Anda di halaman 1dari 19

FORMAT PENDAHULUAN

CHRONIC OBSTRUKSI PULMO DISEASE (COPD)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas keperawatan dasar profesi

Dosen Kordinator : Hikmat Rudyana, S.Kp.,M.Kep

Dosen Pembimbing : Argi Virgona B, S.Kp, M.Kep

CI Pembimbing : Seli Silviana, S.Kep, Ners

Disusun Oleh :

Dini Iryan Nuraini L

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Teori
1. Definisi COPD
COPD / Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah
sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama ditandai oleh
penyumbatan atau penyempitan saluran udara dan membuat sulit
bernafas.biasanya disebabkan oleh iritasi saluran nafas, seperti merokok,
perokok pasif, polusi udara
2. Etiologi COPD
Penyebab timbulnya COPD, yaitu sebagai berikut:
a. Kebiasaan merokok
b. Adanya infeksi : Haemophilus influenza dan Streptococcus
pneumonia
c. Polusi : Asap kendaraan, asap pabrik
d. Faktor keturunan
3. Manifestasi klinis
Gejala COPD dapat berkisar dari ringan sampai berat, tergantung
pada bagaimana lanjutan penyakit
a. Dispnea
Sesak nafas, dimana seseorang sulit menghirup udara dengan lega
ke dalam paru-parunya
b. Batuk kronis
Jenis batuk dalam jangka panjang
c. Peningkatan produksi sputum
Dahak, atau lendir, adalah zat yang diproduksi dari paru-paru yang
biasanya dikeluarkan melalui batuk atau membersihkan
tenggorokan. Jumlah berlebihan dahak dapat dikaitkan dengan
peradangan atau infeksi saluran pernapasan dan mungkin
menunjukkan COPD
d. Mengi
Sering digambarkan sebagai suara siulan terdengar selama inhalasi
atau pernafasan, mengi disebabkan oleh penyempitan atau
penyumbatan saluran udara
e. Nyeri dada
Sesak di dada dapat digambarkan sebagai perasaan tekanan di
dalam dinding dada yang membuat bernafas sulit
f. Kelelahan
g. Clubbing Fingers
Sebagai tanda jangka panjang kekurangan oksigen
h. Sianosis
Peubahan warna kebiruan pada kulit dan merupakan tanda akhir
dari kekurangan oksigen kronis dalam darah
4. Patofisiologi dan pathway
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua
yang disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin
berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot
pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas. Fungsi paru-paru
menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen yang
diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi
oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru.
Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya
fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru. Faktor-faktor risiko
tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga
menimbulkan kerusakan apda dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari
kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis),
yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara
yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi
banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air
trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas
dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan
menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase
ekspirasi. Fungsi-
PATHWAY

Faktor Resiko

Iritasi jalan nafas

Hiperekresi lender dan inflamasi peradangan

Peningkatan sel-sel goblet

Penurunan silia

Peningkatan produksi sputum

PPOK

Bronkiolus menyempit Batuk tidak efektif Penurunan nafsu


dan tersumbat makan

Nafas pendek Bersihkan jalan Penurunan BB


Obstruksi
(kerusakan) nafas tidak efektif drastis
Gangguan pola alveoli
nafas Perubahan nutrisi
Rentan kurang dari
Alveoli mengalami kebutuhan tubuh
Pola nafas terhadap infeksi
kolaps
tidak efektif pernafasan

Penurunan ventilasi
Resiko infeksi
paru

Kerusakan campuran gas

Ketidaksamaan ventilasi Kelemahan


perfusi hipoksemia

ADL dibantu
Gangguan pertukaran gas

Intoleransi aktivitas
5. Klasifikasi COPD
COPD diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut :
a. Derajat 0 ( Berisiko )
Gajala klinis : memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis,
produksi sputum dan dyspnea. Ada paparan terhadap faktor resiko
Spirometri : Normal
b. Derajat I ( Ringan )
Gejala klinis : dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa
produksi sputum. Sesak nafas derajat sesak 0 sampai derajat sesak
1
Spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEVI ≥ 80%
c. Derajat II ( Sedang )
Gejala klinis : dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa
produksi sputum. Sesak nafas derajat 2 (sesak timbul pada saat
aktivitas)
Spirometri : FEV1/FVC < 70% : 50% < FEVI < 80%
d. Derajat III ( Berat )
Gejala klinis : sesak nafas derajat 3 dan 4. Eksaserbasi lebih
sering terjadi
Spirometri : FEV1/FVC < 70% : 30% < FEVI < 50%
e. Derajat IV ( Sangat Berat )
Gejala klinis : pasien derajat III dengan gagal ginjal nafas kronik.
Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan

6. Komplikasi COPD
a. Hypoxemia
Pada awalnya klien mengalami perubahan mood, penurunan
konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul sianosis
b. Asidosis respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda
yang akan muncul : nyeri kepala, fatique, latergi, tachipnea
c. Infeksi respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi
mukus, peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema
mukosa. Terbatasnya aliran udara akan meningkatnya kerja nafas
dan timbulnya dyspnes
d. Gagal jantung
Gagal jantung kanan akibat penyakit paru, harus diobservasi
terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komlikasi ini yang
sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis.
e. Cardiac disritmia
Timbul akibat dari hypoxemia, penyakit jantung, efek obat atau
asidosis respiratory
f. Status asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma
brochial
7. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik yang
dapat dilakukan pada pasien COPD yaitu :
a. Tes Faal Paru
1) Spirometry (FEV1, FEV1 prediksi, FVC, FEV1/FVC)
Untuk menilai beratnya COPD dan memantau perjalanan
penyakit. Apakah statusnya normal, restriksi, obstruksi
ataupum campuran

2) Peak Flow Meter


Untuk mengukur laju tercepat udara dapat keluar dari
pernapasan seseorang. Alat ini juga mendeteksi terjadinya
penyempitan pada saluran pernafasan.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin (Hb), hematocrit (Ht) dan leukosit. Harus dilakukan
bila ada kecurigaan gagal nafas, pada hipoksemia kronis kadar
hemoglobin dapat meningkat
c. Radiologi (foto thoraks)
Hasil pemeriksaan radiologi dapat ditemukan kelainan paru
berupa hiperinflasi, diagfragma mendatar, pembesaran jantung
dan bendungan area paru
d. Elektrokardiografi (EKG)
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal
dan hipertrofi ventrikel kanan.
e. Ekokardiografi (EC[ CITATION Hap16 \l 1033 ]HO)
Menilai fungsi jantung kanan
f. Pemeriksaan Sputum
Pemerikasaan gram dan kuktur adanya infeksi campuran. Kuman
pathogen yang biasa ditemukan adalah Streptococcus pneumonia,
Hemaphylus influenza dan Moraxella catarrhalis
8. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien COPD
yaitu :
a. Non Farmakologi
1) Mencegah kebiasaan merokok, infeksi dan polusi udara
2) Terapi oksigen
Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan
pernapasan karena hiperkapnia dan berkurangnya
sensitivitas terhadap CO2
3) Fisioterapi
Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum
dengan baik.
b. Farmakologis
1) Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi.
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh Hemaphylus influenza
dan Streptococcus pneumonia maka digunakan ampisilin,
eritromisin dan augmentin (amoksilin dan asam klavulanat)
2) Bronkodilator
Untuk mengatasi obstruksi jalan napas. Bronkodilator dapat
diberikan dengan metered-dose inhaler (MDI), dry powder
inhaler (DPI) dengan nebulizer atau secara oral

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, diagnosis
medis, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No Medrek dan
alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang sering dikeluhkan oleh pasien dengan penyakit
COPD adalah Sesak napas yang bertambah berat bila aktivitas,
kadangkadang disertai mengi, batuk kering atau dengan dahak
yang produktif, rasa berat di dada
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang dengan keluhan sesak nafas, produksi sputum
yang banyak, terjadi batuk produktif yang sering dan nafas yang
dangkal dan cepat. Keluhan-keluhan tersebut dikembangkan
dengan metode PQRST
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Tanyakan apakah klien pernah ada riwayat merokok atau bekas
perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan. Dan memiliki
riwayat penyakit sebelumnya termasuk asma bronchial, alergi,
sinusitis, polip, infeksi saluran nafas dan penyakit respirasi
lainya. Riwayat eksaserbasi atau pernah dirawat di rumah sakit
untuk penyakit respirasi
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji pada keluarga adanya keluhan seperti sesak nafas, batuk
lama yang seringkali di dapatkan penyakit keturunan, tetapi
ada beberapa klien lainnya ditemukan adanya penyakit yang
sama pada anggota keluarganya.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan system tubuh secara
keseluruhan dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi dan
auskultasi. Klien dengan chronic obstruksi pulmo disease (COPD)
kemungkinan didapatkan data sebagai berikut :
1) System Pernafasan
Pada pasien COPD pemeriksaan fisik dimulai dari inpeksi
dapat berupa bentuk dada seperti tong (barrel chest), terdapat
cara bernafas purse lips breathing (seperti orang meniup),
pada saat diperkusi biasanya ditemukan suara hipersonor
2) System Kardiovaskular
Pada pasien COPD terjadi tekanan darah menurun,
penurunan curah jantung dengan adanya brakikardi, kadang
terjadi anemia dan nyeri dada
3) System persyarafan
Perlu diwaspadai kesadaran, pemeriksaan GCS, adanya
kelemahan anggota badan dan terganggunya aktivitas
4) System Perkemihan
Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada
keluhan pada sistem perkemihan. Namun perawat perlu
memonitor adanya oliguria yang merupakan salah satu tanda
awal dari syok
5) System Pencernaan
Pasien biasanya mual, muntah, kembung adanya distensi
abdomen, nyeri lambung, diare, konstipasi dan menyebabkan
pasien tidak nafsu makan. Kadang disertai penurunan berat
badan. ada akultasi dapat ditandai dengan peningkatan bunyi
usus. Pada perkusi adanya bunyi tympani abdomen akibat
adanya kembung. Pada palpasi adanya hepatomegali, adanya
nyeri tekan pada abdomen.
6) System Integument
Pasien COPD akan mengalami turgor kulit menurun dan
kulit kering
7) System Muskoloskeletal
Terjadi edema ekstremitas dan tremor saat melakukan
aktivitas
8) System Endokrin
Yang mengkonsumsi obat-obatan anti inflamasi akan
mengalami pembesaran hati 
9) System Reproduksi
Pasien COPD biasanya mengalami masalah dalam yaitu
impoten

