Anda di halaman 1dari 5

HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

FUNGSI MITOS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA


MASYARAKAT PENDUKUNGNYA
(The Function of Myth in Social Cultural Life of Its Supporting
Community)

Sri Iswidayati
StafPengajar Jurusan Sent Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang

ABSTRAK

Kebudayaan sebagai abstraksi pengalaman manusia bersifat dinamis dan cenderung


untuk berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat pendukungnya, di sisi
lain mitos juga mencerminkan kebudayaan dan cenderung menyampaikan pesan-
pesan yang bersifat transformative, yang terpadu dalam satu mitos, ataupun bisa
terwujud dalam versi baru dalam mitos yang sama. Fungsi mitos dalam kehidupan
sosial budaya masyarakat pendukungnya adalah: (1) untuk mengembangkan simbol-
simbol yang penuh makna serta menjelaskan fenomena lingkungan yang mereka
hadapi; (2) sebagai pegangan bagi masyarakat pendukungnya untuk membina
kesetiakawanan sosial di antara para anggota agar ia dapat saling membedakan
antara komunitas yang satu dan yang lain ; dan (3) sebagai sarana pendidikan yang
paling efektif terutama untuk mengukuhkan dan menanamkan nilai-nilai budaya,
norma-norma sosial dan keyakinan tertentu. Pada umumnya mitos-mitos
dikembangkan untuk menanamkan dan mengukuhkan nilai-nilai budaya, pemikiran
maupun pengetahuan tertentu, yang berfungsi untuk merangsang perkembangan
kreativitas dalam berpikir.

Kata Kunci : mitos, pesan terselubung, budaya, kreatifitas berpikir

A. Pendahuluan tulisan, fotografi, film, laporan


ilmiah, olah raga, pertunjukan,
Mitos dalam kontelcs mito iklan, lukisan, pada dasarnya
logi-mitologi lama mempunyaii adalah semua yang mempunyai
pengertian suatu bentukan dari modus representasi dan
masyarakat yang berorientasi dari mempunyai arti (meaning) yang
masa lalu atau dari bentukan belum tentu bisa ditangkap secara
sejarah yang bersifat statis, kekal. langsung, misal untuk menangkap
Mitos dalam pengertian lama arti atau meaning sebuah lukisan
identik dengan sejarah / historis, diperlukan inter pertasi. Tuturan
bentukan masyarakat pada masa mitologis dibuat untuk
nya. Di sisi lain mitos (Roland komunikasi dan mem punyai
Barthes) diartikan sebagai suatu proses signifikasi sehingga
tuturan mitologis bukan saja dapat diterima oleh akal. Dalam
berbentuk tuturan oral, tetapi hal ini mitos tidak dapat
tuturan yang dapat berbentuk dikatakan hanya sebagai suatu

