Anda di halaman 1dari 23

2.

2 Konsep Dasar Penyakit Talasemia


A. Definisi
Talasemia adalah sekelompok penyakit/kelainan herediter yang heterogen
disebabkan oleh adanya defek produksi hemoglobin normal, akibat kelainan
sintesis rantai globin dan biasanya disertai kelainan morfologi eritrosit dan indeks-
indeks eritrosit.1-3 Hemoglobin terdapat dalam sel darah merah. Hemoglobin
terdiri dari dua gugus molekul yaitu heme dan globin. Heme adalah pirol yang
memiliki poros atom Fe, sedangkan globin diatur oleh dua varian molekul yang
menyusun satu molekul Hb yaitu α dan ß. Ketiga molekul ini memiliki variasi yang
sangat kecil, namun memiliki sifat yang sangat berbeda. Jika salah satu rantai tidak
terbentuk pada waktunya maka terjadilah talasemia.
Talasemia merupakan kelainan herediter yang ditandai dengan penurunan
sintesis rantai globin. Penurunan sintesis rantai globin ini menyebabkan penurunan
sintesis hemoglobin dan akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya anemia
mikrositik oleh karena hemoglobinisasi eritrosit yang tidak efektif. Secara garis
besar kelainan genetik ini dibagi dalam dua kelas yaitu: talasemia α, dimana
produksi rantai α terganggu, dan talasemia ß yang disebabkan karena gangguan
produksi rantai ß.
B. Etiologi
Satu-satunya penyebab thalasemia adalah gen cacat yang diturunkan oleh
orang tua. Disini yang perlu digaris bawahi adalah penyakit Thalasemia bukanlah
penyakit menular, tetapi penyakit keturunan. Cara diagnosis thalasemia yang
efektif biasanya berdasarkan kepada pola herediter dan pemeriksaan hemoglobin
khusus (Yuni, 2015). Menurut Sukri (2016) Thalasemia terjadi akibat
ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk
memproduksi Hemoglobin (Hb) secara sempurna. Hemoglobin merupakan protein
kaya zat besi yang berada di dalam sel darah merah (eritrosit) dan berfungsi sangat
penting untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh bagian tubuh yang
membutuhkannya. Apabila hemoglobin berkurang atau tidak ada, maka pasokan
energy yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh pun terganggu dan
akibatnya individu bersangkutan mengalami gangguan pertumbuhan, pucat, dan
lemas.
Etiologi terjadinya thalassemia alfa dan beta adalah genetik. Penyakit ini
diturunkan dari orang tua secara autosomal resesif. Suatu kondisi autosomal resesif
menyatakan bahwa diperlukan kedua kopi gen dari orang tua untuk munculnya
penyakit yang diderita. Walau demikian, thalassemia juga dapat dilihat sebagai
tidak seluruhnya diturunkan secara autosomal resesif oleh karena kondisi pasien
yang dapat memiliki kelainan walaupun memiliki gen heterozygous. Pada
thalassemia alfa, terdapat 4 kopi gen rantai globin alfa dan keluhan yang begitu
bermakna juga terjadi pada kasus penyakit HbH. Pada kasus thalassemia beta
intermedia, spektrum penyakit yang dapat terjadi juga sangat bervariatif dengan
beragam genotip dan kelainan mutasi yang berbeda-beda. Oleh karena penurunan
penyakit bersifat autosomal resesif, pemeriksaan genetik dapat dilakukan sebelum
berencana berkeluarga. Orang tua yang memiliki gen thalassemia trait atau adalah
karier memiliki faktor risiko yang lebih tinggi untuk memiliki keturunan dengan
penyakit.
C. Patofisiologi
Konsekuensi hematologic karena kurangnya sintesis satu rantai globin
disebabkan rendahnya haemoglobin intraseluler (hipokromia) dan kelebihan
relative rantai lainnya. Thalassemia terjadi apabila terdapat kelainan pada gen yang
mempengaruhi produksi rantai globin sehingga produksi Hb menurun. Kelainan pembentukan
rantai globin yang paling sering terjadi terkait dengan globin alfa dan globin beta dan menyebabkan
thalassemia alfa dan thalassemia beta. Terdapat beragam genotip dan gambaran klinis thalassemia.
Molekul globin terdiri atas sepasang rantai-α dan sepasang rantai lain yang
menentukan jenis Hb. Pada orang normal dewasa terdapat tiga jenis Hb, yaitu Hb
A (merupakan > 96% dari Hb total, tersusun dari dua rantai-α dan dua rantai-ß =
α2ß2), Hb F(< 2% = α2γ2) dan HbA2 (< 3% = α2δ2). Kelainan produksi dapat
terjadi pada rantai-α (α-thalassaemia), rantai-ß (ßthalassaemia), rantai-γ (γ-
thalassaemia), rantai-δ (δ-thalassaemia), maupun kombinasi kelainan rantai-δ dan
rantai-ß (ßδthalassaemia). Pada thalassemia-ß, kekurangan produksi rantai-ß
menyebabkan kekurangan pembentukan HbA (α2ß2); kelebihan rantaiα ini akan
berikatan dengan rantai-γ yang secara kompensatoir menyebabkan Hb F
meningkat; sisanya dalam jumlah besar diendapkan pada membran eritrosit sebagai
Heinz bodies dengan akibat eritrosit mudah rusak (ineffective erythropoesis). Pada
talasemia-α, berkaitan dengan ketidakseimbangan sintesis rantai α dan rantai non-α
(ß, γ,atau δ). Rantai non-α yang tidak mempunyai pasangan akan membentuk
agregat yang tidak stabil, yang merusak sel darah merah dan prekursornya.
D. Tanda dan Gejala
1) Pucat
2) Fasies mongoloid fasies cooley
3) Gangguan pertumbuhan
4) Hapatosplenomegali
5) Ada riwayat keluarga
6) Icterus atau sub icterus
7) Tulang : osteoporosis, tampak struktur mozaik.
8) Jantung membesar karena anemia kronis
9) Ginjal juga kadang-kadang juga membesar disebabkan oleh hemophoesis
ekstra meduller.
10) Kelainan hormonal seperti : DM, hipotiroid, disfungsi gonad.
11) Serangan sakit perut dengan muntah dapat menstimulasi gejala penyakit
abdomen yang berat.
E. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah tepi : kadar Hb rendah, retikulosit tinggi, jumlah trombosit dalam
batas normal.
2) Hapusan darah tepi : hipokrom mikrositer, anisofolkilositosis, polikromasia
sel target, normoblas pregmentosit.
3) Fungsi sum-sum tulang : hyperplasia normoblastik.
4) Kadar besi serum meningkat.
5) Bilirubin indirect meningkat.
6) Kadar Hb Fe meningkat pada thalassemia mayor.
7) Kadar Hb A2 meningkat pada thalassemia minor.

