Anda di halaman 1dari 7

Nama : Riyadhah Nur Basmalah

NIM : 11180820000051
Kelas : Akuntansi 4C

Analyzing Investing Activities


A. Pengantar Aset Lancar
Asset (asset) merupakan sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan untuk
tujuan menghasilkan laba. Aset dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok lancar dan
tidak lancar. Aset lancar (current aset) merupakan sumber daya yang dapat segera
dikonversi menjadi kas selama siklus opersi perusahaan.kelompok utama aset lancar
meliputi kas, setara kas, piutang, persediaan, dan biaya dibayar dimuka. Aset lancar
(current asset) mencakup kas dan aset lain yang dapat dikonversi menjadi kas, biasanya
dalam siklus operasi perusahaan.

Kas dan Setara Kas


Kas (cash) merupakan aset yang paling likuid, mencakup mata uang yang tersedia
dan dana pada deposito. Setara kas(cash equipvalent) merupakan investasi jangka
pendek yang sangat likuid yang (1) mudah dikonversi menjadi kas dan (2) jatuh tempo
yang sangat pendek, sehingga memiliki resiko minimal terkait perubahan harga akibat
pergerakan suatu bunga. Likuiditas berarti jumlah kas atau setara kas yang dimiliki
perusahaan dan jumlah kas yang dapat dihasilkan prusahaan dalam periode waktu yang
singkat.

Piutang
Piutang (receivables) merupakan jumlah yang harus dibayarkan perusahaan yang
timbul akibat penjualan produk atau jasa, atau dari uang muka (peminjaman uang)
kepada perusahaan lain. Piutang usaha (accounts receivable) mengacu pada jumlah
yang harus dibayarkan kepada perusahaan yang timbul akibat penjualan prosuk dan jasa.
Wesel tagih (notes receivable) mengacu pada janji tertulis atas utang yang harus
dibayarkan.
Terdapat dua pertanyaan penting dalam analisis piutang : (1) Resiko
Penagihan. Analisis harus mempertimbangkan bahwa meskipun pendekatan
dengan rumus untuk menghitung penyisihan piutang tak tertagih sangat mudah
dan praktis, penghitungan ini mencerminkan penilaian mekanik yang
menghasilkan kesalahan. Analisis posisi keuangan terkini dan kemampuan
perusahaan memenuhi utang lancar yang tercermin dalam pengukuran seperti
rasio lancar juga harus mengakui pentingnya siklus operasi untuk
mengklasifikasi piutang lancar. (2) Keaslian Piutang. Salah satu faktor yang
mempengaruhi keaslian piutang adalah hak pengembalian barang dagangan.
Analisis harus mempertimbangkan hak pengembalian. Hak pengembalian
yang bebas dapat menurunkan kualitas piutang. (3) Sekuritisasi Piutang.
Masalah analisi penting lainnya timbul ketika perusahaan menjual semua atau
sebagian piutangnya pada pihak ketiga yang biasanya mendanai penjualan
tersebut dengan menjual obligasi ke pasar modal. Penagihan piutang tersebut
memberikan sumber untuk hasil pada obligasi. Praktik tersebut disebut
Sekuritisasi(securitization) (Penjualan piutang kepada bank atau perusahaan
pembiayaan komersial disebut anjak piutang -factoring).

B. Persediaan
Akuntansi dan Penilaian Persediaan
Persediaan merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal
perusahaan. Persamaan persediaan (inventory equation) sangat berguna untuk
memahami arus persediaaan. Berikut ini adalah persamaan persediaan untuk perusahaan
dagang. Persediaan awal + Pembelian neto – Beban pokok penjualan = Persediaan
akhir.
Arus biaya persediaan ada 3 (tiga). First-In, First-Out (FIFO). Metode ini
mengasumsikan bahwa unit pertama yang dibeli merupakan unit pertama yang akan
dijual. Last-In, First-Out (LIFO). Dalam asumsi penetapan biaya persediaan LIFO, unit
yang dibeli terakhir merupakan unit yang pertama dijual. Biaya rata-rata. Metode ini
mengasumsikan bahwa unit yang dijual tanpa memerhatikan urutan pembeliannya dan
menghitung COGS serta persediaan akhir hanya sebagai rata-rata tertimbang.