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 180


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

objek, konsep, atau ide yang stagnan nerima pesan yang terkandung dalam
tetapi sebagai suatu modus signifikasi. mitos dengan tanpa mempertanyakan
Manusia dalam masyarakat dan secara kritikal. Bagi masyarakat, mitos
lingkungan sebagai pen dukung mitos berfungsi sebagai pernyataan tentang
berada dalam lingkup sosial budaya. kenyataan yang tidak tampak secara kasat
Mereka senantiasa berusaha untuk mata (jiwo katon).
memahami diri dan kedudukan nya
dalam alam semesta, sebelum mereka B. Mitos Dalam Budaya
menentukan sikap dan tindakan untuk
mengembangkan kehidupannya dalam Seperti yang telah dibicara kan di
suatu masyarakat. Dengan seluruh ke atas bahwa manusia dalam menjelaskan
mampuan akalnya, manusia berusaha kenyataan yang tidak tampak, cenderung
memahami setiap gejala yang tampak mengacu pada kebudayaan sebagai
maupun yang tidak tampak. Dampaknya seperangkat simbol yang dapat
setiap masyarakat berusaha mengem memperjelas fenomena lingkungan yang
bangkan cara-cara yang bersifat di hadapinya. Seperti lazimnya, manusia
komunikatif untuk menjelaskan berbagai senantiasa berusaha memahami dan
perasaan yang mem punyai arti bagi menata gejala /fenomena yang ada di
kehidupannya. Kendatipun manusia lingkungannya demi kelangsu ngan
sebagai mahluk yang mampu mengguna hidupnya. Dengan cara mengacu
kan akal dan mempunyai derajat yang kebudayaan sebagai abstraksi
lebih tinggi daripada mahluk lainnya, pengalamannya dimasa lampau, manusia
namun ia tidak mampu menjelaskan mencoba untuk mengklasifikasikan
semua fenomena yang ada disekitarnya. fenomena yang ada dan menertibkan
Senyampang untuk dapat me nguasai dalam alam pikirannya. Upaya peng
fenomena tersebut, di perlukan kalsifikasian tersebut tidak ter lepas dari
pemahaman terhadap kehidupan dengan kebudayaan yang menguasai pola pikir
cara me ngembangkan simbol-simbol yang dan sikap mental yang dimiliki. Seolah-
penuh makna. Simbol-simbol tersebut olah manusia hanya melihat, men dengar
berfungsi untuk men jelaskan fenomena dan memikirkan fenomena di sekitarnya
lingkungan yang mereka hadapi, terutama berdasarkan ground yang dimiliki,
fenomena yang tidak tampak tetapi dapat sehingga mitos merupakan cermin dari
dirasakan kehadiran nya. suatu kebudayaan pendukungnya. Misal
Secara kasat mata, manusia mitos tentang Dewi Sri dengan segala
melambangkan legenda/ dongeng- variasinya dengan tepat mengambarkan
dongeng suci, yang dimitoskan untuk nilai-nilai budaya yang tercermin dalam
memberikan penjelasan terhadap sikap dan pola tingkah laku para aktor
fenomena yang tidak tampak , sehingga yang terlibat dalam dongeng tersebut.
dongeng-dongeng suci itu mengandung Demikian pula mitos ter sebut telah
pesan, walaupun pesan tersebut adakalanya mengungkapkan pe ngetahuan budaya
sulit diterima akal, karena pada mulanya Jawa tentang dunia gaib dan dunia nyata
legenda-legenda itu terbentuk secara yang dijembatani oleh perwujudan
tidak rasional. Di sisi lain masyara kat seorang "Wanita Jawa" dalam bentuk
mempercayai isi atau me yang tidak tampak secara pisikal (tidak
kasunyatan). Dalam alam pikiran
masyarakat petani Jawa pada umumnya
mempunyai

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 181


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

pemikiran antara dunia nyata dan sosial dalam masyarakat yang


dunia lain ( dunia gaib) yang lebih luas.
keduanya saling mengisi, yakni Berkaitan dengan fungsi
dunia nyata sebagai tempat mitos sebagai sarana pendidikan,
kehidupan dan dunia gaib sebagai maka tidaklah mengherankan jika
sumber kehidupan. Untuk dongeng-dongeng yang bernafas
menghubungkan dua dunia kan petuah atau mengarah pada
tersebut diperlukan sarana untuk nilai-nilai moral/ etika "suci"
menjembatani yakni perwujudan yang terdapat pada setiap
kesuksesan panen sebagai symbol komunitas, berfungsi sebagai
penjelmaan "Dewi Sri" yang peraga untuk mempererat
meninggalkan dunia nyata dan keyakinan masyarakat terhadap
kembali kedunia gaib, sehingga keluhuran budayanya dan
setiap pasca panen bagi memperkokoh kesetiawanan
masyarakat Jawa harus sosial mereka seperti yang tersirat
melakukan ritual yang dalam dongeng-dongeng suci
dipersembahkan kepada Dewi Sri, yang berkembang di masyarakat.
sebagai ucapan syukur kapada Tentu nya masyarakat dapat
yang Maha Kuasa dengan harapan menyerap pesan-pesan budaya
agar hasil panen mendatang lebih dengan tanpa merasakan
melimpah. kejemuan. Missal dalam dongeng
1. Mitos Sebagai Sarana Malin Kundang yang ingin
menyampaikan pesan untuk
Fendidikan: masyarakat Indonesia, dan
Berbagai dongeng suci khususnya masyarakat Sumatra,
ataupun legenda, sering kali tentang sumpah serapah seorang
secara tidak langsung dianggap ibu yang mengakibatkan kefatalan
sebagai doktrin atau dianggap hidup bagi anak kandungnya,
pesan yang datang dari Tuhan, dilain sisi akibat kebruntalan anak
sehingga tidak perlu di terhadap orang tuanya, dan masih
pertanyakan secara kritikal. banyak lagi cerita- cerita serupa
Keyakinan terhadap mitos yang terdapat di masing-masing
tersebut menjadikan mitos sebagai daerah maupun bangsa. Tentunya
sarana pendidikan yang paling masyarakat dapat menyerap
efektif terutama untuk pesan-pesan budaya yang
mengukuhkan dan menanamkan berkembang sesuai dengan zaman
nilai-nilai budaya, norma-norma nya.
sosial dan keyakinan tertentu.
Selanjutnya mitos juga digunakan 2. Mitos: Perangsang Kreatifitas dan
sebagai pegangan bagi Pemikiran Baru
masyarakat pendukungnya untuk Barthes dalam bukunya
membina kesetiakawanan sosial di mengatakan bahwa Tuturan mitologis
antara para anggota. Demikian dibuat untuk ko munikasi dan
halnya beberapa sekte-sekte mempunyai suatu proses signifikasi
agama di Jepang misalnya, telah sehingga dapat diterima oleh akal
memegang teguh mitos tertentu, (1972). Dalam hal ini mitos tidak dapat
sehingga mereka dapat saling dikatakan hanya sebagai suatu objek,
membedakan antara komunitas konsep, atau ide yang stagnan tetapi
yang satu dan yang lain. sebagai suatu modus signifikasi atau
Sebaliknya dalam cara pemikiran baru. Artinya pengkajian
penyebarannya mitos bisa me secara mendalam terhadap isi atau
lintasi batas dari suatu komunitas, pesan maupun pengkajian perbandingan
sehingga dengan mudah dapat sangat diperlukan guna me
menggalang kesetiakawanan

