Anda di halaman 1dari 166

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MIOMA


UTERI
DI RUANG GINEKOLOGI KEBIDANAN
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

ARMANTIUS
Nim : 143110206

JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MIOMA


UTERI
DI RUANG GINEKOLOGI KEBIDANAN
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

ARMANTIUS
Nim : 143110206

JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Armantius
NIM :
Tempat / Tanggal Lahir : Gobik / 26 September 1994
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Kristen Protestan
Orang Tua : Ayah : Kristian
Ibu : Erlina
Alamat : Dusun Gobik Desa Bosua Kecamatan Sipora
Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai

Riwayat Pendidikan

No Tingkat Tempat Pendidikan Tahun


Pendidikan Ajaran
SD SDN 04 Bosua -
SMP SMPN 2 Sipora Selatan -
SMA SMA N 1 Sipora –
Poltekkes Kemenkes Padang -
PT
Prodi D III Keperawatan Padang
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pasien Mioma Uteri di Ruang Kebidanan RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2017”.

Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Diploma III pada Program Studi D-III
Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah, sangatlah sulit
bagi peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Oleh karena itu,
peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ns. Elvia Metti, S.Kep, M.Kep, Sp. Mat selaku pembimbing I dan
Ibu Hj. Metri Lidya, S.Kp, M.Biomed selaku pembimbing II yang telah
mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
ini.
2. Bapak Hj. Sunardi, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM., M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Padang.
5. Staf Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan bekal ilmu
untuk bekal peneliti.
6. Kepada “Kedua Orang Tua” tersayang yang telah memberikan
dorongan, semangat, doa restu dan kasih sayang. Tiada kata yang dapat
Ananda utarakan selain doa semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
7. Teman-temanku yang senasib dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik
Kesehatan Padang Program Studi Keperawatan Padang Tahun 2017.
Terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata peneliti berharap KTI ini bermanfaat khususnya bagi peneliti
sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari
Tuhan Yang Maha Esa Amin.

Padang, Juni 2017

Peneliti

POLITEKKES KEMENKES PADANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017 Armantius
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MIOMA UTERI DI RUANG
GINEKOLOGI KEBIDANAN RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN
2017
Isi ix + 125 halaman, 2 tabel, 5 gambar, 10 lampiran

ABSTRAK
Mioma uteri dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian jika tidak ditangani
dengan baik. Pendarahan adalah gejala yang paling sering ditemukan pada pasien
mioma uteri. Terdapat 30 kasus mioma uteri di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
tahun 2016 dan 16 kasus dari bulan Januari-Maret tahun 2017. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri di
Ruang Ginekologi Kebidanan RSUP. Dr. M. Djamil Padang.
Desain penelitian adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus. Populasi berjumlah
16 orang mioma uteri dengan 2 partisipan yaitu Ny. H dan Ny. E sebagai sampel
yang dipilih secara purposive sampling. Waktu studi kasus selama 6 hari. Proses
pengumpulan data yang digunakan format pengkajian dan alat timbangan, penlite,
termometer dan tensimeter, serta pemeriksaan laboratorium.
Hasil penelitian menunjukan keluhan utama pada kedua partisipan mengalami
perdarahan pervaginam. Diagnosa keperawatan utama pada kedua partisipan
adalah resiko syok hopovolemik berhubungan dengan perdarahan. Intervensi
prioritas keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan adalah memonitor
perdarahan pervaginam, melakukan pencegahan infeksi, dan melakukan transfusi
darah. Hasil yang didapatkan pada hari kelima rawatan kedua partisipan
perdarahan sudah berkurang, dan Hb mengalami peningkatan.
Bagi keluarga Ny. H dan Ny. E diharapkan keterlibatan keluarga dalam
memberikan dorongan dan motivasi dalam mempercepat pemulihan kesehatan
dan permasalahan kesehatan Ny. H dan Ny. E terutama pada Psikososial, dan
Spritual dapat diminimalkan.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, mioma uteri

Daftar Pustaka :19 (2007-2017

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
ABSTRAK ..........................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

BABI PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. Latar
Belakang ..................................................................................... B.
Rumusan Masalah ...............................................................................
C. Tujuan
Penelitian ................................................................................. D.
Manfaat Penelitian ...............................................................................
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Dasar Mioma Uteri ....................................................................
1. Pengertian ..................................................................................
......... 2.
Etiologi ..............................................................................................
3. Klasifikasi Mioma Uteri ...................................................................
4. Patofisiologi ......................................................................................
5. WOC .................................................................................................
6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis ................................
7. Gambaran Klinis ...............................................................................
8. Penatalaksanaan ................................................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan ...............................................................
1. Pengkajian
Keperawatan .................................................................. 2.
Kemungkinan Diagnosa Keperawatan .............................................
3. Perencanaan Keperawatan ................................................................

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian .................................................................................. B.
Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. C.
Populasi dan Sampel ............................................................................. D.
Alat/Instrumen Pengumpulan Data ...................................................... E.
Teknik Pengumpulan Data ....................................................................
F. Jenis-jenis Data .....................................................................................
G. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................
1. Prosedur Administrasi ....................................................................
2. Prosedur Asuhan Keperawatan .......................................................
H. Rencana Analisa Data ...........................................................................

BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Kasus .....................................................................................
B. Pembahasan ..........................................................................................
1. Pengkajian ......................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................
3. Rencana Tindakan keperawatan ....................................................
4. Implementasi Keperawatan ...........................................................
5. Evaluasi Keperawatan ...................................................................

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... B.
Saran ...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 127

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mioma uteri ...................................................................................

Gambar 2.2 Mioma uteri ...................................................................................

Gambar 2.3 WOC mioma uteri ........................................................................

Gambar 2.4 Mioma Uteri ..................................................................................

Gambar 6.1 Genchart ......................................................................................


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan NANDA, NIC-NOC .............

Tabel 4.1 Deskripsi Kasus ....................................................................................


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2 Format Pengkajian Keperawatan

Lampiran 3 Format Persetujuan (Informed Conset)

Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan data

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari kampus

Lampiran 6 Surat Balasan Dari Rumasakit

Lampiran 7 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 8 Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 9 Lembar Konsul Pembimbing I


Lampiran 10 Lembar Konsul Pembimbing II
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Salah satu hal penting untuk mencapai derajat kesehatan adalah dengan
memperhatikan kesehatan wanita, terutama kesehatan reproduksi karena hal
tersebut berdampak luas, menyangkut berbagai aspek kehidupan, serta
merupakan parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat. Kesehatan reproduksi wanita berpengaruh
besar dan berperan penting terhadap kelanjutan generasai penerus suatu negara
(Manuaba, 2009).

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh
dan bukan tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segalah hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsinya serta proses-prosesnya.
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan
sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya
(Nugroho, 2012).

Salah satu penyakit reproduksi adalah mioma uteri. Mioma uteri merupakan
suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos
dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri
atau uterine fibroid. Mioma uteri ini merupakan neoplasma jinak yang sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif
atau menopouse (Aspiani, 2017).

Menurut WHO kejadian mioma uteri sekitar 20% sampai 30% dari seluruh
wanita didunia dan terus mengalami peningkatan. Mioma uteri ditemukan
30% sampai 50% pada perempuan usia subur (Robbins, 2007). Menurut Wise
penelitiannya di Amerika serikat periode 1997-2007 melaporkan 5.871 kasus
mioma uteri dari 22.120 terjadi pada wanita kulit hitam dengan prevalensi

Kejadian mioma uteri di Indonesia ditemukan 2.39% - 11.7% pada semua


penderita ginekologi yang dirawat di rumah sakit, penyakit mioma uteri sering
ditemukan pada wanita nullipara (belum pernah melahirkan) ataupun pada
wanita kurang subur. Mioma uteri diperkirakan antara 20% sampai 25%
terjadi pada wanita berusia diatas 35 tahun (Aspiani, 2017). Menurut Apriyani
faktor-faktor terjadinya mioma uteri ada empat diantaranya usia reproduksi
sebanyak 65,0%, paritas multipara sebanyak 47,5%, dengan usia menarhe
normal sebanyak 95%, dan status haid tidak teratur sebanyak 52,5%.

Mioma uteri diduga merupakan penyakit multifaktorial. Mioma mulai dari


benih-benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih
ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif dibawah pengaruh hormon estrogen
terhadap sel-sel yang ada di otot rahim. Mioma menimbulkan gejala berupa
perdarahan abnormal, rasa nyeri dan rasa adanya tekanan didaerah sekitar
panggul yang dapat menciptakan rasa sakit hingga menjalar ke punggung
(Manuaba, 2009). Perdarahan abnormal merupakan gejala yang paling sering
di alami oleh wanita penderita mioma uteri. Perdarahan bisa diakibatkan
karena pembesaran mioma sehingga menekan organ disekitarnya seperti
tertekannya kandung kemih, usus besar, pelebaran pembuluh darah dan
gangguan ginjal karena akibat pembesaran dan penekanan mioma uteri
terhadap saluran kemih.

Mioma uteri dapat mengakibatkan permukaan endometrium yang lebih luas


dari pada biasanya. Perdarahan mioma uteri dapat berdampak pada ibu hamil
dan penderita mioma uteri itu sendiri. Ibu hamil akan mengalami dampak
berupa abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi. Pada
penderita mioma uteri akan mengalami perdarahan yang banyak dan dapat
mengakibatkan anemia. Pendarahan juga dapat terjadi pada pencernaan karena
perluasan dan pembesaran mioma uteri sehingga pasien mioma uteri tidak
hanya dilakukan operasi pada alat kelamin tetapi juga dapat dilakukan operasi
pencernaan (colostomy). Pada kasus ini pasien mioma uteri mengalami
komplikasih yang berat dan dapat memperburuk kesehatan dan tidak jarang
pasien tersebut mengalami penurunan kesehatan karena terjadi gangguan pada
nutrisi dan tubuh mengalami kelemahan hingga menjadi syok dan pada
akhirnya menimbulkan kematian (Aspiani, 2017).

Hampir dari separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan apaapa
dan tidak sadar bahwa pederita mengalami penyakit mioma uteri. Pengobatan
mioma uteri bervariasi tergantung pada umur ibu atau penderita, jumlah anak
yang dimiliki, lokasi mioma uteri di rahim, dan besar mioma uteri. Prinsip
pengobatannya adalah melakukan operasi pengangkatan total atau sebagian,
pemberian hormon dan radiasi untuk menghilangkan fungsinya sehingga
diharapkan dapat mengecilkan tumor (Manuaba, 2009).

Menurut American College of Obstetricians and Gineclogist (ACOG) dan


American Socienty of Reproductive Medicine (ASRM) ada delapan indikasi
untuk melakukan operasi pada mioma uteri diantaranya adalah nyeri
penekanan yang sangat mengganggu, perdarahan yang tidak respon terhadap
terapi konservatif, dan dugaan adanya keganasan pada organ reproduksi. Pada
mioma ini sering terjadi kekambuhan setelah pengangkatan, dan banyak yang
bermetastasi secara luas sehingga angka harapan hidup 5 tahun sekitar 40%.
Wanita subur diharapkan untuk melakukan pemeriksaan ginekologi secara
teratur agar terhindar dari penyakit mioma uteri dan dapat menegakkan
diagnosis serta penanganan dini dapat dilakukan (Robbins, 2007).

Kejadian mioma uteri di Sumatera Barat berdasarkan komplikasi kebidanan


pada tahun 2012 sebesar 50%, angka ini lebih rendah dari target yang
ditetapkan sebesar 67% (Dinkes Sumbar, 2012). Berdasarkan data yang
diperoleh dari rekam medik di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 6
April 2017 didapatkan penderita mioma uteri yang menjalani perawatan yang
memiliki kartu BPJS pada tahun 2016 sebanyak 30 orang. Data registrasi
pasien di ruang Ginekologi Kebidanan mulai dari Januari sampai Maret 2017
didapatkan kasus mioma uteri 16 orang.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Ruang Ginekologi


Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 6 April 2017
ditemukan adanya pasien menderita mioma uteri sedang menjalani perawatan
sebanyak satu orang. Berdasarkan wawancara dengan salah satu perawat di
ruangan mengatakan bahwa pasien dirawat sudah satu hari dan sudah
dilakukan asuhan keperawatan seperti memberikan obat analgetik dan sudah
dilakukan menajemen nyeri seperti nonfarmakologi. Berdasarkan wawancara
dengan pasien diruangan, pasien mengatakan sudah mendapatkan tindakan
untuk mengatasi keluhannya seperti mendapatkan terapi obat analgesik untuk
menghilangkan nyeri, dan pasien sudah mendapatkan penyuluhan tentang
kesehatan seperti menajemen (nonfarmakologi) nyeri yang dirasakan pasien.

Pendokumentasian tindakan keperawatan sebagian dilakukan perawat


diruangan ditemukan bahwa pendokumentasian mengacu pada shift
sebelumnya tanpa memperhatikan perkembangan pasien yang menderita
mioma uteri setelah diberikan asuhan keperawatan seperti memasukan obat
terapi dengan injeksi Ceftriaxon tidak dilakukan evaluasi pada pasien untuk
menilai hasil tindakan yang diberikan oleh perawat diruangan pada saat dinas
berlangsung. Padahal evaluasi merupakan suatu yang harus dilakukan untuk
melihat apakah obat memberikan efek yang baik pada tubuh pasien atau tidak
baik. Kemudian pendokumentasian merupakan salah satu komponen penting
setiap melakukan tindakan kepada pasien agar dapat memberikan sumber
kesaksian bagi perawat dalam bertanggungjawab dan bertanggunggugat dalam
memberikan asuhan keperawatan. Perawat mempunyai peran dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan mioma uteri secara
komprehensif.

Selain itu, pasien malu bertanya tentang kondisi kesehatan dan kurang percaya
diri dalam menyampaikan keluhan yang dirasakan pasien kepada petugas
kesehatan serta disebabkan oleh rasa minder didalam diri pasien. Kebanyakan
dari mereka yang memiliki niat dan rasa ingin tahu kondisi kesehatanya yang
dapat bertanya kepada petugas dirumah sakit.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan suatu usaha dalam


penanganan kesehatan pada penyakit mioma uteri untuk meningkatkan
kemampuan dan pemahaman serta kesehatan pada penderita mioma uteri.
Usaha ini memerlukan strategi atau metode perawatan yang tepat dan dapat
dipahami dan dilakukan pasien itu sendiri serta tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.

Berdasarkan uraian diatas penulis telah melakukan penelitian Asuhan


Keperawatan Pada Pasien Mioma Uteri di Ruang Ginekologi Kebidanan
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Asuhan keperawatan pada pasien
Mioma Uteri di Ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada tahun 2017
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah Mioma Uteri di Ruang Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2017 mengunakan metode ilmiah proses keperawatan mulai dari
pengkajian sampai dengan pembuatan dokumentasi keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan kasus Mioma
Uteri di ruang Kebidanan RSUP Dr. M.Djamil Padang
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa pada pasien dengan kasus Mioma
Uteri di ruang Kebidanan RSUP Dr. M.Djamil Padang
c. Mampu mendeskripsikan intervensi pada pasien dengan kasus Mioma
Uteri di ruang Kebidanan RSUP Dr. M.Djamil Padang
d. Mampu mendeskripsikan tindakan pada pasien dengan kasus Mioma
Uteri di ruang Kebidanan RSUP Dr. M.Djamil Padang
e. Mampu mendeskripsikan Evaluasi pada pasien dengan kasus Mioma
Uteri di ruang Kebidanan RSUP Dr. M.Djamil Padang
f. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian pada pasien dengan kasus
mioma uteri di RSUP Dr. M. Djamil Padang

1.4 Manfaat penulisan


a. Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kasus Mioma Uteri

b. Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam


menerapakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Mioma Uteri
c. Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk
pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kasus Mioma Uteri.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Mioma Uteri 1. Pengertian Mioma


Uteri
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri
jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi
dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa
infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi
(Aspiani, 2017).

2. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
1) Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2) Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miometrium normal.

3) Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.

4) Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang
(red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun
sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.

5) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus.
Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.

6) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau
2 (2) kali

Faktor terbentuknya tomor:


a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat
selsel yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan
genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya
mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap
kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya akan
mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan
genetik harus mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum
berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat dicegah
namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15%
kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh
faktor eksternal (Apiani, 2017).

b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang
ditam,bahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari
polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan seperti
pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat mengubah
makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.

Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun,


misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya
dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus makin besar
kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi yang
dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa
yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal
atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan
pada sel.

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada


mioma, disamping faktor predisposisi genetik.
1) Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi
estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopouse
dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan
bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.
Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini
berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah
reseptor estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium normal.

2) Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu
mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada tumor.

3) Hormon pertumbuhan (growth hormone)


Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi
hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu
HPL, terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa
pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin
merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.
.
3. Klasifikasi Mioma
Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana mioma
tumbuh.
1) Lapisan Uterus
Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya, mioma
ini dibagi menjadi tiga jenis.
a. Mioma Uteri Intramural
Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian
besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling
tengah (miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan otot
disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga akan
membentuk tonjolan dengan konsistensi padat. Mioma yaang terletak
pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan
keluhan miksi.

b. Mioma Uteri Subserosa


Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar
yaitu serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma ini
bertangkai atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh keluar
dinding uterus sehingga menonjol kepermukaan uterus diliputi oleh
serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma subserosa
yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wandering parasitis fibroid.

c. Mioma Uteri Submukosa


Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga
menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
di keluarkan melalui saluran seviks yang disebut mioma geburt.
Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Tumor jenis ini sering
mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang
dilahirkan.
4.
Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak
menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor
didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya
banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri
maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan
mendorong kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi (Aspiani, 2017).

Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran
kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan
tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga
neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian
terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di bawah
endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari
mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan
diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang
berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah
perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi
padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007).
5.
WOC

Faktor predisposisi:
a. Usia penderita
b. Hormon endogen
c. Riwayat keluarga
d. Makanan, kehamilan dan paritas
6.

Mioma Uteri

Mioma Intramural mioma submukosa mioma Subserosa

Tumbuh didinding uterus berada dibawah endometrium & tumbuh keluar dinding
Menonjol kedalam rogga uterus uterus

Mk: Resiko Syok Hipovolemik Gejala/Tanda

Anemia Perdarahan pembesaran uterus

suplai darah Gg Hematologi Kurang Pengetahuan Gg sirkulasi Penekanan Syaraf

Mk: Gg Perfusi penurunan respon imun Nekrosis


Jaringan perifer Mk: Ansietas
Radang Nyeri

Penekanan
Kandung kemih uretra Ureter Rektum kolon sigmoid

Poli Uria Retensio Urine Hidronefrosis obstipasi kolon desenden dan ileum

Mk: Gangguan Eliminasi Urine Mk: Konstipasi Kolon asendens


Kolostomy Mk: resiko gangguan identitas pribadi
Kolon tranversumdan duodenum
usus membusuk terjadi infeksi pada usus

Mk: Ketidak keseimbangan Anemia Kelemahan


7.
Mk: Resiko Infeksi Mk: Nyeri Akut/Kronis

Fungsi pencernaan menurun Terjadi pendarahan pada usus

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Mk: Resiko Syok Hipovolemik

(Aspiani, 2017)

Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis


Berikut beberapa perubahan yang dapat terjadi pada pada tubuh karena
mioma
uteri.
1. Degenerasi hialin, merupakan perubahan degeneratif yang paling umum
ditemukan.
a. Jaringan ikat bertambah
b. Berwarna putih dan keras
c. Sering disebut “mioma durum”.
2. Degenerasi kistik
a. Bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair.
b. Menjadi poket kistik.
3. Degenerasi membantu (calcareous degeneration)
a. Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri.
b. Padat dan keras
c. Berwarna putih.
4. Degenerasi merah (carneus degeneration )
8.
a. Paling sering terjadi pada masa kehamilan.
b. Estrogen merangsang perkembangan mioma.
c. Aliran darah tidak seimbang karena terjadi edema sekitar tungkai dan
tekanan hamil.
d. Terjadi kekurangan darah yang menimbulkan nekrosis, pembentukan
trombus, bendungan darah dalam mioma, warna merah hemosiderosis
atau hemofusin.
e. Biasanya disertai rasa nyeri, tetapi dapat hilang dengan sendirinya.
Komplikasi lain yang jarang ditemukan meliputi kelahiran prematur,
ruptur tumor dengan perdarahan peritoneal, dan shock.
5. Degenerasi mukoid
Daerah hyalin digantikan dengan bahan gelatinosa yang lembut dan
biasa terjadi pada tumor yang besar, dengan aliran arterial yang
tergangu.
6. Degenerasi lemak
Lemak ditemukan dalam serat otot polos.
7. Degenerasi sarkomatous (transformasi maligna)
Terjadi pada kurang dari 1% mioma. Kontraversi yang ada saat ini adalah
apakah hal ini mewakili sebuah perubahan degeneratif ataukah sebuah
neoplasma spontan. Leimiosarkoma merupakan sebuah tumor ganas yang
jarang terdiri dari sel-sel yang mempunyai diferensiasi otot polos.

7. Gambaran Klinis Mioma


Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan
apaapa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengalami penyakit mioma
uteri dalam rahim.

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi hal-


hal berikut.
a. Besarnya mioma uteri.
b. Lokalisasi mioma uteri.
c. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
d. Gejala klinik terjadi hanya sekitar 35%-50% dari pasien yang terkena.

2) Gejalah klinis lain yang dapat timbul pada mioma uteri adalah sebagai
berikut.
a. Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering ditemukan
(30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa menoragia,
metroragia, dan hipermenorhe. Perdarahan dapat menyebabkan anemia
defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena
bertambahnya areah permukaan dari endometrium yang menyebabkan
gangguan kontraksi otot rahim, distorsi, dan kongesti dari pembuluh
darah disekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar.
c. Terasa berat di abdomen bagian bawah.
d. Terjadi gejalah traktus urinarius: urine freqency, retensi urine,
obstruksi ureter, dan hidronefrosis.
e. Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan obstruksi intestinal.
f. Terasa nyeri karena saraf tertekan.