Analisis Persediaan
 Dampak Penetapan Biaya Persediaan Terhadap Profitabilitas
Dalam periode kenaikan harga, FIFO menyebabkan laba bruto yang lebih tinggi
dibandingkan LIFO karena biaya persediaan yang lebih rendah dikaitkan dengan
pendapatan penjualan pada harga pasar terkini. Hal ini sering disebut dengan laba
ilusi FIFO (FIFO’s phantom profit) karena laba bruto sebenarnya merupakan
penjumlahan dari dua komponen: laba ekonomi(economic profit) dan keuntungan
akibat pemilikan(holding gain).
 Dampak Penetapan Biaya Persediaan Terhadap Laporan Posisi Keuangan
Pada periode harga meningkat, dan dengan asumsi persediaan belum melikuidasi
laporan persediaan lamanya, LIFO melaporkan persediaan akhir pada harga yang
jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya penggantian. Sehingga, neraca
perusahan yang menggunakan LIFO, tidak secara akurat mencerminkan investasi
lancar yang dimiliki perusahaan dalam persediaan.
 Dampak Penetapan Biaya Persediaan Terhadap Arus Kas
Peningkatan laba kotor dengan metode FIFO juga menyebabkan laba
sebelum pajak yang lebih tinggi, sehingga menimbulkan utang pajak yang
lebih tinggi. Salah satu alasan digunakannya LIFO adalah pengurangan
kewajiban pajak pada periode harga meningkat. Namun IFRS mengharuskan
bahwa perusahaan yang menggunakan LIFO untuk tujuan pajak harus
menggunakan metode ini untuk laporan keuangan. Ini merupakan aturan
ketaatan LIFO (LIFO conformity rule). Perusahaan yang menggunakan biaya
persediaan LIFO diharuskan untuk mengungkapkan jumlah yang akan
dilaporkan jika perusahaan menggunakan metode FIFO. Selisish antara kedua
metode ini dinamakan cadangan LIFO. Hal ini dapat digunakan untuk
menghitung jumlah yang akan mempengaruhi arus kas kumulatif maupun
periode berjalan karena penggunaan LIFO.
 Permasalahan Lain dalam Penilaian Persediaan
Likuidasi LIFO. Perusahaan mengindikasikan bahwa pengurangan kuantitas
persediaan menyebabkan penjualan barang yang dicatat dengan biaya masa lalu
yang berbeda dengan biaya sekarang. Seorang anslisi LIFO harus hati-hati terhadap
dampak likuidasi LIFO pada profitabilitas.
Penyajian Kembali Analitis dari LIFO ke FIFO. Penyesuaian neraca
dimungkinkan jika perusahaan mengungkapkan selisih lebih biaya kini atas
persediaan yang dihitung dengan LIFO, atau cadangan LIFO. Maka diperlukan tiga
penyesuain berikut:
 Persediaan = persediaan yang dilaporkan berdasarkan LIFO + cadangan LIFO
 Pertambahan kewajiban pajak tengguhan sebesar: (cadangan LIFO X
tarif pajak)
 Saldo laba = saldo laba yang dilaporkan +[cadangan LIFO x (1-tarif pajak)]

Penyajian Kembali Analitis FIFO ke LIFO. Sayangnya, penyesuaian dari FIFO ke


LIFO mencakup asumsi penting, sehingga kemungkinan akan rentan terhadap
kesalahan. Laba LIFO mencakup laba kepemilikan atas persediaan awal.

