F. Komplikasi
Anemia yang berat dan lama sering mengakibatkan terjadinya gagal jantung.
Transfusi darah yang berulang-ulang dan adanya proses hemolisis menyebabkan
kadar besi dalam darah sangat tinggi, sehingga ditimbun dalam berbagai jaringan
tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung, dan lain-lain. Hal ini dapat
mengakibatkan gangguan fungsi organ-organ tersebut (hemokromatosis). Limpa
yang besar mudah mengalami ruptur dengan trauma yang ringan. Kadang-kadang
talasemia disertai oleh tanda hipersplenisme seperti leukopenia dan trombopenia.
Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung.
G. Pathway Thalasemia
2.2.1 Konsep Asuhan pada Anak dengan Talasemia
A. Pengkajian
1) Asal Keturunana/kewarganegaraan.
Thalassemia banyak dijumpai pada bangasa di sekitar laut tengah
(Mediterania), seperti turki, yunani, Cyprus, dan lain-lain. Di indinesia
sendiri, thalassemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan
penyakit darah yang paling banyak didereta.
2) Umur.
Pada thalassemia mayor yang gejala kinisnya jelas telah terlihat sejak
anak berumur kurabg dari satu tahun. Sedangkan pada thalassemia yang
gejalanya lebih ringan, biasanya datang berobat pada umur sekitar 4-6
tahun.
3) Riwayat kesehatan anak.
Kecenderungan mudah timbul infeksi saluran napas bagian atas atau
infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang
berfungsi sebagai alat transportasi.
4) Pertumbuhan dan perkembangan.
Sering didapatkan data ada kecevdrungan gangguan tubuh sejak anak
masih bayi, karena ada pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat kronik.
Hal ini terjadi terutama thalassemia mayor. Pertumbuhan fisik kecil untuk
umurnya da nada keterlamabatan kematangan seksual seperti tidak ada
pertumbuhan rambut pubis dan ketiak.kecerdasan anak juga mengalami
penurunan. Namun pada jenis thalassemia minir sering terlihat
pertumbuhan dan perkembangan anak normal.
5) Pola makan.
Anak sering mengalami susah makan karena ada anoreksia, sehingga berat
badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.
6) Pola aktivitas.
Anak terlihat lambat dan tidak selincah anak sesuainya. Anak lebih
banyak tidur/istirahat, karena bila aktivitas seperti anak normal mudah
terasa leleah.
1. Pengkajian
A. Identitas:
Nama : An.D
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Nama ayah : Tn.A
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Nama ibu : Ny.B
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Agama : Hindu
Suku bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Wr Supratman, No 195, Denpasar Timur
Tanggal masuk : 6 Maret 2020
Tanggal pengkajian: 7 Maret 2020
B. Keluhan utama
Anak mengeluh badan lemah dan tidak bisa berktivitas dengan normal.Riwayat
penyakit sekarang
2) Neonatal
3) Post natal
E. Kesehatan fungsional
2) Nutrisi
Makanan yang disukai : anak suka makan nasi dengan daging ayam
Alat makan yang dipakai: sendok dan piring
Pola makan/jam : selama di RS anak makan 3 kali sehari masing habis
setengah porsi
Jenis makanan : nasi TKTP
3) Aktivitas
Aktivitas klien di RS terbatas di tempat tidur, berbaring, duduk dan membaca
buku di tempat tidur.
4) Tidur
Pola tidur anak cukup 8-9 jam
5) Eliminasi
BAB : anak BAB 1 kali sehari konsistensi lembek warna kecoklatan
6) Pola Hubungan
Yang mengasuh anak : anak diasuh sendiri oleh orang tuannya
Hubungan dengan anggota keluarga baik, hubungan anak dengan
orang tua baik
Pembawaan secara umum : anak berpenampilan rapi
7) Koping keluarga
Stressor pada anak/keluarga : anak dan keluarga cukup familiar dengan
petugas dan rumah sakit karena sudah sering dirawat di RS
43 gr
Hmt % 37-47 gr% Normal
103/mm3 /
mm3
103/mm3 103/mm3
Intoleransi aktivitas
Merasa lemah
3. Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen dibuktikan dengan ibu mengatakan anaknya lemah dan tidak dapat
beraktvitas dengan normal, pasien tampat terpasang infus, pasien tampak pucat,
kongjutiva anemis, Hb :5,2 gr %, mukosa bibir pucat.
4. Intervensi Keperawatan
5. Implementasi Keperawatan
Ds : pasien mengatakan
09.10 tidak nyaman saat ada
4. monitor lokasi dan diluar kamar
ketidaknyamanan selama melakukan Do : pasien
aktivitas tampakketakutan
Ds : pasien merasa
09.15 nyaman dengan
6. Sediakan lingkungan yang lingkungannya ketika
nyaman dan rendah stimulus (mis. didalam kamar
Cahaya, suara, kunjungan)
Ds : pasien mengatakan
09.16 akan melaksanakan
7. Lakukan latihan rentang gerak yang sudah
pasit dan/atau aktif diinstruksikan
Do : pasien ampak
masih lemah dan
aktivitas masih dibantu
keluarga
Ds : -
13.00 Do: pasien tampak
8. Fasilitasi duduk di sisi tempat lemah
tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan Ds : pasien mengatakan
13.10 akan melaksakan yang
9. Anjurkan tirah baring di instruksikan
Ds : pasien mengatakan
akan melakukan yang
15.00 di ajarkan oleh perawat
10. Anjurkan melakukan aktivitas
Do : pasien tampak
secara bertahap
tenang
Ds : pasien dan
18.00 keluarga mengatakan
akan melaksanakan
11. Ajarkan strategi koping untuk
yang di instruksikan
mengurangi kelelahan
oleh perawat
Do : pasien tampak
lemah
Ds : pasien mengatakan
tidak begitu lahap
18.30 dengan makanan yang
dihidangkan
12. Kolaborasi dengan ahli gizi
Do : pasien tampak
tentang cara meningkatkan asupan kurang nyaman
makanan
6. Evaluasi
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi
dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI.