Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENYAKIT PADA KEHAMILAN

DI SUSUN OLEH :

1. FANI OKTAVIANI 2720170018


2. KHOIRUL ANWAR 2720170023
3. RIZNA RENWARIN 2720170020

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
TAHUN AKADEMIK 2017-2018
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunianya serta kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Perkembangan dan Kesehatan Masa Remaja.

Makalah ini merupakan tugas kelompok. Kami mengucapkan terimakasih kepada


dosen kami bu Siti Fatimah S.Kp, M.Pd serta semua pihak yang ikut membantu
dalam pembuatan makalah ini, sehingga akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan kita
semua. Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 14 April 2019

2
penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1

A. LATAR BELAKANG .........................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH......................................................................2
C. TUJUAN...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. PENYAKIT DIABETES MELITUS DALAM KEHAMILAN..............................3
B. HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL.........................................7
C. ANEMIA PADA KEHAMILAN............................................................................9
D. PREEKLAMSI PADA KEKHAMILAN................................................................13
E. GANGGUAN KARDIOVASKULAR PADA KEHAMILAN...............................14
BAB III PENUTUP.............................................................................................................17

A. KESIMPULAN.......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita di dunia. Dalam
melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapat penatalaksanaan yang benar.
Karena ini semua berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas itu. Ini terbukti dengan
angka kematian yang tinggi di negara Indonesia. Dengan keadaan tersebut memberi support
dan memacu untuk memberikan penatalaksanaan yang benar saat kehamilan.
4
Menurut federasi Obsterti Ginekologi Internasional, kehamilan di definisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau
imflantasi. Bila di hitung saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana dalam trimester kesatu
berlangsung dalam 12 minggu, trimester ke dua 15 minggu ( minggu ke-13 hingga ke 27 ),
dan trimester ke 13 minggu ( minggu ke 28 hingga ke 40 ).

Saat hamil, kondisi kesehatan ibu akan menentukan sehat-tidaknya  pertumbuhan


janin. Namun sebetulnya, kehamilan itu sendiri bisa menjadi  penyebab menurunnya daya
tahan ibu yang kemudian memicu munculnya  beberapa penyakit. Apa saja aneka penyakit
yang kerap muncul dan  bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Pendarahan Tidak sedikit
wanita hamil mengalami perdarahan. Kondisi ini terjadi di awal masa kehamilan (trimester
pertama), tengah semester (trimester kedua) atau bahkan pada masa kehamilan tua (trimester
ketiga). Perdarahan pada kehamilan merupakan keadaan yang tidak normal sehingga harus
diwaspadai. Ada  beberapa penyebab perdarahan yang dialami oleh wanita hamil. Setiap
kasus muncul dalam fase tertentu. Ibu hamil yang mengalami perdarahan perlu segera
diperiksa untuk mengetahui penyebabnya agar bisa dilakukan solusi medis yang tepat untuk
menyelamatkan kehamilan. Adakalanya kehamilan  bisa diselamatkan, namum tidak jarang
yang gagal. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kandungan disertai dengan
pengajuan  beberapa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan terjadinya
perdarahan. Bila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti ultrasonographi (USG) dan
pemeriksaan laboratorium.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana penyakit Diabetes Mellitus pada masa kehamilan?


2. Bagaimana penyakit Hyperemisis Gravidarum pada masa kehamilan?
3. Apa saja gangguan Kardiovaskuler pada masa kehamilan?
4. Bagaimana penyakit Anemia pada masa kehamilan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui penyakit Diabetes Mellitus pada masa kehamilan


5
2. Untuk mengetahui penyakit Hyperemisis Gravidarum pada masa kehamilan
3. Untuk mengetahui apa saja gangguan Kardiovaskuler pada masa kehamilan
4. Untuk mengetahui penyakit Anemia pada masa kehamilan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyakit Diabetes Mellitus dalam Kehamilan

1. Pengertian Diabetes Millitus

Diabetes mellitus ( DM ) merupakan penyakit metabolik dengan penyebab yang


beragam ditandai dengan hiperglikemi kronis serta perubahan metabolisme kabohidrat,
lemak, dan protein akibat defek sekresi atau kerja insulin, atau keduanya.

Terdapat 4 macam klasifikasi Diabetes yaitu :

6
a. Diabetes tipe 1 ( Disebabkan oleh Dibstruksi sel yang akan menyebabkan
defisiensi absolute insulin ).
b. Diabetes tipe 2 ( Disebabkan oleh defek sekresi insulin yang progresif karena
adanya insulin yang resisten )
c. Tipe spesifik diabetes lainnya ( Disebabkan oleh faktok genetic, penyakit
eksokrin pankreas, atau obat obatan )
d. Diabetes Millitus Gastasional ( DMG ).

