Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Kelas 5D
1. Yola Agustina 1811250099
2. Putri Lestari 1811250094
3. Yulia Sumiati 1811250097
4. Noni Rahayu 1811250078
Dosen Pembimbing:
Sinta Agusmiati, M.Pd
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ruang Lingkup Akhlak......................................................3
B. Perbandingan Ukuran Baik dan Buruk dalam Akhlak.........................7
C. Macam-Macam Aliran dalam Filsafat..................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak bisa dibentuk melalui kebiasaan. Seseorang yang mengerti
benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata-mata
taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya merupakan ciri-ciri orang yang
mempunyai akhlak. Oleh karena itu seseorang yang sudah benar-benar
memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil
perpaduan antara hati, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian. Tidak bisa dipungkiri, untuk menjadi manusia yang
dihormati dan disegani oleh masyarakat sekitar kita harus memiliki
kepribadian yang bagus dan akhlak yang mulia. Tidak ada satu orang
hebatpun di dunia ini yang tidak memiliki akhlak yang bagus. Sehebat dan
sepintar apapun kita kalau akhlak dan kepribadian kita jelek dimata
masyarakat, maka kita akan dikucilkan dan tidak dianggap di masyarakat.[1]
Akhlak merupakan satu unsur yang di miliki oleh setiap manusia.
Akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia agar selamat di dunia dan
akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan Muhammad SAW.
adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sejarah pun mencatat bahwa
faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan
akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-
Qur’an.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta
agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhamad SAW. itu dijadikan contoh
dalam kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini
dijamin keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat. Di dalam Hadist di
sebutkan bahwa sebaik- baiknya manusia ialah yang mempunyai akhlak yg
bagus.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Ruang Lingkup Akhlak?
2. Bagaiamana Perbandingan Ukuran Baik dan Buruk dalam Akhlak?
3. Sebutkan Macam-Macam Aliran dalam Filsafat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Ruang Lingkup Akhlak.
2. Untuk Mengetahui Perbandingan Ukuran Baik dan Buruk dalam Akhlak.
3. Untuk Mengetahui Macam-Macam Aliran dalam Filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Tiswarni, “Akhlak Tasawuf”, (Jakarta: Bina Pratama, 2007), h.1
2
Mahjuddin, “Akhlak Tasawuf”, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 7
3
Muslim Nurdin dkk, “Moral dan Kognisi Islam”, (Bandung: CV Alfabeta, 1995), ed. 2,
h.209
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan
sebagai khalik. Sikap atau perbuatan memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak
sebagaimana telah disebut diatas. Titik tolak akhlak terhadap Allah
adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.
Adapun perilaku yang dikerjakan adalah:
a. Al-Hubb
Mencintai Allah SWT. melebihi cinta kepada apa dan siapapun
juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam Alqur’an sebagai
pedoman hidup dan kehidupan. Kecintaan kita kepada Allh SWT.
diwujudkan dengan cara melaksanakan segala perintah dan menjauhi
segala larangannya.
b. Al-Raja
Mengharapkn karunia dan berusah memperoleh keridhaan
Allah SWT.
c. As-Syukr
Mensyukuri nikmat dan krunia Allah SWT.
d. Qana’ah
Menerima dengan ikhlas segl qadha dan qadhar Allah SWT.
setelah berikhtiar maksimal.
e. At-Taubat
Bertaubat hanya kepada Allah.SWT. taubat yang paling tinggi
adalah taubat nasuha yaitu taubat yang benar-benar taubat, tidak lagi
melakukan perbuatan sama yang dilarang Allah SWT. dan dengan
tertib melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala larngannya.
f. Tawakal
Berserah diri hanya kepad Allah SWT.
2. Akhlak terhadap sesama manusia
Banyak sekali rincian tentang perlakuan terhadap sesama manusia.
Petunjuk mengenai hal itu tidak hanya berbentuk larangan melakukan
hal-hal yang negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau
mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga menyakiti hati
dengan jalan menceritakan aib sesama.
Akhlak terhadap manusia terdiri dari:4
a. Akhlak terhadap Rasulullah SAW
Aklah terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad SAW, antara
lain:
1) Mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua
sunahnya.