d. Pola Aktivitas Sehari-hari


Dikaji tentang pola eliminasi, pola nutrisi, personal hygiene, istirahat
tidur dan aktivitas gerak.
e. Askep Psikologis
Dikaji konsep diri dan emosional klien dan timbulnya cemas akibat
kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur tindakan
yang harus dijalani dan dampak dari tindakan pengobatan
f. Aspek Sosial
Dikaji reaksi klien terhadap hospitalisasi, pekerjaan dan fungsi klien
dalam keluarga
g. Aspek Spiritual
Dikaji tentang keyakinan dan persepsi klien terhadap kondisi
penyakitnya, semangat hidup dan harapan klien tentang penyakitnya

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
nafas dibuktikan dengan klien mengeluh batuk tidak efektif, sputum
berlebih, terdengar suara mengi selama inhalasi
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
dibuktikan dengan penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas
abnormal (Takipneu)
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi dibuktikan dengan sianosis, pola nafas cepat, kulit
kering
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia dibuktikan dengan nyeri abdomen, nafsu mkan menurun,
membrane mukosa pucat
e. Resiko infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis, merokok
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan
dengan klien merasa lemah, dispneu
4. Intervensi Keperawatan

N SDKI SLKI SIKI Rasional


o
1. Bersihkan jalan Setelah dilakukan 1. Pencegahan aspirasi 1. Tindakan personal untuk
nafas tidak efektif tindakan 2. Latihan batuk mecegah masuknya
b/d spasme jalan keperawatan selama efektif cairan dan partikel padat
nafas 2x 24 jam 3. Pengaturan posisi, ke dalam paru
didapatkan jalan mengubah posisi 2. Membantu
nafas dapat teratasi pasien (semi mengencerkan dahak
dengan kriteria powler) 3. Untuk memfasilitasi
hasil : 4. Fisioterapi dada kesejahteraan fisiologis
1. Batuk efektif 5. Manajemen jalan dan psikososial serta
(skala 5 : nafas memudahkan
meningkat) mengeluarkan secret
2. Produksi sputum 4. Fisioterapi dada dapat
(skala 5 : memaksimalkan secret
menurun) yang ada di jalan nafas
3. Mengi (skala 5 : 5. Membantu jalan nafas
menurun)
4. Dyspnea (skala 5
: membaik)
5. Sianosis (skala 5
: membaik)
6. Pola nafas (skala
5 : membaik)
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Dukungan ventilasi 1. Ventilasi maksimal
efektif b/d tindakan 2. Manajemen jalan membuka lumen jalan
hambatan upaya keperawatan selama nafas nafas
nafas 2x24 jam 3. Pemantauan pola 2. Memfasilitasi kepatenan
diharapkan pola pernafasan jalan nafas
nafas dapat teratasi 4. Ajarkan teknik 3. Mengetahui tindakan
dengan kriteria relaksasi selanjutnya yang akan
hasil: 5. Pemberian obat dilakukan serta
1. Dispnea (skala 5 inhalasi mengetahui adanya suara
: menurun) tambahan
2. Penggunaan otot 4. Untuk memperbaiki pola
bantu nafas pernafasan
(skala 5 : 5. Untuk membantu pola
menurun) pernafasan
3. Frekuensi nafas
(skala 5 :
membaik)
3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Pemantauan 1. Berguna dalam evaluasi
pertukaran gas b/d tindakan respirasi derajat distress
ketidakseimbangan keperawatan selama 2. Pengaturan posisi pernafasan
ventilasi perfusi 2x24 jam (tinggikan kepala 2. Pengirim oksigen dapat
diharapkan tempat tidur dan diperbaiki dengan posisi
gangguan bantu pasien untuk duduk tinggi
pertukaran gas memilih posisi yang 3. Untuk mengidentifikasi
dapat teratasi mudah untuk beratnya hipoksia
dengan kriteri bernafas) 4. Sputum mengganggu
hasil : 3. Kaji secara rutin proses pertukaran gas
1. Dispnea (skala 5 membrane mukosa 5. Untuk mengetahu bahaya
