(perdarahan), pada hari pertama dan keempat pasien masih mengeluh
perdarahan pada pervaginam, hal itu berkaitan dengan nyeri dan penekanan
massa yang dialami pasien, pada hari kelima pasien sudah mulai duduk dan
perdarahan pervaginam sudah mulai membaik, pada hari keenam pasien sudah
mulai melakukan aktivitas makan sendiri namun untuk berjalan masih perlu
bantuan. Pada hari keenam infus dan kateter pasien dilepas, masalah
perdarahan teratasi dan pasien direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal Juni 2017 hingga Juni 2017 untuk ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer antara lain, pada hari pertama dan kedua implementasi
konjungtiva masih anemis, CRT>3 detik, kemudian dilakukan transfusi PRC
unit tanggal 6 Juni 2017, pada hari kempat dan kelima konjungtiva pasien
subanemis, CRT<3 detik, hasil labor terakhir Hb 11,8 g/dl. Pada hari keenam
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan teratasi.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal Juni 2017 hingga Juni 2017 untuk ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi, pada
hari pertama hingga hari ketiga implementasi pasien masih dibantu keluarga
dalam memberikan makanan, dan mendapat diit DH makanan lunak tetapi
pada hari kempat pasien makan sendiri. Pada hari kelima pasien mendapat diit
makanan keras seperti nasi dan lauk pauk. Pada hari keenam masalah
ketidakseimbangan nutrisi teratasi dan dilanjutkan dengan memberikan
rencana tindak lanjut.
Kasus mioma uteri pada Ny. H dan Ny. E, setelah penulis melakukan pengkajian,
analisa data, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
tentang asuhan keperawatan pada Ny. H dan Ny. E dengan mioma uteri di Ruang
Ginekologi RSUP. Dr. M. Djamil Padang, maka didapatkan hasil yaitu:
1. Pengkajian terhadap masalah pada Ny. H dilakukan secara komprehensif, Ny.
H berusia tahun memiliki anak 2 orang. Pemeriksaan laboraturium
didapatkan Hb 8,7 gr/dl, Ht 25%, trombosit 128.000/mm , leukosit
pukul
11.270/mm . Pada hari pertama rawatan Ny. H tanggal 5 juni
. WIB. dilakukan pengkajian pada pasien didapatkan pasien pasien pasien
mengeluh nyeri pada bagian perutnya yang membesar, nyeri terasa hilang
timbul dan bertambah apabila pasien bergerak dan duduk. Pasien mengatakan
nyeri dengan skala 5-6 selama lebih kurang 2 menit dan menyebar ke bagian
punggung. Pasien mengatakan nafsu makannya juga menurun dan terkadang
mual. Pasien mengatakan susah untuk beraktifitas dan susah tidur karena
nyeri pada perut bagian bawah. Pasien mengeluh BAK sakit. Pengkajian pada
Ny. E dilakukan secara kompherehensif, Ny. E berusia tahun, memiliki
anak 3 orang. pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb
International, (2015- .
RSUP. Dr. M. Djamil.(2016). Laporan Catatan Rekam Medik (RM): Mioma Uteri
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien masuk di RSUP. Dr. M. Djamil Padang melalui IGD rujukan
dari RSUD Sijunjung taggal 5 juni 2017 pukul 08.00 WIB dengan
keluhan pendarahan pada pervaginam dan BAK dan BAB nyeri, perut
membesar dan kembung.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 5 juni 2017 pukul 10.00 WIB
pasien mengatakan nyeri pada perutnya bagian bawah, nyeri tersa
hilang timbul dan bertambah apabila pasien bergerak dan duduk.
Pasien mengatakan nyeri dengan skala 5-6 selama 2 menit dan
menyebar kebagian punggung. Pasien juga mengatakan nafsu
makannya menurundan terkadang mual. Pasien mengatakan susah
beraktifitas dan susah tidur karena nyeri pada perut bagian bawah.
