NIM : 11180820000051
Kelas : Akuntansi 4C
Piutang
Piutang (receivables) merupakan jumlah yang harus dibayarkan perusahaan yang
timbul akibat penjualan produk atau jasa, atau dari uang muka (peminjaman uang)
kepada perusahaan lain. Piutang usaha (accounts receivable) mengacu pada jumlah
yang harus dibayarkan kepada perusahaan yang timbul akibat penjualan prosuk dan jasa.
Wesel tagih (notes receivable) mengacu pada janji tertulis atas utang yang harus
dibayarkan.
Terdapat dua pertanyaan penting dalam analisis piutang : (1) Resiko
Penagihan. Analisis harus mempertimbangkan bahwa meskipun pendekatan
dengan rumus untuk menghitung penyisihan piutang tak tertagih sangat mudah
dan praktis, penghitungan ini mencerminkan penilaian mekanik yang
menghasilkan kesalahan. Analisis posisi keuangan terkini dan kemampuan
perusahaan memenuhi utang lancar yang tercermin dalam pengukuran seperti
rasio lancar juga harus mengakui pentingnya siklus operasi untuk
mengklasifikasi piutang lancar. (2) Keaslian Piutang. Salah satu faktor yang
mempengaruhi keaslian piutang adalah hak pengembalian barang dagangan.
Analisis harus mempertimbangkan hak pengembalian. Hak pengembalian
yang bebas dapat menurunkan kualitas piutang. (3) Sekuritisasi Piutang.
Masalah analisi penting lainnya timbul ketika perusahaan menjual semua atau
sebagian piutangnya pada pihak ketiga yang biasanya mendanai penjualan
tersebut dengan menjual obligasi ke pasar modal. Penagihan piutang tersebut
memberikan sumber untuk hasil pada obligasi. Praktik tersebut disebut
Sekuritisasi(securitization) (Penjualan piutang kepada bank atau perusahaan
pembiayaan komersial disebut anjak piutang -factoring).
B. Persediaan
Akuntansi dan Penilaian Persediaan
Persediaan merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal
perusahaan. Persamaan persediaan (inventory equation) sangat berguna untuk
memahami arus persediaaan. Berikut ini adalah persamaan persediaan untuk perusahaan
dagang. Persediaan awal + Pembelian neto – Beban pokok penjualan = Persediaan
akhir.
Arus biaya persediaan ada 3 (tiga). First-In, First-Out (FIFO). Metode ini
mengasumsikan bahwa unit pertama yang dibeli merupakan unit pertama yang akan
dijual. Last-In, First-Out (LIFO). Dalam asumsi penetapan biaya persediaan LIFO, unit
yang dibeli terakhir merupakan unit yang pertama dijual. Biaya rata-rata. Metode ini
mengasumsikan bahwa unit yang dijual tanpa memerhatikan urutan pembeliannya dan
menghitung COGS serta persediaan akhir hanya sebagai rata-rata tertimbang.
Analisis Persediaan
Dampak Penetapan Biaya Persediaan Terhadap Profitabilitas
Dalam periode kenaikan harga, FIFO menyebabkan laba bruto yang lebih tinggi
dibandingkan LIFO karena biaya persediaan yang lebih rendah dikaitkan dengan
pendapatan penjualan pada harga pasar terkini. Hal ini sering disebut dengan laba
ilusi FIFO (FIFO’s phantom profit) karena laba bruto sebenarnya merupakan
penjumlahan dari dua komponen: laba ekonomi(economic profit) dan keuntungan
akibat pemilikan(holding gain).
Dampak Penetapan Biaya Persediaan Terhadap Laporan Posisi Keuangan
Pada periode harga meningkat, dan dengan asumsi persediaan belum melikuidasi
laporan persediaan lamanya, LIFO melaporkan persediaan akhir pada harga yang
jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya penggantian. Sehingga, neraca
perusahan yang menggunakan LIFO, tidak secara akurat mencerminkan investasi
lancar yang dimiliki perusahaan dalam persediaan.
Dampak Penetapan Biaya Persediaan Terhadap Arus Kas
Peningkatan laba kotor dengan metode FIFO juga menyebabkan laba
sebelum pajak yang lebih tinggi, sehingga menimbulkan utang pajak yang
lebih tinggi. Salah satu alasan digunakannya LIFO adalah pengurangan
kewajiban pajak pada periode harga meningkat. Namun IFRS mengharuskan
bahwa perusahaan yang menggunakan LIFO untuk tujuan pajak harus
menggunakan metode ini untuk laporan keuangan. Ini merupakan aturan
ketaatan LIFO (LIFO conformity rule). Perusahaan yang menggunakan biaya
persediaan LIFO diharuskan untuk mengungkapkan jumlah yang akan
dilaporkan jika perusahaan menggunakan metode FIFO. Selisish antara kedua
metode ini dinamakan cadangan LIFO. Hal ini dapat digunakan untuk
menghitung jumlah yang akan mempengaruhi arus kas kumulatif maupun
periode berjalan karena penggunaan LIFO.
Permasalahan Lain dalam Penilaian Persediaan
Likuidasi LIFO. Perusahaan mengindikasikan bahwa pengurangan kuantitas
persediaan menyebabkan penjualan barang yang dicatat dengan biaya masa lalu
yang berbeda dengan biaya sekarang. Seorang anslisi LIFO harus hati-hati terhadap
dampak likuidasi LIFO pada profitabilitas.
Penyajian Kembali Analitis dari LIFO ke FIFO. Penyesuaian neraca
dimungkinkan jika perusahaan mengungkapkan selisih lebih biaya kini atas
persediaan yang dihitung dengan LIFO, atau cadangan LIFO. Maka diperlukan tiga
penyesuain berikut:
Persediaan = persediaan yang dilaporkan berdasarkan LIFO + cadangan LIFO
Pertambahan kewajiban pajak tengguhan sebesar: (cadangan LIFO X
tarif pajak)
Saldo laba = saldo laba yang dilaporkan +[cadangan LIFO x (1-tarif pajak)]