Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TUGAS KELOMPOK
Untuk Memenuhi Mata Kuliah Perkembangan Anak dan Remaja di Abad 21
Disusun oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
I. LATAR BELAKANG
Pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu tujuan yang akan dicapai dalam
SDG’s, dimana pendidikan kualitas yang dimaksud yaitu menjamin pendidikan inklusif dan
berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang. Dalam rangka
mencapai pendidikan yang berkualitas tersebut telah ditetapkan beberapa target yang harus
dipenuhi salah satunya yaitu target 4.2 yang dituliskan oleh United Nation di wesbsite resmi
SDG’s yaitu pada tahun 2030, memastikan seluruh anak perempuan dan laki-laki mendapatkan
akses untuk kualitas perkembangan, perawatan anak dan pendidikan pra sekolah sehingga
mereka siap untuk menempuh pendidikan dasar. Dalam upaya untuk mewujudkan program
tersebut Indonesiapun sudah berbenah diri untuk bisa mempersiapkan Pendidikan Anak Usia dini
sebagai salah satu wadah yang akan memfasilitasi anak untuk mendapatkan pendidikan yang
berkualitas.
Berdasarkan data dari Dapodik PAUD 2016 menyatakan bahwa jumlah PAUD di seluruh
Indonesia mencapai 190.225 lembaga. Hal ini justru menjadi suatu informasi yang
menggembirakan, akan tetapi dengan semakin banyaknya PAUD maka akan banyak pula
kendala yang muncul. Di kutip dari beritasatu.com menyatakan bahwa setidaknya ada beberapa
masalah PAUD di Indonesia saat ini yaitu (1) pendidikan guru yang berstrata s1 dibawah target
yang ditetapkan (2) kurangnya kualitas program yang ada di PAUD (3) masih banyaknya anak
usia 3- 6 tahun yang belum mendapatkan layanan PAUD (4) kurangnya keterlibatan keluarga
untuk bisa membantu sejalan dengan program yang dialaksanakan PAUD (5) sekitar 80%
kurikulum PAUD seharusnya digunakan untuk membangun sikap akan tetapi programnya saat
ini lebih banyak pada pembelajaran Ca-Lis-Tung yang bernuanasa akademik.
Bergerak dari permasalahan diatas, dan hasil penelaahan kasus di RSHS ditemukan
permasalahan terkait dengan poin 3-4 yaitu banyaknya muncul permasalahan anak di SD karena
diperparah oleh sikap orang tua yang menganggap PAUD tidak begitu penting sehingga banyak
banyak orang tua yang tidak memasukan anaknya ke PAUD namun langsung ke TK/ Sekolah
Dasar dengan alasan anaknya sudah cukup umur untuk siap menerima pendidikan, sehingga saat
di SD anak menemui kendala dan tidak mendapatkan pendidikan yang optimal. Jikapun ada
orang tua yang memasukan anaknya ke PAUD namun orang tua tidak secara aktif terlibat dalam
membantu stimulasi anak untuk keberhasilan pembelajaran di PAUD tersebut, orang tua justru
menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya ke PAUD. Terutama hal ini terjadi pada orang tua
dengan status ekonomi yang rendah, dimana mereka berpendapat bahwa lembaga PAUD yang
sudah ada tersebut dituntut untuk bisa membuat anak mereka “menjadi pintar” tanpa adanya
kesadaran dari peran orang tua sendiri untuk juga mempersiapkan anaknya sebelum masuk ke
PAUD. Hal ini belum diperparah dengan kondisi PAUD di Indonesia saat ini yang menunjukan
system pembelajaran seperti pembelajaran di SD, padahal berdasarkan hasil konsersium
sertifikasi guru untuk Modul PLPG (2013) menyatakan bahwa pembelajaran di PAUD itu
terkait dengan metode pembelajaran aktif, dan belajar melalu lingkungan serta melalui metode
bermai. Selain itu juga didukung oleh data dari Kemendik (2015) menyatakan bahwa kurikulum
PAUD sudah diperbarui dan ditetapkan dimana salah satu isi dari kurikulum itu yaitu dengan
melibatkan orang tua dalam memberdayakan proses pembelajaran di PAUD. Namun jika
ditelusuri ke belakang maka peranan orang tua itu tidak hanya di proses pembelajaran selama di
PAUD itu tetapi juga sebelumnya yaitu saat ditahun awal perkembangan anak sehingga ia siap
untuk dapat masuk ke lingkungan baru dan menerima pembelajaran di PAUD.