Pasien mengeluh BAK sakit.
e. Riwayat Obstetri
a). Keadaan haid:
pasien mengatakan haid pertama umur 12 tahun, siklus haid tidak
teratur, lamanya haid terkadang 6 kadang 9 hari. Pasien juga
mengatakan 3 kadang 2 kali ganti pembalut saat haid. Warna darah
haid merah kadang encer kadang tidak encer. Disminore pada saat hari
pertama. Pasien belum pernah mengikuti kb
b). Riwayat kehamilan dan persalinan:
pasien mengatakan hamil pertama tidak ada masalah semenjak hamil
dan pada saat persalinan diusia 38 minggu. Pasien mengatakan tidak
ada komplikasih pada saat melahirkan.
f. Faktor Psikososial
a). Persepsi pasien mengenai penyakit:
pasien mampu mengontrol emosinya, pasien agak cemas namun masih
dalam batas wajar
b). Tanyakan tentang konsep diri :
pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan keluhannya dengan baik
namun agak sulit dipahami, pasien mengatakan merasa kasihan
kepada keluarganya karena harus merawatnya.
h. Pola eliminasi
Pasien sebelumnya tidak mengalami kesulitan dalam BAK dan BAB
sekarang mengeluh sakit untuk BAK dan BAB.
i. Pemeriksaan Fisik
4) Keadaan Umum:
KU: lemah TD 90/60 mmHg, HR: 110x/i, RR 19 x/i, suhu 37oC.
Obat oral
Vit C 3 x 1 tab
Asamefenamat 3 x 1 tab
Lampiran
6. Riwayat Kesehatan
m. Keluhan Utama
Pasien masuk di RSUP. Dr. M. Djamil Padang melalui IGD rujukan
dari Semen Padang Hospital tanggal 5 juni 2017 pukul 20.00 WIB
dengan keluhan nyeri hebat pada genitalia dan perut bagian bawah
membesar dan kembung. BAK dan BAB terasa sakit.
q. Riwayat Obstetri
a). Keadaan haid:
pasien mengatakan haid pertama umur 14 tahun, siklus haid teratur,
lamanya haid 6 hari. Pasien juga mengatakan 2 sampai 3 kali ganti
pembalut saat haid. Warna darah haid merah encer. Disminore pada
saat hari pertama. Pasien sudah pernah mengikuti kb
r. Faktor Psikososial
a). Persepsi pasien mengenai penyakit:
pasien tampak sabar dan mampu mengontrol emosinya, pasien tampak
cemas namun masih dalam batas wajar. Pasien dapat mengungkapkan
perasaanya dan keluhannya dengan baik.
b). Tanyakan tentang konsep diri :
pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan keluhannya dengan baik
namun agak sulit dipahami, pasien mengatakan merasa kasihan
kepada keluarganya karena harus merawatnya. Koping pasien baik
dan dan optimis penyakitnya dapat disembuhkan.
t. Pola eliminasi
Pasien sebelumnya tidak mengalami kesulitan dalam BAK dan BAB
sekarang mengeluh sakit untuk BAK dan BAB.
u. Pemeriksaan Fisik
6) Keadaan Umum:
KU: lemah TD 120/70 mmHg, HR: 90x/i, RR 20 x/i, suhu 36,5oC.
w. Data Penunjang:
Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal 6 Juni 2017 yaitu Hb 8,3 g/dl,
Ht 28 %, trombosit .000/mm , leukosit 11.270/mm , PT 16,4 detik, APTT
37,5 detik.
x. Program Pengobatan:
Ceftriaxone 1 x 2 gr
Ciprofloxacim 1 x 200 mg
Transamin 3 x 1 amp
Vit. K 3 x 1 amp
Tranfusi PRC 3 unit
IVFD NaCl 0,9% 8 jam/kolf
IVFD RL 0,9% 10 jam/ kolf
Obat oral
Vit C 3 x 1 tab
Asamefenamat 3 x 1 tab