TINJAUAN PUSTAKA
A. Psoriasis
1. Definisi
Psoriasis merupakan penyakit kulit yang bersifat kronis dan residif.
Semua golongan umur dapat menderita psoriasis. Penyakit ini ditandai
adanya plak berwarna merah, ditutupi oleh sisik tebal berwarna putih
keperakan, berbatas tegas dan transparan, disertai fenomena tetesan
lilin dan tanda Auspitz. Penderita psoriasis terkadang merasakan nyeri,
tidak nyaman, keterbatasan gerak, dan gatal. Selain itu, kulit terasa
kering dan mengelupas. Psoriasis dapat mengenai usia dewasa muda
dan pada bayi dan usia lanjut jarang sekali terjadi. Perbandingan laki-
laki dan wanita adalah sama.1,2, 3
2. Epidemiologi
Psoriasis tersebar di seluruh dunia. Insidensi psoriasis mencapai
hingga 2,5% populasi dunia.4 Prevalensi psoriasis pada populasi Eropa
Utara dan Skandinavia adalah 1,5-3%.13 Meskipun relatif umum terjadi
di Jepang, hal ini jarang terjadi di orang Cina, orang Eskimo, Afrika
Barat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Gelfand dkk di Amerika
dengan pasien dipilih secara acak mendapatkan prevalensi psoriasis
sebanyak 2,5% pada pasien Kaukasia dan 1,3% pada pasien Afrika
Amerika. Insidensi tertinggi yaitu di Denmark sebesar 2,9% dan rata-
rata di Eropa Utara sekitar 2%. Menurut data nasional, belum diketahui
prevalensi psoriasis di Indonesia, namun di Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) H. Adam Malik Medan, terdapat 34 pasien (1,05%)
didiagnosis psoriasis dari 3.230 pasien yang berobat ke Poliklinik Kulit
Hubungan Tingkat Stres Terhadap Munculnya Manifestasi Oral dan Derajat Keparahan Psoriasis
Dessy Yemima Pricilla
1
dan Kelamin.14 Data tersebut diperoleh dari rekam medis selama
periode Januari-Desember 2010.
3. Etiopatogenesis
Penyebab psoriasis belum diketahui dengan pasti hingga saat ini.
Diduga merupakan interaksi antara faktor genetik, faktor imunologik,
dan faktor pencetus lain.
a. Faktor genetik
Faktor yang diduga paling berperan adalah genetik. Apabila
orang tua pasien tidak menderita psoriasis, risiko menderita
psoriasis adalah 12%. Jika salah satu orang tuanya menderita
psoriasis risikonya sebesar 34-39%, dan apabila kedua orang tua
memiliki penyakit psoriasis maka risikonya sebesar 60-70%.9
Psoriasis dikenal dua tipe berdasarkan awitan yaitu psoriasi tipe I
dengan awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe II dengan awitan
lambat bersifat nonfamilial. Faktor genetik pada psoriasis
berhubungan dengan HLA (Human Leukocyte Antigen). Psoriasis
tipe I berhubungan dengan HLA-B13, B-17, Bw57 dan Cw6
sedangkan psoriasi tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2,
dan psoriasis pustulosa berkorelasi dengan HLA-B27.15
b. Faktor imunologik
Faktor imunologik juga berperan pada psoriasis. Penyakit ini
mengakibatkan interaksi yang kompleks dari berbagai sel pada
sistem imun dan kulit, termasuk sel dendritik dermal, sel T,
neutrofil dan keratinosit.16 Secara patologis terjadi hiperproliferasi
keratinosit dan percepatan proliferasi keratinosit. Siklus sel pada
kulit normal lebih cepat dibanding keratinosit. Hal ini diduga
diperantarai oleh mekanisme autoimun.9 Dalam imunopatogenesis
psoriasis, sel Langerhans juga berperan. Terjadi pergerakan antigen
baik endogen maupun eksogen oleh sel langerhans saat memulai
proliferasi epidermis. Pembentukan epidermis pada psoriasis lebih
cepat, hanya 3-4 hari. Pada kulit normal terjadi pembentukan
selama 27 hari.