Salah satu bentuk pentingnya keterlibatan orang tua dalam mensukseskan program di
PAUD yaitu melalui keterlibatan orang tua dalam menstimulasi anak sesuai dengan tahapan
perkembangannya. Misalnya saja saja salah satu program yang akan dilakukan di PAUD yaitu
pembentukan sikap dan kemampuan melalui kebiasaan (Kemendik, 2015). Program ini tidak
akan terlaksana dengan baik jika orang tua tidak mencoba untuk menumbuhkan kebiasaan-
kebiasaan ini sebagi salah satu cara yang juga bia digunakan untuk meningkatkan
perkembangan anak. Salah satunya yaitu kebiasanya mencuci tangan sebelum makan dan
menggunakan tangan kanan untuk memakan. Kegiatan-kegiatan ini merupakan kegiatan yang
akan dipelajari dan diulangi lagi di PAUD, dimana orang tualah yang juga akan berperan dalam
mengenalkan kegiatan ini pertama kali sehingga menjadi kebiasaan.
Pengembangan kemampuan sehari-hari ini juga sebagai salah satu bentuk tugas
perkembangan yang harus di jalani anak diusia 1-3 tahun. Menurut Erik Erikson (Santrock,
2007) pada usia 1-3 tahun anak mulai menyadari bahwa perilaku mereka milik mereka sendiri
dan mereka mulai menyatakan kemandirian. Mereka menyadari keinginan mereka dan ingin
melakukan sesuatu tanpa bantuan dari orang tua. Pada tahap inilah orang tua juga mulai
mengontrol situasi saat ia harus mengatakan “tidak” dan tidak mematahkan upaya anak sehingga
ia merasa malu (Fleemin, 2004). Sikap orang tua yang seperti ini akan mempengaruhi tahapan
perkembangan anak diusia berikutnya, yaitu terkait inisiatif anak untuk dapat bergerak
menemukan hal baru dan mengekplor lingkungan, terutama jika anak tidak memiliki pola
kelekatan dengan anak sehingga akan membuat ia menjadi ragu untuk bisa mengeksplor
lingkungannya yang akan berguna untuk perkembangan anak. Pentingnya anak untuk mencapai
tugas perkembangan di usia tiga tahun pertama sebagai persiapan untuk masuk PAUD ini
dikarenakan tuntutan pembelajaran PAUD yang system pembelajarannya sudah seperti di SD
ataupun dalam kondisi yang ideal, metode pembelajaran di PAUD tersebut menuntut anak untuk
bisa mengikuti kegiatan secara mandiri dan mampu bergerak sesuai dengan keinginannya untuk
bisa mengekplorasi hal-hal baru dan pembelajaran baru selama di PAUD tersebut dalam kegiatan
interaksi katif bersama guru dan bermain (Modul PLPG, 2013). Oleh karena itulah untuk bisa
mengembangkan inisiatif untuk bisa mengekplor lingkungannya sehingga menstimulasi setiap
aspek perkembangan, kemampuan anak untuk percaya pada lingkungan luar dan kemampuan
mandiri anak untuk bebas bergerak sesuai dengan kehendaknya tanpa bantuan orang dewasa ini
harus dilatih dan dicapai di rumah dengan bantuan keterlibatan orang tua yang secara intens di
tahun awal perkembangan anak tersebut. Penjelasan ini didukung oleh studi yang dilakukan oleh
Sheridan (2010) menjelaskan bahwa keterlibatan orangtua dalam membangun kompetensi sosial
emotional dimasa tahun pertama akan berpengruh pada sejumlah karakteristik adaptive di
sekolah dan berkaitan dengan kesipan sekolah. Oleh karena itulah keterlibatan orang tua dalam
memenuhi tugas perkembangan anak dari bayi hingga sebelum masuk ke PAUD akan
mempengruhi kelancaran proses pembelajaran di PAUD.
Junianto, Markus. 2016. Delapan Masalah Paud di Indonesia. Diakses pada Sabtu Pukul 22.00
WIB,www.beritasatu.com
Kemendik. 2015. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan
Santrock, W. J. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
Tim PLPG, 2013. Pendidikan Anak Usia Dini. Konsorsium Sertifikasi Guru
United Nation. 2016. Goal 4 : Quality Education. Diakses pada hari Minggu Pukul 08.30 WIB,
www.sustainabledevelopment.un.org