3) Sedangkan rasa nyeri pada kasus mioma dapat disebabkan oleh beberapa
hal berikut.
a. Penekanan saraf.
b. Torsi bertangkai.
c. Submukosa mioma terlahir.
d. Infeksi pada mioma.

4) Perdarahan kontinu pada pasien dengan mioma submukosa dapat


berakibat pada hal-hal berikut.
a. Menghalangi implantasi terdapat peningkatan insiden aborsi dan
kelahiran prematur pada pasien dengan mioma intramural dan
submukosa. Kongesti vena terjadi karena kompresi tumor yang
menyebabkan edema ekstermitas bawah, hemorrhoid, nyeri, dan
dyspareunia. Selain itu terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan kelahiran.
b. Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi.
c. Keguguran dapat terjadi.
d. Persalinan prematuritas.
e. Gangguan proses persalinan.
f. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
g. Gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
h. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah
kelahiran.
8. Penanganan Mioma Uteri
Penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan
ukuran tumor. Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi atas
kelompok-kelompok berikut.
1) Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra
dan postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan konsevatif
adalah sebagai berikut.
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
c. Pemberian zat besi.
d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone)
leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari pertama sampai ketiga
menstruasi setiap minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan
pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan
sekresi gonodotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang
serupa ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum
dalam mengurangi ukuran tumor diobsevasi dalam 12 minggu.

2) Penanganan operatif, dilakukan bilah terjadi hal-hal berikut.


a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b. Pertumbuhan tumor cepat.
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d. Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
e. Hiperminorea pada mioma submukosa.
f. Penekanan organ pada sekitarnya.

3) Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat berupa
langkah-langkah berikut.
a. Enukleusi Mioma
Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil yang masih
menginginkan anak, atau mempertahankan uterus demi kelangsungan
fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya
karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan dihindari pada masa
kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan
tangkai dan tumor yang dengan mudah dijepit dan diikat. Bila
miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat
berdekatan dengan endometrium, maka kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.

4) Menurut american college of Obstetricans gynecologists (ACOG), kriteria


preoperasi adalah sebagai berikut.
a. Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
b. Terdapat leimioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
c. Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran
yang berulang tidak ditemukan.

5) Histeroktomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada
pasien yang memiliki leimioma yang simptomatik atau yang sudah
bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut.
a. Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat
teraba dari luar dan dikelukan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan.
c. Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-ulang
selama lebih dari delapan hari.
d. Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah.

6) Rasa tidak nyaman pada daerah pelvis akibat mioma meliputi hal-hal
berikut.
a. Nyeri hebat dan akut.
b. Rasa tertekan yang kronis dibagian punggung bawah atau perut bagian
bawah.
c. Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulangdan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih.
7) Penanganan radioterapi
Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. Langkah
ini dilakukan sebagai penanganan dengan kondisi sebagai berikut.
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c. Bukan jenis submukosa.
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan
menopause.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada pasien mioma uteri


1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin,
hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang
perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri,
waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan
riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang
perlu diketahui adalah
a. Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam
jumlah yang besar.

c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-
faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang
dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas
dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri,
peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau jenis
kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan
diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang lain.

d. Pola Kebiasaan sehari-hari


Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus
dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan
yang terjadi.

e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan
bau.

f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain


Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian,
eliminasi, makan minum, mobilisasi

g. Pola Istirahat dan Tidur


Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan
malam hari, masalah yang ada waktu tidur.

h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya
penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus

i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada


ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya
lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.

2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan
refleks spasme otot sekunder akibat tumor
b. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder
akibat gangguan hematologis (perdarahan)
d. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik.
e. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum
(prolaps rectum)
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman
pada status kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber informasi
terkait penyakit)
3. Rencana keperawatan

Tabel 2.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan NANDA Internasional (2015-2017), NIC-NOC (2013)
N Intervensi
Diagnosa Keperawatan
O NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
dengan nekrosis atau trauma selama 1 x 24 jam, pasien mioma uteri 1) Lakukan pengkajian nyeri
jaringan dan refleks spasme mampu mengontrol nyeri dibuktikan komprehensip yang meliputi lokasi,
otot sekunder akibat tumor dengan kriteria hasil: karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
Definisi: Mengontrol Nyeri dan faktor pencetus
Pengalaman sensori dan 1) Mengenali kapan nyeri terjadi 2) Observasi adanya pentunjuk nonverbal
emosional tidak menyenangkan 2) Menggambarkan faktor penyebab nyeri mengenai ketidak nyamanan terutama
yang muncul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial 3) Menggunakan tindakan pencegahan nyeri pada mereka yang tidak dapat
atau yang digambarkan sebagai 4) Menggunakan tindakan pengurangan nyeri berkomunikasi secara efektif
kerusakan (International
(nyeri) tanpa analgesik 3) Pastikan perawatan analgesik bagi
Association for the Study of
5) Menggunakan analgesik yang pasien dilakukan dengan pemantauan

direkomendasikan yang ketat

Poltekkes Kemenkes Padang


6) Melaporkan perubahan terhadap gejalah 4) Gunakan strategi komunikasi

pain) awitan yang tiba-tiba atau nyeri pada profesional kesehatan terapeutik untuk mengetahui
lambat dari intensitas ringan 7) Melaporkan gejalah yang tidak terkontrol pengalaman nyeri dan sampaikan
hingga berat dengan akhir yang pada profesional kesehatan penerimaan pasien terhadap nyeri
dapat diantisipasi atau 8) Menggunakan sumber daya yang tersedia 5) Gali pengetahuan dan kepercayaan
diprediksi. untuk menangani nyeri pasien mengenai nyeri

9) Mengenali apa yang terkait dengan gejala 6) Pertimbangkan pengaruh


Batasan karakteristik: budaya
nyeri
a) Bukti nyeri dengan terhadap respon nyeri
10) Melaporkan nyeri yang terkontrol
menggunakan standar daftar 7) Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
periksa nyeri untuk pasien terhadap kualitas hidup pasien

yang tidak dapat (misalnya, tidur, nafsu makan,

mengungkapannya pengertian, perasaan, performa kerja


dan tanggung jawab peran)
b) Ekspresi wajah nyeri (misal:
mata kurang bercahaya, 8) Gali bersama pasien faktor-faktor yang

tampak kacau, gerakan mata dapat menurunkan atau memperberat

berpencar atau tetap pada nyeri

satu fokus, meringis) 9) Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu


yang meliputi riwayat nyeri kronik
c) Fokus menyempit (misal: individu atau keluarga atau nyeri yang
persepsi waktu, proses menyebabkan disability/ ketidak

Poltekkes Kemenkes Padang


berpikir, interaksi dengan mampuan/kecatatan, dengan tepat
orang dan lingkungan) 10) Evaluasi bersama pasien dan tim
d) Fokus pada diri sendiri kesehatan lainnya, mengenai
e) Keluhan tentang intensitas efektifitas, pengontrolan nyeri yang
menggunakan standars kala pernah digunakan sebelumnya
nyeri 11) Bantu keluarga dalam mencari dan
f) Keluhan tentang menyediakan dukungan
karakteristik nyeri dengan 12) Gunakan metode penelitian yang sesuai
menggunakan standar dengan tahapan perkembangan yang
instrumen nyeri memungkinkan untuk memonitor

g) Laporan tentang perubahan nyeri dan akan dapat


perilaku membantu mengidentifikasi faktor
nyeri/ perubahan aktivitas pencetus aktual dan potensial
h) Perubahan posisi untuk (misalnya, catatan perkembangan,

menghindari nyeri catatan harian)

i) Putus asa 13) Tentukan kebutuhan frekuensi untuk


melakukan pengkajian ketidak
j) Sikap melindungi area nyeri
nyamanan pasien dan

Faktor yang berhubungan: mengimplementasikan rencana monitor

a) Agens cidera biologis

Poltekkes Kemenkes Padang


b) Agens cidera fisik 14) Berikan informasi mengenai nyeri,
Agens cidera kimiawi seperti penyebab nyeri, berapa nyeri
yang dirasakan, dan antisipasi dari
ketidak nyamanan akibat prosedur
15) Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien dari
ketidaknyamanan (misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan, suara bising)
16) Ajarkan prinsip manajemen nyeri
17) Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri
ketika memilih strategi penurunan
nyeri
18) Kolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri nonfarmakologi,
sesuai kebutuhan
19) Gunakan tindakan pengontrolan nyeri

Poltekkes Kemenkes Padang


sebelum nyeri bertambah berat
20) Pastikan pemberian analgesik dan atau
strategi nonfarmakologi sebelum
prosedur yang menimbulkan nyeri
21) Periksa tingkat ketidaknyamanan
bersama pasien, catat perubahan dalam
cacatan medis pasien, informasikan
petugas kesehatan lain yang merawat
pasien
22) Mulai dan modifikasi
tindakan
pengontrolan nyeri berdasarkan respon
pasien
23) Dukung istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri
24) Dorong pasien untuk mendiskusikan
pengalaman nyerinya, sesuai
kebutuhan
25) Beritahu dokter jika tindakan tidak
berhasil atau keluhan pasien saat ini

Poltekkes Kemenkes Padang


berubah signifikan dari pengalaman
nyeri sebelumnya
26) Gunakan pendekatan multi disiplin
untuk menajemen nyeri, jika sesuai

Pemberian analgesik
1) Tentukan lokasi, karakteris, kualitas
dan keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
2) Cek perintah pengobatan meliputi obat,
dosis, dan frekuesi obat analgesik yang
diresepkan
3) Cek adanya riwayat alergi obat
4) Pilih analgesik atau
kombinasi
analgesik sesuai lebih dari satu kali
pemberian
5) Monitor tanda vital sebelum dan setelah
memberikan analgesik pada pemberian
dosis pertama kali atau jika

Poltekkes Kemenkes Padang


ditemukan tanda-tanda yang tidak
biasanya
6) Berikan kebutuhan kenyamanan dan
aktivitas lain yang dapat membantu
relaksasi untuk memfasilitasi penuruna
nyeri
7) Berikan analgesik sesuai waktu
paruhnya, terutama pada nyeri yang
berat
8) Dokumentasikan respon terhadap
analgesik dan adanya efek samping
9) Lakukan tindakan-tindakan yang
menurunkan efek samping analgesik
(misalnya, konstipasi dan iritasi
lambung)
10) Kolaborasikan dengan dokter apakah
obat, dosis, rute, pemberian, atau
perubahan interval dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus bedasarkan

prinsip analgesik

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Resiko syok NOC: Setelah dilakukan perawatan selama 1x Pencegahan Syok
berhubungan dengan 24 jam diharapkan tidak terjadi syok 1) Monitor adanya respon konpensasi
perdarahan hipovolemik dengan kriteria: terhadap syok (misalnya, tekanan darah
1) Tanda vital dalam batas normal. normal, tekanan nadi melemah,
Definisi: beresiko 2) Tugor kulit baik. perlambatan pengisian kapiler, pucat/
terhadap ketidak cukupan 3) Tidak ada sianosis. dingin pada kulit atau kulit kemerahan,
aliran darah kejaringan tubuh, takipnea ringan, mual dan munta,
4) Suhu kulit hangat.
yang dapat mengakibatkan peningkatan rasa haus, dan kelemahan)
5) Tidak ada diaporesis.
disfungsi seluler yang 2) Monitor adanya tanda-tanda respon
6) Membran mukosa kemerahan.
mengancam jiwa. sindroma inflamasi sistemik (misalnya,
Faktor resiko 1) peningkatan suhu, takikardi, takipnea,
Hipotensi. hipokarbia, leukositosis, leukopenia)
2) Hipovolemi 3) Monitor terhadap adanya tanda awal
3) Hipoksemia reaksi alergi (misalnya, rinitis, mengi,

4) Hipoksia stridor, dipnea, gatal-gatal disertai

5) Infeksi kemerahan, gangguan saluran


pencernaan, nyeri abdomen, cemas dan
6) Sepsis
7) Sindrom respon inflamasi
sestemik

Poltekkes Kemenkes Padang


gelisa)
4) Monitor terhadap adanya tanda ketidak
adekuatan perfusi oksigen kejaringan
(misalnya, peningkatan stimulus,
peningkatan kecemasan, perubahan
status mental, egitasi, oliguria dan akral
teraba dingin dan warna kulit tidak
merata)
5) Monitor suhu dan status respirasi
6) Periksa urin terhadap adanya darah dan
protein sesuai kebutuhan
7) Monitor terhadap tanda/gejalah asites
dan nyeri abdomen atau punggung.
8) Lakukan skin-test untuk mengetahui
agen yang menyebabkan anaphiylaxis
atau reaksi alergi sesuai kebutuhan
9) Berikan saran kepada pasien yang
beresiko untuk memakai atau
membawa tanda informasi kondisi

Poltekkes Kemenkes Padang


medis
10) Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala syok yang
mengancam jiwa
11) Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai langkah-langkah timbulnya
gejala syok

3. Resiko Infeksi berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Alat terapi per vaginam
dengan penurunan imun selama 1 x 24 jam, pasien mioma uteri 1) Kaji ulang riwayat kontraindikasih
tubuh sekunder akibat menunjukkan pasien mampu melakukan pemasangan alat pervaginam pada
gangguan hematologis pencegahan infeksi secara mandiri, pasien (misalnya, infeksi pelvis,
(perdarahan) ditandai dengan kriteria hasil: laserasi, atau adanya massa sekitar
1) Kemerahan tidak ditemukan pada vagina)
Definisi: tubuh 2) Diskusikan mengenai
Mengalami peningkatan resiko aktivitas-
2) Vesikel yang tidak mengeras
terserang organisme patogenik aktivitas seksual yang sesuai sebelum
permukaannya
memilih alat yang dimasukan
3) Cairan tidak berbauk busuk
Faktor yang berhubungan: 3) Lakukan pemeriksaan pelvis
4) Piuria/nanah tidak ada dalam urin
4) Intruksikan pasien untuk melaporkan

Poltekkes Kemenkes Padang


1) Penyakit kronis 5) Demam berkurang ketidaknyamanan, disuria, perubahan
a. Diabetes melitus 6) Nyeri berkurang warna, konsistensi, dan frekuensi

b. Obesitas 7) Nafsu makan meningkat cairan vagina

2) Pengetahuan yang tidak 5) Berikan obat-obat berdasarkan resep

cukup untuk menghindari dokter untuk mengurangi iritasi

pemanjanan patogen 6) Kaji kemampuan pasien untuk

3) Pertahanan tubuh melakukan perawatan secara mandiri


primer 7) Observasi ada tidaknya cairan vagina
yang tidak adekuat yang tidak normal dan berbau
a. Gangguan peritalsis 8) Infeksi adanya lubang, laserasi, ulserasi
b. Kerusakan integritas pada vagina
kulit (pemasangankateter
intravena, prosedur Kontrol Infeksi
invasif) 1) Bersihkan lingkungan dengan baik
c. Perubahan sekresi PH setelah digunakan untuk setiap pasien

d. Penurunan kerja siliaris 2) Isolasi orang yang terkena penyakit

e. Pecah ketuban dini menular


3) Batasi jumlah pengunjung
f. Pecah ketuban lama
g. Merokok 4) Anjurkan pasien untuk mencuci tangan

h. Stasis cairan tubuh

Poltekkes Kemenkes Padang


i. Trauma jaringan (misalnya, yang benar
trauma 5) Anjurkan pengunjung untuk mencuci
destruksi jaringan) tangan pada saat memasuki dan
4) Ketidak adekuatan jaringan meninggalkan ruangan pasien
sekunder 6) Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
a. Penurunan hemoglobin tangan yang sesuai
b. Supresi respon inflamasi 7) Cuci tangan sebelum dan sesudah
5) Vaksinasi tidak adekuat kegiatan perawatan pasien

6) pemajanan terhadap patogen 8) Pakai sarung tangan sebagaimana


lingkungan meningkat dianjurkan oleh kebijakan pencegahan

7) prosedur invasif universal

8) malnutrisi 9) Pakai sarung tangan steril dengan tepat


10) Cukur dan siapkan untuk daerah
persiapan prosedur invasif atau opersai
sesuai indikasi
11) Pastikan teknik perawatan luka yang
tepat
12) Tingkatkan inteke nutrisi yang tepat
13) Dorong intake cairan yang sesuai

Poltekkes Kemenkes Padang


14) Dorong untuk beristirahat
15) Berikan terapi anti biotik yang sesuai
16) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
tanda dan gejalah infeksi dan kapan
harus melaporkannya kepada penyedia
perawatan kesehatan
17) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
bagaimana menghindari infeksi

4. Retensi urine berhubungan NOC: setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen eliminasi urin:
dengan penekanan oleh massa 1x 24 jam diharapkan eliminasi urin kembali 1) Monitor eliminasi urin
jaringan neoplasma pada normal dengan kriteria hasil: termasuk
organ sekitarnya, gangguan 1) Pola eliminasi kembali normal frekuensi, konsistensi, bau, volume dan
sensorik motorik. warna urin sesuai kebutuhan.
2) Bau urin tidak ada
2) Monitor tanda dan gejala retensio urin.
3) Jumlah urin dalam batas normal
Definisi: pengosongan kantung 3) Ajarkan pasien tanda dan gejala infeksi
4) Warna urin normal
kemih tidak komplit saluran kemih.
5) Intake cairan dalam batas normal
4) Anjurkan pasien atau keluarga untuk
Batasan karakteristik: 6) Nyeri saat kencing tidak ditemukan
melaporkan urin uotput sesuai
kebutuhan.

Poltekkes Kemenkes Padang


1) Tidak ada keluaran urin 5) Anjurkan pasien untuk banyak minum
2) Distensi kandung kemih saat makan dan waktu pagi hari.

3) Menetes 6) Bantu pasien dalam mengembangkan

4) Disuria rutinitas toileting sesuai kebutuhan.

5) Sering berkemih 7) Anjurkan pasien untuk memonitor tanda


dan gejalah infeksi saluran kemih.
6) Inkontinensia aliran berlebih
7) Residu urin
Kateterisasi Urin
8) Sensasi kandung
kemih 1) Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan

penuh kateterisasi urin.

9) Berkemih sedikit 2) Pasang kateter sesuai kebutuhan.


3) Pertahankan teknik aseptik yang ketat.
Faktor yang berhubungan 4) Posisikan pasien dengan tepat
1) Sumbatan (misalnya, perempuan terlentang

2) Tekanan ureter tinggi dengan kedua kaki diregangkan atau


fleksi pada bagian panggul dan lutut).
3) Inhibishi arkus reflex
5) Pastikan bahwa kateter yang dimasukan
cukup jauh kedalam

Poltekkes Kemenkes Padang


kandung kemih untuk mencegah trauma
pada jaringan uretra dengan
inflasi balon
6) Isi balon kateter untuk menetapkan
kateter, berdasarkan usia dan ukuran
tubuh sesuai rekomendasi pabrik
(misalnya, dewasa 10 cc, anak 5 cc)
7) Amankan kateter pada kulit dengan
plester yang sesuai.
8) Monitor intake dan output.
9) Dokumentasikan perawatan termasuk
ukuran kateter, jenis, dan pengisian
bola kateter
5. Konstipasi berhubungan NOC: setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 Manajemen saluran cerna
dengan penekanan pada jam pasien diharapkan konstipasi tidak ada 1) Monitor bising usus
rectum (prolaps rectum) dengan kriteria hasil: 2) Lapor peningkatan frekuensi dan bising
1) Tidak ada irita bilitas usus bernada tinggi
Definisi: penurunan pada 2) Mual tidak ada 3) Lapor berkurangnya bising usus
frekuensi normal defekasi yang
3) Tekanan darah dalam batas normal 4) Monitor adanya tanda dan gejalah

Poltekkes Kemenkes Padang


disertai oleh kesulitan atau 4) Berkeringat diare, konstipasi dan impaksi
pengeluaran tidak lengkap feses 5) Catat masalah BAB yang sudah ada
atau pengeluaran feses yang Keparahan Gejalah sebelumnya, BAB rutin, dan
kering, keras, dan banyak. 1) Intensitas gejalah penggunaan laksatif
Batasan karakteristik 2) Frekuensi gejalah 6) Masukan supositorial rektal, sesuai
1) Nyeri abdomen 3) Terkait ketidak nyamanan dengan kebutuhan
2) Nyeri tekan abdomen dengan 4) Gangguan mobilitas fisik 7) Intruksikan pasien mengenai makanan
teraba resistensi otot tinggi serat, dengan cara yang tepat
5) Tidur yang kurang cukup
3) Nyeri tekan abdomen tanpa 8) Evaluasi profil medikasi terkait dengan
6) Kehilangan nafsu makan
teraba resistensi otot efek samping gastrointestinal
4) Anoraksia
5) Penampilan tidak khas pada Manajemen konstipasi/inpaksi
lansia 1) Monitor tanda dan gejala konstipasi
6) Darah merah pada feses 2) Monitor tanda dan gejala impaksi
7) Perubahan pola defekasi 3) Monitor bising usus
8) Penurunan frekuensi 4) Jelaskan penyebab dari masalah dan
9) Penurunan volume feses rasionalisasi tindakan pada pasien

10) Distensia abdomen 5) Dukung peningkatan asupan cairan,

11) Rasa rektal penuh jika tidak ada kontraindikasi

Poltekkes Kemenkes Padang


12) Rasa tekanan rektal 6) Evaluasi pengobatan yang memiliki
13) Keletihan umum efek samping pada gastrointestinal