2) Menjadikan Rasulullah sebagai idolah, suri teladan dalam hidup
dan kehidupan.
3) Menjalankan apa yang disuruhnya dan tidak melakukan apa
yang dilarangnya.
b. Akhlak terhadap orang tua
Akhlah terhadap orang tua (Birrul Waldain), antara lain:
1) Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya.
2) Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih
saying.
3) Berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat,
mempergunakan kata-kata lemah lembut.
4) Berbuat baik kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya.
5) Mendoakan keselamatan bagi mereka kedatipun seorang
ataupun keduanya telah meninggal dunia.
c. Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri, antara lain:
1) Memelihara kesucian diri.
2) Menutup aurat atau bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan,
menurut hukum agama dan akhlak islam.
d. Akhlak terhadap keluarga, karib kerabat
Akhlak terhadap keluarga, karib kerabat, antara lain:
4
Rosihan Anwar, “Akidah Akhlak”, (Bandung: CV Alfabeta, 2008), h.211.
1) Saling membina rasa cinta dan kasih saying dalam kehidupan
keluarga.
2) Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak.
3) Berbakti kepada ibu bapak.
e. Akhlak terhadap tetangga
Akhlak terhapap tetangga, antara lain;
1) Saling mengnjungi.
2) Saling membantu diwaktu senang maupun susah.
3) Saling member.
f. Akhlak terhadap masyarakat
Akhlak terhadap masyarakat, antara lain:
1) Memuliakan tamu
2) Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
bersangkutan.
3) Saling menolong dalam melakukan kebijakan dan akwah.
3. Akhlak Terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah segala sesuatu
yang disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun
benda-benda tak bernyawa. Dasar yang digunakan sebagai pedoman
akhlak terhadap lingkungan adalah tugas kekhalifahannya di bumi yang
mengandung arti pengayoman, pemeliharaan serta pembimbingan agar
setiap makhluk mencapai tujuan pencitaannya.5
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan al-qur’an terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifaan
menurut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia
terhadap alam. Kekhalifaan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan,
serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-
proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang
terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab,
5
Quraish Shihab, “Wawasan al-Qur'an”, (Bandung : Mizan, 2000), h.261.
sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, setiap
perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri
manusia sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak
bernyawa semua diciptakan oleh allah swt., dan menjadi milik-nya, serta
semuanya memiliki ketergantungan kepada-nya. Keyakinan ini
mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah
“ummat” tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
B. Perbandingan Ukuran Baik dan Buruk dalam Akhlak
Kebanyakan manusia berselisih dalam pandangannya mengenai sesuatu
diantara mereka ada yang melihatnya baik dan diantara mereka ada yang
melihatnya buruk, bahkan ada orang yang melihat sesuatu baik dalam waktu
ini, lalu melihatnya buruk pada waktu lain. Setiap gerak dan langkah untuk
mencari nilai, sudah tentu manusia memiliki suatu standar untuk mengukur
sesuatu yang baik dan buruk, kendati ukuran tersebut berlainan antara yang
satu dengan yang lainnya.
Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang
sesuai dengan nilai dan norma agama; nilai dan norma yang terdapat dalam
masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Yang buruk adalah
segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma
agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri
sendiri. Yang menentukan baik dan buruk suatu sikap yang melahirkan
perilaku atau perbuatan manusia, di dalam agama dan ajaran Islam adalah Al-
Qur’an yang dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah SAW. dengan
sunnah beliau yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadits.
Ukuran baik dan buruk dalam ilmu akhlak antara lain:6
1. Adat Istiadat
Adat istiadat yang berlaku dalam kelompok ataupun masyarakat
tertentu menjadi salah satu ukuran baik dan buruk anggotanya dalam
berperilaku. Melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan
masyarakat sekitarnya ataupun kelomponya akan menjadi problem dalam
6
Rohison Anwar, “Akhlak Tasawuf”, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 72
beriteraksi. Masing-masing kelompok atau masyarakat tertentu memiliki
batasan-batasan tersendiri tentang hal-hal yang harus diikuti dan yang
harus dihindari. Sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat satu belum
tentu demikian menurut masyarakat yang lain. Mereka akan mendidik
dan mengajarkan anak-anak mereka untuk melakukan kebiasaan-
kebiasaan yang mereka anggap baik dan melarang melakukan sesuatu
yang tidak menjadi kebiasaan mereka.