Diabetes merupakan komplikasi medik yang sering terjadi pada kehamilan. Ada
dua macam perempuan hamil dengan diabetes, yaitu :

a. Perempuan hamil dengan diabetes yang di ketahui sejak sebelum perempuan


tersebut hamil ( Pregestasional )
b. Perempuan yang hamil dengan diabetes yang baru di ketahui setelah perempuan
tersebut hamil ( Diabetes Millitus Gastasional )

2. Definisi dan komplikasi

Diabetes mellitus gastasional adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau baru
ditemukan pada waktu hamil. Tidak dapat di kesempingkan kemungkinan adanya
intoleransi glukosa yang tidak di ketahui tyang sering mincul seiring kehamilan. Setelah
ibu hamil, keadaan DMG sering akang kembali ke regulasi glukosa normal. Komlikasi
yang mungkin terjadi pada kehamilan dengan diabetes sangat bervariasi. Pada ibu akan
meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia, seksio sesarea, dan terjadinya diabetes
mellitus tipe 2 dikemudian hari, sedangakan pada janin meningkatkan resiko terjadinya
makrosoomia, trauma persalianan, hiperbilirubinemia, hipoglekami, hipo kalselmia,
polisitemia, hiperbilirubinemia neonatal, serta meningkatnya mortalitas atau kematian
pada janin.

3. Patofisiologi

Sebagian kehamilan ditandai dengan adanya resistensi insulin dan hiperinsulinemia,


yang pada perempuan akan menjadi factor predisposisi untuk terjadinya DM selama
kehamilan. Resistensi ini berasal dari hormone diabetogenetik hasil sekresi plasenta yang
terdiri dari hormone tumbuhan ( Grow Hormon ), corticortopin releasing hormone,
placenta lactogen, dan progesterone. Hormone ini dan perubahan endokrinologik serta
metabolic akan menyababkan perubahan dan menjamin pasokan bahan bakar serta nutrisi
kejanin sepanjang waktu. Akan terjadi DM apabila fungsi pankreas tidak cukup untuk
mengatasi keadaan resistensi insulin yang di akibatkan oleh perubahan hormone dia
betogenik selama kehamilan. Kadar glukosa pada ibu hamil sering menimbulkan dampak
yang kurang baik terhadap bayi yang di kandungnya. Bayi yang lahir dari ibu yang DM,
biasanya lebih besar, dnan bias juga terjadi pembesaran dari organ – organnya ( heppar,

7
kelenjar adrenal, jantung ). Segera setelah lahir, bayi dapat mengalami hipoglekimia
karena produksi insulin janin yang meningkat, sebagai reaksi terhadap kadar glukosa ibu
yang tinggi. Oleh karenaitu setelah bayi baru di lahirkan kadar glukosanya harus di
pantau dengan ketat. Ibu hamil dengan penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol
dengan baik akan meningkatkan resiko terjadinya keguguran atau bayi lahir mati.

4. Pengelolaan

Penanganan yang paling umum dan sering digunakan secara klinis adalah
pemeriksan konsentrasi gula darah ibu agar konsentrasi gula darah dapat dipertahankan
seperti kchamilan normal. Pada perempuan dengan DMG harus dilakukan pengamatan
gula darah preprandial dan posprandial. Fourth International Workshop Conference on
Ge- stational Diabetes Mellitus menganjurkan untuk mempertahankan konsentrasi gula
darah kurang dari 95 mg/dl (5,3 mmol/) sebelum makan dan kurang dari 140 dan 120
mg/dl (7,8 dan 6,7 mmol/I), satu atau dua jam setelah makan. Pendekatan dengan
pengaturan pola makan bertujuan menurunkan konsentrasi glu- kosa serum maternal ,
dengan cara membatasi asupan karbohidrat hingga 40 % -50 % dari keseluruhan kalori ,
protein 20 % , lemak 30-40 % ( saturated kurang dari 10 % ) , makan tinggi serat.
Kenaikan berat badan selarna kehamilan (weight gain) diusahakan hanya sekitar 11 12,5
kg saja. Program pengaturan gizi dan makanan yang dianjur- kan oleh Ikatan Diabetes
Amerika (American Diabetes Association) adalah pemberian kalori dan gizi yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan kehamilan dan mengurangi hiperglikemi ibu. Kalori harian
yang dibutuhkan bagi perempuan dengan berat badan normal pada paruh kedua
kehamilan adalah 30 kcal per kg berat badan normal. Bila Indeks Massa Tubuh (body
mass index) lebih dari 30 kg per m2, maka dianjurkan endah kalori sampai 30-33 %
( sekitar 25 kilo Kalori per kg ) . Diet ini akan mencegah terjadinya ketonemia. Olahraga
teratur akan memperbaiki kontrol kadar gula darah pada perempuan hamil dengan
diabetes mellitus gestasional walaupun pengaruh- nya terhadap hasil perinatal belum
jelas.