14) Feses keras dan berbentuk 7) Intruksikan pada pasien dan atau

15) Sakit kepala keluarga untuk mencatat warna,


volume, frekuensi dan konsistensi dari
16) Bising usus hiperaktif
feses
17) Bising usus hipoaktif
8) Intruksikan pasien atau keluarga
18) Peningkatan tekanan
mengenai hubungan antara diet latihan
abdomen
dan asupan cairan terhadap kejadian
19) Tidak dapat makan, mual
konstipasi atau impaksi
20) Rembesan feses cair
9) Evaluasi catatan asupan untuk apa saja
21) Nyeri pada saat defekasi nutrisi yang telah dikonsumsi
22) Massa abdomen yang dapat 10) Berikan petunjuk kepada pasien untuk
diraba dapat berkonsultasi dengan dokter jika
Faktor yang berhubungan konstipasi atau impaksi masih tetap
1) Funfsional terjadi
a. Kelemahan otot abdomen 11) Informasukan kepada pasien mengenai
b. Ketidak adekuatan prosedur untuk mengeluarkan feses
toileting secara manual jika di perlukan

c. Kurang aktifitas fisik


d. Kebiasaan defekasi tidak 12) ajarkan pasien atau keluarga mengenai

Poltekkes Kemenkes Padang


teratur proses pencernaan normal
2) Psikologis
a. Defresi, stres, emosi
b. Konfusi mental
3) Farmakologi
4) Mekanis
5) fiologis
Sumber : NANDA International, (2015- NIC-NOC (2013)

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian digunakan penulis adalah penelitian deskriptif dengan


menggambarkan penerapan asuhan keperawatan kepada pasien dengan masalah
mioma uter di Ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruangan Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil


Padang. Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 April 2017 sampai
dengan tanggal 10 Juni 2017. Pada tanggal 6 April 2017 melakukan
pengumpulan data yang terkait dengan penyakit mioma uteri baik dalam buku
kepustakaan, penelitian dan bukti fisik yang dapat mendukung dilakukannya
penelitian terkait dengan penyakit mioma uteri. Pada tanggal 5 juni 2017 peneliti
melakukan penelitian terkait dengan penyakit mioma uteri di Ruang Ginekologi
RSUP. Dr. M. Djamil Padang.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi


Populasi dalam penelitian ini adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam 2015). Populasi dari
penelitian ini adalah semua pasien dengan Mioma uteri di Ruang Ginekologi
Kebidanan RSUP. Dr. M. Djamil Padang
2. Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling. Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari
populasi dan merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan
sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian. Sampel penelitian ini adalah dua pasien dengan
masalah Mioma Uteri. Sampel diambil sebanyak 2 orang di ambil secara purposive
sampling. Purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan kriteria
yang ditentukan oleh peneliti untuk dapat dianggap mewakili karakteristik
populasinya, misalnya pemilihan informan dalam studi kualitatif (Nursalam 2015).
Sample yang dipilih berdasarkan kriteria sampel. Kriteria sampel dibagi 2 yaitu :

a. Kriteria Inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu


populasi target yang terjangkau dan dapat diteliti (Nursalam, 2015).
Kriteria Inklusi :
1) Pasien dan keluarga bersedia menjadi responden
2) Pasien yang mengalami mioma uteri
3) Pasien yang dirawat di rumah sakit dengan mioma uteri

b. Kriteria Eklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang


memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, .
Kriteria eklusi :
1) Pasien yang mengalami penyakit lain yang dapat mengganggu proses
penelitian
2) Keluarga pasien tidak bersedia pasien menjadi reponden

D. Instrumen Penelitian

Alat dan instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format pengkajian
pasien mioma uteri, alat perlindungan diri, alat pemeriksaan fisik yang terdiri
dari (Termometer, stetoskop dan tensi meter dewasa, timbangan, arloji dengan
detik, penlight, dan skerem)

E. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi) artinya


teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang ada. Triangulasi teknik berarti peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan
data dari sumber yang sama. Peneliti telah melakukan observasi , wawancara,
dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono, .

1. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara
langsung terhadap penelitian. Pengamatan dilakukan secara sistematis dan
disengaja berkaitan dengan fenomena atau keadaan sosial dan gejala-gejala
psikis dengan mengamati dan mencatat keadaan yang terjadi. Dalam
observasi ini, peneliti terlibat dengan intervensi yang berkaitan dengan
masalah yang dialami pasien dan mengamati pola kegiatan sehari-hari pasien
seperti tingkat nyeri, ADL dan lain-lain (Sugiyono, 2012)

2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan
pengukuran suhu, mengukur tanda-tanda vital, menimbang berat badan.

3. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan


cara
mewawancarai langsung responden yg diteliti. Metode ini memberikan hasil
secara langsung dan dapat digunakan jika ingin mengetahui segala sesuatu
tantang responden secaramen dalam. Dalam penelitian ini wawancara
dilakukan dengan menggunakan format pengkajian agar data yang diperoleh
lebih terarah.

4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan perjalanan penyakit pasien yang sudah berlalu
yang disusun berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Dokumentasi
keperawatan berbentuk catatan perkembangan, hasil pemeriksaan
laboratorium, hasil pemeriksaan diagnostik seperti USG, hasil pemeriksaan
Kimia klinis, hasil pemeriksaan. Dalam penelitian ini mengunakan dokumen
dari Rumah sakit untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan.

F. Jenis-Jenis Data
2. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien mioma uteri
seperti pengkajian meliputi: Identitas pasien mioma uteri, riwayat kesehatan
pasien mioma uteri, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik
terhadap pasien mioma uteri.
3. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang akan diperoleh
langsung dari keluarga, rekam medis dan Hasil labor. Data sekunder
umumnya berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.

G. Prosedur Pengumpulan Data


1. Prosedur Administrasi
Prosedur administrasi yang akan dilakukan meliputi izin dari pihak institusi
pendidikan peneliti yaitu Prodi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Padang, kemudian mengurus izin penelitian ke RSUP Dr. M. Djamil Padang
dan melakukan pembayaran biaya penelitian. Setelah itu, peneliti menerima
surat pengantar penelitian dari diklat untuk dilampirkan ke kepala intalasi,
kemudian melampirkan surat izin penelitian dari kepala instalasi untuk
diserahkan ke kepala Ruangan untuk dapat memulai penelitian. Kemudian,
peneliti mengidentifikasi pasien mioma uteri yang dirawat di ruang
Ginekologi Kebidanan RSUP. Dr. M. Djamil Padang.

2. Prosedur Asuhan Keperawatan

Prosedur asuhan keperawatan dimulai dengan memilih responden yang


sesuai dengan kriteria lalu mengidentifikasi responden, dan didapatkan dua
orang yang memenuhi kriteria. Setelah itu, peneliti membaca catatan
perkembangan pasien yang ada dengan izin dokter dan perawat, kemudian
peneliti menemui pasien mioma uteri dan memberikan penjelasan tentang
tujuan kedatangan peneliti, setelah pasien mioma uteri mengerti, pasien
mioma uteri menandatangani informed concent di hadapan peneliti.

Peneliti melakukan pengumpulan data pada pasien mioma uteri di Ruang


Ginekologi RSUP. Dr. M. Djamil Padang dari tanggal 6 April 2017
diperoleh data dari rekam medik 30 kasus mioma uteri pada tahun 2016 dan
data registrasi pasien di ruang ginekologi kebidanan mulai dari januari
sampai meret 2017 didapatkan kasus mioma uteri 16 kasus. Penelitian
dilakukan pada tanggal 5 juni 2017 pukul 09.00 WIB dengan sumber
informasi pasien mioma uteri dan keluarga. Pengkajian dimulai dari
mengkaji identititas pasien mioma uteri hingga mengumpulkan data-data
yang terkait dengan kondisi pasien mioma uteri untuk dianalisis, lalu
menetapkan diagnosis keperawatan. Setelah itu, merumuskan intervensi
yang mungkin untuk dilakukan. Selanjutnya, melakukan implementasi
keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, lalu membuat
evaluasi dan dokumentasi setiap kali selesai melakukan asuhan keperawatan
kepada pasien mioma uteri. Pertemuan selanjutnya dimulai dengan
melakukan evaluasi kegiatan sebelumnya dan validasi perasaan dan keluhan
pasien mioma uteri. Setelah itu menjelaskan tujuan pertemuan dan membuat
kontrak waktu dengan pasien mioma uteri, lalu melanjutkan kegiatan asuhan
keperawatan, dan melakukan prosedur yang sama dipertemuan selanjutnya,
lalu diakhiri dengan fase terminasi kepada ibu post partum dan keluarga.

Pertemuan dilakukan sebanyak 6 hari dan minimal lima hari.

H. Prosedur Analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian akan dikelompokkan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan serta melakukan
implementasi dan evaluasi keperawatan. Analisis selanjutnya dilakukan dengan
membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien kelolaan
dengan teori dan penelitian terdahulu.
BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari tanggal 5 Juni 2017 hingga 10 Juni
2017 berlokasi di Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Prevalensi pasien Mioma Uteri di Ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M.
Djamil Padang cukup banyak dimana pada tahun 2016 terdapat 30 kasus. Peneliti
telah melakukan pengkajian dan observasi kepada kedua partisipan yaitu Ny.H
dan Ny.E

Ny.H (Partisipan 1) merupakan seorang perempuan berumur 35 tahun, RM:


97.77.23, masuk dengan diagnosa medis Mioma Uteri + Anemia. Pasien masuk
RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD rujukan dari RSUD Sijunjung tanggal
5 Juni 2017 pukul 08.00 WIB dengan keluhan perdarahan pada pervaginam dan
BAK dan BAB nyeri, perut membesar dan kembung. Saat dilakukan pengkajian
pasien mengeluh nyeri pada perutnya, tubuhnya terasa lemah, mengalami
penurunan nafsu makan, dan sulit untuk beraktivitas. Pasien sebelumnya pernah
dirawat dengan mioma uteri. Pasien tidak memiliki anggota keluarga yang
pernah menderita penyakit mioma uteri atau penyakit keturunan lainnya.
Ny.E (Partisipan 2) seorang perempuan berumur 42 tahun, RM: 96.13.86, masuk
dengan diagnosa medis Mioma Uteri. Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil
Padang melalui IGD rujukan dari Semen Padang Hospital tanggal 3 Juni 2017
pukul .00 WIB dengan keluhan nyeri hebat pada genitalia dan perut bagian
bawah membesar dan kembung. Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh
nyeri pada genitalia, BAK sakit, tubuhnya terasa lemah, kesulitan BAB dan
mengalami kesulitan untuk beraktivitas. Pasien sebelumnya tidak pernah
menderita penyakit mioma uteri. Pasien memiliki anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit mioma uteri yaitu adik kandungnya menderita penyakit
mioma uteri dan sudah meninggal 1 tahun yang lalu. Pengkajian lebih lanjut pada
tabel 4.
Tabel 4.1 Deskripsi Kasus

Asuhan Partisipan 1 Partisipan 2


Keperawatan
Keluhan Utama Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD
IGD rujukan dari RSUD Sijunjung tanggal Juni rujukan dari Semen Padang Hospital tanggal Juni 2017
2017 pukul .00 WIB dengan keluhan pendarahan
pukul .00 WIB dengan keluhan pendarahan pada
pervaginam dengan frekuensi 1 sampai 2 kali dalam
sehari ± setengah gelas, perut membesar dan pervaginam dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150
kembung semenjak 5 bulan yang lalu. cc. Nyeri hebat pada genitalia dan perut bagian bawah
membesar dan kembung, pasien penurunan nafsu makan
semenjak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.

Keluhan saat Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal Juni Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal Juni 2017
dikaji 2017 pukul 10.00 WIB pasien mengeluh nyeri pada pukul . WIB pasien mengeluh pendarahan pada
bagian perutnya yang membesar, nyeri terasa hilang pervaginam dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150
timbul dan bertambah apabila pasien bergerak dan cc pasien mengeluh badannya lemah dan sulit untuk
beraktivitas. Pasien juga mengeluh nyeri pada genitalia
duduk. Pasien mengeluh pendarahan pada
dan susah BAK. Sakit pada bagian perut bawah dan
pervaginam dengan frekuensi 1 1 sampai 2 kali dalam ketika di tekan pasien mengatakan sakit dengan skala 67,
sehari ± setengah gelas, Pasien mengatakan nyeri nyeri terasa saat beraktivitas dan BAK selama lebih
dengan skala 5-6 selama lebih kurang 2 menit dan
menyebar ke bagian punggung. Pasien mengatakan kurang 1 sampai 2 menit.
nafsu makannya juga menurun dan terkadang mual.
Pasien mengatakan susah untuk beraktifitas dan susah
tidur karena nyeri pada perut bagian bawah. Pasien
mengeluh BAK sakit.

Riwayat Pasien mengatakan sekitar 3 bulan yang lalu pernah Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita
Kesehatan dirawat di RSUD Sijunjung dengan diagnosa mioma penyakit seperti yang dideritanya sekarang, atau
uteri. Pasien memiliki kebiasaan makan makanan mengalami penyakit mioma uteri. Pasien selalu
Dahulu berminyak dan makan daging. Pasien tidak pernah mengonsumsi makanan berminyak seperti gorengan,
mengonsumsi alkohol, dan tidak memiliki riwayat daging dan makanan siap saji. Pasien tidak memiliki
pengobatan sebelumnya. riwayat pengobatan sebelumnya.

Riwayat Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
Kesehatan yang pernah menderita penyakit seperti yang pernah menderita penyakit seperti yang dialaminya
sekarang. Namun pasien mengatakan adik kandungnya
Keluarga dialaminya sekarang atau penyakit mioma uteri. menderita penyakit mioma uteri dan telah meninggal 1
Pasien juga mengatakan tidak ada anggota tahun yang lalu. Pasien mengatakan tidak ada anggota
keluarganya yang memiliki riwayat penyakit kanker atau
keluarganya yang menderita penyakit kanker payudar,
tumor jinak lainnya yang dapat merusak sistem kesehatan
kanker servik dan kanker abdomen atau sejenis bagi tubuh.
lainnya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan.
Riwayat Pasien mengatakan haid pertama umur 1 tahun, siklus Pasien mengatakan haid pertama umur 1 tahun, siklus
obstetri haid tidak teratur, lamanya haid atau 9 hari. Pasien haid teratur, lamanya haid hari. Pasien mengatakan -
mengatakan kali ganti pembalut saat haid. Warna kali ganti pembalut saat haid. Warna darah haid merah
darah haid merah enceer. Disminore pada saat haid encer. Dismenore pada saat haid hari pertama. Pasien
hari pertama. Pasien memiliki anak dua. Pasien belum mengatakan sudah pernah mengikuti KB.
pernah mengikuti KB.

Pola Aktivitas Ketika sakit pasien makan dan minum dibantu dengan Ketika sakit pasien makan dan minum dibantu oleh
Sehari-hari keluarga, pasien mendapat diit DH2 frekuensi 3 x dalam
keluarga, pasien mendapat diit DH2, pasien minum
sehari, pasien minum 1-2 gelas dalam sehari sekitar cc.
gelas dalam sehari sekitar 200 cc. BAK melalui Pasien BAK melalui kateter berwarna kuning pekat
kateter berwarna kuning pekat dengan volume sekitar dengan volume sekitar cc dalam sehari. Pasien
mengatakan mengalami kesulitan tidur Aktivitas
cc dalam sehari. pasien mengatakan sulit tidur akibat sehariharinya dibantu oleh perawat dan keluarga yang
nyeri pada bagian perutnya dan sering terbangun di mendampingi.
malam hari, pasien tidur sekitar 4-5 jam dalam sehari.
Pasien sulit untuk beraktifitas dan hanya berada di atas
tempat tidur, aktivitas sehari-harinya
dibantu oleh perawat dan keluarga yang
mendampingi.
Data Psikologis Pasien mampu untuk mengontrol emosinya, pasien Pasien tampak sabar dan mampu untuk mengontrol
terlihat agak cemas namun masih dalam batas wajar. emosinya. Pasien terlihat tidak cemas namun masih
Koping pasien baik dan optimis penyakitnya dapat dalam batas wajar. Koping pasien baik dan optimis
disembuhkan. Pasien dapat mengungkapkan penyakitnya dapat disembuhkan. Pasien dapat
perasaannya dan keluhannya dengan baik namun agak mengungkapkan perasaannya dan keluhannya dengan
kurang dipahami. Pasien seorang istri dan ibu yang baik. Pasien merupakan seorang istri yang dikenal baik
dikenal baik dan bertanggung jawab dalam dan bertanggung jawab dalam keluarganya.
keluarganya. Namun pasien agak merasa kasihan
kepada keluarganya karena harus merawatnya.

Data Sosial Pasien merupakan seseorang yang senang Pasien memiliki hubungan sosial yang baik dengan pasien
Ekonomi bersosialisasi dengan orang lain. Keluarga pasien lain dan tenaga kesehatan yang ada seperti dokter dan
mengatakan pasien memiliki hubungan yang baik perawat. Pasien sehari harinya bekerja diswasta. Pasien
dengan pasien dan tenaga kesehatan yang ada seperti ditanggung dengan BPJS kelas 1.
dokter dan perawat. Pasien bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Pasien ditanggung dengan BPJS kelas .

Data Spiritual Pasien merupakan seorang muslim dan berkeyakinan Pasien merupakan seorang muslim dan berkeyakinan
bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan memberikan bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan memberikan
kesembuhan kepadanya. kesembuhan kepadanya. Pasien tetap melaksanakan
sholat dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk

kesembuhannya.
Data Penunjang Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal Juni Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal Juni 2017
2017 yaitu Hb 8,7 g/dl, Ht 25 %, trombosit yaitu Hb 8,3 g/dl, Ht 28 %, trombosit .000/mm ,
128.000/mm , leukosit 11.270/mm , PT 16,2 detik, leukosit 11.270/mm , PT 16,4
detik, APTT 37,5 detik.

APTT 44,5 detik.


Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal Juni 2017
Hb ,9 g/dl, Ht 28 %,
Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal Juni
Trombosit . mm3, Leukosit 15.180/mm .
2017 Hb ,8 g/dl, Ht 26 %,
Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal Juni
Trombosit 119.000/mm3, Leukosit 11.180/mm . Glukosa sewaktu 152 mg/dl, Ureum darah 97 mg/dl,
Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 14 mei 2017 Kreatinin darah 1,0 mg/dl, Total protein 5,8 g/dl,
Glukosa sewaktu 96 mg/dl, Ureum darah 89 mg/dl, Albumin 2,1 g/dl, Globulin 3,7 g/dl.
Kreatinin darah 1,2 mg/dl, Total protein 6,2 g/dl,
Albumin 2,6 g/dl, Globulin 3,6 g/dl . Hasil pemeriksaan imunologi – serologi tanggal Juni
2017 yaitu HBsAg (elisa) 0,01.
Hasil pemeriksaan imunologi – serologi tanggal Juni
2017 yaitu HBsAg (elisa) 18,52. Anti HCV . Hasil pemeriksaan USG tanggal 3 juni 2017
1. Tampak massa dalam ovarium
Hasil pemeriksaan USG tanggal 5 juni 2017
1. Massa positif
Program Transamin 3 x 1 amp Ceftriaxone 1 x 2 gr
Pengobatan Ciprofloxacim 1 x 200 mg Ciprofloxacim 1 x 200 mg
Ceftriaxon 3 x 1 amp Transamin 3 x 1 amp
Vit. K 3 x 1 amp Vit. K 3 x 1 amp
IVFD NaCl 0,9 % 8 jam/kolf Tranfusi PRC 3 unit
IVFD RL 0,9 % 10 jam/ kolf. IVFD NaCl 0,9% 8 jam/kolf
Transfusi PRC 3 unit IVFD RL 0,9% 10 jam/ kolf

Obat oral Obat oral


Vit C 3 x 1 tab Vit C 3 x 1 tab
Asamefenamat 3 x 1 tab Asamefenamat 3 x 1 tab
Analisa Data Ds: Ds:
- Pasien mengatakan BAK masih sakit - Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- Terdapat perdarahan pervaginam Do: - Pasien mengatakan kesulitan BAK Do:
- Trombosit : 128.000/mm - Trombosit : 80.000/mm

- TD: 90/60 mmHg - Hb : 8,3 g/dl


- Pernapasan: 22 x/menit - Nadi: 90x/menit
- Suhu: 37,5 oC - Pernapasan: 20x/ menit
- Nadi: 110x/menit Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu risiko syok
- Hb : 8,7 g/dl hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.

- Hasil pemeriksaan USG positif massa.


Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu resiko Ds:
syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan - Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
- Pasien mengatakan nyeri skala - dirasakan hilang
Ds: timbul sekitar - menit dan menyebar dipunggung
- Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya Do:
- Pasien mengatakan nyeri skala 5-6 dirasakan - Pasien tampak gelisah dan meringis
hilang timbul sekitar 2 menit dan tidak menyebar Do: - Pasien tampak melindungi daerah nyeri
- Pasien tampak gelisah dan meringis - Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah
- Pasien tampak melindungi daerah nyeri - TD 120/70 mmHg,
- Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah - Nadi 90 x/i,
- TD : 90/60 mmHg - RR x/i,
- N : 110 x/menit - suhu 36,5oC.
- S : 37,5 C Diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan
- P : 22 x/menit dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme
Diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan otot sekunder akibat tumor (massa)
dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks Ds:
spasme otot sekunder akibat tumor (massa) - Pasien mengeluh pendarahan pada
pervaginam
Ds: dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc

- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam Do:


dengan frekuensi 1 sampai 2 kali dalam sehari ±
- Hb: g/dl
setengah gelas Do:
- Konjutiva anemis
- Hb: 8,7 g/dl
- Kulit pucat
- Konjutiva anemis
Diagnosa keperawatan yaitu resiko infeksi berhubungan
- Akral teraba dingin
dengan penurunan imun tubuh akibat gangguan
- Kulit pucat
hematologis (perdarahan)
Diagnosa keperawatan yaitu resiko infeksi
Ds:
berhubungan dengan penurunan imun tubuh akibat
- Pasien mengatakan badannya terasa lemah
gangguan hematologis (perdarahan)
- Pasien mengatakan telapak tangannya sering
kesemutan Do:
Ds:
- Hb : 8,3 g/dl
- Pasien mengatakan badannya terasa lemah
- Konjungtiva anemis
- Pasien mengatakan telapak tangannya sering
- CRT > 3 detik
kesemutan - Warna kulit pucat
Do: - Akral teraba dingin
- Hb : 8,7 g/dl - Edema pada kedua tungkai
- Ht : 25 % Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu
- Konjungtiva anemis ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
- CRT > 3 detik dengan pendarahan

- Edema pada tungkai


Ds:
- Akral teraba dingin
- Pasien mengatakan badannya terasa lemah
- Warna kulit pucat
Diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan perfusi - Pasien mengatakan berat badannya menurun Do:

jaringan perifer berhubungan dengan pendarahan - Mukosa bibir kering dan pucat
- Pasien terlihat kurus
Ds: - Tonus otot pasien menurun
- Pasien mengatakan nafsu makannya menurun - Kulit kering dan tidak elastis
- Pasien mengatakan terkadang merasa mual - Pasien mendapat terapi diit DH dengan jenis
- Pasien mengatakan BB nya menurun Do: makanan
lunak
- Pasien tampak dibantu keluarga dalam memberikan
makan - Total protein: 5,8 g/dl
- Albumin : 2,1 g/dl
- Mukosa bibir kering dan pucat Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu
- Tonus otot pasien menurun ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan kurang

- Kulit kering dan tidak elastis asupan nutrisi.

- BB turun dari 55 kg menjadi 52 kg


Ds:
- Total protein: 6,2 g/dl
- Pasien mengatakan susah dan nyeri saat BAK Do:
Albumin 6 g/dl
- Pasien BAK melalui kateter dengan volume 300 cc
Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu
dalam sehari,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi. - Warna urine kuning pekat
- Pasien tampak meringis
Ds: - Pasien pucat
- Pasien mengatakan kesulitan BAK - Diagnosa yang ditemukan yaitu retensi urine yang
berhubungan dengan penekanan jaringan oleh masa
Pasien mengeluh BAK sakit. jaringan neoplasma pada organ disekitarnya, gangguan
Do: sensorik motorik.

- BAK melalui kateter berwarna kuning pekat


dengan volume sekitar 450 cc dalam sehari
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak lemah
Diagnosa yang ditemukan yaitu retensi urine

berhubungan dengan penekenan oleh massa jaringan


neoplasma pada organ disekitarnya, gangguan
sensorik motorik.
Diagnosa 1. Diagnosa pada dokumentasi keperawatan 1. Diagnosa pada dokumentasi keperawatan
Keperawatan a. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan a. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan perdarahan.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan pendarahan berhubungan dengan perdarahan
2. Diagnosa berdasarkan hasil observasi peneliti 2. Diagnosa berdasarkan hasil observasi peneliti
a. Risiko syok hopovolemik berhubungan dengan a. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan. perdarahan.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen nekrosis b. Nyeri akut berhubungan dengan agen nekrosis atau
atau trauma jaringan dan refleks spasme otot trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
sekunder akibat tumor. akibat tumor.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan
imun tubuh sekunder akibat gangguan imun tubuh sekunder akibat hematologi
hematologi (perdarahan) (perdarahan)
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan perdarahan berhubungan dengan pendarahan

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kurang tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi.

asupan nutrisi.
Rencana a. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa a. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa keperawatan
Tindakan tentang risiko hipovolemik berhubungan dengan
keperawatan tentang risiko hipovolemik
perdarahan, intervensi keperawatan direncanakan
Keperawatan berhubungan dengan perdarahan, intervensi selama x hari rawatan dengan tujuan agar pasien
keperawatan direncanakan selama x hari rawatan mampu mengatasi resiko kehilangan darah dengan
kriteria hasil: Tanda vital dalam batas normal. Tugor
dengan tujuan agar pasien mampu mengatasi kulit baik, Tidak ada sianosis, Suhu kulit hangat,
resiko kehilangan darah dengan kriteria hasil : Tidak ada diaporesis, Membran mukosa kemerahan,
Tanda vital dalam batas normal. Tugor kulit baik, Tidak ada kehilangan darah yang terlihat, Tidak ada
Tidak ada sianosis, Suhu kulit hangat, Tidak ada perdarahan pervaginam, tidak ada penurunan
diaporesis, Membran mukosa kemerahan, Tidak Hemoglobin (Hb). Rencana keperawatan yaitu:
ada kehilangan darah yang terlihat, Tidak ada Monitor adanya respon konpensasi terhadap syok
perdarahan pervaginam, tidak ada penurunan (misalnya, tekanan darah normal, tekanan nadi
Hemoglobin (Hb). Rencana keperawatan yaitu: melemah, perlambatan pengisian kapiler, pucat/
Monitor adanya respon konpensasi terhadap syok dingin pada kulit atau kulit kemerahan, takipnea
(misalnya, tekanan darah normal, tekanan nadi ringan, mual dan munta, peningkatan rasa haus, dan
melemah, perlambatan pengisian kapiler, pucat/
dingin pada kulit atau kulit kemerahan, takipnea
ringan, mual dan munta, peningkatan rasa haus, kelemahan), monitor adanya tanda-tanda respon
dan kelemahan), monitor adanya tanda-tanda sindroma inflamasi sistemik (misalnya, peningkatan
respon sindroma inflamasi sistemik (misalnya, suhu, takikardi, takipnea, hipokarbia, leukositosis,
peningkatan suhu, takikardi, takipnea, hipokarbia, leukopenia), monitor suhu dan status respirasi, periksa
leukositosis, leukopenia), monitor suhu dan status urin terhadap adanya darah dan protein sesuai
respirasi, periksa urin terhadap adanya darah dan kebutuhan, monitor terhadap tanda/gejalah asites dan
protein sesuai kebutuhan, monitor terhadap nyeri abdomen atau punggung, berikan saran kepada
tanda/gejalah asites dan nyeri abdomen atau pasien yang beresiko untuk memakai atau membawa
punggung, berikan saran kepada pasien yang tanda informasi kondisi medis, anjurkan pasien dan
beresiko untuk memakai atau membawa tanda keluarga mengenai tanda dan gejala syok yang
informasi kondisi medis, anjurkan pasien dan mengancam jiwa, dan anjurkan pasien dan keluarga
keluarga mengenai tanda dan gejala syok yang mengenai langkah-langkah timbulnya gejala syok
mengancam jiwa, dan anjurkan pasien dan
keluarga mengenai langkah-langkah timbulnya b. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa keperawatan
gejala syok tentang Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis
atau trauma jaringan dan refleks spasme otot
sekunder akibat tumor, intervensi keperawatan
b. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa direncanakan selama x hari rawatan dengan tujuan
keperawatan tentang Nyeri akut berhubungan agar pasien mampu mengatasi nyeri dengan kriteria:
dengan nekrosis atau trauma jaringan dan
refleks spasme otot sekunder akibat tumor, pasien mampu mengenali kapan nyeri terjadi, mampu
intervensi keperawatan direncanakan selama x menggambarkan faktor penyebab nyeri, mampu
hari rawatan dengan tujuan agar pasien mampu
mengatasi nyeri dengan kriteria: pasien mampu menggunakan tindakan pencegahan nyeri, mampu
mengenali kapan nyeri terjadi, mampu menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa
menggambarkan faktor penyebab nyeri, mampu
analgesik, dan mampu melaporkan perubahan
menggunakan tindakan pencegahan nyeri, mampu
menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa terhadap gejalah nyeri. Rencana keperawatan yaitu:
analgesik, dan mampu melaporkan perubahan Lakukan pengkajian nyeri komprehensip yang
terhadap gejalah nyeri. Rencana keperawatan
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
yaitu: Lakukan pengkajian nyeri komprehensip
yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri pencetus. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
dan faktor pencetus. Gunakan strategi komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan
dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri. penerimaan pasien terhadap nyeri. Gali bersama
Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau
menurunkan atau memperberat nyeri. Gunakan
metode penelitian yang sesuai dengan tahapan memperberat nyeri. Gunakan metode penelitian yang
sesuai dengan tahapan perkembangan yang
memungkinkan untuk memonitor perubahan nyeri dan
akan dapat membantu mengidentifikasi faktor
pencetus aktual dan potensial (misalnya, catatan
perkembangan, catatan harian). Berikan informasi
perkembangan yang memungkinkan untuk mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa nyeri
memonitor perubahan nyeri dan akan dapat yang dirasakan, dan antisipasi dari ketidak nyamanan
membantu mengidentifikasi faktor pencetus aktual akibat prosedur. Ajarkan prinsip manajemen nyeri.
dan potensial (misalnya, catatan perkembangan, Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih
catatan harian). Berikan informasi mengenai nyeri, strategi penurunan nyeri. Gunakan tindakan
seperti penyebab nyeri, berapa nyeri yang pengontrolan nyeri sebelum nyeri bertambah berat.
dirasakan, dan antisipasi dari ketidak nyamanan Pastikan pemberian analgesik dan atau strategi
akibat prosedur. Ajarkan prinsip manajemen nonfarmakologi sebelum prosedur yang menimbulkan
nyeri. Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika nyeri. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
memilih strategi penurunan nyeri. Gunakan membantu penurunan nyeri. Dorong pasien untuk
tindakan pengontrolan nyeri sebelum nyeri mendiskusikan pengalaman nyerinya, sesuai
bertambah berat. Pastikan pemberian analgesik kebutuhan.
dan atau strategi nonfarmakologi sebelum Pemberian analgesik
prosedur yang menimbulkan nyeri. Dukung Tentukan lokasi, karakteris, kualitas dan keparahan
istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu nyeri sebelum mengobati pasien. Cek adanya riwayat
penurunan nyeri. Dorong pasien untuk alergi obat. Pilih analgesik atau kombinasi analgesik
mendiskusikan pengalaman nyerinya, sesuai sesuai lebih dari satu kali pemberian.
kebutuhan.
Pemberian analgesik c. Setelah dilakukan penegakan diagnosa keperawatan
Tentukan lokasi, karakteris, kualitas dan tentang resiko infeksi berhubungan dengan
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien. Cek penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan
adanya riwayat alergi obat. Pilih analgesik atau hematologis (perdarahan) intervensi keperawatan
kombinasi analgesik sesuai lebih dari satu kali direncanakan selama 5 hari rawatan dengan tujuan
pemberian. pasien mioma uteri mampu melakukan pencegahan
infeksi secara secara mandiri, nyeri berkurang, tidak
c. Setelah dilakukan penegakan diagnosa ditemukan cairan pada vagina yang berbauk, warna
keperawatan tentang resiko infeksi berhubungan urine normal. Rencana tindakan yaitu Kaji ulang

dengan penurunan imun tubuh sekunder riwayat kontraindikasih pemasangan alat pervaginam
akibat gangguan hematologis (perdarahan) pada pasien (misalnya, infeksi pelvis, laserasi, atau
intervensi keperawatan direncanakan selama 5 hari
adanya massa sekitar vagina), Diskusikan mengenai
rawatan dengan tujuan pasien mioma uteri mampu
melakukan pencegahan infeksi secara secara aktivitas-aktivitas seksual yang sesuai sebelum
mandiri, nyeri berkurang, tidak ditemukan cairan memilih alat yang dimasukan, Intruksikan pasien
pada vagina yang berbauk, warna urine normal.
untuk melaporkan ketidaknyamanan, disuria,
Rencana tindakan yaitu Kaji ulang riwayat
kontraindikasih pemasangan alat pervaginam pada perubahan warna, konsistensi, dan frekuensi cairan
pasien (misalnya, infeksi pelvis, laserasi, atau vagina, Kaji kemampuan pasien untuk melakukan
adanya massa sekitar vagina), Diskusikan
perawatan secara mandiri, Observasi ada tidaknya
cairan vagina yang tidak normal dan berbau,
Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan
mengenai aktivitas-aktivitas seksual yang sesuai untuk setiap pasien, Batasi jumlah pengunjung,
sebelum memilih alat yang dimasukan, Intruksikan Anjurkan pasien untuk mencuci tangan yang benar,
pasien untuk melaporkan ketidaknyamanan,
disuria, perubahan warna, konsistensi, dan Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat
frekuensi cairan vagina, Kaji kemampuan pasien memasuki dan meninggalkan ruangan pasien,
untuk melakukan perawatan secara mandiri,
Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang
Observasi ada tidaknya cairan vagina yang tidak
normal dan berbau, Bersihkan lingkungan dengan sesuai, Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
baik setelah digunakan untuk setiap pasien, Batasi perawatan pasien, Pakai sarung tangan sebagaimana
jumlah pengunjung, Anjurkan pasien untuk
dianjurkan oleh kebijakan pencegahan universal,
mencuci tangan yang benar, Anjurkan pengunjung
untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan Cukur dan siapkan untuk daerah persiapan prosedur
meninggalkan ruangan pasien, Gunakan sabun invasif atau opersai sesuai indikasi, Dorong intake
antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai, Cuci
tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan cairan yang sesuai, Tingkatkan inteke nutrisi yang
pasien, Pakai sarung tangan sebagaimana tepat, Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
dianjurkan oleh kebijakan pencegahan universal,
bagaimana menghin dari infeksi.
Cukur dan siapkan untuk daerah persiapan
prosedur invasif atau opersai sesuai indikasi,
d. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa keperawatan
tentang ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan perdarahan intervensi
keperawatan direncanakan selama x hari rawatan
dengan tujuan agar pasien mampu BAK dan BAB
Dorong intake cairan yang sesuai, Tingkatkan lancar, dan perdarahan pada pervagina membaik.
inteke nutrisi yang tepat, Ajarkan pasien dan Rencana tindakan keperawatan yaitu: monitor adanya
keluarga mengenai bagaimana menghin dari daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas, dan
infeksi. dingin, monitor adanya paretese, monitor kemampuan
BAB dan BAK, gunakan sarung tangan untuk
d. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa keperawatan proteksi, kolaborasi pemberian analgetik, dan
tentang ketidakefektifan perfusi mendiskusikan mengenai perubahan sensasi
jaringan perifer berhubungan dengan
pendarahan intervensi keperawatan direncanakan e. Setelah dilakukan penegakan diagnosa tentang nutrisi
selama x hari rawatan dengan tujuan agar pasien kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan nutrisi intervensi
mampu BAK dan BAB lancar, dan perdarahan
keperawatan direncanakan selama x hari rawatan
pada pervagina membaik. Rencana tindakan dengan tujuan agar pasien mampu mengidetifikasi
keperawatan yaitu: monitor adanya daerah tertentu kebutuhan nutrisi, dan tidak ada tanda-tanda
malnutrisi. Rencana keperawatan yang dilakukan
yang hanya peka terhadap panas, dan dingin, yaitu: kaji adanya alergi makanan, anjurkan kepada
monitor adanya paretese, monitor kemampuan pasien untuk meningkatkan intake Fe, yakinkan diet
yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
BAB dan BAK, gunakan sarung tangan untuk
mencegah konstipasi, kaji kemampuan pasien untuk
proteksi, kolaborasi pemberian analgetik, dan
mendiskusikan mengenai perubahan sensasi
e. Setelah dilakukan penegakan diagnosa tentang mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan, monitor
adanya penurunan berat badan, monitor kulit kering
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
dan perubahan pigmentasi, monitor turgor kulit,
berhubungan dengan kurang asupan nutrisi monitor kadar albumin, Hb dan kadar Ht catat adanya
intervensi keperawatan direncanakan selama x edema hiperemik dan hipertonik papila lidah
hari rawatan dengan tujuan agar pasien mampu
mengidetifikasi kebutuhan nutrisi, dan tidak ada
tanda-tanda malnutrisi. Rencana keperawatan yang
dilakukan yaitu: kaji adanya alergi makanan,
anjurkan kepada pasien untuk meningkatkan intake
Fe, yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi, kaji
kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan, monitor adanya penurunan berat
badan, monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi, monitor turgor kulit, monitor kadar
albumin, Hb dan kadar Ht catat adanya edema
hiperemik dan hipertonik papila lidah
Implementasi a. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada a. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk
Keperawatan diangnosa keperawatan resiko syok berhubungan diagnosa resiko syok berhubungan dengan
dengan perdarahan tanggal 5 juni 2017 jam perdarahan tanggal 5 juni 2017 jam 09.20 WIB
10.47 WIB adalah memonitor adanya respon adalah memonitor adanya tekanan darah tinggi,
konpensasi terhadap syok dengan mengukur tekanan nadi melemah, perlambatan pengisian kapiler,
tekanan darah, memonitor adanya tanda-tanda pucat/ dingin pada kulit atau kulit kemerahan,
peningkatan suhu, mencegah perdarahan, takipnea ringan, mual dan munta, peningkatan rasa
takikardi, takipnea, hipokarbia, leukositosis, haus, dan kelemahan. Memonitor adanya tanda-tanda
leukopenia, memonitor terhadap tanda/gejalah peningkatan suhu, takikardi, takipnea, leukositosis,
asites dan nyeri abdomen atau punggung. leukopenia.

Pada rawatan hari ketiga tanggal 7 juni 2017 Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 12.02 WIB
jam . WIB tindakan keperawatan yang tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
dilakukan yaitu menganjurkan pasien dan keluarga memonitor suhu dan status respirasi. Memonitor
mengenai langkah-langkah timbulnya gejala syok terhadap tanda/gejalah asites dan nyeri abdomen atau
dan menganjurkan pasien dan keluarga mengenai punggung. Menganjurkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala syok yang mengancam jiwa. mengenai tanda dan gejala syok yang mengancam
jiwa, dan menganjurkan pasien dan keluarga
mengenai langkah-langkah timbulnya gejala syok
b. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada
diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
b. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk
spasme otot sekunder akibat tumor tanggal 5 diagnosa nyeri akut berhubungan dengan nekrosis
juni 2017 10.05 WIB adalah melakukan atau trauma jaringan dan refleks spasme otot
pengkajian nyeri komprehensip yang meliputi sekunder akibat tumor tangga 5 juni 2017 jam 11.56
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, WIB adalah melaakukan pengkajian nyeri
intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. komprehensip yang meliputi lokasi, karakteristik,
mengobservasi adanya pentunjuk nonverbal durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
mengenai ketidak nyamanan pasien, menggunakan nyeri dan faktor pencetus, menggunakan strategi
strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
pengalaman nyeri yang dirasakan pasien. nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap
nyeri, menggali pengetahuan dan kepercayaan pasien
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 08.50 mengenai nyeri, menentukan kebutuhan frekuensi
WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu untuk melakukan pengkajian ketidak nyamanan
menggali pengetahuan dan kepercayaan pasien pasien dan mengimplementasikan rencana monitor,
mengenai nyeri, menggali bersama pasien memberikan informasi mengenai nyeri, seperti
faktorfaktor yang dapat menurunkan atau penyebab nyeri, berapa nyeri yang dirasakan, dan
memperberat nyeri, menentukan kebutuhan antisipasi dari ketidak nyamanan akibat prosedur yang
frekuensi untuk melakukan pengkajian ketidak diberikan kepada pasien
nyamanan pasien dan mengimplementasikan
rencana monitor. Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 09.36 WIB
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 09.25 tindakan yang dilakukan yaitu mengendalikan faktor
WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
memberikan informasi mengenai nyeri, seperti dari ketidaknyamanan (misalnya, suhu ruangan,
penyebab nyeri, dan berapa nyeri yang dirasakan, pencahayaan, suara bising)
mengajarkan prinsip manajemen nyeri (teknik
relaksasi), mendukung istirahat/tidur yang adekuat Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 10.13 WIB
untuk membantu penurunan nyeri. tindakan keperawatan yang dilakukanyaitu
mengajarkan prinsip manajemen nyeri seperti teknik
Pada hari kelima 9 juni 2017 jam 09.32 WIB relaksasi, mendukung istirahat/tidur yang adekuat
tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu untuk membantu penurunan nyeri, mencek adanya
mendorong pasien untuk mendiskusikan riwayat alergi obat
pengalaman nyerinya, sesuai keadaan yang
dirasakan pasien, menentukan lokasi, karakteris, Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 10.36
kualitas dan keparahan nyeri sebelum memberikan WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
terapi obat pasien mendorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman
nyerinya, sesuai apa yang dirasakanya.
c. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada
diangnosa keperawatan resiko infeksi
c. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada
berhubungan dengan penurunan imun tubuh
diangnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan
sekunder akibat gangguan hematologis dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat
(perdarahan) tanggal 5 juni 2017 jam 10.47 WIB gangguan hematologis (perdarahan) tanggal 5 juni
adalah mengintruksikan pasien untuk melaporkan 2017 jam . WIB adalah mengintruksikan pasien
ketidaknyamanan, disuria, perubahan warna, untuk melaporkan ketidaknyamanan, disuria,
konsistensi, dan frekuensi cairan vagina, mengkaji perubahan warna, konsistensi, dan frekuensi cairan
kemampuan pasien untuk melakukan perawatan vagina, mengkaji kemampuan pasien untuk
secara mandiri, mengobservasi ada tidaknya cairan melakukan perawatan secara mandiri, mengobservasi
vagina yang tidak normal dan berbau ada tidaknya cairan vagina yang tidak normal dan
berbau
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 15.30
WIB tindakan keperawatan yang dilkukan
membersihkan lingkungan dengan baik setelah Pada hari kedua tanggal 7 juni 2017 jam 15.30 WIB
digunakan untuk setiap pasien, membatasi jumlah tindakan keperawatan yang dilkukan membersihkan
pengunjung, menganjurkan pasien untuk mencuci lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk
tangan yang benar, menganjurkan pengunjung setiap pasien, membatasi jumlah pengunjung,
untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan menganjurkan pasien untuk mencuci tangan yang
meninggalkan ruangan pasien, menggunakan benar, menganjurkan pengunjung untuk mencuci
sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai, tangan pada saat memasuki dan meninggalkan
mencukur dan siapkan untuk daerah persiapan ruangan pasien, menggunakan sabun antimikroba
untuk cuci tangan yang sesuai, mencukur dan siapkan
prosedur invasif atau opersai sesuai indikasi, untuk daerah persiapan prosedur invasif atau opersai
mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan sesuai indikasi, mencuci tangan sebelum dan sesudah
perawatan pasien. kegiatan perawatan pasien.