F. Komplikasi
Anemia yang berat dan lama sering mengakibatkan terjadinya gagal jantung.
Transfusi darah yang berulang-ulang dan adanya proses hemolisis menyebabkan
kadar besi dalam darah sangat tinggi, sehingga ditimbun dalam berbagai jaringan
tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung, dan lain-lain. Hal ini dapat
mengakibatkan gangguan fungsi organ-organ tersebut (hemokromatosis). Limpa
yang besar mudah mengalami ruptur dengan trauma yang ringan. Kadang-kadang
talasemia disertai oleh tanda hipersplenisme seperti leukopenia dan trombopenia.
Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung.
G. Pathway Thalasemia
2.2.1 Konsep Asuhan pada Anak dengan Talasemia
A. Pengkajian
1) Asal Keturunana/kewarganegaraan.
Thalassemia banyak dijumpai pada bangasa di sekitar laut tengah
(Mediterania), seperti turki, yunani, Cyprus, dan lain-lain. Di indinesia
sendiri, thalassemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan
penyakit darah yang paling banyak didereta.
2) Umur.
Pada thalassemia mayor yang gejala kinisnya jelas telah terlihat sejak
anak berumur kurabg dari satu tahun. Sedangkan pada thalassemia yang
gejalanya lebih ringan, biasanya datang berobat pada umur sekitar 4-6
tahun.
3) Riwayat kesehatan anak.
Kecenderungan mudah timbul infeksi saluran napas bagian atas atau
infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang
berfungsi sebagai alat transportasi.
4) Pertumbuhan dan perkembangan.
Sering didapatkan data ada kecevdrungan gangguan tubuh sejak anak
masih bayi, karena ada pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat kronik.
Hal ini terjadi terutama thalassemia mayor. Pertumbuhan fisik kecil untuk
umurnya da nada keterlamabatan kematangan seksual seperti tidak ada
pertumbuhan rambut pubis dan ketiak.kecerdasan anak juga mengalami
penurunan. Namun pada jenis thalassemia minir sering terlihat
pertumbuhan dan perkembangan anak normal.
5) Pola makan.
Anak sering mengalami susah makan karena ada anoreksia, sehingga berat
badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.
6) Pola aktivitas.
Anak terlihat lambat dan tidak selincah anak sesuainya. Anak lebih
banyak tidur/istirahat, karena bila aktivitas seperti anak normal mudah
terasa leleah.

