Anda di halaman 1dari 9

sumber:www.oseanografi.lipi.go.

id

Oseana, Volume XXIII, Nomor 2, 1998 : 1 – 9 ISSN 0216 1877

ARUS LlNTAS INDONESIA (ARLINDO)

Oleh
1)
M. Hasanudin

ABSTRACT

The flow of water from Pacific to Indian Ocean through Indonesia or us


we call The Indonesia Through Flow or in Bahasa Indonesia, Arus Lintas
Indonesia is a famous and interesting topic among the oceanographers and the
general public in recent years. A Joint Oseanographic Researches between
Indonesia-America. Indonesia-France and Indonesia-Australia on the 1ndone.rian
through flow have many times been carried out. There are many papers
discussing this topic either based on the result of those researches or based on
theory. But most of those ones are written in English, and unfortunately only who
has a strong basic knowledge in oceanography can understand. In this paper I write
that topic in the "semi popular" style, in order for the general public are able to
read and know this topic well.

PENDAHULUAN Dalam keadaan normal, di atas Pasifik


bertiup angin pasat tenggara sepanjang tahun.
ARLINDO yang merupakan kepen- Tenaga gesekan angin ini bcrfungsi
dekan dari Arus Lintas Indonesia, atau lebih mendorong massa air Pasifik ke arah barat.
dikenal oleh para ahli oseanographi dengan sehingga terjadilah "penumpukan" massa air
istilah "Indonesian Through Flow", adalah di Pasifik bagian barat yang berada dekat
aliran massa air antar samudera yang dengan Indonesia. Sebagai akibat terjadinya
melewari Perairan Indonesia. Sebagai negara perbedaan tinggi permukaan air antara Pasifik
yang diapit oleh dua lautan besar yakni bagian barat dengan Samudera Hindia yang
Samudera Pasifik di bagian utara dan timur berada di selatan Indonesia. Menurut
laut serta Samudera Hindia di bagian selatan WYRTKI (1987). perbedaan tinggi antara
dan barat daya Indonesia berlaku sebagai dua permukaan Samudera ini nilainya
saluran bagi aliran massa air dari Samudera bervariasi. Pada waktu monsun tenggara
Pasifik ke Samudera Hindia. Aliran massa (Bulan Mei-September) perbedaan tinggi
air ini terjadi sebagai akibat adanya muka lautan ini mencapai maksimum, setinggi
perbedaan tekanan antara kedua lautan 28 cm, yang diukur antara Davao, Filipina
tersebut (WYRTKI 1987). (Pasifik) dan Darwin, Australia (Hindia),

1)
Balai Penelitian Biologi Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI, Jakarta.

Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Sebaliknya pada waktu monsun barat (Bulan perairan Indonesia, kehadiran ARLINDO ini
Oktober-Maret) perbedaan tinggi permukaan menambah kompleksnya proses fisis yang
dua lautan ini nilainya berada pada titik terjadi di perairan Indonesia. Sebagai contoh
terendah, yakni kurang dari 10 cm. Perbedaan adalah proses mixing/percampuran dua massa
ketinggian muka lautan inilah yang air yang berbeda, upwelling, downwelling
menyebabkan terjadinya gradien tekanan yang dan sebagainya. Proses-proses tersebut
kemudian menimbulkan perpindahan massa membawa pengaruh luas, tidak saja bagi
air dari Samudera Pasifik ke Samudera bidang oseanografi, tetapi juga bagi bidang-
Hindia. bidang lain seperti perikanan, cuaca/iklim
Karena kurangnya pengukuran arus serta lingkungan laut dan pantai.
secara langsung pada jalur-jalur yang dilalui
Arus Lintas Indonesia ini, pengetahuan RUTE, ASAL MASSA AIR DAN
tentang kekuatan arus dan juga variasinya VOLUME TRANSPORT
terhadap musim masih sangat kurang.
Meskipun demikian dari hasil prediksi yang Rute
didapat dengan menggunakan bermacam
Peristiwa "bocornya" Samudera
metoda tak langsung untuk berbagai musim
Pasifik ke arah Samudera Hindia yang tampak
didapat perkiraan nilai transport massa air
seperti peristiwa lokal bagi Indonesia ternyata
sebesar 1 hingga 22 Sv ke arah Samudera
menjadi bahan penelitian yang menarik bagi
Hindia (lSv = 1 Sverdrup = 106m3/det.)
para ahli oseanografi dari berbagai negara.
(KINDLE et al. dalam FIEUX 1995a).
Hal ini berkaitan dengan adanya dugaan
Ketidak teraturan topografi dasar
bahwa ARLINDO ini merupakan aliran air
perairan Indonesia, antara lain disebabkan
hangat antar samudera, yang merupakan bagian
oleh banyaknya pulau, penyempitan atau
dari "global scale oceanic belt”3 (GORDON
pelebaran selat, juga banyak terdapatnya sill2
1986). Diduga pula proses ini membawa
di mulut cekungan laut, aliran massa air
dampak tidak saja bagi Indonesia tetapi
yang semula tampak sederhana menjadi tidak
mencakup wilayah yang lebih luas. Oleh
sederhana lagi. Selain itu tingginya kisaran
karena itu proses Arus Lintas Indonesia
(range) pasang surut dan intensifnya lapisan
beserta hal-hal yang ada kaitannya dengan
thermoklin yang merupakan sifat khas
proses tersebut menjadi obyek penelitian
yang menarik.

2) Sill dalam bahasa Indonesia yang diartikan dengan ambang adalah bentuk dasar cekungan yang menjulang ke atas,
tetapi tidak sampai ke permukaan laut. Ini biasanya terdapat di mulut cekungan laut, dan berfungsi menghambat aliran air
yang melewatinya. Dengan demikian hanya lapisan air yang berada di atas sill saja yang dapat mengalir secara langsung
3) Adalah arus antar samudera yang mengelilingi dunia. Diawali dengan arus dari Pasifik ke Hindia yang dikenal dengan
ARLINDO. Di Samudera Hindia massa air ini bergabung dengan south equatorial current menuju ke barat sampai di sebelah
timur Afrika, untuk kemudian pecah menjadi dua yakni arus Somali dan arus Muzambik. Arus Muzambik ini kemudian
berlanjut menjadi arus Agulhas dan selanjutnya menjadi arus Benguela yang mengalir ke utara lewat sebelah barat Afrika.
Kemudian arus Benguela bersama dengan south equatorial current menyeberang equator bergabung dengan arus Antilles.
Bersama Gulf Stream air tersebut mengalir ke Atlantik Utara. Sampai di sini aliran air terjadi pada lapisan kedalaman di atas
500 meter, dan sering disebut dengan aliran air hangat. Dalam perjalanan ke Atlantik Utara ini terjadi penguapan dan
pendinginan yang menyebabkan air tenggelam sampai di kedalaman antara 1500 hingga 2000 meter. Dari Atlantik Utara
massa air yang telah menjadi dingin ini mengalir ke selatan lewat lapisan bawah hingga sampai di dekat Antartika. Di sana
bergabung dengan Antartic circumpolar current berbelok masuk ke Samudera Hindia dan sebagian menyusup ke utara pada
daerah-daerah upwelling. Tetapi yang terpenting adalah bagian arus yang terus menuju ke timur lewat selatan Australia dan
masuk ke samudera Pasifik. Di samudera Pasifik air ini bergerak ke utara dan muncul kembali di sekitar ekuator dan bergabung
dengan north equatorial current dan south equatorial current untuk kemudian kembali lagi menjadi ARLINDO.

Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Proses ARLlNDO ini pertama kali Yang pertama adalah jalur yang berada antara
diketahui dari hasil "Ekspedisi Snellius", P. Alor dan P. Timor atau lebih dikenal
yang mengadakan penelitian Oseanografi di dengan Selat Ombai. Dari selar Ombai massa
seluruh cekungan yang ada di Laut Maluku air ini masuk ke Laut Sawu, untuk kemudian
pada tahun 1929 dan tahun 1930. Dari sifat- mengalir keluar ke Samudera Hindia melalui
sifat fisis air laut yang ditemukan di Selat Sumba, Selat Sawu dan Selat Roti,
cekungan-cekungan laut tersebut disimpulkan Sedangkan jalur kedua adalah jalur yang
bahwa massa air tersebut berasal dari berada di sebelah selatan P. Timor, yang
Samudera Pasifik yang masuk ke perairan melewati Cekungan Timor dan Celah Timor
Indonesia. Kemudian di tahun 1960, dengan yang merupakan celah antara Roti dengan
menggunakan Kapal Jalanidhi secara implisit paparan Benua Australia. Pintu kedua bagi
penelitian ARLlNDO ini mulai dirintis. masuknya air Pasifik adalah Laut Maluku.
Seiring dengan Program Pembangunan Dari Laut Maluku ini massa air yang
Jangka Panjang 25 tahun dengan tiap tahapan berasal dari Pasifik tersebut memasuki
selama 5 tahun, mulai tahun 1969 program Laut Seram dengan melewati Selat Lifamatola
penelitian ARLlNDO ini disesuaikan dengan yang terletak antara P. Lifamatola dengan P.
tahapan-tahapan Pelita. Untuk tahun-tahun Obi. Kemudian dari Laut Seram mengalir
selanjutnya dengan munculnya peminat baru melalui Selat Manipa ke Laut Banda
dari negara-negara lain terutama Amerika (ILAHUDE & GORDON 1994).
dan Perancis, kerjasama dengan negara-negara Dari pintu ketiga adalah Laut Halmahera.
tersebut dalam penelilian ARLlNDO ini Massa air dari Pasifik Selatan yang dibawa
semakin diintensifkan. oleh New Guinea Coastal Current langsung
Dari hasil-hasil penelitian yang telah masuk Laut Halmahera. kemudian menuju
dilakukan selama ini dapat diketahui bahwa ke Laut Seram dan Cekungan Aru. Di sini
ada 3 pintu masuk utama massa air Pasifik terjadi percampuran dengan massa air yang
ke Perairan Indonesia. Yang pertama dan datang dari Laut Banda. Akhirnya massa air
yang paling dominan adalah selat Makassar. ini masuk lewat bagian timur Laut Timor
Massa air yang berasal dari Pasifik utara menuju Samudera Hindia (VAN AKEN et al.
memasuki laut Sulawesi lewat sebelah selatan dalam FIEUX 1995). Secara garis besar
Mindanao, untuk kemudian masuk ke jantung jalur-jalur yang dilalui Arus Lintas lndoncsia
Perairan Indonesia lewat Selat Makassar. dapat dilihat pada gamhar 1.
Rute ini oleh para ahli dinamakan dengan
rute barat/western route (BINGHAM & Asal Massa Air
LUKAS dalam FIEUX 1995). Di ujung akhir
Ada dua jenis massa air yang
Selat Makassar, jalur ini bercabang menjadi
merupakan komponen ARLlNDO ini, yakni
dua, sebagian langsung menuju Samudera massa air yang berasal dari Pasifik Utara dan
Hindia melewati Selat Lombok, dan yang massa air dari Pasifik Selatan. Massa air dari
sebagian lagi berbelok ke Timur melewati Pasifik Utara yang terdiri dari North Pacific
Laut Flores menuju ke Laut Banda. Di Laut Subtropical Water (disingkat dengan NPSW)
Banda massa air ini mengalami percampuran dan North Pacific lntemediate Water
dengan massa air Pasifik yang masuk lewat (disingkat dengan NPIW) masuk Perairan
Laut Halmahera, Laut Maluku dan Laut Indonesia melalui Selat Makassar. Menurut
Seram. Untuk selanjutnya campuran massa FFIELD & GORDON dalam HAUTALA
air ini menyebar ke arah Samudera Hindia et al. (1994), massa air Pasifik Utara ini
dengan melewati dua jalur (GORDON 1986). berasal dari sekitar (69º LU, 127º -132º BT)

Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

■M"

Gambar 1. Lintasan ARLINDO (GORDON & FINE. 1996),

Kehadiran NPSW dan NPIW di terdeteksi kuat hanya dilaut Maluku bagian
Perairan Indonesia dikenali dari nilai utara. Di bagian tengah dan selatan sangat
salinitasnya. NPSW memiliki nilai salinitas lemah terdeteksi. Hanya sebagian kecil dari
tinggi (maksimum), dan NPIW memiliki massa air ini yang kemudian memasuki Laut
nilai salinitas rendah (minimum). Di Selat Seram dan akhirnya ke laut Banda.
Makassar massa air NPSW ditemukan pada Di bagian selatan Laut Maluku air
kedalaman rata-rata 100-150 dbar, dan massa Thermocline Pasifik Selatan masuk Laut
air NPIW ditemukan pada kedalaman rata- Seram melalui Laut Halmahera dengan
rata 300-350 dbar (1 dbar kira-kira sama didorong oleh New Guinea Coastal Under-
dengan 1 meter). Kedua jenis massa air ini current. Menurut FFIELD & GORDON
dari Selat Makassar sebagian langsung dalam (HAUTALA et al. 1994), massa air
menuju ke Samudera Hindia lewat Selat ini berasal dari (l° LS-1° LU. 134°-140° BT).
Lombok, dan sebagian lagi didorong ke arah
Laut Flores untuk kemudian memasuki Laut Volume Transport
Banda. Dalam perjalanannya ke Laut Banda Besaran arus biasanya dinyatakan
kedua massa air ini melemah sebagai akibat dengan kecepatan dan arah. Untuk luas
adanya percampuran secara vertikal yang penampang tertentu dari kecepatan arus dapat
kuat (strong vertical mixing) yang merupakan dihitung volume transport, yakni suatu
karteristik dari perairan Indonesia. besaran yang menyatakan besarnya volume
Di rute timur massa air dari Pasitik air yang dipindahkan setiap satuan waktu.
Utara rnemasuki perairan Indonesia melalui Dalam studi ARLINDO i n i untuk
Laut Maluku. Berbeda dengan di Selat Makasar, mendapatkan nilai volume transport total
di Laut Maluku massa air dari Pasifik Utara ini (volume air yang melewati seluruh selat di

Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Indonesia) secara akurat perlu dilakukan Sawu kurang lebih sebesar 7-10 Sv
pengukuran arus di jalur-jalur yang dilewati (ILAHUDE et al. 1994).
secara simultan dan dalam jangka waktu Di Laut Maluku juga telah dilakukan
yang panjang (sering dikatakan dengan penelitian kekuatan arus lintas Indonesia,
"mooring"). Tetapi hal ini sukar untuk yakni dengan melakukan pengukuran arus
dilakukan karena memerlukan peralatan secara langsung di Selat Lifamatola.
canggih yang banyak jumlahnya dan biaya Pengukuran arus dilakukan pada kedalaman
yang besar. Pengukuran arus yang 300 meter dari permukaan dan kedalaman
dilakukan selama ini sifatnya hanya per- 100 meter dari dasar selat (POSTMA &
lokasi, misalnya di Selat Lombok. Selat MOOK dalam MOLCARD 1994). Dari data
Makassar, Selat Timor dan lain-lain. yang diperoleh diperkirakan sebesar 1,5 Sv
Nilai volume transport dari arus massa air mengalir ke arah laut Banda lewat
lintas Indonesia yang ada sekarang adalah Selat Lifamatola ini. Sedangkan data-data
merupakan hasil prediksi dengan volume transport massa air Pasifik Selatan
menggunakan berbagai metoda tak langsung. yang masuk lewat Laut Halmahera kemudian
Meskipun menggunakan metoda yang ke Laut Seram belum ada.
berbeda-beda, tetapi angka-angka yang Masih dalam usaha menentukan
didapat oleh para ahli mendekati nilai yang kekuatan arus lintas Indonesia,
sama. Dari laporan-laporan terdahulu MIYAMA et al. (1994) melakukan
diperoleh perkiraan nilai total volume trans- perhitungan total volume transport Arus
port Arus Lintas Indonesia antara 1-20 Sv ke Lintas Indonesia dengan suatu metoda yang
arah Samudera Hindia (FIEUX et al. 1994). dinamakan dengan Metoda Euler-Lagrange.
Dari nilai volume transport total tersebut Dalam modelnya Miayama dan kawan-
sebagian besar melewati Selat Makassar. kawan menghitung massa air yang melewati
Komponen ARLINDO yang melewati Selat garis sejajar ekuator pada posisi 8,5o LS. Garis
Makassar tersebut sebagian langsung menuju tersebut memotong semua selat yang dilalui
Samudera Hindia melalui Selat Lombok, dan oleh Arus Lintas Indonesia. Dengan metoda
sebagian lagi menuju ke Laut Banda. ini mereka mendapatkan nilai total volume
MURRAY & ARlEF (1988) setelah transport sebesar 20±3 Sv. Nilai tersebut
melakukan penelitian arus di Selat Lombok tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian-
melaporkan Bahwa volume transport ke arah penelitian sebelumnya. Selain itu dengan
Samudera Hindia yang melalui selat tersebut model tersebut juga dihitung total volume
adalah (1,7 ± 1,2) Sv. Ini adalah merupakan transport untuk tiap bulan (lihat gambar 2).
aliran langsung dari Selat Makassar dengan Nilai positif volume transport pada gambar
melewati lapisan permukaan diatas 350 dbar. 2 berarti massa air mengalir ke arah
Hal ini dimungkinkan karena kedalaman sill Samudera Pasifik. Dan sebaliknya nilai negatif
di Selat Lombok adalah 350 meter. berarti massa air mengalir ke arah Samudera
Volume transport massa air yang Hindia. Dari gambar 2 dapat disimpulkan
berasal dari Selat Makassar dan kemudian ke bahwa transport massa air ARLINDO
Laut Banda menurut perkiraan sekarang berasal dari Pasifik menuju ke Samudera
adalah sekitar 15 Sv (GORDON dalam Hindia. Hal ini sesuai dengan hasil
ILAHUDE et al. 1994) Dari nilai tersebut penelitian yang didapat oleh para ahli
kira-kira sebesar 7 Sv melewati Laut Timor yang lain. Dari gambar 2 juga terlihat
menuju Samudera Hindia (CRESSWELL et bahwa Arus Lintas Indonesia ini menguat
al. 1993). Dan Massa air yang melewati Laut pada waktu monsun timur, dan melemah
pada waktu monsun barat.

Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

dari massa air yang dibawa oleh Arus


Mindanao (Mindanao Current. disingkat
dengan MC) mengalir masuk ke Laut
Sulawesi. Massa air dari Arus Mindanao ini
kemudian menuju ke selatan lewat Selat
Makassar sebagai Arus Lintas Indonesia.
Sebagai akibatnya transport massa air ke
arah selatan di Selat Makasar menguat.
Sebaliknya pada waktu NECC menguat dan
NGCC menuju ke arah timur, yang terjadi
antara musim gugur dan musim dingin maka
MC bergabung NGCC. Gabungan arus yang
menuju ke arah timur tersebut sudah terbentuk
Gambar 2. Volume transport ARLINDO di Laut Sulawesi dan kemudian berasosiasi
( MIYAMA et al. 1994) menjadi Mindanao Eddy di tenggara Filipina.
Sebagai akibatnya arus ke arah selatan di
Pengaruh Musim Terhadap Arlindo
Selat Makassar melemah.
Pada umumnya pola arus laut Pada lapisan dengan kedalaman
Perairan Indonesia dipengaruhi oleh menengah (kira-kira 300 meter) selain MC.
perubahan angin monsun, terutama pada Equatorial Under Current (EUC) di Pasifik
lapisan permukaan. Pada waktu monsun timur Barat juga memegang peranan terhadap kuat
yang terjadi dari Bulan Juni hingga Bulan lemahnya ARLINDO. Karena kekuatan EUC
Agustus, massa air dari Laut Banda didorong bervariasi terhadap musim, maka ARLlNDO
ke arah Laut FIores, kemudian ke Laut Jawa untuk lapisan kedalaman menengah juga ber-
dan Selat Makassar didorong oleh angin variasi secara musiman. Pada musim dingin
yang datang dari barat menyeberangi Laut ketika EUC melemah, pengaruhnya tidak
Flores menuju Laut Banda (WYRTKI 1961). kelihatan. Inti dari MC mensuplai massa air
Tetapi Arus Lintas Indonesia yang berasal ke arah selatan yang melewati Selat Makassar,
dari Pasifik tidak dipengaruhi oleh adanya sehingga Arus Lintas Indonesia menguat. Ini
perubahan angin monsun, malah yang terjadi berbeda dengan arus pada lapisan permukaan
adalah sebaliknya. Arus Lintas ke arah selatan yang melemah pada musim ini. Sebaliknya
yang melewati Selat Makasar yang paling dari musim semi ke musim panas. EUC
kuat terjadi kira-kira pada musim panas bagi menguat, dan MC ini bergabung kuat
belahan bumi utara, yang pada waktu itu dengannya. Meskipun cabang dari MC yang
angin monsun berasal dari arah tenggara. Ini berada di barat mengalir ke laut Sulawesi,
menandakan bahwa kekuatan ARLINDO tetapi sebagian besar kembali lagi ke Pasifik
dipengaruhi oleh adanya variasi musiman setelah berputar berlawanan dengan arah jarum
pada sirkulasi laut lapisan atas di sekitar jam di Laut Sulawesi. Keadaan ini berlangsung
ekuator (upper equatorial circulation), yang sampai musim gugur tiba (LINDSTROM et
terjadi di Pasifik bagian barat. Ketika North al. dalam MlYAMA et al. 1994).
Equatorial Counter Current (disingkat dengan Seperti telah disinggung diatas, sumber
NECC dan arahnya menuju ke timur) lemah, utama dari ARLINDO ini adalah Mindanau
dan New Guenea Coastal Curent (NGCC) Current yang membawa massa air Pasifik
berarah menuju ke barat, yang terjadi dari Utara. Massa air Pasifik Utara inilah yang
musim semi hingga musim panas, sebagian kemudian melewati Selat Makassar. Tidak

Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

ada massa air Pasifik Selatan yang masuk ke air di bagian atas Laut Flores bagian barat
Selat Makassar tersebut. Waktu tempuh bagi (diselatan Sulawesi). Massa air di bagian
massa air ini untuk sampai di Samudera bawah yang datang dari arah timur naik
Hindia relatif pendek, hanya beberapa bulan. untuk mengisi kekosongan tersebut (GOR-
Oleh karenanya ketika tiba di Selat Lombok DON et al. 1994). Naiknya massa air dari
massa air ini hampir tidak kehilangan sifat- lapisan bawah yang kaya akan bahan
sifat aslinya. Ada sedikit massa air Pasifik "makanan" inilah yang menyebabkan perairan
Utara dan Pasifik Selatan yang masuk ke menjadi subur. Peristiwa naiknya massa air
Laut Banda melalui Laut Halmahera untuk dari lapisan bawah disebut dengan upwelling.
selanjutnya ke Samudera Hindia. Sebelum Sill-sill serupa banyak terdapat di perairan
sampai di Samudera Hindia tejadi Indonesia, khusunya diselat-selat yang dilalui
percampuran kedua massa air ini. Karena Arus Lintas Indonesia. Bahkan menurut
waktu tempuhnya sampai beberapa tahun, GROEN (1965). hampir semua cekungan
massa air tersebut sudah kehilangan sifat laut yang ada di Indonesia memiliki sill. Oleh
aslinya ketika sampai di Samudera Hindia. sebab proses seperti diatas besar kemungkinan
juga terjadi di tempat-tempat lain.
DAMPAK YANG DlTIMBULKAN Perairan Indonesia bagian timur seperti
OLEH ARLINDO BAGI INDONESIA Laut Banda, Laut Arafura. Laut Maluku
terkenal sehagai daerah upwelling yang subur.
Seperti telah disinggung di muka Ini terjadi karena pada musim timur, massa
bahwa keadaan topografi dasar perairan In- air di lapisan atas perairan tersebut terdorong
donesia sangat beragam. Hal ini berpengaruh oleh angin timur sampai ke Laut Jawa, Laut
besar terhadap bentuk aliran massa air dari Natuna dan Laut China Selatan. Kekosongan
Pasifik ke arah Samudera Hindia. Proses air dilapisan permukaan inilah yang diisi
turbulensi, sinking, upwelling, down welling oleh massa air dari bawah yang kaya akan
dan sebagainya sering terjadi mengiringi bahan makanan. Internal waves yang tcrjadi
perjalanan ARLINDO ini. Dan biasanya sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya pasang
proses-proses tersebut dikuti oleh proses fisis surut, dan Arus Lintas Indonesia berperan
maupun proses-proses yang lain. dalam memperkuat proses upwelling ini.
Salah satu contoh adalah peristiwa Sebuah pepatah yang berbunyi "sambil
upwelling yang terjadi di bagian barat Laut menyelam minum air'' atau "sekali merengkuh
Flores, tepatnya di sebelah selatan Sulawesi. dayung dua tiga pulau terlampaui", rupanya
Proses ini disebabkan oleh "sill" yang berada berlaku juga disini. Dalam penelitian
di jalur yang dilalui oleh massa air Pasifik. ARLINDO yang dilakukan di Laut Banda
Sill tersebut sering disebut dengan sill dan sekitarnya, didapatkan suatu fenomena
Dewakang. Adanya sill dengan kedalaman menarik. Yakni didapatkanya huhungan antara
550 meter di ujung akhir Selat Makassar ini perubahan suhu permukaan laut yang
menghalangi jalannya massa air dari Selat disebabkan oleh percampuran/pengadukan
Makassar yang menuju ke Laut Flores, oleh pasang surut dengan intensitas hujan
sehingga aliran massa air hanya terjadi pada konvektif yang terjadi di Indonesia (TIM
kedalaman di atas 550 meter saja. Aliran SURVEI 1996). Hal ini nampak dari
massa air pada bagian atas yang terjadi di kesamaan periode pembentukan awan
Laut Flores ini seolah-olah menyeret lapisan konvektif dengan periode pasang surut, yakni
air yang berada dibawahnya ke arah timur. setengah bulanan. Tetapi bagaimana
Oleh sebab itu terjadinya kekosongan massa mekanisme dari proses ini, ada atau tidaknya

Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

pengaruh ARLINDO dan hal-hal lain yang GORDON A.L. 1986. Interocean
ada hubungannya dengan masalah tersebut exchange of thermolic water. Journal
masih dalam taraf penelitian. Kalau masalah Geophysical Research 91 : 5037-
ini terungkap dengan tuntas maka hasil 5046.
penelitian ARLINDO ini akan dapat GORDON A.L.; A. FFIELD; A.G. ILAHUDE
memberikan sumbangan dalam mengungkap 1994. Thermo cline of the Flores and
masalah-masalah yang berhubungan dengan Banda Seas. Journal of Geophysical
cuaca iklim di Indonesia. Research 99 : 18235.18242,
Meski dari hasil penelitian ARLINDO
telah banyak hal yang dapat diungkap, tetapi GORDON. A.L. and R. A. FINE 1996.
Pathways of water between the Pa-
masih banyak pula masalah yang belum
cific and Indian Oceans in the Indo-
terjawab. Oleh sebab itu hasil penelitian
nesian seas. Nature 379 : 146-149.
ARLINDO di waktu mendatang diharapkan
dapat bermanfaat tidak saja bagi ilmu GROEN 1965. Waters of the sea. D. Van
pengetahuan, tetapi juga bagi usaha-usaha Nostrand Company Limited, London.
peningkatan kesejahteraan bangsa Indonesia HAUTALA, S.L.; J.L. REID and N. BRAY
umumnya. 1994. Water mass distribution on
isopycnals in the Indonesian seas.
DAFTAR PUSTAKA Proceedings IOC-WESPAC Third In-
ternational Scientific Symposium on
Bali, Indonesia.
CRESSWELL. G.; A. FRISCHE; J.
ILAHUDE, A.G., J. BANJARNAHOR. M.
PETERSON and D. QUADFASEL
FIEUX and R. MOLCARD 1994.
1993. Circulation in the Timor Sea.
Comparation between the Sawu Sea
Journal Geophysical Research 98 : and The Timor Sea in terms of the
14379-14389. through flow circulation. Proceeding
FIEUX, M.; C. ANDRIE; P. DELECLUSE; IOC-WESTPAC Third International
A.G. ILAHUDE; A. KARTAVTSEFK; Scientific Symposium on Bali.
F, MANTISI; R. MOLCARD AND Indonesia.
J.C. SWALLOW 1994. Measurements ILAHUDE, A.G. and A.L. GORDON 1994.
within the Pacific-Indian oceans Water Masses of the Indonesian Seas
through flow region. Deep Sea Re- Through flow. Proceeding IOC-
search Journal 41 : 1091-1130. WESTPAC Third International Scien-
FIEUX, M.; C. ANDRIE; A.G. ILAHUDE; tific Symposium on Bali, Indonesia.
N. METZL; R. MOLCARD and J.C. MIYAMA, T. AWAJI; K. AKIMOTO and
SWALLOW 1995. Hydrological and IMASATO 1994. Seasonal transport
chlorofluoromenthanes measurements variations in the Indonesian seas. Pro-
at the entrance of the through flow ceeding IOC-WESTPAC Third Inter-
into the Indian Ocean. Journal Geo- national Scientific Symposium on Bali,
physical Research. Indonesia : 650-664
FIEUX, M.; R. MOLCARD and A.G. MOLCARD, R.; M.; FIEUX; J.C. SWAL-
ILAHUDE 1995a. Geostrophic trans- LOW; A.G. ILAHUDE and J.
port of the Pacific oceans through flow. BANJARNAHOR 1994. Low fre-
Journal Geophysical Research quency varibility of the currents in
Indonesian Channels. Deep Sea Re-
search J 41 : 1643-1661.

Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

MURRAYS. P. and D. ARIEF 1988. WYRTKI K. 1987. 111du11esia11 through and


Through flow into the Indian the associated pressure gradient,
Ocean Through the Lombok Strait, Journal of Geophysical Research 92 :
January 1986. Nature 313 : 444- 12941-12946.
447 TIM SURVEI P30-LIPI dan BPPT 1996.
WYRTKI K. 1961. Physical Laporan Penelitian Oseonografi
Oceanography of the Southeast no. 19 Arlindo Circulation.
Asian Waters. Naga Report 2.
Scripps Inst. Of Oceanography.

Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998

Anda mungkin juga menyukai