Pada hari ke empat tanggal 8 juni 2017 jam 08.30 Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 09.39 WIB
WIB tindakan yang dilakukan memakai sarung tindakan yang dilakukan memakai sarung tangan
tangan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan pencegahan
pencegahan universal, mendorong intake cairan universal, mendorong intake cairan yang sesuai,
yang sesuai, meningkatkan inteke nutrisi yang meningkatkan inteke nutrisi yang tepat, mengajarkan
tepat, mengajarkan pasien dan keluarga mengenai pasien dan keluarga mengenai bagaimana mengindari
bagaimana mengindari infeksi. infeksi.

d. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada d. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk
diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
perifer berhubungan dengan kurang faktor pemberat tanggal 5 juni 2017 jam 11.20 WIB
pengetahuan tentang faktor pemberat tanggal 5 adalah memonitor adanya daerah tertentu yang hanya
juni 2017 jam 10.20 WIB adalah memonitor peka terhadap panas, dan dingin, menggunakan
adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap sarung tangan untuk proteksi, memonitor kemampuan
panas, dan dingin, menilai sirkulasi perifer (nadi,
edema, CRT, warna dan suhu ekstermitas BAB dan BAK, menilai sirkulasi perifer (nadi, edema,
CRT, warna dan suhu ekstermitas
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 13.56 Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 09.10
WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
menggunakan sarung tangan untuk proteksi, mengkolaborasikan pemberian analgetik,
memonitor gas darah arteri, memberikan tranfusi mendiskusikan mengenai perubahan sensasi,
darah yang sesuai, memonitor nilai elektrolit, dan memberikan transfusi darah yang sesuai, dan
kreatinin. memonitor kemampuan BAB dan BAK memonitor nilai elektrolit dan kreatin
pasien
e. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk
e. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tanggal 5 juni 2017 jam 09.20 WIB
kurang asupan nutrisi tanggal 6 juni 2017 jam adalah mengidentifikasi alergi dan intoleransi
08.45 WIB adalah mengidentifikasi alergi dan terhadap makanan, memonitor kalori dan asupan
intoleransi terhadap makanan, memonitor kalori nutrisi, mengidentifikasi adanya penurunan BB,
dan asupan nutrisi, mengidentifikasi adanya memonitor turgor kulit
penurunan BB,
memonitor turgor kulit, memonitor adanya mual Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 10.50

muntah, mengidentifikasi perubahan nafsu makan, WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
memonitor pucat pada konjungtiva. memonitor adanya mual muntah, mengidentifikasi
perubahan nafsu makan dan memonitor pucat pada
konjungtiva.
Evaluasi a. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah a. Evaluasi dari hasil keperawatan yang telah diberikan
Keperawatan diberikan kepada Ny. H dari tanggal Juni 2017 kepada Ny. E dari tanggal 5 juni 2017 hingga 10 juni
hingga Juni 2017 untuk diagnosa risiko syok untuk diagnosa resiko syok hipovolemik
hipovolemik berhubungan dengan perdarahan berhubungan dengan perdarahan antara lain: Hari
antara lain: pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13. 34 WIB S:

1) Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam . - Pasien mengatakan ada keluar darah pada vagina

WIB tapi sedikit kira kira sesendok teh - Pasien mengatakan

S: kesulitan BAK O:

- Pasien mengatakan BAK masih sakit - Trombosit : 80.000/mm

- Terdapat perdarahan pervaginam O: - Hb : 8,3 g/dl

- Trombosit : 128.000/mm - Hasil pemeriksaan USG positif massa A:

- Hb : 8,7 g/dl - Masalah belum tertasi

- Hasil pemeriksaan USG positif massa, terdapat


pendarahan pada ovarium akibat massa
A: P:
- Masalah belum teratasi - Intervensi dilanjutkan
P:
- Intervensi dilanjutkan Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 13. WIB S:
- Pasien mengatakan darah masih keluar pada
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 12.13 vagina

WIB - Pasien mengatakan kesulitan BAK dan BAB O:


S: - Hb 8,3 g/dl,
- Pasien mengatakan BAK masih sakit - Ht 28 %,
- Perdarahan masih ada O: - trombosit 80.000/mm ,
- Trombosit 192.000/mm - leukosit 11.270/mm A:
- Hb : g/dl - masalah belum teratasi P:
- Pasien masih keluar darah pada vagina - intervensi dilanjutkan
A
- Masalah belum teratasi Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 17.10 WIB S:
P
- Intervensi dilanjutkan
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 11.30 - Pasien mengatakan darah masih keluar pada
WIB vagina

S:- O: - Pasien mengatakan kesulitan BAK dan BAB O:

- Pasien dioperasi jam 12.30 WIB - Hb 8,3 g/dl,

- Pasien keluar dari kamar operasi jam 16.35 - trombosit 80.000/mm ,


WIB - leukosit 11.270/mm A:
- TD 130/90 mmHg - masalah belum teratasi P:
- N 98x/i - intervensi dilanjutkan
- S 36,7 oc

- P 21x/i Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 10.30 WIB

A: S:

- Masalah teratasi sebagian P: - Pasien mengatakan darah masih keluar pada


vagina
- Intervensi dilanjutkan
- Pasien mengatakan kesulitan BAK dan BAB O:
- Hb 8,3 g/dl,
Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 pukul 9.15
WIB - trombosit 80.000/mm ,

S: - leukosit 11.270/mm
- Pasien mengatakan nyeri pada bekas operasai - pasien diopersai A:
- Pasien mengatakan perdarahan pada vagina - masalah belum teratasi P:
tidak ada lagi O: - intervensi dilanjutkan
- Pasien tampak belajar memutar badan dan
membersihkan dirinya Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 13.20 WIB S:
- Hb: 10, 2 g/dl - Pasien mengatakan darah sudah tidak keluar

- Kulit tidak pucat - Membran mukosa pada vagina

lembab A: - Pasien mengatakan kesulitan BAK dan BAB


tidak
- Masalah teratasi sebagian P:
ada lagi O:
- Intervensi dilanjutkan
- Hb ,9 g/dl,
- Trombosit . mm3,
Pada hari keenam tanggal 9 juni 2017 pukul 8.27
WIB - Leukosit 15.180/mm

S: A:

- Pasien mengatakan tidak ada keluar darah pada - masalah teratasi P:


vagina
O: - intervensi dihentikan
- Pasien tampak duduk dan sudah
bisa b. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah
beraktivitas
diberikan kepada Ny. H dari tanggal Juni 2017
- Tampak kateter sudah dilepas dan infus sudah hingga Juni 2017 untuk nyeri akut berhubungan
dilepas dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
- Hb 11,6 g/dl spasme otot sekunder akibat tumor
- Trombosit 240.000/mm A: Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 12.23 WIB
- Masalah teratasi P: S:
- Pasien pulang - Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
- Pasien mengatakan nyeri skala - dirasakan hilang
b. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah timbul sekitar - menit dan menyebar dipunggung O:
diberikan kepada Ny. H dari tanggal Juni 2017
hingga Juni 2017 untuk nyeri akut - Pasien tampak gelisah dan meringis
berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan - Pasien tampak melindungi daerah nyeri
dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor - Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah
1) Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam - TD 120/70 mmHg,
13.20 WIB - HR 90 x/i,
S: - RR x/i, - suhu 36,5oC.
- Pasien mengatakan masih nyeri pada bagian A:
perutnya - masalah belum teratasi P:
- Pasien mengatakan nyeri skala 5-6 dirasakan - intervensi dilnjutkan
hilang timbul sekitar 2 menit dan tidak menyebar O:
- Pasien tampak gelisah dan meringis Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 11.13 WIB
- Pasien tampak melindungi daerah nyeri S:

- Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah - Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya

- TD : 90/60 mmHg - Pasien mengatakan nyeri skala - dirasakan hilang

- N : 110 x/menit timbul sekitar - menit dan menyebar dipunggung O:

- S : 37,5 C - Pasien tampak gelisah dan meringis

- P : 22 x/menit - Pasien tampak melindungi daerah nyeri


- Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah
A: - TD 120/70 mmHg,
- Masalah belum teratasi P: - HR 90 x/i,
- Intervensi dilanjutkan - RR x/i,
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 10.12 - suhu 36,5oC.
WIB A:
S: - masalah belum teratasi P:
- Pasien mengatakan masih nyeri bagian perut - intervensi dilanjutkan
bagian bawah
- Pasien mengatakan nyeri masih terasa dengan Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 15.40 WIB
skala 5- S:
O: - Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
- Pasien tampak meringis - Pasien mengatakan nyeri skala - dirasakan hilang
- Pasien tampak melindungi daerah nyeri - timbul sekitar - menit dan menyebar dipunggung
Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran O:
bawah A: - Pasien tampak gelisah dan meringis
- Masalah belum teratasi - Pasien tampak melindungi daerah nyeri
P - Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah
- Intervensi dilanjutkan - TD 120/70 mmHg,
- HR 90 x/i,
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 16.50
- RR x/i,
WIB
- suhu 36,5oC.
S:
- Pasien mengatakan nyeri pada bekas luka A:
operasi O: - masalah belum teratasi P:
- Pasien tampak meringis - intervensi dilnjutkan
- TD 130/90 mmHg
- N 85x/i Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 13.20

- S 36,7 oc WIB
S:
- P 21x/i
- Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
A:
- Pasien mengatakan nyeri skala - dirasakan hilang
- Masalah belum teratasi P:
timbul sekitar - menit dan menyebar dipunggung
- Intervensi dilanjutkan
O:

Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 pukul 9.15 - Pasien tampak gelisah dan meringis
WIB - Pasien tampak melindungi daerah nyeri
S: - Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah
- Pasien mengatakan nyeri pada bekas - TD 120/70 mmHg,
operasai sudah mulai berkurang O:
- HR 90 x/i,
- RR x/i,
- suhu 36,5oC.
- Pasien tampak belajar beraktivitas A:
- Hb: 10, 2 g/dl - masalah belum teratasi P:
- Pasien tampak bersemangat dari hari - intervensi dilnjutkan
biasanya A:
- Masalah teratasi sebagian P: Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam . WIB
- Intervensi dilanjutkan S:
- Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 pukul 08.27 - Pasien mengatakan nyeri skala - dirasakan
WIB hilang timbul sekitar - menit dan menyebar
S: dipunggung O:
- Pasien mengatakan nyeri masih ada namun - Pasien tampak gelisah dan meringis
nyeri timbul saat beraktivitas O:
- Pasien tampak melindungi daerah nyeri
- Pasien tampak duduk dan sudah
- Nyeri pada bekas operasi
bisa
- TD 120/70 mmHg,
beraktivitas
- HR 90 x/i,
- Tampak kateter sudah dilepas dan infus
o
sudah dilepas - RR x/i, - suhu C.
A:
- Hb 11,6 g/dl
- Trombosit 240.000/mm A: - masalah belum teratasi P:
- Masalah teratasi P: - intervensi dilnjutkan
- Lanjutkan intervensi yang Pada hari keenam tanggal 10 juni 2017 jam 15.40
lain WIB
c. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah S:
diberikan kepada Ny. H dari tanggal 5 juni 2017 - Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
hingga 9 juni 2017 untuk resiko infeksi
- Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang O:
berhubungan dengan penurunan imun tubuh akibat
- Pasien tampak gelisah dan meringis
gangguan hematologis (perdarahan)
- Pasien tampak melindungi daerah nyeri
Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.34
- Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah
WIB
S: - TD 120/70 mmHg,

- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam - HR 90 x/i,


masih ada dengan frekuensi 1 sampai 2 kali - RR x/i, - suhu 36,5oC.
dalam sehari ± setengah gelas A:
- masalah teratasi P:
O:
- Hb 8,7 g/dl
- Konjungtiva anemis
- Kulit pucat - intervensi dilnjutkan
- Akral teraba dingin
- CRT > 3 detik A: c. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah

- Masalah belum tertasi P: diberikan kepada Ny. H dari tanggal 5 juni 2017
hingga 9 juni 2017 untuk resiko infeksi berhubungan
- Intervensi dilanjutkan
dengan penurunan imun tubuh akibat gangguan
hematologis (perdarahan)
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam .
Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.10 WIB
WIB
S:
S:
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc
masih ada dengan frekuensi 1 sampai 2 kali dalam
sehari ± setengah gelas O:
- Hb: g/dl
O:
- Konjutiva anemis
- Hb 8,7 g/dl
- Kulit pucat
- Konjungtiva anemis
- Kulit pucat A:

- Akral teraba dingin - Masalah belum tertasi P:


- CRT > 3 detik - Intervensi dilanjutkan

A:
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 10.27 WIB
- Masalah belum tertasi
S:
P: - Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- Intervensi dilanjutkan dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc

O:
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 0 .
- Hb: g/dl
WIB
- Konjutiva anemis
S:
- Kulit pucat
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
masih ada dengan frekuensi 1 sampai 2 kali A:
dalam sehari ± setengah gelas - Masalah belum tertasi

O: P:
- Hb 8,7 g/dl - Intervensi dilanjutkan
- Konjungtiva anemis
- Kulit pucat Pada hari ketiga tanggal juni 2017 jam . WIB S:
- Akral teraba dingin - Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- CRT > 3 detik dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc

A: O:
- Masalah belum tertasi - Hb: g/dl
- Konjutiva anemis
P:
- Kulit pucat
- Intervensi dilanjutkan
A:
Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 0 . - Masalah belum tertasi
WIB
P:
S:
- Intervensi dilanjutkan
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
sudah tidak ada namun saat ini mengeluh pada
bekas operasi Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam .
WIB
O: S:
- Hb 9,8 g/dl - Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- Konjungtiva anemis dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc
- Kulit tidak pucat
O:
- Akral teraba hangat
- Hb: 8,3 g/dl
- CRT < 3 - Konjutiva anemis
- Kulit pucat
A:
- Masalah sebagian tertasi A:
- Masalah belum tertasi
P:
- Intervensi dilanjutkan P:
Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 13.20 - Intervensi dilanjutkan
WIB
S: Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam . WIB S:
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam - Pasien mengatakan pendarahan pada pervaginam
sudah tidak ada namun saat ini mengeluh pada tidak ada lagi
bekas operasi
O:
O:
- Hb: 10,9 g/dl
- Hb 9,8 g/dl
- Konjutiva tidak anemis
- Konjungtiva tidak anemis
- Kulit tidak pucat
- Kulit tidak pucat
A:
- Akral teraba hangat
- Masalah tertasi
- CRT < 3
A: P: Juni 2017
- Masalah tertasi Lanjutkan intervensi yang lain

P:
d. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah
- Lanjutkan intervensi yang lain
diberikan kepada Ny. E dari tanggal
hingga Juni 2017 untuk ketidakefektifan perfusi
sering
d. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah jaringan perifer
diberikan kepada Ny. H dari tanggal Juni 2017 Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.10

hingga Juni 2017 untuk ketidakefektifan WIB S:

perfusi jaringan perifer - Pasien mengatakan badannya terasa lemah

Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.34 - Pasien mengatakan telapak
WIB tangannya kesemutan O:
S: - Hb : 8,3 g/dl
- Pasien mengatakan badannya terasa lemah - Konjungtiva anemis
- Pasien mengatakan telapak tangannya sering - CRT > 3 detik
kesemutan O: - Warna kulit pucat
- Hb : 8,7 g/dl - Akral teraba dingin
- Ht : 25 % - Edema pada kedua tungkai
- Konjungtiva anemis A: tangannya sering
- CRT > 3 detik - Masalah belum tertasi P:
- Edema pada tungkai - Intervensi dilanjutkan

- Akral teraba dingin


- Warna kulit pucat A: Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 10.27
WIB S:
- Masalah belum teratasi P:
- Pasien mengatakan badannya
- Intervensi dilanjutkan
terasa lemah
- Pasien mengatakan telapak
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 9.36 WIB
kesemutan
S:
O:
- Pasien mengatakan badannya masih terasa lemah
- Hb : 8,3 g/dl
- Pasien mengatakan telapak tangannya masih
- Konjungtiva anemis
sering kesemutan O:
- CRT > 3 detik
- Hb : g/dl
- Warna kulit pucat
- Konjungtiva anemis
- Akral teraba dingin - Edema
pada kedua tungkai A:
- Masalah belum tertasi
- CRT > 3 detik P:
- Edema pada tungkai - Intervensi dilanjutkan
. WIB
- Akral teraba dingin Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017

- Warna kulit pucat A: jam S:

- Masalah belum teratasi P: - Pasien mengatakan badannya


terasa lemah tangannya sering
- Intervensi dilanjutkan
- Pasien mengatakan telapak
kesemutan O:
Pada hari ke tiga tanggal 7 juni 2017 jam 9.00
- Hb : 8,3 g/dl
WIB
- Konjungtiva anemis
S:
- CRT > 3 detik
- Pasien mengatakan badannya sudah mulai
membaik - Warna kulit pucat

- Pasien mengatakan telapak tangannya masih - Akral teraba dingin - Edema


sering kesemutan O: pada kedua tungkai A:

- Konjungtiva tidak anemis - Masalah belum tertasi P:

- CRT > 3 detik - Intervensi dilanjutkan


Pada hari keempat tanggal
juni 2017 jam .
- Tidak ada edema pada tungkai WIB
- Akral teraba hangat S:

- Warna kulit pucat A: - Pasien mengatakan badannya terasa lemah

- Masalah teratasi sebagian P: - Pasien mengatakan telapak

- Intervensi dilanjutkan tangannya kesemutan O:


sering
- Hb : 8 g/dl
Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 8.00 - Konjungtiva tidak anemis
WIB - CRT > 3 detik
S: - Warna kulit pucat
- Pasien mengatakan badanya sudah mulai - Akral teraba dingin
membaik O:
- Edema tidak ada pada kedua tungkai A:
- Konjungtiva tidak anemis
- Masalah belum tertasi P:
- CRT < 3 detik
- Intervensi dilanjutkan
- Tidak ada edema pada tungkai
Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam .
- Akral teraba hangat S:
- Warna kulit tidak pucat - Pasien mengatakan badannya terasa lemah

WIB
A: - Pasien mengatakan telapak tidak
- Masalah teratasi P: tangannya kesemutan O:

- Intervensi dihentikan lanjutkan - Hb : g/dl

intervensi yang lain - Konjungtiva tidak anemis


- CRT < 3 detik
e. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah - Warna kulit tidak pucat
diberikan kepada Ny. H dari tanggal Juni - Akral teraba hangat
2017 hingga Juni 2017 untuk - Edema tidak ada pada kedua tungkai A:
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan - Masalah teratasi P:
tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi,
- Lanjutkan intervensi yang lain
Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.33
S:
e. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah
- Pasien mengatakan nafsu makannya menurun
diberikan kepada Ny. E dari tanggal 5 juni 2017
- Pasien mengatakan terkadang merasa mual hingga 10 juni 2017 untuk ketidakseimbangan nutrisi
- Pasien mengatakan BB nya menurun O: berhubungan dengan kurang asupan nutrisi.
- Pasien tampak dibantu keluarga dalam Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.02
memberikan makan WIB
- Mukosa bibir kering dan pucat S:
- Tonus otot pasien menurun - Pasien mengatakan badannya terasa lemah -
- Kulit kering dan tidak elastis Pasien mengatakan berat badannya menurun O:

- Total protein: 6,2 g/dl - Mukosa bibir kering dan pucat

- Albumin : 2,6 g/dl - Pasien terlihat kurus


A: - Tonus otot pasien menurun
- Masalah belum teratasi P: - Kulit kering dan tidak elastis
- Intervensi dilanjutkan - Pasien mendapat terapi diit DH dengan jenis
makanan lunak
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 13.30 - Total protein: 5,8 g/dl
WIB - Albumin : 2,1 g/dl A:
S:
- Masalah belum teratasi P:
- Pasien mengatakan nafsu makannya belum
- Intervensi dilanjutkan
membaik
- Pasien mengatakan terkadang masih merasa Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 11.20 WIB S:
mual O:
- Pasien tampak dibantu keluarga dalam
memberikan makan
- Mukosa bibir kering dan pucat - Pasien mengatakan badannya masih terasa
- Tonus otot pasien menurun lemah O:

- Kulit kering dan tidak elastis - Mukosa bibir kering dan pucat

- Total protein: 6,2 g/dl - Pasien terlihat kurus

- Albumin : 2,6 g/dl A: - Tonus otot pasien menurun

- Masalah belum teratasi P: - Kulit kering dan tidak elastis

- Intervensi dilanjutkan - Pasien mendapat terapi diit DH dengan jenis


makanan lunak

Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 9.30 WIB - Total protein: 5,8 g/dl
S: - Albumin : 2,1 g/dl A:
- Pasien mengatakan nafsu makannya belum - Masalah belum teratasi P:
juga membaik - Intervensi dilanjutkan
- Pasien mengatakan terkadang masih mual O: Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 12.23 WIB
- Pasien tampak dibantu keluarga dalam S:
memberikan makan - Pasien mengatakan badannya masih terasa
- Mukosa bibir kering dan pucat lemah O:
- Mukosa bibir kering dan pucat
- Tonus otot pasien menurun - Tonus otot pasien menurun
- Kulit kering dan tidak elastis - Kulit kering dan tidak elastis
- Total protein: 6,2 g/dl - Pasien mendapat terapi diit DH dengan jenis

- Albumin : 2,6 g/dl A: makanan lunak

- Masalah belum teratasi P: - Total protein: 5,8 g/dl

- Intervensi dilanjutkan - Albumin : 2,1 g/dl A:


- Masalah belum teratasi P:
Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 10.30 - Intervensi dilanjutkan
WIB
S: Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 13.22
- Pasien mengatakan nafsu makannya WIB
membaik S:
- Pasien mengatakan tidak mual lagi O: - Pasien mengatakan badannya masih terasa
- Pasien tampak dibantu lemah O:
keluarga dalam
- Mukosa bibir kering dan pucat
memberikan makan
- Tonus otot pasien menurun
- Mukosa bibir lembab
- Kulit kering dan tidak elastis
- Tonus otot pasien membaik
- Kulit lembab dan - Pasien mendapat terapi diit DH dengan jenis
elastis A: makanan lunak
- Masalah teratasi P: - Total protein: 5,8 g/dl
- Intervensi dihentikan - Albumin : 2,1 g/dl A:
lanjutkan intervensi yang lain
- Masalah belum teratasi P:
- Intervensi dilanjutkan
Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 09.34 WIB
S:
- Pasien mengatakan badannya sudah membaik
O:
- Mukosa bibir lembab - Tonus otot pasien
meningkat A:
- Masalah teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
B. Pembahasan 1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Partisipan Ny. H) dan Partisipan Ny. E) berjenis kelamin perempuan
yang masing-masing berumur tahun dan tahun. Berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Aspiani ), usia produktif mempengaruhi tingginya
kejadian mioma uteri karena pada usia produktif konsentrasi hormon
estrogen pada jaringan mioma uteri tinggi dari pada jaringan miometrium
normal sedangkan pada menopouse konsentrasi hormon estrogen
menurun. Menurut Manuaba (2009), semakin tinggi usia penderita maka
semakin besar kemungkinan terjadi mioma.