R= Perubahan cadangan LIFO


Persediaan FIFO dari akhir periode lalu
Penetapan Biaya Persediaan untuk Perusahaan Manufaktur dan Dampak
Peningkatan Produksi
Analisis biaya ini harus waspada bahwa alokasi biaya overhead bukan merupakan ilmu
pasti dan sangat tergantung pada asumsi yang digunakan. Jika peningkatan pada tingkat
produksi menyebabkan persediaan akhir meningkat, lebih banyak biaya overhead yang
tinggal dilaporan keuangan dan profitabilitas meningkat. Kemudian saat kuantitas
persediaan menurun, laporan laba rugi tidak hanya terbeban biaya overhead periode
berjalan tetapi juga biaya overhead perode sebelumnya yang berasal dari persediaan
tahun berjalan, karenanaya laba menjadi turun. Oleh karena itu analisis harus waspada
terhadap dampak perubahan tingkat produksi terhadap laba yang dilaporkan.
Lower of Cost or Market
Nilai pasar tidak boleh melebihi nilai realisasi bersih atau kurang dari nilai realisasi
bersih setelah dikurangi margin keuntungan normal. Biaya (cost) merpakan biaya
perolehan persediaan. Biaya ini dihitung dengan salah satu dari metode biaya persediaan.
Misalnya, FIFO, LIFO, atau Biaya Rata-rata. Analisis persediaan kita harus
memperhatikan dampak aturan LOCOM. Saat harga meningkat, aturan ini cenderung
menilai persediaan terlalu rendah tanpa memperhatikan pilihan metode biaya persediaan.
Hal ini akan menekan rasio lancar.

C. Pengantar Aset Jangka Panjang


Aset jangka panjang merupakan aset yang digunakan untuk menghasilkan penghasilan
operasi atau mengurangi biaya operasi untuk lebih dari satu periode.

Akuntansi Aset Jangka Panjang


Kapitalisasi, Alokasi, dan Penurunan Nilai
Kapitalisasi (capitalization) merupakan proses penangguhan biaya yang terjadi pada
periode berjalan, tetapi manfaatnya diharapkan dapat berlangsung selama beberapa
periode di masa depan. Alokasi (allocation) merupakan proses pembebanan biaya
tangguhan (aset) secara periodic sepanjang satu atau lebih periode manfaat yang
diharapkan. Tiga faktor yang menentukan nilai alokasi biaya, yaitu periode manfaat, nilai
sisa, dan metode alokasi. Penurunan nilai (impairment) merupakan proses penurunan
nilai buku asset saat arus kas yang diharapkan tidak lagi cukup untuk menutupi biaya
tersisa yang masih tercatat pada neraca. Ada dua distorsi terkait dengan penurunan aset,
yaitu (1) Bias konservatif mendistorsi valuasi aset jangka panjang karena nilai aset dapat
diturunkan namun tidak dapat dinaikkan (2) Pengakuan penurunan nilai aset memiliki
dampak temporer besar yang mendistorsi laba bersih sementara berpotensi untuk
meningkatkan kegunaan nilai aset pada neraca.