2. Nurani
Jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk.Kekuatan tersebut dapat mendorongnya
berbuat baik dan mencegahnya berbuat buruk. Jiwanya akan merasa
bahagia jika telah berbuat baik dan merasa tersiksa jika telah berbuat
buruk. Kekuatan ini disebut nurani. Masing-masing individu memiliki
kekuatan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan kekuatan ini dapat
menyebabkan perbedaan persepsi tentang sesuatu yang dianggap baik
dan yang dianggap buruk.
3. Rasio
Rasio merupaka anugrah Tuhan yang diberika kepada manusia,
yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan rasio yang dimiliki,
manusia dapat menimbang mana perkara yang baik dan yang
buruk.Dengan akalnya manusia dapat menilai bahwa perbuatan yang
berakibat baik layak disebut baik dan dilestarikan, dan begitu sebaliknya.
Penilaian manusia akan terus berkembang dan mengalami perubahan
dengan pengalaman-pengalaman yang mereka miliki.
4. Pandangan individu
Kelompok atau masyarakat tertentu memiliki anggota atau
masyarakat yang secaraindividual memiliki pandangan atau pemikiran
yang berbeda dengan kebanyakan orangdi kelompoknya.Masing-masing
individu memiliki kemerdekaan untuk memiliki pandangan dan
pemikiran tersendiri meski harus berbeda dengan kelompok atau
masyarakatnya.Masing-masing individu memiliki hak untuk menentukan
mana yang dianggapnya baik untuk dilakukandan mana yang dinggapnya
buruk. Tidak mustahil apa yang semula dianggap buruk oleh masyarakat,
akhirnya dianggap baik, karena terdapat seseorang yang berhasil
meyakinkan kelompoknya bahwa apa yang dianggapnya buruk adalah
baik.
5. Norma Agama
Saluruh agama didunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan
buruk menurut norma agama lebih bersifat tetap, bola dibandingkan
dengan ukuran baik dan buruk dimata nurani, rasio, adat istiadat dan
pandangan individu. Keempat ukuran tersebut bersifat relative dan dapat
berubah sesuai dengan ruang dan waktu.ukuran baik dan buruk yang
berlandaskan norma agama kebenarannya lebih dapat dipercaya dan
dapat dipertanggungjawabkan, Karena norma agama merupakan ajaran
tuhan Tuhan yang maha suci.
Disamping itu, ajaran tuhan lebih bersifat universal. Lebih
terhindar dari subyektifitas individu maupun kelompok.Sejalan dengan
perkembangan pemikiran manusia, berkembang pula patokan yang
digunakan orang dalam menentukan baik dan buruk. Keadaan ini
menurut Poedjawijatna berhubungan erat dengan pandangan filsafat
tentang manusia dan ini tergantung pula dari metafisika pada umumnya.
6. Kebahagiaan
Kebanyakan filosofi berpendapat bahwa tujuan akhir dari hidup
dan kehidupan manusia ialah untuk mencapai kebahagiaan. Perbuatan
manusia dapat dikatakan baik bila ia mendatangkan kebahagiaan,
kenikmatan dan kelezatan. Para pengikut aliran hedonism membagi
kebahagiaan menjadi dua ialah :
a. Kebahagiaan diri (Egoistic Hedonism)
Pendapat ini mengatakan bahwa manusia itu hendaknya
mencari sebanyak mungkin kebahgiaan untuk dirinya dan
mengorientasikan segala usahanya ke arah kebahagiaan.
b. Kebahagiaan bersama (Universalistic Hedonism)
Paha ini menghendaki agar manusia mencari kebahagiaan yang
sebesar-besarnya untuk sesame manusia, bahkan untuk segala
makhluk yang berperasaan. Untuk memberikan nilai terhadap suatu
perbuatan bahwa ia baik atau buruk, yang perlu diperhatikan adalah
kesenangan dan kepedihan yang diakibatkan oleh perbuatan itu.