Perempuan yang memiliki gejala morbiditas janin (berdasarkan pemeriksaan


glukosa atau adanya janin yang besar) atau perempuan yang mempunyai konsentrasi gula
darah yangg tinggi harus dirawat lebih saksama dan menurunkan kejadian makrosomia
janin dan morbiditas perinatal. Dosis insulin yang diberikan sangat individual. Pemberian
insulin ditujukan untulk mencapai konsentrasi gula darah pascaprandial kurang dari 140
mg/dl sampai mencapai dar glikemi di bawah rata-rata dan hasil perinatal yang lebih
baik, ketimbang di- kukannya upaya mempertahankan konsentrasi gula darah praprandial
kurang dari 105 ne/dl, tetapi keadaan janin tidak dipcrhatikan. biasanya diberi insulin.
Terapi insulin dapat Kejadian makrosomia dapat diturunkan dengan cara pemberian
insulin untuk men- capai konsentrasi gula darah praprandial kurang lebih 80 mg/dl (4,4
mmol/l). Oleh karena itu, dalam merancang penatalaksanaan pemberian insulin harus
dipertimbang- tan ketepatan waktu pengukurar gula darah, konsentrasi target glukosa,

8
dan karak- teristik pertumbuhan janin. Sebagai alternatif pemberian obat antidiaberik
seperti metformin dan sulfonylurea dapat dipakai untuk mengendalikan gula darah.
Penatalaksanaan Antepartum Penatalaksanaan antepartum pada perempuan dengan DMG
bertujuan untuk: Melakukarn penatalaksanaan kehamilan trimester ketiga dalam upaya
mencegah bayi lahir mati atau asfiksia, serta menekan sekecil mungkin kejadian
morbidiras ibu dan anin akibat persalinan . Memantau pertumbuhan janin secara berkala
dan terus-menerus (misalnya dengan USG) untuk mengetahui perkembangan dan
pertumbuhan ukuran janin sehingga da- pat ditentukan saat dan cara persalinan yang tepat
Memperkirakan maturitas (kemarangan) paru-paru janin (misalnya dengan amniosin-
tesis) apabila ada rencana terminasi (seksio sesarea) pada kehamilan 39 minggu
Pemeriksaan antenatal dianjurkan dilakukan sejak umur kehamilan 32 sampai 40 gu,
Pemeriksan antenatal dilakukan terhadap ibu hamil yang kadar gula ming darahnya tidak
terkontrol, yang mendapat pengobatan insulin, atau yang menderita hipertensil?.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan nonstress test, profil biofisik atau modifikasi
pemeriksaan profil biofisik seperti nonstress test dan indeks cairan amnion.

Cara dan Waktu Persalinan erempuan hamil dengan diabetes mellitus gestasional
bukan merupakan indikasi seksio sesarea. Penanganan persalinan tetap harus berdasar
kepada indikasi ibu dan janin sana halnya dengan pengelolaan perempuan hamil tanpa
diabetes Pada perempuan hamil diabetes gestasional dengan bayi makrosomia,
komplikasi uta- ma yang mungkin terjadi pada persalinan adalah trauma kelahiran seperti
distosia bahu traktur tulang, dan injuri pleksus brakialis. Bayi yang dilahirkan juga
berisiko mengalami hipoglikemi dan kelainan metabolik lainnya.

Pengambilan kepurusan untuk melakukan persalinan lebih awal (pada kehani


minggu) dengan cara induksi persalinan atau seksio sesarea dilakukan atas pertimbang an
risiko terjadinya kematian perinatal atau morbiditas perinatal yang berhubungan dengan
makrosomia, distosia bahu, gawat janin, dan terjadinya sindroma distres res
Penatalaksanaan perempuan hamil dengan DMG pada kehamilan 38 minggu den induksi
persalinan yang mendapat pengobatan insulin, dihubungkan dengan upaya me- nurunkan
berat badan janin di atas 4.000 g atau di atas persentil ke 902 Pada per puan hamil dengan
DMG yang mendapat pengobatan insulin, tidak ada manfaatn menunda persalinan sampai
melampaui umur kehamilan 38 39 minggu karena per- salinan yang dilakukan pada
kehamilan 38 39 minggu, bisa menurunkan kemungkinan terjadinya makrosomia. irasi.
gan cara perem Bila berat badan janin diduga lebih dari 4.500 g, persalinan dianjurkan
dengan cara seksio sesarea21

5. Penengelolaan Pascapersalinan
a. Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi, maka pada periode pasca-
persalinan, perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin.
b. Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet, setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya. Namun, bila pada waktu kehamilan diberi pengobatan

9
insulin, sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial.
c. Karena risiko terjadinya tipe 2 diabetes mellitus di kemudian hari meningkat, maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengarı cara pemerik-
saan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75 g glukosa
pada glucose tolerance test (kadar kurang dari 140 mg per dl berarti normal, kadar
antara 140 200 mg per dl, berati ada gangguan toleransi glukosa, kadar lebih dari 200
berarti diabetes mellitus). Bila tes ini menunjukkan kadar yang normal, maka kadar
glukosa darah puasa dievaluasi lagi setelah 3 tahun.
d. Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala, khususnya pada pasien dengan
Perempuan yang pernah menderita diabetes mellitus gestasional harus diberi kon .
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil men
kadar glukosa darah puasa yang meningkat waktu kehamilan.
e. seling agar menyusui anaknya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontro kadar
gula darah.
f. perempuan yang pernah derita diabetes, maka dia berisiko terkcna hal yang sama
pada kehamilan berikutnya Tidak ada pembatasan penggunaan kontrasepsi hormonal
pada pasien dengan riwa yat diabetes mellitus gestasional
g. Bagi perempuan yang obes, setelah melahirkan harus melakukan upaya penuruna
berat badan dengan diet dan berolahraga secara teratur agar risiko terjadinya diabere
menjadi menurun.

B. Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat di mana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton
dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielititis, dan sebagainya.
Mual dan muntah mempengaruhi hingga > 50 % kehamilan . Kebanyakan perempuan
mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan simptom akan
teratasi hingga akhir trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih belum di- ketahui
secara pasti, tetapi diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, bioki miawi, dan
psikologis.

10
1. Klasifikasi
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu .
a. Tingkat 1 Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat-badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan,
lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat
sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah
kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal. .
b. Tingeat II Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat, sub- febril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah
sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton,
bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
c. Tingkat III Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah
gangguan ke- sadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat
terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria
dalam urin.
2. Diagnosis
a. Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
b. Fungsi vital: nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada ke-
adaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
c. Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal
toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan
inspekulo serviks berwarna biru (livide) .
d. Pemeriksan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk me-
ngetahui kemungkinan adanya kehamilan kenabar ataupun kehamilan molahidatidosa.
e. Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda
keton, dan proteinuria.
f. Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi
psikologi.
3. Gejala Klinik

Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah
nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (salivasi yang berlebihan), tanda-tanda
dehi- drasi termasuk hipotensi postural dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat di-
jumpai hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan hematokrit. Hipertiroid dan LFT yang
abnormal juga dapat dijumpai. .

4. Risik
a. Maternal nya diplopia, palsi nervus Akibat defisiensi tiamin ke-6, nistagmus, ataksia,
dan kejang. Jika hal ini tidák segera ditangani, akan terjad in (B) akan menyebabkan
terjadinya diplopia, palsi nervus ataupun psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya

11
kemampuan untuk beraktivitas), kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemesis tingkat
III perlu dipertimbangkan ter- minasi kehamilan.
b. Fetal, Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertum buhan janin dalam rahim (IUGR)
5. Manajemen .
a. Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat ci numah
sakit dan membatasi pengunjung .
b. Stop makanan per oral 24-48 jam. . Infus glukosa 10 % atau 5 % : RL - 2 : 1 , 40
tetes pcr menit
c. Obat
1) Vitamin Bi, B, dan Be masing-masing 50 100 mg/har/ nfus.
2) Vitamin B12 200 ug/hari/infus, v tamin C 200 mg/hari/infus.
3) Fencbarbiral 30 mg I.M. 2 -3 kali per hari atau klorpromazin 25 - 50
mg/hari I.M. atau kalau diperlukan diazepam 5 mg 2 3 kali per hari I.M.
4) Antiemetik: prometazin (avopreg) 2 -3 kali 25 mg per hari per oral atau
pro- klorperazin (stemetil) 3 kali 3 mg per hari por oral atau mediamer Be
3 kali 1 per harı per oral
5) Antasida: asidrin 3 x 1 tab.et per hari pe: oral atau milanta 3 x 1 tableu per
hari per oral atau magnam 3 x tablet per hari pcr oral
d. Diet sebaikriya meminta advis ahli gizi
1) Dict hiperemesis I diber kan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya
berupa roti kering dar. buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1 2 jam sesudahnya. Makanan in: karang mengandung zat
gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya diberisan selama beberapa har.
2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dar: muntah berkurang.
Secara ber- angsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Miruman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rencah
dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D
3) Diet hiperemesis IlI dibe-ikan kepada penderita dengan h peremesis
ringan. Me- t kesanggupan pendersta minuman boleh diberikan bersama
makanan. Ma- kanan ini cukup dalam semua za: gizi, kecuali kalsium.

e. Rehidrasi dan suplemen vitamin Pilihan cairan adalah normal salin ( NaCl o 9%).
Cairan dekstrose tidak boleh disen kan karena tidak mengandung sodium yang
cukup untuk mengoreksi hi mia. Suplemen porasium boleh diberikan secara
intravena sebagai tabahan. Suplemen tiamin diberikan secara oral 50 atau 150 mg
atau 1C0 mg dilarutkan ke dalam 100 cc aCI. Urin ontput juga harus dimonitor
dan perlu dilakukan pemeriksaan dipstik ntuk mengetahui terjadinya ketonuria
f. Antiemesis dak dijumpai acanya teratogenitas dengan menggunakan dopamin
antagonis metoklopramid, domperidon), fenoiazin (klorpremazir, proklorperazin),
12
antikolinergik (disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor antagonis (prometazin,
klizin). Namun, bila masih tetap tidak memberikan respons, dapat juga digunakan.
kombinasi kortikosteroid dengan reseptor antagonis 5-Hidrokstriptamin (5-HT
(ondansetron, sisaprid).

C. Anemia Pada Kehamilan

Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)
meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
di bandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
Hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisologik pada kehamilan. Volume
plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Hr), konsenterasi Hemoglobin darah (Hb),
dan hitung eritrosoit, tetapi tidak menurunkan jumlah absolute Hb atau eritrosit dalam
sirkulasi. Mekanisme yang mendasari perubahan ini belum jelas. Ada spekulasi bahwa
anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan menurunkan viskositas darah maternal
sehingga meningkatkakn perfusi plasental dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi
ke janin.
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke-6 kehamilan dan mencapai maksimum
pada minggu ke-24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai minggu ke-37. Pada titik
puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi dari pada ibu hamil di bandingkan
perempuan yang tidak hamil. Penurunan hematokrit, konsenterasi hemboglobin dan hitung
eritrosit biasanya lebih tampak pada minggu ke-7 sampai minggu ke-8 kehamilan dan terus
menurun sampai minggu ke-16 samapai ke-22 ketika titik keseimbangan tercapai.
Suatu penelitian memperlihatkan perubahan konsentrasi Hb sesuaidengan bertambahnya
usia kehamilan. Pada trimester pertama, konsenterasi Hb tampak menurun, kecuali pada
perempuan yang telah memiliki kadar Hb rendah (<11,5 g/dl). Konsenterasi paling rendah di
dapatkan pada trimester kedua, yaitu pada usia kehamilan sekita 30 minggu. Pada trimester
ketiga terjadi sedikit peningkatan Hb, kecuali pada perempuan yang sudah memiliki kadar
Hb tinggi (>14,6 g/dl) pada pemeriksaan pertama.
Anemia secara praktis di definisikan sebagai kadar Ht, konsenterasi Hb, atau hitung
eritrosit di bawah batas normal. Namun, nilai normal ang akurat pada ibu hamil sulit di
pastikan karena ketiga paramenter laboratorium tersebut bervariasi selama periode
kehamilan. Umumnya ibu hamil di anggap anemik jika kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl
atau hematokrit kurang dari 11 g/dl pada akhir trimester pertama dan < 10 g/dl pada trimester
kedua dan ketiga di usulkan menjadi batas bawah untuk mencapai penyebab anemia dalam
kehamilan. Nilai-nilai kurang lebih sama nilai Hb terendah pada ibu-ibu hamil yang
mendapat suplementasi besi, yaitu 11,0 g/dl pada trimester pertama 1.,5 g/dl pada trimester
kedua dan ketiga. Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik di
Negara maju maupun Negara berkembang. Badan Kesehatan Dunia atau WHO
13
memperkirakan bahwa 35-75% ibu hamil di Negara berkembang dan 18% ibu hamil di
Negara maju mengalami anemia. Namun, banyak diantara mereka yang telah menderita
anemia pada saat konsepsi, dengan perkiraan prevalensi sebesar 43% pada perempuan yang
tidak hamildi Negara berkembang dan 12% di Negara yang lebih maju.
Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Seringkali defesiensinya
bersifat multipel dengan manifestasi klinik yang disertai infeksi, gizi buruk, atau kelainan
herediter seperti hemoglobinopati. Namun, penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi
asupan yang tidak cukup, absorbs yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang,
kebutuhan yang berlebihan, dan kurangnya utilisasi nutrisi hemopoietik. Sekitar 75% anemia
dalam kehamilan disebabkan oleh defesiensi besi yang memperlihatkan gambaran eritosit
mikrositik hipokrom pada asupan darah tepi. Penyebab tersering kedua adalah anemia
megaloblastik yang dapat disebabkan oleh defesiensi asam folat dan defesiensi vitamin B12.
Penyebab anemia lainnya yang jarang ditemui antara lain adalah hemoglobinopati, proses
inflasi, toksisitas zat kimia, dan keganasan.
a. Defisiensi Besi
Defisiennsi besi merupakan defisensi nutrisi yang paling sering ditemukan
baik di Negara maju maupun Negara berkembang. Risikonya meningkat pada
kehamilan dan berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan
kebutuhan penumbuhan janin yang cepat.
Anemia difisiensi besi merupakan tahap difisiensi besi yang paling parah,
yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi
transferrin yang rendah, dan konsentrsi hemoglobin atau nilai hematocrit yang
menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi
maternal ke janin untuk eritpropoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan, dan
laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900mg atau setara dengan 2
liter darah. Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali kehamilan dengan
cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia
defisiensi besi.
Pencegahan anemia difisensi besi dapat dilakukan dengan suplementasi besi
dan asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60mg besi selama 6
bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Namun, banyak
literatur menganjur dosis 100mg besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih
pada kehamilan. Di wilayah-wilayah dengan prevalensi anemia yang tinggi,
dianjurkan untuk memberikan suplementasi sampai tiga bulan postpartum.
Hubungan antara konsentrasi Hb dan kehamilan masih merupakan lahan
kontroversi. Di Negara-negara maju misalnya, tidak hanya anemia, tetapi juga
konsentrasi hemoglobin yang tinggi selama kehamilan telah dilaporkan
meningkatkan risiko komplikasi seperti kelahiran kecil untuk masa kehamilan
(KMK) atau small-for-gestational age (SGA), kelahiran premature, dan mortilitas
perinatal. Kadar Hb yang tinggi terkait dengan infark plasenta sehingga
hemodilusi pada kehamilan dapat meningkatkan pertumbuhan janin dengan cara
14
mencegah thrombosis dalam sirkulasi uteroplasenta. Oleh karena itu, jika
peningkatan kadar Hb mencerminkan kelebiihan besi, maka suplementasi besi
secara rutin pada ibu hamil yang tidak anemic perlu ditinjau kembali.
Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu ke-28
kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat besi dan nonanemik (Hb<11g/dl
dan ferritin >20µg/l) menurunkan prevalensi anemia dan bayi berat lahir rendah.
Namun, pada ibu hamil dengan kadar Hb yang normal (≥ 13,2 g/dl) mendapatkan
peningkatan risiko defisiensi tembaga dan zinc. Selain itu, pemberian
suplementasi besi elemental pada dosis 50mg berkaitan dengan proporsi bayi
KMK dan hipertensi maternal yang lebih tinggi dibandingkan kontrol.