Kapitalisasi Versus Pembebanan : Dampak Laporan Keuangan dan Rasio


 Dampak Kapitalisasi terhadap Laba
Kapitalisasi memiliki dua dampak terhadap laba. Pertama, kapitalisasi
menangguhkan pengakuan biaya. Sehingga menghasilkan laba yang lebih tinggi
selama periode akuisisi namun laba yang rendah pada periode berikutnya jika
dibandingkan dengan pembebanan biaya. Kedua, kapitalisasi menghasilkan serial
perataan laba.
 Dampak Kapitalisasi terhadap Imbal Hasil Investasi
Kapitalisasi mempengaruhi laba maupun basis investasi dari rasio tingkat
pengembalian investasi. Sebaliknya, membebankan biaya aset menghasilkan basis
investasi yang lebih rendah dan meningkatkan fluktuasi laba. Peningkatan fluktuasi
laba diperbesar dengan digunakannya basis investasi, yang mengarah pada rasio
tingkat pengembalian yang lebih berfluktuasi dan kurang bermanfaat. Pembebanan
juga menghasilkan bias terhadap pengukuran laba, karena laba dinyatakan terlalu
rendah pada tahun akuisisi dan terlalu tinggi pada tahun-tahun berikutnya.
 Dampak Kapitalisasi terhadap Rasio Solvabilitas
Biaya aset secara langsung, rasio solvabilitas, seperti rasio utang terhadap
ekuitasmencerminkan kondisi perusahaan yang lebih buruk dari kondisi sebenarnya.
Hal ini terjadi karena pembebanan biaya langsung menyebabkan ekuitas dinyatakan
terlalu rendah untuk perusahaan yang memiliki aset produktif.
 Dampak Kapitalisasi terhadap Arus Kas Operasi
Ketika biaya aset dibebankan langsung, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar
aktivitas operasi. Sebaliknya, jika aset dikapitalisasi, biaya ini dilaporkan sebagai
arus kas keluar aktivitas investasi. Hal ini berarti pembebanan langsung biaya aset
akan menyatakan arus kas keluar operasi yang terlalu tinggi dan arus kas keluar
investasi terlalu rendah pada tahun akuisisi dibandingkan dengan kapitalisasi biaya.

D. Aset Tetap dan Sumber Daya Alam


Properti, pabrik, dan peralatan (PPE atau asset tetap) merupakan asset berwujud tidak
lancar yang digunakan dalam berbagai proses manufaktur, penjualan, atau jasa untuk
menghasilkan pendapatan dan arus kas selama lebih dari satu periode.

Menilai Aset Tetap dan Sumber Daya Alam


 Menilai PPE
Biaya ini termasuk setiap beban yang diperlukan sampai asset itu berada dalam
kondisi dan lokasi yang dapat digunakan atau memberi jasa seperti pengangkutan,
instalasi, pajak, dan pemasangan. Semua biaya akuisisi (perolehan) dan persiapan
dikapitalisasi dalam saldo akun asset.
 Menilai Sumber Daya Alam
Perusahaan melaporkan sumber daya alam sebesar biaya historis ditambah biaya
pencarian eksplorasi, dan pengembangan. Selain itu, biasanya terdapat biaya
lanjutan yang subtansial untuk menemukan sumber daya alam yang dikapitalisasi
pada neraca dan biaya ini langsung dibebankan ketika sumber daya tersebut
dipindahkan, dikonsumsi, atau dijual. Perusahaan biasanya mengalokasikan biaya
sumber daya pada total perkiraan cadangan yang tersedia.
 Penyusutan
Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dan dipakai dalam kegiatan normal akan
berkurangnya nilai ekonominya secara berangsur-angsur berkurangnya nilai aktiva
tersebut merupakan biaya yang harus dicatat dalam laporan akuntansi. Hal ini
dikenal dengan istilah penyusutan. (1) Tingkat Penyusutan. Tingkat penyusutan
bergantung pada dua faktor, yaitu masa manfaat dan metode alokasi. Masa Manfaat
(useful life). Asumsi terkait masa manfaat asset didasrkan pada kondisi ekonomi,
pemahaman teknis, pengalaman, dan informasi mengenai fisik dan sifat produktif
asset. Metode Alokasi. Setelah masa manfaat aset ditentukan, beban penyusutan
periodic bergantung pada metode alokasi. Terdapat dua jenis metode penyusutan
yang paling umum digunakan, yaitu garis lurus dan dipercepat. Metode penyusutan
garis lurus mengalokasikan biaya aset selama masa manfaatnya berdasarkan beban
periodic yang sama. Kedua, metode dipercepat yang mengalokasikan biaya aset
selama masa manfaatnya dengan cara menurun. Ketiga, Metode penyusutan khusus
dijumpai pada industri seperti baja dan alat berat. Metode ini mengaitkan beban
penyusutan dengan aktivitas atau intensitas penggunaan asset. (2) Deplesi. Deplesi
(depletion) merupakan alokasi biaya sumber daya alam berdasarkann tingkat
pengolahan atau produksi. (3) Penurunan Nilai. Penyusutan bukanlah praktik
penilian. Dengan kata lain, nilai tercatat aset yang disusutkan (biaya aset dikurangi
akumulasi penyusutan) tidak dibuat untuk mencerminkan nilai kini atas aset
tersebut.