Dalam hal ini bukan untuk diri sendiri tetapi untuk seluruh makhluk,
ikut merasakan kenikmatan dari akhibat perbuatan itu.
7. Intuisi (Intuition)
Intuisi merupakan kekuatan batin yang dapat mengenal sesuatu
yang baik atau buruk dengan sekilas pandang tanpa melihat buah dan
akibatnya. Paham ini berpendapat bahwa tiap manusia itu mempunyai
kekuatan batin sebagai suatu instrument yang dapat membedakan baik
dan buruk. Kekuatan ini dapat berbeda antara seorang dengan yang
lainnya karena perbedaan masa. Tetapi tetap berakar dalam tubuh tiap
individu.
Apabila ia melihat suatu perbuatan, ia mendapat semacam ilham
yang memberi tahu nilai perbuatan itu lalu menetapkan hokum baik dan
buruknya, sebagaimana diberikan mata untuk melihat dan telinga untuk
mendengar. Melihat sekilas pandangan dapat menetapkan putih atau
hitamnya sesuatu. Mendengar suara dapat menyatakan bahwa ia merdu
atau tidak. Demikian pula bila melihat suatu perbuatan dapat menetapkan
baik buruknya.
C. Macam-Macam Aliran dalam Filsafat
Membicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka penentuan
dankarakternya baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur melalui fitrah
manusia.
Menurut Poedja Wijatna berhubungan dengan perkembangan pemikiran
manusiadengan pandangan filsafat tentang manusia ( antropologi metafisika )
dan initergantung pula dari metafisika pada umumnya.Dan dapat disimpulkan
bahwa diantara aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan
baik dan buruk diantaranya :
1. Baik dan Buruk Menurut Aliran Adat-Istiadat (Sosialisme)
Menurut aliran ini baik atau buruk ditentukan berdasarkan adat-
istiadat yang berlaku dan ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang
berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan
berpegang teguh pada adat dipandang baik, dan orang yang menentang
dan tidak mengikuti adat-istiadat dipandang buruk, dan kalau perlu
dihukum secara adat.
Adat-istiadat selanjutnya disebut pula sebagai pendapat umum. Di
dalam masyarakat kita jumpai adat-istiadat yang berkenaan dengan cara
berpakaian, makan, minum, bercakap-cakap, bertandang dan sebagainya.
Orang yang mengikuti cara-cara yang demikian itulah yang dianggap
orang yang baik, dan orang yang menyalahinya adalah orang yang buruk.
2. Baik dan Buruk Menurut Aliran Hedonisme
Aliran hedonisme adalah aliran filsafat yang terhitung tua, karena
berakar pada pemikiran filsafat Yunani, khususnya pemikiran filsafat
Epicurus (341-270 SM), yang selanjutnya dikembangkan oleh Cyrenics
dan belakangan ditumbuhkembangkan oleh Freud.
Aliran Hedoisme adalah aliran filsafat yang terhitung tua, karena
berakar pada pemikiran filsafat Yunani. Menurut paham ini banyak yang
disebut perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak mendatangka
n kelezatan,kenikmatan, dan kepuasan nafsu biologis. Aliran ini tidak
mengatakan bahwasemua perbuatan mengandung kelezatan, melainkan
adapula yang mendatangkan kepedihan, danapabila ia disuruh memilih
manakah perbuatan yang harus dilakukan, maka yangdilakukan adalah
yang mendatangkan kelezatan. Maka apabila terjadi keraguan
dalammemilih sesuatu perbuatannya, harus diperhitungkan banyak
sedikitnya kelezatan dankepedihannya dan sesuatu itu baik apabila diri
seseorang yang melakukan perbuatanmengarah kepada tujuan.
Epicurus berpendapat bahwa kebahagiaan, kelezatan ialah tujuan
manusia , tidak ada kekutan dalam hidup selain kelezatan dantidak ada
keburukan kecuali penderitaan. Kelezatan akal dan rohani itu lebih
penting dari kelezatan badan. Epicurus pun berpendapat bahwa sebaik-
baik kelezatan yang dikehendaki ialah kelezatan “Ketentraman Akal”.