b. Defisiensi Asam Folat


Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali lipat
karena transfer dan ibu ke janin yang menyebabkan dilepasnya cadangan folat
maternal. Peningkatan lebih besar dapat terjadi karena kehamilan multiple, diet
yang buruk, infeksi, adanya anemia hemolitik atau pengobatan antikonvulsi.
Kadar esterogen dan progesterone yang tinggi selama kehamilan tampaknya
memiliki efek penghambatan terhadap absorbs folat. Defisiensi asam folat oleh
karenanya sangat umum terjadi pada kehamilan dan merupakan penyebab utama
anemia megaloblastik pada kehamilan.
Anemia tipe megaloblastik karena defisiensi asam folat merupakan penyebab
kedua terbanyak anemia defisiensi zat gizi. Anemia megaloblastik adalah kelainan
yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA dan ditandai dengan adannya sel-
sel megaloblastik yang khas untuk jenis anemia ini. Selain karena defisiensi asam
folat, anemia megaloblastik juga dapat terjadi karena defisiensi vitamin
B12(kobolamin). Folat dan keturunannya formil FH4 penting untuk sintesi DNA
yang memadai dan produksi asam amino. Kadar asam folat yang tidak cukup
dapat menyebabkan manifestasi anemia megaloblastik.
Gejala – gejala defisiensi asam folat sama dengan anemia secara umum
ditambah kulit yang kasar dan glositis. Pada pemeriksaan apusan darah tampak
precursor eritrosit secara morfologis lebih besar(makrositik) dan perbandingan
inti-sitoplasma yang abnormal juga normokrom. MCH dan MCHC biasanya
normal, sedangkan MCV yang besar berguna untuk membedakan anemia ini dari
perubahan fisiologik kehamilan atau anemia defisiensi besi. Untuk MCV,adanya
peningkatan saturasi besi dan tranferin serum juga bermanfaat. Neutropenia dan
trombositopenia adalah akibat dari maturasi granulosit dan trombosit yang
abnormal. Tanda awal defisiensi asam folat adalah kadar folat dalam serum yang
rendah (< 3ng/ml). Namun, kadar tersebut merupakan cerminan asupan folat yang
rendah pada beberapa hari sebelumnya yang mungkin meningkat cepat begitu
asupan diperbaiki. Indicator status folat yang lebih baik adalah folat dalam sel
darah merah, yang relative tidak berubah di dalam eritrosit yang sedang beredar di
15
sirkulasi sehingga dapat mencerminkan laju turnover folat pada 2-3 bulan
sebelumnya. Folat dalam sel darah merah biasanya rendah pada anemia
megaloblastik karena defisiensi asam folat. Namun, kadarnya juga rendah pada
50% penderita anemia megaloblastik karena defesiensi kobalamin sehingga tidak
dapat digunakan untuk membedakan kedua jenis anemia ini.
Defisensi asam folat ringan juga telah dikaitkan dengan anomaly kongenital
janin, terutama defek pada penutupan tabung neural (neural tube defects). Selain
itu defisiensi asam folat dapat menyebabkan kelainan pada jantung, saluran
kemih, alat gerak, dan organ lainnya. Mutasi gen yang mempengaruhi enzim-
enzim metabolism folat, terutama mutasi 677C = T pada gen MTHFR, juga
berpredisposisi terhadap kelainan kongenital.
Penatalaksanaan defisiensi asam folat adalah pemberian folat secara oral
sebanyak 1 sampai 5 mg/hari. Pada dosis 1 mg, anemia umumnya dapat dikoreksi
meskipun pasien mengalami pula malabsorbsi. Ibu hamil sebaiknya mendapat
sedikitnya 400µg fola/hari.

c. Anemia Aplastik
Ada beberapa laporan mengenai anemia aplastic yang terkait dengan
kehamilan, tetapi hubungan antara keduanya tidak jelas. Pada beberapa kasus,
yang terjadi adalah eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada sebelumnya oleh
kehamilan dan hanya membaik setelah terminasi kehamilan. Pada kasus-kasus
lainnya, aplasia terjadi selama kehamilan dan dapat kambuh pada kehamilan
berikutnya. Terminasi kehamilan atau persalinan dapat memperbaiki fungsi
sumsum tulang, tetapi penyakit dapat memburuk bahkan menjadi fatal setelah
persalinan. Terapi meliputi terminasi kehamilan elektif, terapi suportif,
imunosupresi, atau tranplantasi sumsum tulang setelah persalinan.