c. Faktor pencetus lain
Berbagai faktor pencetus pada psoriasis diantaranya adalah
stres psikis, infeksi fokal, trauma mekanik, gangguan hormonal,
gangguan metabolisme, obat, alkohol dan juga merokok. Stres
psikik merupakan faktor pencetus utama. Stres ditemukan
berhubungan dengan tingkat keparahan psoriasis.17 Karena lesi
psoriasis biasanya terlihat, pasien sering mengalami reaksi negatif
dari orang lain sehingga menimbulkan rasa malu. Tingkat
keparahan penyakit psoriasis juga berdampak negatif yang terus
berlanjut seperti gangguan kejiwaan (misalnya depresi, kecemasan,
fobia sosial), alkoholisme, penyalahgunaan obat, bahkan
berkeinginan untuk bunuh diri.18 Psoriasis gutata mempunyai
hubungan erat dengan infeksi fokal, namun tidak jelas
hubungannya dengan psoriasis vulgaris. Umumnya streptococcus
merupakan penyebab infeksi. Puncak insiden psoriasis terjadi saat
pubertas dan menopause. Faktor pencetus lain yang telah
dilaporkan seperti gangguan metabolisme yaitu hipokalsemia dan
dialisis. Obat-obatan yang dapat menimbulkan residif adalah beta-
adrenergic blocking agents, litium, antimalaria dan kortikosteroid
sistemik yang berhenti konsumsi secara mendadak.16
4. Gambaran klinis
Lesi yang sering ditemui pada psoriasis adalah tampak plak
kemerahan, berbatas tegas dengan skuama tebal berlapis yang
berwarna keputihan pada permukaan lesi, dan disertai fenomena
tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. Tanda Auspitz terjadi dibawah
skuama dan bintik-bintik perdarahan saat skuama diangkat serta kulit
terlihat kemerahan mengkilat. Lesi dapat timbul pada tempat trauma
seperti garukan. Keadaan ini dinamakan fenomena Koebner. Saat
menggores skuama pada lesi dengan skapel/kuku dan kemudian
tampak garis putih merata, disebut sebagai fenomena tetesan lilin.
Tempat predileksi di kulit kepala, ujung jari tangan dan jari kaki,
telapak tangan, telapak kaki, umbilikus, siku, lutut, tulang kering dan
sakrum.1,2 Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yaitu
ditemukan pitting nail. Kelainan lain ialah kuku yang keruh, tebal,
deformitas kuku dan onikolisis. Pada penderita psoriasis terkadang
merasakan nyeri, gatal, keterbatasan gerak, tidak nyaman, kulit
mengelupas terutama yang terkena kulitnya kekeringan kulit,.3
Penyakit ini tidak menular. Secara klinis psoriasis yang paling
sering ditemukan adalah psoriasis vulgaris. Bentuk lainnya yaitu
psoriasis inversa (fleksural), psoriasis gutata, psoriasis pustular,
psoriasis linier, dan psoriasis eritroderma.
5. Gambaran histopatologi
Perubahan patologis yang dapat terjadi pada epidermis maupun
dermis menurut Gudjonsson dan Elder (2012) adalah sebagai berikut:
a. Penebalan lapisan korneum yang disebut hiperkeratosis.
b. Penebalan lapisan stratum spinosum dengan elongasi rete ridge
epidermis yang disebut akanthosis.
c. Pada stratum basalis terjadi peningkatan mitosis.
d. Dibawah stratum korneum tampak granulosit neutrofilik
bermigrasi melewati epidermis membentuk mikro abses munro
e. Infiltrasi sel-sel polimorfonuklear, limfosit, monosit dan neutrophil
pada edema di dermis.
f. Papila dermis mengalami pemanjangan dan pembesaran.
g. Terdapat inti stratum korneum sampai hilangnya stratum
granulosum yang disebut parakeratosis.
