Anda di halaman 1dari 2

Rebas:

Hikayat cinta merisak sukma

Panggung terbagi menjadi dua bagian. Bagian kiri adalah rumah dan kanan adalah perantauan.
(bagian kiri : rumah)
Tuan memasuki ruangan dan melihat sebuah surat diatas meja. Tuan bergegas menuju
meja dengan perasaan bersemangat dan tersenyum bahagia saat menyadari pengirimnya.
Kemudian, bergegas membukanya sembari berjalan kearah kursi dan mendudukinya. Tuan
membaca surat tersebut.
Tuan: saya sampaikan salam kepada tuan yang jauh disana(terdiam sebentar) Sudah lama tak
bersua, namun rasa tetap membara (tersenyum, dan bangkit dari kursi) Saya rindu hendak
pulang, tuan. Apalah daya… Semoga kau baik disana, tuan. Salam cinta dariku untukmu. (tuan
mengakhiri membaca surat dengan perasaan sedih. Kemudian melipat kembali surat tersebut
dan keluar panggung)

(bagian kanan: perantauan)


Puan memasuki panggung dengan tersenyum penuh kebanggaan. Kemudian melihat
surat diatas meja, membaca nama pengirim dan meletakkannya lagi (tanpa membaca isi surat).
Puan menuju sebuah kursi, lalu membuka koran dan membacanya (tertawa-tawa membaca
berita yang ada). Setelah sekian lama tertawa, puan pun menguap dan terlelap di kursinya
untuk beberapa saat.

(bagian kiri: rumah)


Tuan berjalan menuju ruangan dan bersemangat saat mengetahui terdapat surat diatas
meja. Bergegas melihat nama pengirim. Kemudian terlihat murung saat mengetahui surat
tersebut bukan dari puan. Kemudian berbalik arah dan menunggu di kursi.
Seorang kurir kemudian datang dan membawakan surat. Tuan pun dengan bersemangat
bergegas kearah kurir, kemudian menjadi murung saat mengetahui nama pengirim. Tuan
kembali duduk di kursi dan menunggu (adengan ini berulang sampai 2 kali)
Seorang kurir kembali terlihat melewati rumah namun tidak terlihat tanda akan
berhenti. Tuan pun memanggilnya.
Tuan: pak, tunggu sebentar! (sambal bergegas kearah kurir) tidak adakah surat dari puanku?
Kurir: maaf. Tuan. Sudah berpuluh purnama sejak terakhir kali aku menyampaikan surat
darinya.
Tuan: aku percaya dia akan kembali.
Kurir: sekali lagi maafkan saya, tuan. Saya baru saja kembali dari tanah perantauan. Disana
sayaa melihat keganjalan terjadi dimana-mana. Tidakkah kau dengar kabarnya yang telah
dipinang? Dia telah hidup dengan kebahagiaan dan ketenaran. Sudah saatnya kau berhenti
menunggunya.
Tuan: (dengan tatapan terkejut tuan berbalik menuju kursi tanpa membalas ucapan si kurir
tersebut)
Tuan duduk sambil menutupi matanya, menangis tersedu.

(kedua adegan di panggung berlangsung bersamaan)


Terdengar suara dering yang membangunan tidur dari puan. Bersamaan dengan itu,
tuan berhenti menangis dan melihat ke depan (kearah puan). Tuan pun berdiri dan berteriak
kearah puan dari sisi kiri panggung.
Tuan: Puan!!! Aku telah mempercayakan segala hatiku padamu!
Puan kemudian berdiri dan tidak menanggapi, memilih sibuk dengan peralatan diatas
mejanya.
Tuan: (berjalan dengan beberapa langkah gontai kearah tengah panggung, kemudian
bersimpuh) Puan!!! Aku telah mempercayakan segala hatiku padamu! Kau telah berjanji akan
selalu berpihak padaku. Kau berjanji akan kembali padaku, Puan.
Bersamaan dengan itu, puan yang merasa terusik oleh suara berisik bejalan beberapa
langkah ke tengah panggung (puan dan tuan masih menyisakan jarak yang cukup jauh). Puan
pun melihat Tuan berteriak marah dari kejauhan dan berbalik arah menuju meja mengambil
remote. Kemudian menekan tombol kendali dan suara Tuan pun berhenti terdengar. Puan pun
pergi meninggalkan panggung.
Tuan berteriak dengan suara yang tidak terdengar hingga beberapa saat. Kemudian
menangis karena pengkhiatan dari puannya.

Selesai.

Anda mungkin juga menyukai