Berdasarkan analisa penulis bahwa partisipan 1 (Ny. H) masih berusia


produktif kemungkinan besar penyebab mioma uteri akibat tingginya
hormon estrogen yang merangsang pertumbuhan mioma uteri. Sedangkan
pada partisipan 2 (Ny. E) sudah berusia 42 tahun, responden sudah
menopouse namun kemungkinan penyebab mioma uteri pada partisipan 2
(Ny. E) adalah faktor gaya hidup dan riwayat keturunan.

Diagnosa medis kedua partisipan ketika masuk sama, yaitu mioma uteri +
anemia. Penyebab mioma uteri dari kedua pasien adalah makanan yang
terlalu banyak minyak atau lemak dan makanan kaleng yang mengandung
pengawet dan pewarna makanan serta pasien terlalu banyak makan daging
dari pada sayuran. Hal ini akan memicu pertubuhan sel abnormal pada
jaringan miometrium karena pada miometrium terdiri dari jaringan yang
lunak sehingga sangat muda terjadi perubahan sel normal menjadi sel
abnormal atau menjadi tumor (Aspiani, 2017).

Menurut Manuaba ( ) haemoglobin adalah molekul protein pada sel


darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-
paru ke seluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh
ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam haemoglobin
membuat darah berwarna merah. Fungsi dari haemoglobin adalah
pengangkutan O dari organ respirasi ke jaringan perifer dan pengangkutan
CO , berbagai proton dari jaringan perifer ke organ respirasi unutk
selanjutnya di ekskresikan keluar. Haemoglobin dibentuk didalam sel
darah merah ketika sel darah merah berada pada sumsum tulang belakang.
Kegagalan pembentukan hemoglobin dapat disebabkan kekurangan
protein dalam makanan.

Menurut Prawirohardjo ( ), kurangnya kadar hemoglobin dalam


kehamilan dapat menyebabkan terjadinya : abortus, partus imatur /
premature, kelainan congenital, pendarahan antepartum, gangguan
pertumbuhan janin dalam Rahim, menurunnya kecerdasan setelah bayi
dilahirkan, kematian perinatal.

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung untuk
menggerakan darah keseluruh tubuh. Darah membawa nutrisi dan oksigen
keseluruh bagian tubuh. Pada penderita kasus mioma uteri dapat
menibulkan penyumbatan akibat penekanan sehingga nutrisi dan oksigen
tidak tersalur kebagian tubuh sehingga mengakibatkan pasien nyeri dan
menimbulkan kelelahan dan mioma uteri yang membesar menimbulkan
perdarahan akibat anemia.

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin menurun


sehingga akan mengalami hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas
pengangkutan oksigen dari dalam darah berkurang pada kehamilan
volume darah bertambah banyak pada waktu kehamilan yang lazim
disebut hydremia atau hipervolemia. Kemudian anemia terjadi ketika
volume darah pasien bertambah lebih kurang 50% yang menyebabkan
konsentrasi sel darah merah mengalami penurunan. Keadaan ini tidak
normal bila konsetrasi turun terlalu rendah yang menyebabkan
hemoglobin sampai ˂ g/dl. Meningkatnya volume darah berarti
meningkatkan pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi
sel-sel darah merah sehingga tubuh dapat menormalkan konsentrasi
hemoglobin Prawirohardjo .

Berdasarkan kasus pada kedua partisipan mengalami anemia akibat


perdarahan yang banyak setenga gelas dalam sehari. Menurut peneliti
tentang hasil penelitian dan teori diatas tidak ada perbedaan antara kasus
dengan teori dan penelitian terdahulu. Pada kasus partisipan 1 (Ny. H)
sesuai dengan teori, pemeriksaan laboratorium bahwa partisipan 1 (Ny. H)
didapatkan kadar Hb gr/dl. Sedangkan pada partisipan 2 (Ny. E) sesuai
dengan teori, pemeriksaan labor partisipan 2 (Ny. E) didapatkan kadar Hb
8,3 gr/dl. Teori menjelaskan selama mioma masi terjadi berbagai
komplikasi salah satunya perubahan fisiologik yaitu perubahan
hemodinamik. Karena selama mioma uteri masih mengalami pertumbuhan
maka memicu terjadi pengenceran darah atau proses hemodilusi pada
penderita tersebut dapat menyebabkan ekspansi volume plasma sehingga
kebutuhan oksigen lebih tinggi dan memicu peningkatan produksi
eritropenin pada pasien mioma uteri.

b. Keluhan utama
Ketika masuk kedua partisipan mengeluh keluar darah pada pervagina,
dan perut membesar dan kembung serta terdapat nyeri tekan pada
abdomen bawah. Pasien kesulitan BAK dan BAB hal ini karena
penyempitan dan penekanan oleh mioma uteri. Pendarahan pervaginam
merupakan manifestasi dari bertambahnya area permukaan endometrium
yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim atau miometrium.
Menurut manuaba ), penyakit mioma uteri menyebabkan BAK dan
BAB mengalami gangguan dan dapat menimbulkan perdarahan yang
berleihan pada saat menstruasi, terasa berat bagian perut bawah serta
infertilitas atau kemandulan akibat desakan sekitar saluran telur yang
menyebabkan penutupan total atau sebagian.

Berdasarakan analisa peneliti dari kedua partisipan 1 (Ny. H) dan


partisipan 2 (Ny. E) mengalami kesamaan keluhan yaitu BAB dan BAK
mengalami kesulitan. Sesuai dengan teori bahwa penderita mioma
mengalami kesulitan BAB dan BAK akibat obstruksi pada pencernaan
Aspiani (2017). Obstruksi adalah penyempitan disebabkan oleh saluran
pencernaan akibat pertubuhan mioma uteri dalam organ reproduksi
akibatnya pada kasus pada partisipan 1 (Ny. H) dan partisipan 2 (Ny. E)
tidak hanya mengalami kesulitan pada salauran pencernaan tetapi juga
kedua partisipan mengeluh udem pada kedua tungkai. Udem pada tungkai
diakibatkan karena penekanan pada pembuluh darah karena pertumbuhan
mioma uteri di organ reproduksi tepatnya dimiometrium. Sehingga kedua
partisipan mengalami udem pada tungkai akibat penekana dari mioma
uteri sehingga aliran darah tidak mencukupi kesirkulasi tubuh akibatnya
pada tubuh terjadi udem pada daerah tungkai.

c. Riwayat kesehatan sekarang


Pada saat pengkajian kedua partisipan tersebut mengeluh nyeri pada
bagian perut bawah. Saat dilakukan pemeriksaan fisik abdomen
mengalami distensi dan teraba tegang serta terdapat nyeri tekan. Salah satu
manifestasi dari mioma uteri adalah hepatomegali yang tampak pada
distensi abdomen pasien.

Kemudian kedua partisipan juga mengeluh badannya terasa lemah.


Bersamaan dengan teori yang disampaikan Prawirohardjo ) bahwa
penderita juga akan mengeluh mual dan mengalami penurunan nafsu
makan akibat desakan dari mioma uteri sehingga fungsi pencernaan
memberi respon mual dan muntah. Akibatnya, intake nutrisi yang masuk
ke dalam tubuh akan berkurang dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh
menjadi tidak seimbang.

d. Riwayat kesehatan dahulu


Kedua partisipan tersebut memiliki riwayat kebiasaan makan makanan
yang berminyak dan makan daging serta makan makanan kaleng yang
mengandung bahan pengawet, hal ini sesuai dengan faktor risiko dari
penyakit mioma uteri yang mana terjadi akibat gaya hidup yang tidak baik
seperti memakan makanan yang berminyak dan makan makanan yang
mengandung bahan pengawet serta mengonsumsi daging yang sering
tanpa diselingi dengan sayuran hijau (Aspiani, ). Kemudian pasien Ny.
H 3 bulan yang lalu partisipan pernah dirawat dengan diagnosa mioma
uteri di RSUD Sijunjung.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Pada partisipan 1 (Ny. H) tidak ada anggota keluarganya yang menderita
penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, asma, diabetes melitus, dan
hepatitis. Pada partisipan (Ny. E), adik kandungnya menderita penyakit
mioma uteri dan sudah meninggal 1 tahun yang lalu. Menurut Aspiani )
wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma
uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma uteri
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma
uteri.

f. Pola aktivitas sehari-hari


Secara umum, pola aktivitas sehari-hari kedua partisipan sama. Perubahan
yang terjadi pada pola aktivitas partisipan yaitu perubahan pola makan
karena ketika asam lambung meningkat akibat kontraksi ovarium maka
nafsu makan menurun. Pasien juga mengalami kelemahan karena asupan
nutrisi yang tidak adekuat serta terjadi anemia serta kesehatan pasien yang
buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu
kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari (Nugroho, 2012).

g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang menonjol ditemukan pada kedua pasien yaitu
konjungtiva anemis, sklera ikterik, warna kulit pucat, akral teraba dingin.
Secara umum, hal tersebut merupakan manifestasi dari perfusi jaringan
perifer yang tidak adekuat akibat dari anemia karena perdarahan yang
terjadi. Kemudian hasil pemeriksaan pada abdomen bawah ditemukan
distensi abdomen, nyeri saat dipalpasi, dan adanya nyeri pada genitalia.

h. Data Psikososial
Pada saat penelitian kedua partisipan tampak tidak terlalu cemas terhadap
kondisinya. Berbeda dengan pernyataan Lyndon (2014) bahwa dampak
psikososial yang dialami pasien adalah perasaan tak mampu
mengendalikan fungsi tubuh, perasaan takut karena perubahan fungsi dan
struktur tubuh dan penurunan kepercayaan diri.

i. Data penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kedua partisipan antara lain
pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium hematologi, pemeriksaan
laboratorium kimia klinis, dan pemeriksaan laboratorium imunologi
serologi. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, yang paling menonjol
ditemukan pada kedua partisipan yaitu penurunan nilai hemoglobin,
penurunan nilai hematokrit, penurunan nilai trombosit, peningkatan PT
APTT yang berhubungan dengan risiko perdarahan pada pasien.
Kemudian ditemukan penurunan nilai total protein, dan albumin.

Berdasarkan hasil yang diperoleh kedua pasien mengalami perdarahan dan


memiliki resiko syok hipovolemik karena perdarahan yang banyak dan
memiliki resiko infeksi. Dalam hal tersebut partisipan 1 dan 2 ditransfusi
PRC 3 unit.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA International 2016, berdasarkan teori masalah keperawatan
yang muncul pada pasien dengan mioma uteri ada masalah keperawatan.
Namun berdasarkan hasil pengamatan perawat ruangan menegakkan 2
diagnosa keperawatan pada partisipan 1 (Ny. H) yaitu risiko syok hipovolemik
berhubungan dengan pendarahan dan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan pendarahan. Sedangkan menurut hasil pengkajian dan
pemeriksaan oleh peneliti, diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada
partisipan 1 (Ny. H) antara lain risiko syok hipovolemik berhubungan dengan
pendarahan, nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan
refleks spasme otot sekunder akibat tumor, resiko infeksi berhubungan dengan
penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis (pendarahan),
ketidakfektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pendarahan, dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya asupan nutrisi.
a. Risiko hipovolemik berhubungan dengan pendarahan
Masalah keperawatan risiko syok hipovolemik didefenisikan beresiko
terhadap ketidak cukupan aliran darah kejaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa (NANDA, 2016).
Faktor risiko diagnosa ini diantaranya, Hipovolemi, Hipoksemia,
Hipoksia, Infeksi, Sepsis, Sindrom respon inflamasi sistemik (NANDA,
.

Hasil pengkajian pasien mengatakan kesulitan BAK akibat pembesaran


massa.
Hasil labor menunjukkan nilai Trombosit : 128.000/mm dan Hb : 8,7 g/dl
suhu 37,5 oC, TD: 90/60 mmHg, Trombosit : 128.000/mm . Data yang
diperoleh dari partisipan sesuai dengan kriteria diagnosa keperawatan
resiko hipovolemik. Menurut analisa peneliti bahwa pasien tersebut sesuai
dengan pembahasan terdahulu bahwa pasien mengalami resiko syok
hipovolemik karena pasien mengalami penurunan Hb dan tensi menurun,
suhu 37,5 oC maka sesuai dengan kriteria dari resiko syok hipovolemik.

b. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder akibat tumor
Masalah keperawatan nyeri akut didefenisikan pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan. Batasan
karakterisitik dilatasi pupil, ekspresi wajah nyeri fokus menyempit,
keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan
tentang karakteristik nyeri, laporan tentang perilaku nyeri,
mengekspresikan perilaku gelisah dan merengek, perubahan selera makan,
sikap melindungi nyeri (NANDA, 2016).

Hasil pengkajian dan pemeriksaan didapatkan bahwa pasien mengatakan


nyeri pada bagian perutnya, pasien mengatakan nyeri skala 5-6 dirasakan
hilang timbul sekitar 2 menit dan tidak menyebar, pasien tampak meringis,
pasien tampak melindungi area nyeri. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital,
tekanan darah 90/60 mmH, nadi 90 x/menit, suhu C, pernafasan
x/menit.

Berdasarkan analisa penulis bahwa pasien mioma uteri sesuai dengan


pembahasan terdahulu bahwa pasien mengalami nyeri akibat penekan dari
mioma uteri terutama pada genitalia. Pasien dengan mioma uteri akan
memicu terjadinya peningkatan suhu tubuh akibat nyeri yang disebabkan
oleh mioma uteri. Kesulitan istirahan dan beraktifitas merupakan
komplikasi dari mioma uteri.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder


akibat gangguan hematologis (pendarahan).
Masalah keperawatan resiko infeksi didefinisikan memiliki resiko
terserang organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan
(NANDA, 2016). Batasan karakteristik diagnosa ini diantaranya
penurunan hemoglobin, trauma destruksi jaringan, malnutrisi, obstruksi
oleh massa, imunitas didapat tidak adekuat, peningkatan suhu tubuh, dan
pucat.
Hasil pengkajian kedua partisipan mengeluh terdapat pendarahan pada
pervaginam dengan frekuensi 1 sampai 2 kali ± setengah gelas dalam
sehari, hemoglobin menurun, badan lemah, konjungtiva anemis, kulit
pucat dan mengeluh sakit pada genitalia.

Berdasarkan analisa peneliti dari diagnosa resiko infeksi merupakan


pasien sesuai dengan data yang diperoleh sesuai dengan yang telah
dibahas terdahulu bahwa pasien mioma uteri akan menibulkan resiko
infeksi akibat perdarahan yang tidak berhenti yang sebabkan pertumbuhan
mioma uteri dan menyebabkan anemia pada penderita. Anemia pada
penderita menyebabkan penderita mudah terinfeksi oleh patogen sehingga
respon tubuh melamah, konjungtiva anemis, dan kulit pucat

d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan


Masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
didefenisikan beresiko penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat
mengganggu kesehatan (NANDA, 2016). Batasan karaktaristik diagnosa
ini diantaranya, bruit femoral, edema, kelambatan penyembuhan luka
perifer, nyeri ekstremitas, parestesia, pemendekan jarak nyeri yang
ditempuh dalam uji berjalan 6 menit, pemendekan jarak total yang
ditempuh dalam uji yang berjalan 6 menit, penurunan nadi perifer,
perubahan fungsi motorik, perubahan karakteristik kulit (misal, warna,
elastisitas, rambut, kelembapan, kuku, sensasi, suhu), perubahan tekanan
darah di ekstremitas, tidak ada nadi perifer, waktu pengisisian kapiler >3
detik, warna kulit pucat saat elevasi, warna tidak kembali ke tungkai satu
menit setelah tungkai diturunkan (NANDA, ).

Hasil pengkajian dan pemeriksaan didapatkan data bahwa pasien


mengatakan badannya terasa lemah dan sulit braktivitas, akral teraba
dingin, warna kulit pucat, konjungtiva anemis, nilai Hb 8,7 g/dl, Ht : 25 %
dan CRT > 3 detik. Berdasarkan data yang diperoleh mengalami obstruksi
pada pembuluh darah akibat perdarahan yang ditimbulkan oleh mioma
uteri. Menurut Aspiani (2017) penderita mioma uteri menyebabkan tanda
dan gejalah penurunan tekanan darah dan peningkatn suhu.

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kurang asupan nutrisi.
Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan didefinisikan
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
(NANDA, 2016). Batasan karakteristiknya yaitu berat badan 20% atau
lebih dibawah rentang badan ideal, bising usus hiperaktif, cepat kenyang
setelah makan, diare, gangguan sensasi rasa, kehilangan rambut
berlebihan, kelemahan otot mengunyah, kelemahan otot untuk menelan,
kerapuhan kapiler, ketidakmampuan memakan makanan, kram abdomen,
kurang minat pada makan, membran mukosa pucat, nyeri abdomen,
penurunan berat badan dengan asupan makanan adekut, sariawan rongga
mulut, tonus otot menurun (NANDA, ).

Pengkajian pada pasien didapatkan bahwa pasien mengatakan nafsu


makannya menurun, pasien mengatakan terkadang merasa mual, pasien
mengatakan BB nya menurun. Pasien mendapat diit DH dengan jenis
makanan lunak. Hasil labor menunjukkan total protein 6,2 g/dl dan
albumin 2,6 g/dl. Menurut Aspiani (2017) berkurangnya pemberian darah
pada mioma uteri yang dapat menyebabkan tumor membesar, sehingga
menibulkan rasa nyeri dan mual.

1) Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada Ny. H antara lain :


a. Ansietas berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi
Masalah keperawatan ansietas didefinisikan perasaan tidak nyaman atau
kekwatiran yang samar disertai respon autonom, perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. Batasan
karakteristik antara lain penurunan produktivitas, gelisa, imsomnia,
mengekpresikan kekwatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup,
tampak waspada, ketakutan, peningkatan keringat, penurunan tekan darah,
dan perasaan tidak adekuat (NANDA, 2016).

Pengkajian dan pemeriksaan pada pasien ditemukan data pasien tidak


mengalami penurunan produktivitas, gelisa, imsomnia, mengekpresikan
kekwatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, tampak waspada,
ketakutan, peningkatan keringa, dan perasaan tidak adekuat

b. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan


neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motoric.
Masalah keperawatan Retensi urine didefinisikan pengosongan kantung
kemih tidak komplit. Batasan karateristik antara lain tidak ada keluar urin,
distensi kandung kemih, menetes, disuria, sering berkemih, inkontinensia
aliran berlebih, residu urin, sensasi kandung kemih penuh, berkemih
sedikit (NANDA, 2016).

Hasil pengkajian dan pemeriksaan ditemukan data pasien tidak mengalami


distensi kandung kemih, urine tidak menetes, disuria, sering berkemih,
inkontinensia aliran berlebih, residu urin, sensasi kandung kemih penuh,
berkemih sedikit dan kedua responden dipasang kateter

c. Resiko gangguan indentitas pribadi berhubungan dengan operasi


kolostomi
Masalah keperawatan Resiko gangguan indentitas pribadi didefinisikan
resiko ketidak mampuan mempertahankan persepsi diri yang terintegrasi
dan komplit. Batasan karakteristik antara lain merasa mider dengan
lingkungan, defresi, perubahan peran sosial, perubahan tahap
perkembangan dan perubahan persepsi diri (NANDA, 2017).
Pengkajian dan pemeriksaan pada pasien ditemukan data pasien tidak
mengalami merasa mider dengan lingkungan, defresi, perubahan peran
sosial, perubahan tahap perkembangan dan perubahan persepsi diri, serta
koping pasien baik.

d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.