7) Riwayat kesehatan keluarga.


Karean merupakan penyakit keturunan, perlu dikaji orang tua yang
menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua menderita thalassemia,
maka anak beresiko menderita thalassemia mayor. Oleh karena itu,
konseling pranikah sebenarnya perlu dikukan kareana berfungsi untuk
mengetahui adamnya penyakit yang mungkin karena keturan .
8) Riwayat ibu saat hamil (ANC).
Selama masa kehamilan hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya
faktor rsiko thalassemia. Sering orang tua merasa dirinya sehat. Apabila
diduga ada resiko faktor resiko,maka ibu perlu diberitahuresiko yang
mungkin dialami olaeh anaknya nanti setelah lahir. Untuk memastikan
diaknosis, ibu segera dirujuk ke dokter.
9) Keadaan fisik anak thalassemia sering didapatkan darta-data di antaranya
sebagai berikut.
a. Keadaan umum.
Anak bianya terlihat lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak
sesuainya yang normal.
b. Kepala dan bentuk mukak.
Pada anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai
bentuk khas, yaitu kepala membesar dan bentuk muka mongoloid, yaitu
hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar. Serta
tulang dahi terlihat lebar.
c. Mata pada konjungtiva terlihat pucat kekunungan.
d. Bibir terlihat pucat kehitaman.
e. Pada ifeksi terlihat dada sebelah kiri menonjol akibat adanya
pembesaran jantung yang disebabkan anemia kronik.
f. Perut kelihatan membuncit serta pada perabaan terdapat pembesaran
limpa dan hati (hatopslemagali).
g. Pertumbuhan fisik kecil dan berat badan kurang dari normal. Ukuran
fisk ini terkihat kecil bila dibandingkan dengan dengan anak sesuanya.
h. Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pubertas
Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya tidak adanya
pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan tidak
mungkin mencapai adolesens karena adanya anemia kronik.
i. Kulit.
Warna pucat kuning-kuningan. Jika anak telah sering mendafat
transfuse darah, kulit menjadi kelabu seperti besi akibat adanya
penimbunan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
10) Penegakkan dianogsa.
a. Biasanya dilakukan pemeriksaan hapusan darah tepid an didapatkan
gambaran:
 Anisositosis (sel darah tidak terbentuk secara sempurna)
 Hipokrom yaitu sel berkurang.
 Poikilositasis yaitu adanya bentuk sel darah yang tidak normal.
 Pada sel target terdapat fragmentasi dan banyak sel normoblast,
kadar fe dalam serum tinggi.
b. Kadar hemoglobin rendah, yaitu kurang dari 6 mg/dl. Hal ini terjadi
karena sel darah merah yang berumur pendek (kurang dari 120 hari)
sebagai akibat dari penghancuran sel darah merah di dalam pembuluh
darah.
11) Program terapi
Prinsip terapi pada anak dengan thalassemia adalah mencegah hipoksia
jaringan.Tindakan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Tranfusi darah diberikan bila kadar Hb rendah sekali ( kurang dari 6
mg/dl)atau anak terlihat lemah dan tidak ada nafsu mkan.
b. Splenoktomi dilakukan apada anak yang berumur lebih dari dua tahun
dan bila limpa terlalu besar, sehingga resiko terjadinya trauma yang
berkaitan pendarahan cukup besar.
c. Pemberian reborantia. Hindari preparat yang mengandung zat besi.
d. Pemberian desferioxamin untuk mengahambat proses hemosiderosis,
yaitu menbatu ekskresi Fe.
e. Transpalasi bone marrow (sumsum tulang) untuk anak yang berumur
di atas 16 tahun. Di Negara kita masih sulit dilaksanakan karena biaya
sangata mahal dan sarana belum memadai.
B. Masalah keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2. Intoleransi aktivitas
3. Defisit nutrisi
4. Nyeri akut
C. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Kep Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 perfusi perifer Setelah dilakukan  Periksa sirkulasi perifer
tidak efektif intervensi keperawatan (mis. Nadi perifer, edema,
selama ...x... jam maka pengisian kapiler, warna,
perfusi perifer meningkat suhu, anklebrachial index)
dengan kriteria hasil:  Identifikasi faktor risiko
 Denyut nadi perifer gangguan sirkulasi (mis.
meningkat Diabeter, perokok, orang
 Warna kulit pucat tua, hipertensi, dan kadar
menurun kolestrol tinggi)
 Pengisian kapiler  Monitor panas,
membaik kemerahan, nyeri, atau
 Tekanan darah bengkak pada ekstremitas
sistolik membaik  Hindari pemasangan infus
 Tekanan darah atau pengambilan darah di
diastolik membaik area keterbatasan perfusi
 Lakukan perawatan kaki
dan kuku
 Lakukan hidrasi
 Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan
omega 3)
2 Intoleransi Setelah dilakukan asuhan  identifikasi gangguan
aktivitas keprawatan selama ..x.. fungsi tubuh yang
jam. Diharapkan mengakibatkan kelelahan
toleransi aktivitas  monitor pola dan jam
meningkat dengan tidur
kriteria hasil :  monitor lokasi dan
 Kemudahan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
sehari-hari meningkat  Sediakan lingkungan yang
 Kecepatan berjalan nyaman dan rendah
meningkat stimulus (mis. Cahaya,
 Jarak berjalan suara, kunjungan)
meningkat  Lakukan latihan rentang
 Kekuatan tubuh gerak pasit dan/atau aktif
bagian atas meningkat  Fasilitasi duduk di sisi
 Kekuatan tubuh tempat tidur, jika tidak
bagian bawah dapat berpindah atau
meningkat berjalan
 Toleransi menaiki  Anjurkan tirah baring
tangga meningkat  Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
3. Deficit nutrisi Setelah dilakukan - identifikasi status nutrisi
tindakan keperawatan - monitor asupan makanan
selama .. x…jam - monitor berat badan
diharapkan deficit nutrisi - monitor hasil pemeriksaan
dapat membaik dengan laboratorium
criteria hasil : - sajikan makanan yang
 nafsu menarik sehingga
makan membaik menambah nafsu makan
 porsi anak
makan yang - kolaborasi dengan ahli
dihabiskan gizi untuk menetukan
meningkat jumlah kalori dan jenis
 berat nutrient yang dibutuhkan
badan ideal