d. Anemia Penyakit Sel Sabit


Kehamilan pada perempuan penderita anemia selsabit (sickle cell anemia)
disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis, infark pulmonal, pneumonia,
perdarahan antepartum, prematuritas, dan kematian janin. Peningkatan anemia
megaloblastik yang responsive dengan asam folat, terutama pada akhir masa
kehamilan, juga meningkat frekuensinya. Berat lahir bayi dari ibu yang menderita
anemia sel sabit dibawah rata-rata, dan kematian janin tinggi. Penyebab kematian
neonatal tidak jelas, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh vasooklusi plasenta,
dengan temuan postmortem yang menggambarkan anoksia intrapartum.
Mortalitas ibu dengan penyakit sel sabit telah menurun dari sekitar 33% menjadi
1,5% pada masa kini karena perbaikan pelayanan prenatal. Di beberapa Negara
berkembang angka kematian ibu dan perinatal dapat mencapai 9,2% dan 19,5%
berturut-turut. Masa kehamilan dan periode postpartum masih berpotensi
berbahaya bagi ibu dengan penyakit sel sabit sehingga harus dipantau ketat
16
selama kehamilan. Pemberian tranfusi darah profilaktik belum terbukti
efektivitasnya walaupun beberapa pasien tampaknya memberi hasil yang
memuaskan.

D. Preeklamsi Pada Kehamilan

Tekanan darah tinggi dapat terjadi pada ibu hamil. Preeklamsi merupakan salah satu
gangguan hipertensi dalam kehamilan. Preeklamsi adalah penyakit kehamilan yang berkisar
dari hipertensi ringan sampai hipertensi berat disertai dengan mendasari sistemik patologi
yang dapat memiliki dampak ibu dan janin yang parah (Chapman & Durham,2010).

Hasil pengkajian yang dapat anda temukan antara lain:


a. Penilaian yang akurat sangat penting sehingga pengenalan awal memburuknya
penyakit akan memungkinkan untuk intervensi tepat waktu yang dapat meningkatkan
kesehatan maternal dan neonatal.
b. Peningkatan tekanan darah: hipertensi dengan tekanan sistolik 140mmHg atau
tekanan yang lebih besar dan diastolic 90mmHg atau lebih.
c. Proteinuria 1+ atau lebih
d. Nilai laboraturium mungkin menunjukkan peningkatan pada tes fungsi hati,
berkurangnya fungsi ginjal, dan perubahan koagulopati.
e. Edema

Manajemen medis yang dapat dikolaborasikan meliputi:

a. Pemberian sulfat magnesium, obat depresan system saraf pusat, telah terbukti untuk
membantu mengurangi aktivitas kejang tanpa dokumentasi efek samping jangka
panjang untuk wanita dan janin.
b. Pemberian obat anti hipertensi yang digunakan untuk mengontrol tekanan darah
c. Saran untuk melakukan manajemen rawat jalan untuk ibu dengan preeklamsi ringan,
dengan pilihan jika ibu dapat memenuhi pembatasan kegiatan, seting kunjungan
kantor, dan tes kehamilan, dan dapat memonitor darah tekanan.
d. Kaji adanya perubahan system saraf serebral meliputi sakit kepala, perubahan
penglihatan, refleks tendon dalam
e. Periksa urin untuk melihat adanya proteinuria
f. Pertahankan bedrest pada posisi lateral recumbent

Eklampsia adalah terjadinya aktivitas kejang ketika Preeklamsia. Tanda – tanda peringatan
terjadinya kejang eklampsia meliputi:

17
a. Sakit kepala persisten parah
b. Nyeri epigastrium
c. Mual & muntah
d. Hyperreflexia dengan clonus
e. Gelisah.

D. Gangguan Kardiovaskular

Penyakit pada kardiovaskular adalah penyakit yang di sebabkan oleh adanya gangguan
fungsi kerja jantung karena tidak adekuatnya aliran darah.
Pada ibu Hamil, terjadi adaptasi fisiologis sehingga menyebabkan perubahan signifikan pada
sistem kardiovaskular. Wanita dengan jantung normal dapat beradaptasi dengan baik selama
kehamilan. Sedangkan mengalami penyakit jantung, terjadi komplikasi yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang janin, bahkan dapat membahayakan nyawa ibu dan janin
(Manuaba, 1998).

Penyebab dari penyakit jantung sendiri di bagi menjadi 2, yaitu :


1. Kelainan primer
Kelainan orimer dapat berupa kelainan kongenital, bentuk kelainan katub, iskemik
dan cardiomiopati. Jadi kelainan primer ini sendiri lebih di sebabkan karena kelainan
pada fisiologi jantungnya.
2. Kelainan Skunder
Kelainan sekunder berupa penyakikt lain, seperti Hipertensi, Anemia berat,
Hipervolumia, pembesaran rahim,dll, untuk kelainan skunder ini sendiri lebih di
sebabkan oleh penyakit-penyakir lain.