Masalah keperawatan kekurangan volume cairan didefinisikan penurunan
cairan intravaskular, interstitial, dan atau intraselular. Ini mengacu pada
dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium. Batasan
karakteristik antara lain haus, kelemahan, kulit kering, membran mukosa
kering, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan hematokrit, peningkatan
suhu tubuh, peningkatan berat badan, penurunan haluaran urin, penurunan
turgor kulit, perubahan status mental (NANDA, 2016).

Pengkajian dan pemeriksaan pada pasien ditemukan data pasien tidak


mengalami peningkatan frekuensi nadi 90 x/i, suhu tubuh normal 36,5 C,
turgor kulit tidak buruk, intake dan output seimbang. Sehingga peneliti
tidak mengangkat diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

e. Konfusi akut berhubungan dengan proses penyakit


Masalah keperawatan konfusi akut didefenisikan sebagai awitan mendadak
gangguan kesadaran, perhatian, kognisi, dan persepsi yang reversible dan
terjadi dalam periode waktu singkat. Batasan karakteristik menunjukkan
adanya agitasi, gangguan fungsi kognitif, gangguan tingkat kesadaran,
gelisah, halusinasi, ketidaktepatan mengikuti perilaku terarah, salah
persepsi (NANDA, 2016).
Hasil pengkajian dan observasi menunjukkan pasien tidak mengalami
gangguan kognitif, pasien sudah sadar penuh dan mampu berkomunikasi
dengan baik, kemudian pasien sudah mendapat terapi pengobatan sehingga
peneliti tidak mengangkat diagnosa keperawatan konfusi akut berhubungan
dengan proses penyakit.
Kemudian pada Ny. E berdasarkan hasil pengamatan perawat ruangan
menegakkan diagnosa keperawatan yaitu risiko syok hipovolemik
berhubungan dengan perdarahan, dan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang faktor pemberat. Sedangkan
menurut hasil pengkajian dan pemeriksaan oleh peneliti, diagnosa
keperawatan yang dapat diangkat pada Ny. E antara lain risiko hipovolemik
berhubungan dengan pendarahan, nyeri akut berhubungan dengan nekrosis
atau trauma jaringan, ketidakfektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan kurang pengetahuan mengenai faktor pemberat, dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya asupan nutrisi

a. Risiko hipovolemik berhubungan dengan perdarahan


Masalah keperawatan risiko perdarahan didefenisikan beresiko terhadap
ketidak cukupan aliran darah kejaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa (NANDA, 2016).
Faktor risiko diagnosa ini diantaranya, Hipotensi, Hipovolemi,
Hipoksemia, Hipoksia, Infeksi, Sepsis, Sindrom respon inflamasi
sestemik (NANDA, 2016).

Hasil pengkajian pasien mengatakan BAK sakit. Hasil labor menunjukkan


nilai PT : 16,4 detik, APTT : 37,5 detik, Trombosit :

80.000/mm

b. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder akibat tumor
Masalah keperawatan nyeri akut didefenisikan pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan. Batasan
karakterisitik dilatasi pupil, ekspresi wajah nyeri fokus menyempit,
keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan
tentang karakteristik nyeri, laporan tentang perilaku nyeri,
mengekspresikan perilaku gelisah dan merengek, perubahan selera makan,
sikap melindungi nyeri (NANDA, 2016).

Hasil pengkajian dan pemeriksaan didapatkan bahwa pasien mengatakan


nyeri pada bagian perutnya, pasien mengatakan nyeri skala - dirasakan
hilang timbul sekitar - menit dan menyebar kepugung, pasien tampak
meringis, pasien tampak melindungi area nyeri. Hasil pemeriksaan
tandatanda vital, tekanan darah 120/70 mmHg, HR 90 x/i, RR x/i, suhu
o
C

c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder


akibat gangguan hematologis (pendarahan).
Masalah keperawatan resiko infeksi didefinisikan memiliki resiko
terserang organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan
(NANDA, 2016). Batasan karakteristik diagnosa ini diantaranya
penurunan hemoglobin, trauma destruksi jaringan, malnutrisi, obstruksi
oleh massa, imunitas didapat tidak adekuat, peningkatan suhu tubuh, dan
pucat.

Hasil pengkajian kedua partisipan mengeluh terdapat pendarahan pada


pervaginam dengan frekuensi 2 kali ± 150 cc dalam sehari, hemoglobin
menurun, badan lemah, konjungtiva anemis, kulit pucat dan mengeluh
sakit pada genitalia.

d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pendarahan


Masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
didefenisikan beresiko penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat
mengganggu kesehatan (NANDA, 2016). Batasan karaktaristik diagnosa
ini diantaranya, bruit femoral, edema, kelambatan penyembuhan luka
perifer, nyeri ekstremitas, parestesia, pemendekan jarak nyeri yang
ditempuh dalam uji berjalan 6 menit, pemendekan jarak total yang
ditempuh dalam uji yang berjalan 6 menit (400-700 m pada orang
dewasa), penurunan nadi perifer, perubahan fungsi motorik, perubahan
karakteristik kulit (misal, warna, elastisitas, rambut, kelembapan, kuku,
sensasi, suhu), perubahan tekanan darah di ekstremitas, tidak ada nadi
perifer, waktu pengisisian kapiler >3 detik, warna kulit pucat saat elevasi,
warna tidak kembali ke tungkai satu menit setelah tungkai diturunkan
(NANDA, ).

Hasil pengkajian dan pemeriksaan didapatkan data bahwa pasien


mengatakan badannya terasa lemah, akral teraba dingin, warna kulit pucat,
konjungtiva anemis, nilai Hb 8,3 g/dl, Ht : 28 % dan CRT > 3 detik.

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kurang asupan nutrisi.
Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan didefinisikan
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
(NANDA, 2016). Batasan karakteristiknya yaitu berat badan 20% atau
lebih dibawah rentang badan ideal, bising usus hiperaktif, cepat kenyang
setelah makan, diare, gangguan sensasi rasa, kehilangan rambut
berlebihan, kelemahan otot mengunyah, ketidakmampuan memakan
makanan, kram abdomen, kurang minat pada makan, membran mukosa
pucat, nyeri abdomen, penurunan berat badan dengan asupan makanan
adekut, sariawan rongga mulut, tonus otot menurun (NANDA, 2016).

Pengkajian pada pasien didapatkan bahwa pasien mengatakan nafsu


makannya menurun, pasien dibantu dengan keluarga dan mendapat diit
DH dengan jenis makanan lunak. Hasil labor menunjukkan total protein
g/dl dan albumin 2,1 g/dl.
Pengkajian dan pemeriksaan pada pasien ditemukan data bahwa pasien
mengatakan sulit untuk bergerak dan beraktivitas, pasien bedrest, aktivitas
pasien dibantu oleh keluarga dan perawat. Pasien terpasang infus pada
tangan kirinya dan kateter, pasien tampak lemah.

2) Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada Ny. E antara lain :


a. Ansietas berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi
Masalah keperawatan ansietas didefinisikan perasaan tidak nyaman atau
kekwatiran yang samar disertai respon autonom, perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. Batasan
karakteristik antara lain penurunan produktivitas, gelisa, imsomnia,
mengekpresikan kekwatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup,
tampak waspada, ketakutan, peningkatan keringat, penurunan tekan darah,
dan perasaan tidak adekuat (NANDA, 2016).

Pengkajian dan pemeriksaan pada pasien ditemukan data pasien tidak


mengalami penurunan produktivitas, gelisa, imsomnia, mengekpresikan
kekwatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, tampak waspada,
ketakutan, peningkatan keringa, dan perasaan tidak adekuat

b. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan


neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motoric.
Masalah keperawatan Retensi urine didefinisikan pengosongan kantung
kemih tidak komplit. Batasan karateristik antara lain tidak ada keluar urin,
distensi kandung kemih, menetes, disuria, sering berkemih, inkontinensia
aliran berlebih, residu urin, sensasi kandung kemih penuh, berkemih
sedikit (NANDA, 20 .
Hasil pengkajian dan pemeriksaan ditemukan data pasien tidak mengalami
distensi kandung kemih, urine tidak menetes, disuria, sering berkemih,
inkontinensia aliran berlebih, residu urin, sensasi kandung kemih penuh,
berkemih sedikit dan kedua responden dipasang kateter

c. Resiko gangguan indentitas pribadi berhubungan dengan operasi


kolostomi
Masalah keperawatan Resiko gangguan indentitas pribadi didefinisikan
resiko ketidak mampuan mempertahankan persepsi diri yang terintegrasi
dan komplit. Batasan karakteristik antara lain merasa mider dengan
lingkungan, defresi, perubahan peran sosial, perubahan tahap
perkembangan dan perubahan persepsi diri (NANDA, 2017).

Pengkajian dan pemeriksaan pada pasien ditemukan data pasien tidak


mengalami merasa mider dengan lingkungan, defresi, perubahan peran
sosial, perubahan tahap perkembangan dan perubahan persepsi diri, serta
koping pasien baik.

d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.


Masalah keperawatan kekurangan volume cairan didefinisikan penurunan
cairan intravaskular, interstitial, dan atau intraselular. Ini mengacu pada
dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium. Batasan
karakteristik antara lain haus, kelemahan, kulit kering, membran mukosa
kering, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan hematokrit, peningkatan
suhu tubuh, peningkatan berat badan, penurunan haluaran urin, penurunan
turgor kulit, perubahan status mental.

Pengkajian dan pemeriksaan pada pasien ditemukan data pasien tidak


mengalami peningkatan frekuensi nadi 88 x/menit, suhu tubuh normal
36,5 C, turgor kulit tidak buruk, intake dan output seimbang. Sehingga
peneliti tidak mengangkat diagnosa keperawatan kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
3) Rencana tindakan keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing
Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classifications
(NOC). Perencanaan tindakan keperawatan untuk diagnosa keperawatan risiko
hipovolemik berhubungan dengan perdarahan untuk kedua pasien antara lain
Monitor adanya respon konpensasi terhadap syok (misalnya, tekanan darah
normal, tekanan nadi melemah, perlambatan pengisian kapiler, pucat/ dingin
pada kulit atau kulit kemerahan, takipnea ringan, mual dan munta,
peningkatan rasa haus, dan kelemahan), memonitor adanya tandatanda respon
sindroma inflamasi sistemik (misalnya, peningkatan suhu, takikardi, takipnea,
hipokarbia, leukositosis, leukopenia), memonitor terhadap adanya tanda awal
reaksi alergi (misalnya, rinitis, mengi, stridor, dipnea, gatal-gatal disertai
kemerahan, gangguan saluran pencernaan, nyeri abdomen, cemas dan gelisa),
memonitor terhadap adanya tanda ketidak adekuatan perfusi oksigen
kejaringan (misalnya, peningkatan stimulus, peningkatan kecemasan,
perubahan status mental, egitasi, oliguria dan akral teraba dingin dan warna
kulit tidak merata), memonitor suhu dan status respirasi, memeriksakan urin
terhadap adanya darah dan protein sesuai kebutuhan, memonitor terhadap
tanda/gejalah asites dan nyeri abdomen atau punggung, melakukan skin-test
untuk mengetahui agen yang menyebabkan anaphiylaxis atau reaksi alergi
sesuai kebutuhan, memberikan saran kepada pasien yang beresiko untuk
memakai atau membawa tanda informasi kondisi medis, menganjurkan pasien
dan keluarga mengenai tanda dan gejala syok yang mengancam jiwa,
menganjurkan pasien dan keluarga mengenai langkahlangkah timbulnya
gejala syok

Rencana asuhan keperawatan untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan


agen cidera biologis pada Ny. H adalah manajemen nyeri dengan indikator
pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, frekuensi,
kualitas, intensititas nyeri, penggunaan komunikasi terapeutik, gali bersama
faktor-faktor yang memperberat nyeri, ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi seperti relaksasi, evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrolan
nyeri, dukung istirahat / tidur. Pengurangan kecemasan dengan indikator
berikan informasi terkait diagnosis dan perawatan dorong keluarga menemani
pasien, mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan, kaji tanda verbal
dan non verbal dari ketidaknyamanan, dan pemberian analgesik.

Rencana asuhan keperawatan untuk diagnosa resiko infeksi berhubungan


dengan Kaji ulang riwayat kontraindikasih pemasangan alat pervaginam pada
pasien (misalnya, infeksi pelvis, laserasi, atau adanya massa sekitar vagina),
Diskusikan mengenai aktivitas-aktivitas seksual yang sesuai sebelum memilih
alat yang dimasukan, Intruksikan pasien untuk melaporkan ketidaknyamanan,
disuria, perubahan warna, konsistensi, dan frekuensi cairan vagina, Kaji
kemampuan pasien untuk melakukan perawatan secara mandiri, Observasi ada
tidaknya cairan vagina yang tidak normal dan berbau, Bersihkan lingkungan
dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien, Batasi jumlah pengunjung,
Anjurkan pasien untuk mencuci tangan yang benar, Anjurkan pengunjung
untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien,
Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai, Cuci tangan
sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien, Pakai sarung tangan
sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan pencegahan universal, Cukur dan
siapkan untuk daerah persiapan prosedur invasif atau opersai sesuai indikasi,
Dorong intake cairan yang sesuai, Tingkatkan inteke nutrisi yang tepat,
ajarkan pasien dan keluarga mengenai bagaimana menghin dari infeksi.

Rencana asuhan keperawatan pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi untuk kedua
pasien antara lain manajemen nutrisi dengan indikator tentukan status gizi
pasien, identifikasi alergi dan intoleransi terhadap makanan, pngaturtan diit,
monitor kalori dan asupan nutrisi. monitor nutrisi dengan indikator identifikasi
adanya penurunan BB, monitor turgor kulit, monitor adanya mual muntah,
identifikasi perubahan nafsu makan, monitor pucat pada konjungtiva.
4) Implementasi keperawatan
Dalam pelaksanan tindakan keperawatan tidak semua tindakan dilaksanankan
oleh peneliti, karena peneliti tidak merawat klien 24 jam penuh. Namun
sebagai solusi peneliti mendelegasikan rencana tindakan tersebut kepada
perawat ruangan dan mahasiswa praktek yang sedang dinas di ruangan
tersebut. Untuk melihat tindakan yang dilakukan perawat ruanganan peneliti
melihat dan membaca buku laporan tindakan yang di tulis oleh perawat yang
sedang dinas. Tindakan keperawatan dilakukan x 24 jam.

a. Tindakan keperawatan yang dilakukan dari tanggal Juni 2017 hingga


Juni 2017 untuk diagnosa risiko syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan antara lain Memonitor adanya respon konpensasi terhadap
syok (tekanan darah normal, tekanan nadi melemah, perlambatan
pengisian kapiler, pucat/ dingin pada kulit atau kulit kemerahan, takipnea
ringan, mual dan munta, peningkatan rasa haus, dan kelemahan),
memonitor adanya tanda-tanda respon sindroma inflamasi sistemik
(peningkatan suhu, takikardi, takipnea, hipokarbia, leukositosis,
leukopenia), memonitor suhu dan status respirasi, memonitor terhadap
tanda/gejalah asites dan nyeri abdomen atau punggung, menganjurkan
pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala syok yang mengancam
jiwa, dan anjurkan pasien dan keluarga mengenai langkah-langkah
timbulnya gejala syok

b. Tindakan keperawatan yang telah diberikan untuk diagnosa nyeri akut


berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme
otot sekunder akibat tumor antara lain melakukan pengkajian nyeri
komprehensip yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. mengobservasi
adanya pentunjuk nonverbal mengenai ketidak nyamanan pasien,
menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri yang dirasakan pasien, menggali pengetahuan dan
kepercayaan pasien mengenai nyeri, menggali bersama pasien faktorfaktor
yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri, menentukan kebutuhan
frekuensi untuk melakukan pengkajian ketidak nyamanan pasien dan
mengimplementasikan rencana monitor, memberikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri, dan berapa nyeri yang dirasakan,
mengajarkan prinsip manajemen nyeri (teknik relaksasi), mendukung
istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri, mendorong
pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya, sesuai keadaan yang
dirasakan pasien, menentukan lokasi, karakteris, kualitas dan keparahan
nyeri sebelum memberikan terapi obat pasien.

c. Tindakan keperawatan yang telah diberikan untuk diagnosa resiko infeksi


berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan
hematologis (perdarahan) antara lain mengintruksikan pasien untuk
melaporkan ketidaknyamanan, disuria, perubahan warna, konsistensi, dan
frekuensi cairan vagina, mengkaji kemampuan pasien untuk melakukan
perawatan secara mandiri, mengobservasi ada tidaknya cairan vagina yang
tidak normal dan berbau, membersihkan lingkungan dengan baik setelah
digunakan untuk setiap pasien, membatasi jumlah pengunjung,
menganjurkan pasien untuk mencuci tangan yang benar, menganjurkan
pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan
ruangan pasien, menggunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang
sesuai, mencukur dan siapkan untuk daerah persiapan prosedur invasif
atau opersai sesuai indikasi, mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
perawatan pasien, memakai sarung tangan sebagaimana dianjurkan oleh
kebijakan pencegahan universal, mendorong intake cairan yang sesuai,
meningkatkan inteke nutrisi yang tepat, mengajarkan pasien dan keluarga
mengenai bagaimana mengindari infeksi.

d. Tindakan keperawatan yang telah diberikan untuk diagnosa


ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pendarahan
antara lain mempertahankan kepatenan akses selang IV, monitor
kehilangan darah, menilai sirkulasi perifer (nadi, edema, CRT ,warna dan
suhu ekstermitas), memberikan tranfusi darah yang sesuai, monitor nilai
elektrolit, dan kreatinin, memonitor sensasi panas dan dingin, dan
memeriksa adanya kerusakan kulit.

e. Tindakan keperawatan yang telah diberikan untuk diagnosa


ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan nutrisi antara lain menentukan status gizi pasien,
mengidentifikasi alergi dan intoleransi terhadap makanan, pengaturtan diit,
monitor kalori dan asupan nutrisi, mengidentifikasi adanya penurunan BB,
memonitor turgor kulit, memonitor adanya mual muntah, mengidentifikasi
perubahan nafsu makan, memonitor pucat pada
konjungtiva.

5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal Juni 017 hingga Juni 2017 untuk diagnosa risiko syok
hipovolemik berhubungan dengan perdarahan antara lain, pada hari pertama
Ny. H mengalami perdarahan pada pervaginam, nilai hasil laboratorium
mengalami peningkatan yaitu PT : 10, 5 detik, APTT : 35,4 detik, trombosit :
.000/mm . Pada hari ke 5 implementasi risiko perdarahan teratasi, dan pasien
direncanakan pulang.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal Juni 2017 hingga Juni 2017 untuk nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis antara lain, pada hari pertama hingga ketiga
implementasi Ny. H masih mengeluh nyeri, namun pada hari kempat dan
kelima Ny. H menyatakan nyerinya berkurang dan tidak terlalu
mengganggunya. Tanda-tanda vital pasien normal TD 100/70 mmHg, RR 19
x/i, HR 89 x/i, S 36,5 C. Pada hari kelima nyeri akut
teratasi dan pasien direncanakan pulang.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal 5 Juni hingga Juni 2017 untuk resiko infeksi berhubungan
dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis
(perdarahan), pada hari pertama dan ketiga pasien masih mengeluh perdarahan
pada pervaginam, hal itu berkaitan dengan nyeri dan penekanan massa yang
dialami pasien, pada hari keempat pasien sudah mulai duduk dan perdarahan
pervaginam sudah mulai membaik, pada hari kelima pasien sudah mulai
melakukan aktivitas makan sendiri namun untuk berjalan masih perlu bantuan.
Pada hari kelima infus dan kateter pasien dilepas, masalah perdarahan teratasi
dan pasien direncanakan pulang.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal Juni 2017 hingga 9 Juni 2017 untuk ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer antara lain, pada hari pertama hingga ketiga implementasi
konjungtiva masih anemis, CRT>3 detik, kemudian dilakukan transfusi PRC
unit tanggal dan Juni, pada hari kempat dan kelima konjungtiva pasien
subanemis, CRT<3 detik, hasil labor terakhir Hb 12 g/dl. Pada hari kelima
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan teratasi dan pasien boleh pulang.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal Juni 2017 hingga 9 Juni 2017 untuk ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi, pada
hari pertama dan kedua implementasi pasien masih dibantu oleh keluarga, dan
mendapat diit DH makanan lunak tetapi pada hari ketiga hingga kelima
pasien makan peroral dan mendapat makanan keras seperti nasi dan lauk pauk,
nafsu makan pasien mulai meningkat dan bisa menghabiskan ½ porsi. Pada
hari kelima masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi dan dilanjutkan
dengan memberikan rencana tindak lanjut.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal Juni 2017 hingga Juni 2017 untuk diagnosa risiko syok
hipovolemik berhubungan dengan perdarahan, setelah dilakukan
pengangkatan mioma Ny. E mengatakan perdarahan pervaginam sudah tidak
ada lagi, kesulitan BAK sudah membaik. Nilai hasil laboratorium mengalami
peningkatan yaitu PT : 11,3 detik, APTT : 36,2 detik, trombosit:

168.000/mm . Pada hari ke 6 implementasi risiko perdarahan dihentikan, dan


pasien direncanakan pulang.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal Juni 2017 hingga Juni 2017 untuk nyeri akut berhubungan
dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat
tumor antara lain, pada hari pertama hingga keempat implementasi Ny. H
masih mengeluh nyeri, namun pada hari kelima dan keenam Ny. H
menyatakan nyerinya berkurang dan tidak terlalu mengganggunya.
Tandatanda vital pasien normal TD 1 /70 mmHg, RR 19 x/i, HR 89 x/i, S
36,5 C.
Pada hari keenam nyeri akut teratasi dan pasien direncanakan pulang.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal 5 Juni hingga Juni 2017 untuk resiko infeksi berhubungan
dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis
(perdarahan), pada hari pertama dan keempat pasien masih mengeluh
perdarahan pada pervaginam, hal itu berkaitan dengan nyeri dan penekanan
massa yang dialami pasien, pada hari kelima pasien sudah mulai duduk dan
perdarahan pervaginam sudah mulai membaik, pada hari keenam pasien sudah
mulai melakukan aktivitas makan sendiri namun untuk berjalan masih perlu
bantuan. Pada hari keenam infus dan kateter pasien dilepas, masalah
perdarahan teratasi dan pasien direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal Juni 2017 hingga Juni 2017 untuk ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer antara lain, pada hari pertama dan kedua implementasi
konjungtiva masih anemis, CRT>3 detik, kemudian dilakukan transfusi PRC
unit tanggal 6 Juni 2017, pada hari kempat dan kelima konjungtiva pasien
subanemis, CRT<3 detik, hasil labor terakhir Hb 11,8 g/dl. Pada hari keenam
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan teratasi.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal Juni 2017 hingga Juni 2017 untuk ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi, pada
hari pertama hingga hari ketiga implementasi pasien masih dibantu keluarga
dalam memberikan makanan, dan mendapat diit DH makanan lunak tetapi
pada hari kempat pasien makan sendiri. Pada hari kelima pasien mendapat diit
makanan keras seperti nasi dan lauk pauk. Pada hari keenam masalah
ketidakseimbangan nutrisi teratasi dan dilanjutkan dengan memberikan
rencana tindak lanjut.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan


Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang berasal dari otot polos dan jaringan
ikat fibrous serta sering ditemukan pada traktus genitalia wanita terutama di
lapisan miometrium (Aspiani, 2017). Tumbuhnya mioma uteri menimbulkan
penekanan pada pembuluh darah dan organ disekitar ovarium mengalami
penekanan dan penyempitan serta mengalami penurunan fungsinya.
Pertumbuhan mioma uteri juga dapat mengakibatkan anemia karena kehilangan
darah (eritrosit) dalam sirkulasi darah sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwono, dkk 2007).
Sedangkan menurut manuaba ) mioma uteri dalam kehamilan dapat
menyebabkan infertilitas, dapat menyebabkan abortus, dapat menyebabkan
gangguan jalan persalinan, dapat menyebabkan perdarahan postpartum dan
kehamilan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri karena rangsangan
estrogen.