5. Nyeri akut Setelah dilakukan selama  Identifikasi lokasi,


….x... jam maka tingkat karakteristik, durasi,
nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas,
Kriteria hasil : intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Kemampuan
menuntaskan  Identifikasi factor yang

aktivitas meningkat memperberat dan

 Keluhan nyeri memperingan nyeri

menurun  Monitor efek samping

 Meringis menurun penggunaan analgetik

 Sikap protektif  Berikan teknik


menurun nonfarmakologi untuk
 Gelisah menurun mengurangi rasa nyeri
 Kesulitan tidur  (misal: akupresur,
menurun kompres hangat/dingin)
 Frekuensi nadi  Identifikasi riwayat alergi
membaik obat
 Kolaborasi pemberian
analgetik
2.2.2 Contoh Asuhan Keperawatan pada Anak Talasemia

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN An. B

DENGAN TALASEMIA DIRUANG BELIBIS RSUD WANGAYA

TANGGAL 7 S/D 10Maret 2020

1. Pengkajian
A. Identitas:
Nama : An.D
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Nama ayah : Tn.A
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Nama ibu : Ny.B
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Agama : Hindu
Suku bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Wr Supratman, No 195, Denpasar Timur
Tanggal masuk : 6 Maret 2020
Tanggal pengkajian: 7 Maret 2020
B. Keluhan utama

Anak mengeluh badan lemah dan tidak bisa berktivitas dengan normal.Riwayat
penyakit sekarang