Menganalisis Aset Tetap dan Sumber Daya Alam


 Menganalisis Penyusutan dan Deplesi
Tantangan bagi analisis ini berasal dari perbedaan metode alokasi yang digunakan
untuk pelaporan keuangan dan tujuan pajak. Menganalisa penyusutan
memebutuhkan evaluasi kelayakan.
 Menganalisis Penurunan Nilai
Ada tiga masalah analis yang timbul dari penurunan nilai yaitu, (1) mengevaluasi
kelayakan jumlah penurunan nilai, (2) mengevaluasi kelayakan waktu penurunan
nilai, dan (3) menganalisis efek penurunan nilai terhadap laba. Mengevaluasi
kesesuaian jumlah penurunan nilai merupakan tugas analisis yang paling sulit.
Pertama perlu melakukan identifikasi aset yang diklasifikasikan akan turun,
kemudian mengukur presentase aset yang dihapus dan mengevaluasi apakah nilai
penghapusan layak atau tidak untuk kelas aset yang bersangkutan. Jika penghapusan
terjadi, akibat penurunan industri secara keseluruhan dan ambruknya pasar maka
akan sengat berguna apabila membandingkan prosentase penghapusan yang
dilakukan suatu perusahaan dengan perusahaan lain di dalam industri yang sama.

E. Aset Tak Berwujud


Aset tidak berwujud (intangible asset) tidak memiliki wujud fisik dan dihasilkan sebagai
akibat dari sebuah kontrak hukum, ekonomi maupun konntrak social.

Akuntansi Aset Tak Berwujud


 Aset tak berwujud yang dapat diidentifiksikan merupakan aset tak berwujud yang
dapat diindenifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaaan
selama periode manfaat yang terbatas.
 Aset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasikan merupakan asset yang dapat
dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat diidentifikasikan dan
sering kali memiliki masa manfaat yang tak terhingga.

Analisis Aset Tak Berwujud


Saat kapitalisasi biaya aset tak berwujud yang dapat atau tidak dapat diidentifikasi, biaya
tersebut selanjutnya harus diamortisasi sepanjang periode masa manfaat aset. Jangka
masa manfaat tergantung pada dari jenis, kondisi permintaan, situasi kompetitif, hukum,
kontrak, aturan atau batasan ekonomis lainnya.

Menganalisis Aset Tak Berwujud


Perlu diingat bahwa goodwill tidak memerlukan amortisasi dan bahwa auditor
mengalami kesulitan ketika memeriksa aset tak berwujud, terutama goodwill. Biasanya
sangat sulit untuk menaksir nilai berkelanjutan dari aset tak berwujud yang tidak
diamortisasi. Analisis juga harus berhati-hati terhadap komposisi, penilaian, dan di
posisi goodwill. Goodwill dihapus jika kelebihan laba mendasari eksistensinya tidak ada
lagi.

Aset Tak Berwujud dan Kontijensi yang Tidak Tercatat


Salah satu aset penting dalam kategori ini adalah goodwill yang dihasilkan secara
internal. Pengeluaran untuk menciptakan goodwill sering kali diebankan saat terjadinya.
Ketika goodwill diciptakan dan dapat dijual dan menghasilkan laba yang lebih besar.
Laba saat ini terlalu rendah karena adanya beban penegembangan goodwill. Kategori
penting lainnyadari aset yang tidak tercatatberkaitan dengan unsur jasa atau ide.
Contohnya seperti program televisi yang dicatat sebesar nilai amortisasi (atau tidak sama
sekali) tatapi harus menghasilkan penghasilan lisensi yang bernilai jutaan.

Anda mungkin juga menyukai