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 182


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

pemikiran maupun pengetahuan tertentu,


dan juga bisa digunakan untuk Di sisi lain para
merangsang perkembangan kreativitas cendekiawan di masa lampau
dalam berpikir. Kebudayaan sebagai dengan mudah mengembangkan
abstraksi pengalaman manusia kreatifitasnya melalui berbagai
adalah bersifat dinamis dan cenderung macam versi dan interpertasinya
untuk berkembang sejalan dengan untuk membina masyarakat dan
perkembangan masyarakat pen mengembangkan kebudayaan. Di
dukungnya, karena itu mitos yang samping itu banyaknya versi yang
mencerminkan kebudayaan juga berlainan juga mengundang
cenderung menyampaikan pesan-pesan pemikiran lebih lanjut guna
yang bersifat transformatif. Pesan-pesan menentukan apa yang
transformatif itu bisa terpadu dalam satu sesungguhnya menjadi inti pesan
mitos, atau bisa juga terwujud dalam mitos itu sendiri.
versi baru pada mitos yang sama. Penutup
Hal tersebut jelas
tergambar dalam cerita atau Fungsi sosial mitos sebagai
dongeng-dongeng masyarakat tradisi lisan perlu dipertahankan,
yang me legenda, sehingga bisa walaupun saat ini pula tradisi
digunakan sebagai tuntunan dan tulis telah digalakkan. Karena mitos
tontonan. Misal dalam cerita berfungsi untuk me nampung dan
Rama dan Shinta dalam menyalurkan aspirasi, inspirasi dan
pewayangan sebagai lambang/ apresiasi masyarakat yang sedang mem
simbol kesetiaan. Mitos tentang bangun. Kendatipun segala versi mitos
Rama-Shinta atau Dewi Sri, tentang Nyai roro Kidul, Rama Shinta,
Timun Emas dst juga tidak Dewi Sri atau lainnya telah
terbebas dari sifat atau ke dibukukan, kebiasaan orang
cenderungan pengulangan se mengembangkan tradisi bisa tidak akan
hingga melahirkan sejumlah versi berhenti, karena mitos merupakan sarana
yang berbeda. Versi tersebut komunikasi yang merakyat dan dinamis.
dianggap benar, dan banyaknya Barthes juga menggaris bawahi bahwa
versi yang menambahkan tuturan mitologis dibuat untuk
keyakinan penduduk akan komunikasi dan mempunyai suatu proses
kebenaran fakta yang diceritakan. signifikasi yang dapat diterima oleh akal
Pada umumnya orang tidak lagi sesuai dengan situasi dan kondisi masing-
peduli akan kelainan versi yang masing kehidupan sosial budaya
berkembang, bahkan dihadapkan masyarakat pendukungnya.
pada banyak pilihan versi tersebut,
kreatifitas masyarakat bisa te Daftar Pustaka
rangsang. Bagi mereka yang
kritikal tidak dapat menefima apa Barthes, Roland,
adanya, melainkan akan melihat
keterkaitannya dengan kondisi 1972, Mythologies Noondy
serta perkembangan zaman dalam Press, New York.
menentukan pilihan versi dan 1967, Denotation
interpertasinya. Hal ini Conotation dalam Element
dimungkin kan karena mitos Semiology, London,
sebagai tradisi lisan terbuka
terhadap segala kemungkinan
sisipan pesan yang dianggap
perlu oleh komunikator dan
komunikan.

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 183


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

1967 Elements of Semiology,


London Jonathan , Cape.
Leach, Edmund
1067 Geneis as Myth, in
Myth and Cosmos. Texas
Press, Source Books
in Antropology, Austin.

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 184

Anda mungkin juga menyukai