Faktor Resiko
1. Penyakit Jantung akibat Demam Reumatik
Sebagian besar penyakit jantung pada kehamilan disebabkan oleh demam rematik.
Diagnosis demam rematik pada kehamilan sering sulit, bila berpatokan pada kriteria
Jones sebagai dasar untuk diagnosis demam rematik aktif. Manifestas yang terbanyak
adalah poliartritis migrant serta karditis. Perubahan kehamilan yang meyulitkan
diaignosis demam rematik adalah nyeri sendi pada wanita hamil mungkin oleh karena
sikap tubuh yang memikul beban yang lebih besar sehubungan dengan kehamilannya.
Serta meningkatnya laju endap darah dan jumlah leukosit. Bila terjadi demam rematik
pada kehamilan, maka prognosisnya akan buruk.
Adanya aktivitas demam rematik dapat di duga bila terdapat :

18
a. Suhu subdebris dengan takikardi yang lebih cepat dari semestinya.
b. Leukositosis dan laju endap darah yang tetap tinggi.
2. Penyakit jantung kongenitas
Biasanya kelainan jatung bawaan oleh penderita sebelum kehamilan, akan tetapi kadang-
kadang di kenal oleh dokter pada pemeriksaan fisik waktu hamil. Dalam usia reproduksi
dapat di jumpai koarktatio aortae, duktus arteriousus botalli persistens, defek septum
serambi dan bilik, serta stenosis pulmonalis. Penderita tetralogi Fallot biasanya tidak
sampai mencapi usia dewasa kecuali apabila penyakit jantungnya di operasi. Pada
umumnya pederita kelainan jantung bawaan tidak mengalami kesulitan dalam kehamilan
asal penderita tidak sianosis dan tidak menunjukkan gejala-gejala lain diluar kehamilan.

Penyakit jantung bawaan dibagi atas :


1. Golongan sianotik (Right to left shunt)
2. Golongan asianotik ( left to righht shunt)
3. Penyakkit jantung hipertensi

Penyakit jantung hipertensi sering di jumpai pada kehamila, terutama pada golongan usia
lanjut dan sulit diatasi. Apapun dasar penyakit ini, hipertensi esensial, penyakkit ginjal
atau koaktosio aorta, kehamilan akan mendapat komplikasi toksemia pada 1/3 jumlah
kasus di sertai mortalitas yang tinggi pada ibu maupun jani. Tujuan utama pengobatan
jantung hipertensi adalah mencegah terjadinya gagal jantung. Pengobatan di tunjukkan
kepada penurunan tekanan darah dan kontrol terhadap cairan dan elektrolit.

Perubahan tersebut di sebabkan oleh :


a. Hipervolemia : dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapi puncaknya pada 28-
32 minggu lalu menetap.
b. Jantung dan diafragma terdorong ke atas oleh karena pembesaran rahim. Dalam
kehamilan :
a) Denyut jantung dan nadi meningkat.
b) Pukulan jantung meningkat.
c) Tekanan darah menurun sedikit.

Maka dapat dipahami bahwa kehamilan dapat mempebesar penyakit jantung bahkan
dapat menyebabkan payah jantung (dekompensasi kordis). Frekuensi penyakit jantung
dalalm kehamilan berkisar antara 1-4% pengaruh kehamilan terhadap penyakit jantung,
saat-saat yang berbahaya bagi penderita adalah :
a. Pada kehamilan 32-36 minggu, dimana volume darah mencapai puncaknya
(hipeervolumia)
b. Pada kala II, dimana wanita mengerahkan tenaga untuk mengedan dan mengeluarkan
kerja jantung yang berat.
19
c. Pada pasca persalinan, dimana darah dari ruang intervilius plasenta yang sudah lahier,
sekarang masuk kedalam sirkulasi darah ibu.
d. Pada masa nifas, karena ada kemungkinan infekski.

A. KESIMPULAN
merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita di dunia. Dalam melewati
proses kehamilan seorang wanita harus mendapat penatalaksanaan yang
benar.Diabetes mellitus ( DM ) merupakan penyakit metabolik dengan penyebab
yang beragam ditandai dengan hiperglikemi kronis serta perubahan metabolisme
kabohidrat, lemak, dan protein akibat defek sekresi atau kerja insulin, atau keduanya.
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai
umur kehamilan 20 minggu. Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi
sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun peningkatan volume
plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika di bandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hemoglobin (Hb) akibat
hemodilusi. Tekanan darah tinggi dapat terjadi pada ibu hamil. Preeklamsi
merupakan salah satu gangguan hipertensi dalam kehamilan. Preeklamsi adalah
penyakit kehamilan yang berkisar dari hipertensi ringan sampai hipertensi berat
disertai dengan mendasari sistemik patologi yang dapat memiliki dampak ibu dan
janin yang parah. Penyakit pada kardiovaskular adalah penyakit yang di sebabkan
oleh adanya gangguan fungsi kerja jantung karena tidak adekuatnya aliran darah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Prawiharjo sarwono, 2016. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

21

Anda mungkin juga menyukai