: menurun) dan turgor kulit dari merokok
2. Bunyi nafas 4. Dorong pengeluaran
tambahan (skala sputum
5 : menurun) 5. Edukasi berhenti
3. Sianosis (skala 5 merokok
: membaik)
4. Pola nafas (skala
5 : membaik)
5. Takikardia
(skala 5 :
membaik)
4. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1. Pemantauan nutrisi 1. Agar dapat dilakukan
kurang dari tindakan 2. Konseling nutrisi intervensi dalam
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3. Timbang berat pemberian makanan pada
b/d anoreksia 2x24 jam badan sesuai kondisi klien
diharapkan 4. Berikan makanan 2. Dengan pengetahuan
perubahan nutrisi selagi hangat yang baik tentang nutrisi
kurang dari 5. Pemberian makanan akan memotivasi untuk
kebutuhan dapat dengan jumlah keci; meningkatkan
teratasi dengan dan bertahap pemenuhan nutrisi
kriteri hasil : 6. Kolaborasi dengan 3. Berguna untuk
1. Berat badan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan
(skala 5 : membantu memilih kalori dan evaluasi
membaik) makanan yang dapat adekuat rencana nutrisi
2. Nafsu makan memenuhi 4. Untuk meningkatkan
(skala 5 : kebutuhan gizi nafsu makan
membaik) selama sakit 5. Untuk memudahkan
3. Bising usus proses makan
(skala 5 : 6. Membantu klien memilih
membaik) makanan sesuai dengan
4. Membarn keadaan sakitnya, usia,
mukosa (skala tinggi, berat badannya.
5 : membaik )
5. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Pemantauan suhu 1. Demam dapat terjadi
dibuktikan dengan tindakan tubuh karena infeksi dan
penyakit kronis, keperawatan selama 2. Kaji pentingnya dehidrasi
merokok 2x24 jam latihan nafas, latihan 2. Aktivitas ini
diharapkan resiko batuk efektif dan meningkatkan mobilitas
infeksi dapat pengaturan posisi dan pengeluaran secret
teratasi dengan 3. Manajeman nutrisi untuk menurunkan
kriteri hasil : 4. Kolaborasi terjadinya infeksi paru-
1. Demam (skala pemberian obat paru
5 : menurun) 3. Malnutrisi dapat
2. Sputum mempengaruhi kesehatan
berwarna hijau umum dan menurunkan
(skala 5 : tahanan terhadap infeksi
menurun) 4. Dilakukan untuk
3. Kultur sputum mengidentifikasi obat
(skala 5 : yang sesuai
membaik)
6. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Terapi aktivitas 1. Menetapkan kemampuan
b/d kelemahan tindakan 2. Manajemen kebutuhan pasien
keperawatan selama lingkungan (berikan 2. Menurunkan stress dan
2x24 jam lingkungan yang rangsangan berlebihan,
diharapkan tenang dan batasi meningkatkan istirahat.
intoleransi aktivitas pengunjung selama 3. Tirah baring diperlukan
dapat teratasi masa akut sesuai selama fase akut untuk
dengan kriteri indikasi) menurunkan kebutuhan
hasil : 3. Dukungan tidur metabolic dalam proses
1. Keluhan lelah (pentingnya istirahat penyembuhan
(skala 5 : dalam rencana 4. Menimalkan kelelahan
menurun) pengobatan dan dan kebutuhan oksigen
2. Perasaan lemah perlunya
(skala 5 : keseimbangan
menurun) aktivitas dan
3. Warna kulit istirahat
(skala 5 : 4. Dukung perawatan
membaik) diri
4. Frekuensi nafas
(skala 5 :
membaik)
DAFTAR PUSTAKA

Brunner , & Suddart . (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2. Jakarta : EGC .
Hapsari , E. R. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Paru Obstruki
Kronik . Fakultas Ilmu Kesehan UMP.

Kristian , A. S. (2019, 09 30). Asuhan Keperawatan Pasien Penyakit Paru


Obstruktif Kronik (PPOK). Diambil kembali dari
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/93308/ARIN
%20SISKA%20KRISTIAN%20-%20162303101017%20%23.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta .

PPNI. (2019). Standar Lauran Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai