ASHMA BRONCHIALE
Diajukan untuk memenuhi tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Oleh :
DIAN WAHYUNI
NPM. 214120126
TAHUN 2020
CIMAHI
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
242) Asthma Bronchiale adalah penyakit obstruktif dapat pulih dicirikan oleh
nafas karena adanya peningkatan respons trachea & bronchus akibat adanya faktor
alergik. (http://www.cni.co.id/asma.htm)
Bronchiale dikarakteristikan oleh kontriksi yang dapat pulih dari otot halus bronchial,
adalah Penyakit obstruktif yang dapat pulih dimana adanya obstruksi saluran napas
yang ditandai dengan spasme otot halus bronchus yang dicirikan oleh peningkatan
kompleks yang dapat diakibatkan oleh factor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik, dan
psikologis.
1.2 Etiologi
Sampai saat ini, etiologi asma belum diketahui dengan pasti. Namun suatu hal yang
seringkali terjadi pada semua panderita asma adalah fenomena hiperaktifitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka tehadap rangsang imunologi maupun
nonimunologi. Karena sifat tersebut maka serangan asma mudah terjadi akibat bebagai
rangsang baik fisik, metabolism, kimia, allergen, infeksi, dan sebagainya. Fakto
penyebab yang sering menimbulkan asma perlu diketahui dan sedapat mungkin
dihindarkan. Factor-faktor tersebut adalah :
a. Allergen utama : debu rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumputan
b. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan
c. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus
d. Perubahan cuaca yang ekstrim
e. Aktifitas fisik yang berlebihan
f. Lingkungan kerja
g. Obat-obatan
h. Emosi
i. Lain-lain : seperti refluks gastro esophagus
a. Asma alergik/ekstrinsik, merupakan suatu jenis asma dengan yang disebabkan oleh
alergen (misalnya bulu binatang, debu, ketombe, tepung, sari makanan,dan lain-
lain). Allergen yang paling umum adalah allergen yang perantaraannya adalah
udara (airborne) dan allergen yang muncul secara musiman (seasonal). Pasien
dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat alergik pada keluarga dan
riwayat pengobatan eczema atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergi akan
mencetus serangan asma. Gejala asma umumnya dimulai sejak masa kanank-
kanak.
common cold. Infeksi saluran nafas atas, aktifitas, emosi, dan polusi lingkungan
adrenergik, dan agen sulfite (penyedap makanan) juga dapat berperan sebagai
factor pencetus. Serangan asma idiopatik atau nonalergik dapat menjadi lebih berat
dan seringkali dengan berjalannya waktu dapat berkembang menjai bronchitis dan
emfisema. Pada beberapa pasien asma jenis ini dapat berkembang menjadi asma
campuran. Bentuk asma ini biasanya dimulai pada saat dewasa (>35 tahun)
c. Asma campuran (mixed asma), merupakan bentuk asma yang paling sering
ditemukan. Dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik
atau nonalergi.
1.5 Patofisiologi
Menurut Soeparman dan S. Waspadji (1998 : 22) Asthma saat ini dipandang
sebagai penyakit inflamasi saluran napas. Inflamasi ditandai dengan adanya kalor,
rubor, tumor, dolor dan functio laesa. seperti setelah dikemukakan di atas baik asthma
napas. Asthma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh
limfosit T dan B dan diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE yang
berikatan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang mencetuskan asthma bersifat
airborne dan supaya dapat menginduksi keadaan sensitivitas, alergen tersebut harus
tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu tertentu. Akan tetapi sekali
sensitisasi telah terjadi pasien akan memperlihatkan respon yang sangat baik sehingga
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut asthma
adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-adrenergik dan bahan
walaupun keadaan ini juga dapat dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya
berawal dari rhinitis vasomotor perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik
pasien asthma demikian juga dengan pasien lain dengan peningkatan reaktifitas jalan
nafas dan harus dihindarkan pada pasien ini. Bahkan agen beta, selektif memiliki efek
ini, khususnya pada penggunaan setempat penghambat beta, di mata pada terapi
Obat sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium dan natrium bisulfit, natrium sulfit
dan sulfat klorida, yang secara luas digunakan dalam industri makanan dan farmasi
sebagai agen sanitasi dan pengawet juga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas
akut pada pasien yang sensitif. Pajanan biasanya terjadi setelah menelan makanan
atau cairan yang mengandung senyawa ini, misal, salad, buah segar, kentang, kerang
dan anggur.
Pencetus serangan
(alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi)
Produksi Mukus
Bronchospasme Kontraksi Otot Polos
Edema mukosa
Hipersekresi
Hipoventilasi
Distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
Gangguan difusi gas di alveoli
Hipoxemia
Hiperkapnia
c. Total Lung Capacity: terdapat peningkatan pada luasnya bronchitis dan kadang-
asthma berat).
1.7 Pengkajian Sesuai Data Fokus
Selama serangan atsma rencana perawatan di fokuskan pada upaya untuk
membebaskan spasme bronchiale, mengencerkan sekresi yang kental, mengurangi
hypoxia, arterial, mencegah infeksi, mengurangi rasa takut, memberi rasa nyaman.