7
Mahmud Shaltat, “ Aqidah dan Syari’at Islam”, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), h.52
Menurut paham ini perbuatan yang baik adalah perbuatan yang
sesuai dengan penilaian yang diberikan oleh hati nurani atau kekuatan
batin yang ada dalam dirinya. Dan sebaliknya perbuatan buruk adalah
perbuatan yang menurut hati nurani atau kekuatan batin dipandang
buruk. Paham ini selanjutnya dikenal dengan paham humanisme.
Poedjawijatna mengatakan bahwa menurut aliran ini yang baik adalah
yang sesuai dengan kodrat manusia, yaitu kemanusiaannya yang
cenderung kepada kebaikan. Penentuan terhadap baik-buruknya tindakan
yang konkret adalah perbuatan yang sesuai dengan kata hati orang yang
bertindak.
4. Baik dan Buruk Menurut Aliran Utilitarianisme
Secara harfiah utilis berarti berguna. Menurut paham ini bahwa
yang baik adalah yang berguna. Jika ukuran ini berlaku bagi perorangan,
disebut individual, dan jika berlaku bagi masyarakat dan negara disebut
sosial.
Maksud dan paham ini adalah agar manusia dapat mencari
kebahagiaan sebesar-besarnya untuk sesama manusia atau semua
makhluk yang merniliki perasaan. Kelezatan menurut paham ini, bukan
kelezatan yang melakukan perbuatan itu saja, sebagaimana dikatakan
oleh pengikut Epicurus, tetapi kelezatan semua orang yang ada
hubungannya dengan perbuatan itu. Wajib bagi si pembuat, dikala
menghitung buah perbuatannya, jangan sampai berat sebelah dirinya,
tetapi harus menjadikan sama antara kebaikan dirinya dan kebaikan
orang lain.
Ada beberapa kekurangan dalam peham ini yang bertentangan :
a. Paham yang memastikan untuk memberi hokum kepada perbuatan
akan kebaikandan keburukannya.
b. Kebahagiaan umum tidak menjadi ukuran yang tetap lagi terbatas,
sehingga untukmemberi hokum sebuah perbuatan akan baik dan
buruknya menjadi tempat perselisihan yang banyak.
c. Paham yang menjadikan manusia bersikap dingin pandangannya
hanya ditujukankepada buah-buah perbuatan apa yang ada kelezatan
dan kepedihan.
d. Perkataan yang menyatakan bahwa tujuan hidup itu hanya mencapai
kelezatan danmenjauhi kepedihan adalah merendahkan kehormatan
manusia dan tidak pantaskecuali bagi jenis binatang
5. Baik dan Buruk Menurut Aliran Vitalisme
Menurut aliran ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan
dalam hidup manusia. Kekuatan dan kekuasaan yang menaklukkan orang
lain yang lemah dianggap sebagai yang baik. Paham ini lebih lanjut
cenderung pada sikap binatang, dan berlaku hukum siapa yang kuat dan
menang itulah yang baik.8
Paham vitalisme ini pernah dipraktikkan para penguasa di zaman
feodalisme terhadap kaum yang lemah dan bodoh. Dengan kekuatan dan
kekuasaan yang dimiliki ia mengembangkan pola hidup feodalisme,
kolonialisme, diktator dan tiranik. Kekuatan dan kekuasaan menjadi
lambang dan status sosial untuk dihormati. Ucapan, perbuatan dan
ketetapan yang dikeluarkannya menjadi pegangan bagi masyarakat. Hal
ini bisa berlaku, mengingat orang-orang yang lemah dan bodoh selalu
mengharapkan pertolongan dan bantuannya.
6. Baik Buruk Menurut Aliran Religiosme
Menurut aliran ini dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai
dengankehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan
yang tidak sesuaidengan kehendak Tuhan. Dalam paham ini keyakinan
feologis, yakni keimanan kepada Tuhan sangat memegang peranan
penting, karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan
kehendak Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman kepadanya.
Menurut Poedjawitna aliran ini dianggap paling baik dalam
praktek,namun terdapat pula keberatan terhadap aliran ini, yaitu karena
8
Mohammad Liki Hamid, “Pengajian Tamadun Islam”, (Jakarta: Propesional Pendidikan,
2008), h.121
ketidakumuman dariukuran baik dan buruk yang digunakannya.
Diketahui bahwa didunia ini terdapat bermacam-macam agama, dan
masing-masing agama menentukan baik buruk menurut ukurannya
masing-masing. Dalam agama Islam, Hindu, Budha, Yahudi, Kristen
misalnya masing-Masing memiliki pandangan dan tolok ukur tentang
baik dan buruk yang satu dan lainnya berbeda-beda.
7. Baik dan Buruk Menurut Aliran Evolusi (Evolution)
Mereka yang mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala
sesuatu yang ada di alam ini mengalami evolusi, yaitu berkembang dari
apa adanya menuju kesempurnaan. Pendapat seperti ini bukan hanya
berlaku pada benda-benda yang tampak seperti binatang, manusia, dan
tumbuh-tumbuhan, tetapi juga berlaku pada benda yang tidak dapat
dilihat atau diraba oleh indera seperti akhlak dan moral.
Dalam sejarah paham evolusi, Darwin (1809-1882) adalah seorang
ahli pengetahuan yang paling banyak mengemukakan teorinya. Dia
memberikan penjelasan tentang paham ini dalam bukunya The Origin of
Species. Dikatakan bahwa perkembangan alam ini di dasari oleh
ketentuan-ketentuan berikut:
a. Ketentuan alam (Selection of Nature)
b. Perjuangan hidup (Struggle for life)
c. Kekal bagi yang lebih pantas (Survival for the fit test)
8. Baik Buruk Menurut Aliran Idealisme
Aliran idealisme merupakan factor terpenting dari wujudnya
tindakan-tindakan yang nyata. Menurut Immanual kant untuk dapat
terealisasinya tindakan dari kemauan yang baik, maka kemauan yang
perlu dihubungkan dengan suatu hal yang akan menyempurnakannya.
Dijelaskan pokok-pokok pandangan Immanual Kant :Wujud yang paling
dalam dari kenyataan (hakikat) ialah kerohanian:
a. Faktor yang paling penting mempengaruhi manusia ialah kemauan
yang melahirkan tindakan yang konkrit.
b. Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang
menyempurnakannya yaitu rasa kewajiban.
A. Kesimpulan
Akhlak merupakan sifat-sifat bawaan manusia sejak lahir yang tertanam
dalam jiwanya dan selalu ada padanya Al-Qur'an selalu menandaskan, bahwa
akhlak itu baik atau buruknya akan memantul pada diri sendiri sesuai dengan
pembentukan dan pembinaannya. Ruang lingkup akhlak adalah sama dengan
ruang lingkup ajran islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola
hubungan.
Ada beberapa ruang lingkup akhlak diantaranya:
1. Akhlak terhadap Allah
2. Akhlak terhadap sesama manusia
3. Akhlak Terhadap Lingkungan
Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang
sesuai dengan nilai dan norma agama; nilai dan norma yang terdapat dalam
masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Yang buruk adalah
segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma
agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri
sendiri.
Ukuran baik dan buruk dalam ilmu akhlak antara lain adat istiadat,
nurani, rasio, pandangan individu, norma agama, kebahagiaan, dan intuisi
(intuition). Ada beberapa aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam
penentuan baik dan buruk diantaranya :
1. Baik dan Buruk Menurut Aliran Adat-Istiadat (Sosialisme)
2. Baik dan Buruk Menurut Aliran Hedonisme
3. Baik dan Buruk Menurut Aliran Intuisisme (Humanisme)
4. Baik dan Buruk Menurut Aliran Utilitarianisme
5. Baik dan Buruk Menurut Aliran Vitalisme
6. Baik Buruk Menurut Aliran Religiosme
7. Baik dan Buruk Menurut Aliran Evolusi (Evolution)
8. Baik Buruk Menurut Aliran Idealisme
9. Baik Buruk Menurut Aliran Tradisonal
10. Baik Buruk Menurut Aliran Naturalisme
11. Baik Buruk Menurut Aliran Theologis
DAFTAR PUSTAKA