Klien datang ke poliklinik anak RSUD WANGAYA dengan keluhan


muka pucat dan badan terasa lemah. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 5,2
gr/dl, leuko 9200/mmk, Trombosit 284.000, segmen 49% batag 1%. Atas
keputusan dokter akhirnya klien dianjurkan rawat inap untuk mendapatkan
tranfusi.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


1) Pada waktu kecil : pada waktu kecil klien jarang sakit dan setelah berumur
2 tahun ketahuan anak menderita talasemia.
2) Pernah dirawat dirumah sakit :anak sering di RS karena Talasemia terakhir
Bulan Oktober 2005.
3) Obat-obatan yang digunakan : Anak belum pernah diberikan obat sendiri
selain dari petugas kesehatan.
4) Tindakan (operasi ) : belum pernah dilakukan operasi pada An. D.
5) Alergi : tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan.
6) Kecelakaan : anak belum pernah mengalami kecelakaan.
7) Imunisasi : lengkap.
i. Hepatitis B I,II,III umur 12 bulan, 14 bulan , dan 20 bulan
ii. BCG I kali umur 1 bulan
iii. DPT I,II,III umur 2,3,4 bulanPolio I,II,III,IV umur 2,3,4,5 bulan
iv. Campak 1 kali umur 9 bulan
D. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal
Selama hamil ibu klien memeriksa kehamilannya secara teratur
sebanyak 15 kali, ibu mendapat multivitamin zat besi, imunisasi TT 1x dan
selama kehamilan tidak ada keluhan.

2) Neonatal

Anak lahir pada umur kehamilan cukup bulan, lahir di puskesmas


stempat secra spontan, prevagina letak sungsang lahir langsung menangis BBL
2900 gram dan PB 51 cm dan kondisi saat lahir sehat

3) Post natal

Pemeriksaan bayi dan masa nifas dilakukan diRS Puskesmas setempat,


kondisi klien pada masa itu sehat.

E. Kesehatan fungsional

1) Pemeliharaan dan persepsi kesehatan


Orang tua klien bila anaknya sakit selalu memeriksakan kesehatan anaknya
pada petugas kesahatan di rumah sakit.

2) Nutrisi
 Makanan yang disukai : anak suka makan nasi dengan daging ayam
 Alat makan yang dipakai: sendok dan piring
 Pola makan/jam : selama di RS anak makan 3 kali sehari masing habis
setengah porsi
 Jenis makanan : nasi TKTP
3) Aktivitas
Aktivitas klien di RS terbatas di tempat tidur, berbaring, duduk dan membaca
buku di tempat tidur.
4) Tidur
Pola tidur anak cukup 8-9 jam
5) Eliminasi
BAB : anak BAB 1 kali sehari konsistensi lembek warna kecoklatan

BAK : Anak BAK 6-8 kali sehari warna kuning

6) Pola Hubungan
 Yang mengasuh anak : anak diasuh sendiri oleh orang tuannya
 Hubungan dengan anggota keluarga baik, hubungan anak dengan
orang tua baik
 Pembawaan secara umum : anak berpenampilan rapi
7) Koping keluarga
Stressor pada anak/keluarga : anak dan keluarga cukup familiar dengan
petugas dan rumah sakit karena sudah sering dirawat di RS

