Anda di halaman 1dari 1

Maysa Sayfulloh Akbar_Ayodya

COVID-19
Penyakit virus corona (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang
baru-baru ini ditemukan.
Sebagian besar orang yang tertular COVID-19 akan mengalami gejala ringan hingga sedang, dan akan
pulih tanpa penanganan khusus.
CARA PENYEBARAN VIRUS INI
Virus yang menyebabkan COVID-19 terutama ditransmisikan melalui droplet (percikan air liur) yang
dihasilkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau mengembuskan nafas. Droplet ini terlalu berat
dan tidak bias bertahan di udara, sehingga dengan cepat jatuh dan menempel pada lantai atau
permukaan lainnya.
Anda dapat tertular saat menghirup udara yang mengandung virus jika Anda berada terlalu dekat
dengan orang yang sudah terinfeksi COVID-19. Anda juga dapat tertular jika menyentuh permukaan
benda yang terkontaminasi lalu menyentuh mata, hidung, atau mulut Anda.
Stigma dan Diskriminasi di tengah wabah covid-19 (Sosial Budaya)
Sebagai penyakit baru, banyak masyarakat yang belum tahu tentang pandemic COVID-19. Terlebih lagi
manusia cenderung takut pada sesuatu yang belum diketahui dan lebih mudah menimbulkan rasa takut
pada “kelompok yang berbeda”. Inilah yang menyebabkan munculnya stigma social dan diskriminasi
terhadap orang yang dianggap mempunyai hubungan dengan virus ini. Seperti contohnya, orang yang
mengalami penyakit flu dan batuk kerap mendapat stigma buruk di masyarakat dengan alasan batuk dan
flu merupakan gejala umum orang yang terinfeksi COVID-19. Lalu apa hubungannya stigma COVID-19
dengan diskriminasi? Pandangan buruk masyarakat terhadap orang yang mengalami penyakit flu dan
batuk secara tidak langsung menimbulkan diskriminasi. Stigma negatif ini tidak terjadi pada masyarakat
yang mengalami flu dan batuk saja, tetapi terjadi juga kepada petugas kesehatan yang bekerja di garda
terdepan COVID-19. Akibatnya, para petugas kesehatan juga mendapat diskriminasi dalam masyarakat.
Padahal mereka merupakan pejuang medis yang berani mengorbankan nyawanya demi keselamatan
orang lain. Dengan adanya stigma dan diskriminasi ini, masyarakat yang benar-benar mengalami gejala
merasa takut untuk melakukan swab-test karena merasa takut akan dijauhi sekitar. Hal ini akan
berdampak besar terhadap penyebaran COVID-19 ini. Karena kita tidak dapat mengetahui,
mengantisipasi, mencegah, dan menjaga jarak dari orang yang terinfeksi.
Ada hal positif lain yang dapat kita lakukan daripada menunjukkan stigma sosial, akan lebih bijak jika kita
berkontribusi secara sosial, yaitu dengan membangun rasa percaya diri pada layanan dan saran
kesehatan yang bisa diandalkan, menunjukkan empati dan dukungan terhadap mereka yang terdampak,
pemerintah, serta petugas kesehatan yang menjadi garda terdepan dalam wabah COVID-19 ini,
mengerti dan memahami wabah itu sendiri serta melakukan upaya-upaya pencegahan sehingga kita
sendiri dan orang lain dapat menjaga keselamatan serta kesehatan dan memutus rantai penyebaran
COVID-19.
Mencegah dan menghentikan stigma di sekitar kita tidak sulit bila semua pihak bersatu padu dalam
berkomitmen untuk tidak menyebarkan prasangka dan kebencian pada kelompok tertentu yang terkait
dengan COVID-19. Mari saling jaga.

Anda mungkin juga menyukai