Kasus mioma uteri pada Ny. H dan Ny. E, setelah penulis melakukan pengkajian,
analisa data, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
tentang asuhan keperawatan pada Ny. H dan Ny. E dengan mioma uteri di Ruang
Ginekologi RSUP. Dr. M. Djamil Padang, maka didapatkan hasil yaitu:
1. Pengkajian terhadap masalah pada Ny. H dilakukan secara komprehensif, Ny.
H berusia tahun memiliki anak 2 orang. Pemeriksaan laboraturium
didapatkan Hb 8,7 gr/dl, Ht 25%, trombosit 128.000/mm , leukosit
pukul
11.270/mm . Pada hari pertama rawatan Ny. H tanggal 5 juni
. WIB. dilakukan pengkajian pada pasien didapatkan pasien pasien pasien
mengeluh nyeri pada bagian perutnya yang membesar, nyeri terasa hilang
timbul dan bertambah apabila pasien bergerak dan duduk. Pasien mengatakan
nyeri dengan skala 5-6 selama lebih kurang 2 menit dan menyebar ke bagian
punggung. Pasien mengatakan nafsu makannya juga menurun dan terkadang
mual. Pasien mengatakan susah untuk beraktifitas dan susah tidur karena
nyeri pada perut bagian bawah. Pasien mengeluh BAK sakit. Pengkajian pada
Ny. E dilakukan secara kompherehensif, Ny. E berusia tahun, memiliki
anak 3 orang. pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb

8,3 g/dl, trombosit 80.000/mm , leukosit 11.270/mm . Pada hari pertama


rawatan Ny. E tanggal 5 juni 2017 pukul 12.05 WIB. dilakukan pengkajian
pada pasien, didapatkan pasien mengeluh badannya lemah dan sulit untuk
beraktivitas. Pasien juga mengeluh nyeri pada genitalia dan susah BAK.
Pasien mengatakan nyeri pada genitalia saat BAK. Saat masuk rumah sakit
BAK mulai hilang nyerinya. Sakit pada bagian perut bawah dan ketika di
tekan pasien mengatakan sakit dengan skala 6-7, nyeri terasa saat beraktivitas
dan BAK selama lebih kurang 1 sampai 2 menit.

2. Diagnosa yang muncul pada kasus Ny. H adalah Resiko hipovolemik


berhubungan dengan pendarahan, nyeri akut berhubungan dengan nekrosis
atau trauma pada jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor,
ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan faktor pemberat, ketidak seimbangan nutri kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi dan intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelemahan. Diagnosa yang muncul pada kasus
Ny. E adalah Risiko hipovolemik berhubungan dengan pendarahan , nyeri akut
berhubungan dengan nekrosis atau trauma pada jaringan dan refleks spasme otot
sekunder akibat tumor, ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan kurang pengetahuan faktor pemberat dan ketidak seimbangan nutri
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi

3. Rencana tindakan keperawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan


yang ditemukan pada kasus Ny. H dan Ny. E dengan mioma uteri. Rencana
tindakan keperawatan ini mengacu pada referensi dari buku NANDA

International, (2015- .

4. Tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan implementasi dari rencana


tindakan keperawatan yang telah disusun dengan harapan hasil yang dicapai
sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.

5. Evaluasi keperawatan selama hari rawatan dilakukan secara komprehensif


dengan acuan rencana asuhan keperawatan NANDA International, (2015-
. Hasil yang didapatkan adalah masalah keperawatan ada yang dapat
teratasi dan ada yang belum teratasi.
B. Saran
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Bagi institusi pelayanan kesehatan RSUP. Dr. M. Djamil Padang diharapkan
dapat memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin dan
mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun
dengan pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan. Selain itu, diharapkan Rumasakit mampu menyediakan fasilitas
serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien dengan
memberikan pelayanan yang lebih maksimal terutama dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri sehingga tidak memperpanjang
hari rawatan dan tujuan dapat tercapai.

2. Bagi keluarga Ny. H dan Ny. E


Diharapkan keterlibatan keluarga dalam memberikan dorongan dan motivasi
dalam mempercepat pemulihan kesehatan dan permasalahan kesehatan Ny. H
dan Ny. E terutama pada Psikososial, dan Spritual dapat diminimalkan.

3. Bagi institusi pendidikan


Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian asuhan
keperawatan maternitas dengan pasien mioma uteri.

4. Bagi peneliti selanjutnya


Diharapkan peneliti selanjutnya lebih aktif dalam memberikan asuhan
keperawatan khususnya pada pasien mioma uteri dan sebagai bahan tambahan
bagi mahasiswa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Yosi. . Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Mioma Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2
No. 5

Aspiani, Y, R. ( ). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Aimee, et al. ( ). Association of Intrauterine and Early-Life Exposures with


Diagnosis of Uterine Leimyomata by 35 Years of Age in the Sister Study.
Environmental Health Perpectives. Volume 118. No 3 pages 375-

Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap


menjadi Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Copaescu, C. ( ). Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume 102. No.


2. Romanian

Dinas kesehatan sumaterah barat. ( ). Kumpulan hasil pelaporan dan pengamatan.


Websiitte:httttp:////www.diinkes.sumbarprov.go.iid

Hidayat, A Aziz Alimul. ( ). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis


data. Jakarta : Salemba Medika

Manuaba. ( ). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba. ( ). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC

Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Ed.


3. Jakarta : Salemba Medika.
NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017edisi
(Budi Anna Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

Nugroho, T. ( ). Obstetri dan Ginekologi. Yokyakarta: Nuha Medika

Robbins. ( ). Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC

RSUP. Dr. M. Djamil.(2016). Laporan Catatan Rekam Medik (RM): Mioma Uteri

Sugiyono. 2012. Memahami penelitian kualitatif. Bandung : Alfabeta

Saryono, & Anggraini. M. D. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif


dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Setiati, Eni. ( ). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yokyakarta: Andi

Prawirohardjo, Sarwono. (2010).Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Wise, L, et al. ( ). A Prospective Study of Dairy Intake and Risk of Uterine


Leimoyomata. American Journal of Epidemiologi. Vol.171. No. 2. Page 221
.
Lampiran
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA

A. PENGUMPULAN DATA 1. Identitas pasien 1


a. Nama : Ny. H
b. Tempat / tanggal lahir : Sijunjung, 23 Maret 1982
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status kawin : Kawin
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMU
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h. Tanggal masuk : 5 Juni 2017
i. Alamat : Sijunjung
j. Tanggal pengkajian : 5 Juni 2017
k. Diagnosa medis : Mioma Uteri + Anemia

2. Identifikasi penanggung jawab


a. Nama : Tn. Y
b. Pekerjaan : Swasta
c. Alamat : Sijunjung
d. Hubungan : Suami

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien masuk di RSUP. Dr. M. Djamil Padang melalui IGD rujukan
dari RSUD Sijunjung taggal 5 juni 2017 pukul 08.00 WIB dengan
keluhan pendarahan pada pervaginam dan BAK dan BAB nyeri, perut
membesar dan kembung.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 5 juni 2017 pukul 10.00 WIB
pasien mengatakan nyeri pada perutnya bagian bawah, nyeri tersa
hilang timbul dan bertambah apabila pasien bergerak dan duduk.
Pasien mengatakan nyeri dengan skala 5-6 selama 2 menit dan
menyebar kebagian punggung. Pasien juga mengatakan nafsu
makannya menurundan terkadang mual. Pasien mengatakan susah
beraktifitas dan susah tidur karena nyeri pada perut bagian bawah.
Pasien mengeluh BAK sakit.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan sekitar 3 bulan yang lalu pernah dirawat di RSUD
Sijunjung dengan diagnosa mioma uteri. Pasien memiliki kebiasaan
makan makanan yang berminyak dan makan daging tanpa diselingi
sayuran. Pasien tidak pernah mengonsumsi alkohol dan tidak memiliki
riwayat pengobatan sebelumnya.

d. Riwaya Penyakit Keluarga


Pasien mengatakantidak ada anggota keluarganya yang menderita
penyakit yang dialaminya sekarang atau penyakit mioma uteri. Pasien
juga mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita
penyakit keturunan seperti diabetes melitus, jantung, asma, dan
hipertensi.

e. Riwayat Obstetri
a). Keadaan haid:
pasien mengatakan haid pertama umur 12 tahun, siklus haid tidak
teratur, lamanya haid terkadang 6 kadang 9 hari. Pasien juga
mengatakan 3 kadang 2 kali ganti pembalut saat haid. Warna darah
haid merah kadang encer kadang tidak encer. Disminore pada saat hari
pertama. Pasien belum pernah mengikuti kb
b). Riwayat kehamilan dan persalinan:
pasien mengatakan hamil pertama tidak ada masalah semenjak hamil
dan pada saat persalinan diusia 38 minggu. Pasien mengatakan tidak
ada komplikasih pada saat melahirkan.

f. Faktor Psikososial
a). Persepsi pasien mengenai penyakit:
pasien mampu mengontrol emosinya, pasien agak cemas namun masih
dalam batas wajar
b). Tanyakan tentang konsep diri :
pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan keluhannya dengan baik
namun agak sulit dipahami, pasien mengatakan merasa kasihan
kepada keluarganya karena harus merawatnya.

g. Pola Kebiasaan sehari-hari


Pasien mengatakan ketika sakit makan dan minum dibantu oleh keluarga.
Pasien mengatakan sulit untuk tidur akibat nyeri pada bagian perutnya dan
genitalia tidur 4-5 jam dalam sehari. Pasien sulit untuk beraktivitas dan
hanya berada diatas tempat tidur , aktivitas sehari-harinya dibantu oleh
kelurga

h. Pola eliminasi
Pasien sebelumnya tidak mengalami kesulitan dalam BAK dan BAB
sekarang mengeluh sakit untuk BAK dan BAB.

i. Pemeriksaan Fisik
4) Keadaan Umum:
KU: lemah TD 90/60 mmHg, HR: 110x/i, RR 19 x/i, suhu 37oC.

5) Pemeriksaan Fisik Head to toe


k) Kepala dan rambut : rambut hitam, tidak ada kerusakan pada
rambut, kulit kepala tidak ada pembengkakan dan bersih
l) Mata : konjungtiva anemis, sklera ikterik, pupil isokhor diameter
2mm/2mm.
m) Hidung : hidung bersih, tiidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak
ada kelainan pada penciuman

n) Telinga : telinga simetris kiri dan kanan tidak ada pembengkakan,


tidak ada kelainan pendengaran

o) Mulut : bersih dan ditemukan bibir peca-peca

p) Leher dan tenggorokan : tidak ada ditemukan pembengkakan


kelenjar getah bening, menelan baik tidak ada kelemahan

q) Dada atau thorax


Infeksi: tidak ada kelainan yang terlihat seperti ketidak simetrisan
inspirasi dan ekspirasi pada dada Palpasi: palpasi tidak dilakukan
Perkusi: perkusi tidak dilakukan
Auskultasi: tidak dilakukan
r) Ekstremitas/muskoluskletal
Tonus otot melemah dan pasien tampak berusaha menggerakan
badanya
s) Genetalia dan anus: pasien mengatakan keluar darah pada vagina
dan diperkirakan 1 sendok teh warna merah tua dan kental dan
nyeri pada saat keluar
j. Data Sosial Ekonomi:
Pasien merupakan seseorang yang senang bersosialisasi dengan orang lain.
Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki hubungan yang baik dengan
pasien dan tenaga kesehatan yang ada seperti dokter dan perawat. Pasien
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien ditanggung dengan BPJS kelas
3.
k. Data Penunjang:
1) Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal 6 Juni 2017 yaitu Hb 8,7
g/dl, Ht 25 %, trombosit 128.000/mm , leukosit 11.270/mm PT 16,2
detik, APTT 44,5 detik.
2) Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal 8 Juni 2017 Hb 9,8 g/dl,
Ht 26 %,

3) Trombosit 119.000/mm3, Leukosit 11.180/mm .

4) Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 14 mei 2017


5) Glukosa sewaktu 96 mg/dl, Ureum darah 89 mg/dl, Kreatinin darah
1,2 mg/dl, Total protein 6,2 g/dl, Albumin 2,6 g/dl, Globulin 3,6 g/dl.
6) Hasil pemeriksaan imunologi – serologi tanggal 7 Juni 2017 yaitu
HBsAg (elisa) 18,52. Anti HCV 0,26.
7) Hasil pemeriksaan USG tanggal 5 juni 2017
Massa positif
l. Program Pengobatan:
Transamin 3 x 1 amp
Ciprofloxacim 1 x 200 mg
Ceftriaxon 3 x 1 amp
Vit. K 3 x 1 amp
IVFD NaCl 0,9 % 8 jam/kolf
IVFD RL 0,9 % 10 jam/ kolf.
Transfusi PRC 3 unit

Obat oral
Vit C 3 x 1 tab
Asamefenamat 3 x 1 tab
Lampiran

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN


DASAR MANUSIA

B. PENGUMPULAN DATA 4. Identitas pasien 2


l. Nama : Ny. E
m. Tempat / tanggal lahir : Tanjung, 26 Oktober 1975
n. Jenis kelamin : Perempuan
o. Status kawin : Kawin
p. Agama : Islam
q. Pendidikan : SMP
r. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
s. Tanggal masuk : Juni 2017
t. Alamat : Tanjung bungo kec 50 kota
u. Tanggal pengkajian : 5 Juni 2017
v. Diagnosa medis : Mioma Uteri + Anemia

5. Identifikasi penanggung jawab


e. Nama : Tn. R
f. Pekerjaan : Pelajar
g. Alamat : Tanjung bungo kec. 50 kota
h. Hubungan : Anak

6. Riwayat Kesehatan
m. Keluhan Utama
Pasien masuk di RSUP. Dr. M. Djamil Padang melalui IGD rujukan
dari Semen Padang Hospital tanggal 5 juni 2017 pukul 20.00 WIB
dengan keluhan nyeri hebat pada genitalia dan perut bagian bawah
membesar dan kembung. BAK dan BAB terasa sakit.

n. Riwayat penyakit sekarang


Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 5 juni 2017 pukul 12.05 WIB
pasien mengeluh badanya lemah dan sulit beraktivitas. Pasien juga
mengeluh nyeri pada genitalia dan susah BAK. Pasien mengatakan
mengeluh nyeri pada perut bagian bawah dan sakit ketika ditekan
dengan skala nyeri 6- menyebar kebagian punggung. Pasien juga
mengatakan nafsu makannya menuru.

o. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit
seperti saat ini. Pasien memiliki kebiasaan makan makanan yang
berminyak dan makan daging serta makanan siap saji. Pasien tidakk
memiliki riwayat pengobatan sebelumnya.
p. Riwaya Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan ada anggota keluarganya yang menderita penyakit
yang dialaminya dan telah meninggal 1 tahun yang lalu. Pasien
mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit
keturunan seperti diabetes melitus, jantung, asma, dan hipertensi.

q. Riwayat Obstetri
a). Keadaan haid:
pasien mengatakan haid pertama umur 14 tahun, siklus haid teratur,
lamanya haid 6 hari. Pasien juga mengatakan 2 sampai 3 kali ganti
pembalut saat haid. Warna darah haid merah encer. Disminore pada
saat hari pertama. Pasien sudah pernah mengikuti kb

b). Riwayat kehamilan dan persalinan: G A P H pasien


memiliki anak 3. Pasien mengatakan hamil pertama tidak ada
masalah semenjak hamil dan pada saat persalinan diusia 39 minggu.
Pasien mengatakan tidak ada komplikasih pada saat melahirkan.

r. Faktor Psikososial
a). Persepsi pasien mengenai penyakit:
pasien tampak sabar dan mampu mengontrol emosinya, pasien tampak
cemas namun masih dalam batas wajar. Pasien dapat mengungkapkan
perasaanya dan keluhannya dengan baik.
b). Tanyakan tentang konsep diri :
pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan keluhannya dengan baik
namun agak sulit dipahami, pasien mengatakan merasa kasihan
kepada keluarganya karena harus merawatnya. Koping pasien baik
dan dan optimis penyakitnya dapat disembuhkan.

s. Pola Kebiasaan sehari-hari


Pasien mengatakan ketika sakit makan dan minum dibantu oleh keluarga.
Pasien BAK melalui kateter. Pasien sulit untuk beraktivitas dan hanya
berada diatas tempat tidur , aktivitas sehari-harinya dibantu oleh kelurga.

t. Pola eliminasi
Pasien sebelumnya tidak mengalami kesulitan dalam BAK dan BAB
sekarang mengeluh sakit untuk BAK dan BAB.

u. Pemeriksaan Fisik
6) Keadaan Umum:
KU: lemah TD 120/70 mmHg, HR: 90x/i, RR 20 x/i, suhu 36,5oC.

7) Pemeriksaan Fisik Head to toe


t) Kepala dan rambut : rambut sudah mulai beruban, tidak ada
kerusakan pada rambut, kulit kepala tidak ada pembengkakan dan
bersih
u) Mata : konjungtiva anemis, sklera ikterik, pupil isokhor diameter
2mm/2mm.
v) Hidung : hidung bersih, tiidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak
ada kelainan pada penciuman
w) Telinga : telinga simetris kiri dan kanan tidak ada pembengkakan,
tidak ada kelainan pendengaran
x) Mulut : bersih dan ditemukan bibir peca-peca
y) Leher dan tenggorokan : tidak ada ditemukan pembengkakan
kelenjar getah bening, menelan baik tidak ada kelemahan
z) Dada atau thorax
Infeksi: tidak ada kelainan yang terlihat seperti ketidak simetrisan
inspirasi dan ekspirasi pada dada Palpasi: palpasi tidak dilakukan
Perkusi: perkusi tidak dilakukan
Auskultasi: tidak dilakukan
aa) Ekstremitas/muskoluskletal
Tonus otot melemah dan pasien tampak berusaha menggerakan
badanya
bb) Genetalia dan anus: pasien mengatakan keluar darah pada vagina
dan diperkirakan 2 sendok teh warna merah tua dan kental dan
nyeri pada saat keluar

v. Data Sosial Ekonomi


Pasien memiliki hubungan sosial yang baik dengan pasien lain dan tenaga
kesehatan yang ada seperti dokter dan perawat. Pasien sehari harinya
bekerja diswasta. Pasien ditanggung dengan BPJS kelas 1.

w. Data Penunjang:
Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal 6 Juni 2017 yaitu Hb 8,3 g/dl,
Ht 28 %, trombosit .000/mm , leukosit 11.270/mm , PT 16,4 detik, APTT
37,5 detik.

Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal 8 Juni 2017 Hb 10,9 g/dl, Ht

Trombosit 255.000/mm3, Leukosit 15.180/mm .

Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 8 Juni 2017


Glukosa sewaktu 152 mg/dl, Ureum darah 97 mg/dl, Kreatinin darah 1,0
mg/dl, Total protein 5,8 g/dl, Albumin 2,1 g/dl, Globulin 3,7 g/dl.

Hasil pemeriksaan imunologi – serologi tanggal 8 Juni 2017 yaitu HBsAg


(elisa) 0,01.

Hasil pemeriksaan USG tanggal 3 juni 2017


Tampak massa dalam ovarium

x. Program Pengobatan:
Ceftriaxone 1 x 2 gr
Ciprofloxacim 1 x 200 mg
Transamin 3 x 1 amp
Vit. K 3 x 1 amp
Tranfusi PRC 3 unit
IVFD NaCl 0,9% 8 jam/kolf
IVFD RL 0,9% 10 jam/ kolf

Obat oral
Vit C 3 x 1 tab
Asamefenamat 3 x 1 tab

Anda mungkin juga menyukai