1.8 Terapi
a. Beta agonists
Beta agonists (β-andrenergic agents merupakan jenis obat yang di berikan paling
awal yang di gunakan dalam pengobatan asma. Hal terseut di karenakan obat ini
bekerja denagan cara mendilatasikan otot polos.
b. Broncodilator
Pada kasus penyakit asma, broncodilator tidak di gunakan secara oral tetapai di
pakai secara inhalasi parenteral. Jika sebelumnya telah di gunakan obat
simpatomimetik, maka sebaiknya di berikan aminophilin secara parenteral
c. Kortikostiroid
Bila pemberian obat obat broncodilator tidak menunjukan perbaikan, maka
pengobatan di lanjutkan dengan 200mg hidrokortison secara oral atau dengan
dosis 3-4mg/kg BB intra vena sebagai dosis permulaan dan dapat di ulang 2-4 jam
secara parenteral sampai serangan akut terkontrol, dengan di ikuti pemberian 30-
60mg prednison atau dengan dosis 1-2mg/kg BB /hati secara oral dalam dosis
kemudian dosis dikurangi secara bertahap.
d. Pemberian oxygen
Pemberian oksigen menggunakan kanul hidung dengan kecepatan aliran O 2 2-4
liter /mnt yang di alirkan melalui air untuk memberikan kelembapan.
1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif sehubungan dengan penumpukan sekret pada
jalan nafas.
2. Kerusakan pertukaran gas b)d ketidaksamaan ventilasi dan perfusi
3. Ancietas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai penyakitnya.
4. Defisite nutrisi sehubungan mual + tidak nafsu makan.
5. Pola nafas tak efektif b)d bronkospasme
6. Intoleransi aktivitas b)d kelemahan fisik
7. Gangguan istirahat dan tidur b)d sesak nafas
1.11 Rencana Asuhan Keperawatan
SDKI SIKI SLKI Rasionalisasi
Bersihan Setelah diberi Auskultasi bunyi nafas Mengetahui luasnya
jalan nafas tindakan perawatan ,catat adanya bunyi mengi, obstruksi oleh mucus
tak efektif b)d selama : 3 x 24jam ronkhi
peningkatan jalan nafas pasien
produksi efektif, dengan KE : Pantau frekuensi Mengetahui tanda stress
mucus Bunyi jalan nafas pernafasan.catat rasio pernafasan
bersih/jelas inspirasi/expirasi
Pasien bisa batuk
efektif dan Beri posisi nyaman, misal Sekresi bergerak sesuai
mengeluarkan peninggian kepala tempat gaya gravitasi akibat
secret tidur, duduk pada sandaran perubahan posisi dan
Batuk efektif tempat tidur meningkatkan kepala tempat
Produksi sputum tidur akan memindahkan isi
menurun perut menjauhi diafragma
Mengi menurun sehingga memungkinkan
Wheezing diafragma untuk
menurun berkontraksi
Dispnea menurun
Beri pasien 6-8 gelas/hari Mengencerkan sekret.
kecuali ada indikasi lain
Defisite Setelah diberikan Lakukan prosedur terapi Sesak dan produksi mukus
nutrisi tindakan perawatan sesuai advis berkurang
sehubungan 1x24 jam pasien
mual + tidak tidak mengalami Beri informasi tentang Pasien termotivasi untuk
nafsu makan. perubahan nutrisi pentingnya nutrisi untuk mau makan
kurang dari pemulihan
kebutuhan tubuh
dengan KE : Anjurkan keluarga untuk Kebutuhan pasien akan
Pasien mau membantu pasien makan nutrisi terpenuhi
makan
Sesak nafas Beri diet lunak TKTP Makanan mudah dicerna
dan batuk dan kebutuhan kalori
berkurang terpenuhi
Pasien tahu
pentingnya nutrisi
untuk pemulihan
Pola nafas Setelah Oservasi perubahan pada Menentukan adekuatnya
tak efektif b)d diberitindakan RR dan dalamnya pola nafas yang berefek
bronkospasm perawatan selama pernafasan pada suplai O2 yang masuk
e 3x24 jam pola nafas
pasien efektif, Atur pemberian oksigen Suplai O2 yang cukup akan
dengan KE : mengurangi kerja
- Tanda-tanda vital pernafasan
dalam batas
normal Dorong nafas dalam Memfasilitasi pernafasan
- Tidak terjadi perlahan atau nafas bibir yang dalam sehingga O2
sianosis dan tanda sesuai kemampuan yang masuk lebih banyak
hipoksia
- Bunyi nafas bersih
Beri bronkodilator sesuai Meningkatkan diameter jalan
therapy nafas sehingga mengurangi
kerja pernafasan
DAFTAR PUSTAKA
Somantri, Irman.2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan System Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Arief Mansjoer, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius : FKUI, Jakarta.
Haznams Kompedium, 1992, Diagnostik dan Terapi Ilmu Pengetahuan , WB Haznams :
Bandung.
Marylin E Dongoes, 1992, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi Tiga, FKUI, Jakarta : EGC.