7. Macam-macam psoriasis
a. Psoriasis Vulgaris
Jenis ini paling banyak ditemukan. Gambaran khas tampak lesi
eritematosa berbatas tegas, berskuama. Tempat predileksi ditemui
pada daerah ekstermitas yaitu siku dan lutut, skalp, lumbosakral
bawah, bokong dan genital. Gambaran khas berupa lesi kecil
maupun besar yang dapat meluas kemudian membentuk gambaran
lebih besar disebut psoriasis geografika.16 Lesi pada psoriasis
vulgaris dapat bervariasi ukuran mulai 0,5 cm hingga 30 cm atau
lebih.
b. Psoriasis Gutata
Jenis ini dapat timbul pada dewasa muda dan anak-anak
dengan bentuk bulat atau sedikit lonjong simetris dengan diameter
0.5-1 cm, terdapat skuama putih diatasnya, terletak simetris pada
badan dan ekstremitas proksimal, terkadang dapat timbul pada
muka, telinga, jarang di telapak tangan dan kaki. Psoriasis gutata
sering terjadi pada saluran nafas bagian atas yang diakibatkan oleh
infeksi akut streptokokus. Lesi ini menetap selama 3 sampai 4
bulan dan dapat hilang spontan.3
c. Psoriasis Pustulosa
Gambaran klinis psoriasis pustulosa ditandai dengan pustula
berwarna putih atau kekuningan dan eritema skuama. Psoriasis tipe
ini dianggap sebagai penyakit tersendiri dan sebagai varian
psoriasis. Psoriasis Pustulosa memiliki dua bentuk yaitu tipe
Barber yang setempat (lokalisata) dan generalisata atau disebut
juga tipe Zumbusch. Psoriasis pustulosa tipe Barber akan tampak
pustul-pustul pada telapak tangan dan telapak kaki. Sedangkan tipe
Zumbusch terdapat pustula pada lesi psoriasis dan kulit yang
normal.3
d. Psoriasis Inversa
Jenis ini mempunyai terjadi didaerah fleksor sesuai dengan
namanya yaitu pada kulit kepala, lipatan dan glans penis. Psoriasis
ini memiliki lesi eritema berbentuk tajam, berbatas tegas, berkilat
dan sering dijumpai pada daerah kontak.3
e. Psoriasis Eksudativa
Psoriasis ini biasanya kering tetapi pada bentuk ini kelainannya
basah seperti dermatitis akut dan bentuk tersebut sangat jarang.3
f. Psoriasis Eritroderma
Psoriasis eritroderma dapat disebabkan oleh pengobatan
topikal yang terlalu kuat atau karena meluasnya penyakit tersebut.
Eritema dan skuama tebal akan menutupi lesi khas sehingga tidak
tampak lagi. Lesi samar- samar akan tampak lebih eritematosa dan
kulitnya lebih meninggi.3
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2. Gambaran klinis Psoriasis: (a) Tipe Plak kronis, (b) Tipe
Gutata, (c) Tipe Pustular dan (d) Tipe Eritroderma.13
8. Diagnosis
Pertama yang dilakukan adalah anamnesis. Dokter menanyakan
apakah terdapat riwayat keturunan penyakit psoriasis. Kemudian,
diagnosis juga ditegakkan berdasarkan gambaran klinis secara
keseluruhan. Fenomena tetesan lilin, tanda Auspitz, dan Koebner
merupakan tanda pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan.
Fenomena tetesan lilin adalah skuama putih, seperti lilin yang digores,
karena perubahan indeks bias. Pada fenomena Auspitz tampak daerah
bintik-bintik saat skuama diangkat lapis demi lapis. Hal ini disebabkan
oleh papilomatosis. Trauma pada kulit penderita psoriasis, seperti
garukan, disebut fenomena Kobner.3,24
Pada pemeriksaan histopatologis ditemukan lesi hiperkeratosis
yaitu terjadi penebalan stratum korneum, hilangnya stratum
granulosum, terjadi parakeratosis pada stratum korneum dan tampak
inti yang jelas, dan akantosis terjadi penebalan stratum spinosum.
