Anda di halaman 1dari 1

Dalam pembuktian, ada hal-hal yang harus di buktikan dan tidak di buktikan.

Berdasarkan
pasal 163 HIR dan 283 RDG, hal-hal yang perlu di buktikan hanyalah peristiwa yang di
dalilkan oleh pihak yang berperkara. Peristiwa yang di dalilkan oleh tergugat harus di selidiki
dengan baik karena apa yang di dalilkan bisa saja bohong. Terdapat juga hal-hal yang tidak
perlu dibuktikan, seperti gugatan yang sudah diakui, penglihatan hakim di muka
persidangan, dan hal yang sudah diketahui oleh umum. Hal-hal ini tidak perlu lagi untuk
dibuktikan karena sudah dapat terlihat dengan jelas. Pengakuan dari tergugat biasa di
dapatkan saat tanya menjawab, gugatan yang diakui oleh tergugat tentu sudah tidak perlu
lagi dibuktikan arena tergugat sudah secara jujur mengakui dengan jujur peristiwa dengan
jujur. Hal lain yang tidak perlu dibuktikan adalah saat hakim sudah yakin dengan apa yang di
lihatnya. Sesuatu yang dilihat oleh hakim sudah memberikan keyakinan bagi hakim tentang
peristiwa apa saja yang terjadi. hal terakhir yang tidak perlu dibuktikan adalah hal-hal yang
sudah diketahui oleh umum. Hal-hal umum tidak perlu lagi dibuktikan karena mayoritas
orang dianggap sudah mengetahui mengenai hal tersebut. Tidak ada poin dalam
membuktikan hal-hal yang tidak perlu dibuktikan karena hanyak akan memakan waktu lebih
dan memperumi jalan persidangan. Setelah membahas hal-hal yang perlu dan tidak perlu
dibuktikan, tentu ada pembagian beban pembuktian. Pembagian beban pembuktian
haruslah seimbang atau dengan kata lain tidak berat sebelah kepada tergugat ataupun
penggugat. Pembagian beban yang tidak adil tentu akan mengakibatkan kerugian bagi salah
satu pihak dalam pengadilan karena akan lebih sulit bagi mereka untuk membuktikan
kebenarannya.

Anda mungkin juga menyukai