Pematangan keratinisasi sel-sel epidermis terjadi terlalu cepat dan
stratum korneum tampak menebal karena aktivitas tinggi pada mitosis
sel epidermis. Didalam stratum korneum dijumpai kantong-kantong
kecil berisi sel radang polimorfonuklear yang dikenal sebagai
mikroabses Monroe.3,16
Pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan untuk
mendiagnosa psoriasis adalah melakukan biopsi kulit dengan
menggunakan pewarnaan hematoksilin-eosin. Pada umumnya tampak
elongasi rete ridges dan penebalan epidermis ataupun akantosis.
Terjadi hilangnya stratum granulosum yang disebabkan diferensiasi
keratinosit. Selain itu, terjadi parakeratosis yaitu stratum korneum
mengalami penebalan dan terdapat retensi inti sel pada lapisan ini.
Terdapat neutrofil dan limfosit yang bermigrasi dari dermis.
Sekumpulan neutrofil dapat membentuk mikroabses Munro. Pada
dermis akan dijumpai tanda-tanda inflamasi seperti hipervaskularitas
dan dilatasi serta edema papila dermis. Infiltrat dermis terdiri dari
neutrofil, makrofag, limfosit dan sel mast.24
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah dengan laboratorium
untuk menemukan faktor pencetus lain. Pemeriksaan laboratorium
dapat digunakan untuk menemukan penyakit lain yang menyertai
psoriasis, seperti pemeriksaan gula darah, dan kolesterol untuk
penyakit diabetes mellitus.3,16 Namun, abnormalitas laboratorium
biasanya bersifat tidak spesifik dan mungkin tidak ditemukan pada
semua penderita psoriasis.
2. Etiologi
Sumber stres dikenal dengan istilah stressor, yang terdiri dari
faktor fisik, sosial, dan psikologi. Stressor fisik dapat berasal dari luar
individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, dan
trauma. Stressor sosial didapat karena interaksi individu dengan
lingkungannya yang berasal dari tekanan luar. Stressor psikologis
biasanya bersifat negatif seperti frustasi, kecemasan, rasa bersalah,
marah, benci, sedih, rasa kuatir berlebihan, serta rasa rendah diri yang
merupakan tekanan dari dalam diri individu. 27 Tiap individu memiliki
respon dan presepsi yang berbeda pada stressor yang dialaminya.
Keparahan stres yang dialami sangat tergantung pada pikiran individu
dalam memandang stressor yang timbul pada dirinya27 Selain itu,
terdapat beberapa gejala yang dapat menyebabkan stres diantaranya
gejala fisik, mental, emosional, spiritual, dan relasi. Gejala fisik
meliputi sakit kepala, flu, perubahan nafsu makan, perubahan berat
badan, perokok, kelelahan, dan gangguan pencernaan.28 Gejala mental
meliputi kebosanan, kebingungan, dan kesulitan dalam memikirkan
sesuatu. Gejala emosional meliputi depresi, mimpi buruk, perasaan
bersalah, ketidakberanian, dan kegelisahan. Gejala spiritual meliputi
keragu-raguan, kekosongan, ketidakmampuan untuk memaafkan orang
lain, pesimis, dan putus asa.28
3. Tingkatan stres
Tingkatan stres berdasarkan skala pengukuran menggunakan
Depression Anxiety Stress Scale menurut Psychology Foundation of
Australia (2014) yaitu:
a. Normal
Dikatakan normal apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS
tidak pernah dialami atau jarang dialami.
b. Stres ringan
Dikatakan stres ringan apabila gejala yang tercantum dalam DASS
jarang dialami atau dialami tetapi hanya kadang-kadang.
c. Stres sedang
Dikatakan stres sedang apabila gejala stres yang tercantum dalam
DASS terkadang dialami dan sering dialami, namun lebih dominan
terjadi kadang-kadang saja.
d. Stres berat
Dikatakan stres berat apabila gejala stres yang tercantum dalam
DASS terkadang dialami hingga sering dialami, namun lebih
dominan sering.
e. Stres sangat berat
Dikatakan stres sangat berat apabila gejala stres yang tercantum
dalam DASS sering dialami.