8) Kogniitif dan persepsi


 Pendengaran : anak tidak mengalami gangguan pendengaran
 Penglihatan : penglihatan anak normal
 Penciuman : penciuman anak baik
 Taktil dan pengecapan : anak dapat membedakan halus dan kasar
9) Konsep diri
Selama ini anak merasa tidak ada masalah dengan penampilan dan
pergaulannya dengan teman-temannya. Klien termasuk anak yang mudah
bergaul dan disukai oleh teman-temannya
10) Seksual
Anak berjenis kelami laki-laki tidak ada kelainan genetalia
F. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum Ku : lemah, kesadaran : compos mentis
b. TB/BB: TB/BB/ : 125 Cm/23 kg
c. Lingkar kepala :54 cm
d. Mata: Conjuctiva anemis, sklera ikterus
e. Hidung : Tidak ada kelainan
f. Mulut : Mukosa mulut pucat, mulut bersih, gigi caries (+)
g. Hidung : Tidak ada kelainan struktur, gerakan cuping hidung tidak
ada
h. Telinga : Telinga klien bersih dan tidak ada kelainan
i. Tengkuk : Tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran limfe
j. Dada : Bentuk simetris, ictus cordis tak tampak
k. Jantung : Bunyi jantung I S1 tunggal, S2 split tak konstan, bising
jantung (-)
l. Paru : Suara nafas vesikuler, wheezing tidak ada
m. Perut : Pembesaran hepar tak teraba, pembesaran lien (-) Distensi
abdomen (-), kembung (-), peristaltic usus (+)
n. Genitalia : Tidak ada kelainan
o. Ekstremitas : Tangan kanan terpasang infus, gerakan ekstremitas
bebas, tonus otot normal, terdapat edema pada ekstremitas bawah,
akral agak dingin.
p. Kulit : Kulit bersih, turgor kulit menurun, hiperpigmentasi (-)
q. Tanda – tanda vital : Suhu 36,4oC, Nadi 94x/menit, respirasi24x/menit
F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Normal Intervensi

Hb 5,2 gr% 12-14 gr% Menurun

43 gr
Hmt % 37-47 gr% Normal

Leukosit 10,5 x 6000-10.000 Naik

103/mm3 /
mm3

Trombosit 28,5 x 250-450x Normal

103/mm3 103/mm3

Hasil pemeriksaan penunjang lainnya :

Segmen = 49%, Limfosit 49%, batang 1%, Normoblast 25/100%


2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : : ibu mengatakan anaknya Thalasemia Intoleransi
lemah dan tidak dapat beraktivitas aktivitas
dengan normal
Ketidak
Do : terpasang infus, klien tampat
seimbangan antara
pucat, kongjutiva anemis, Hb : 5,2
suplai dan
gr%, mukosa bibir pucat
kebutuhan oksigen

Intoleransi aktivitas

Merasa lemah

3. Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen dibuktikan dengan ibu mengatakan anaknya lemah dan tidak dapat
beraktvitas dengan normal, pasien tampat terpasang infus, pasien tampak pucat,
kongjutiva anemis, Hb :5,2 gr %, mukosa bibir pucat.

4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kep Tujuan dan Kriteria Intervensi rasional


hasil
1 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi I.05178
aktivitas asuhan keprawatan
berhubungan selama 3 .x 24 jam Observasi 1. Untuk
dengan ketidak 1. identifikasi gangguan mengetahui
Diharapkan toleransi
seimbangan fungsi tubuh yang gangguan fungsi
aktivitas meningkat
antara suplai mengakibatkan kelelahan tubuh yang
dengan kriteria hasil :
dan kebutuhan mengakibatkan
oksigen 1.Kemudahan kelelahan
dibuktikan melakukan aktivitas 2. Untuk
dengan ibu sehari-hari meningkat 2. monitor kelelahan fisik dan mengetahui
mengatakan emosional kelelahan fisik
2.Kecepatan berjalan
anaknya lemah dan emosional
meningkat
dan tidak dapat 3. Untuk
beraktvitas 3.Jarak berjalan 3. monitor pola dan jam tidur memantau pola
dengan normal, meningkat dan jam tidur
pasien tampat 4.Kekuatan tubuh pasien
terpasang infus, bagian atas 4. Untuk
pasien tampak meningkat 4. monitor lokasi dan mengetahui lokasi
pucat, ketidaknyamanan selama dan
5.Kekuatan tubuh
kongjutiva melakukan aktivitas ketidaknyamanan
bagian bawah
anemis, Hb :5,2 selama
meningkat
gr %, mukosa melakukan
bibir pucat 6.Toleransi menaiki Terapeutik aktivitas
tangga meningkat 5. Sediakan lingkungan 5. Untuk
yang nyaman dan rendah meningkatkan
stimulus (mis. Cahaya, kenyamanan
suara, kunjungan) pasien
6. Lakukan latihan rentang 6. Untuk
gerak pasit dan/atau aktif melatih pasien
rentang gerak
pasief dan atau
aktif
7. Untuk

7. Fasilitasi duduk di sisi memfasilitasi


tempat tidur, jika tidak pasien untuk

dapat berpindah atau duduk


berjalan
Edukasi 8. Agar

8. Anjurkan tirah baring pasien dapat


beristirahat
9. Agar
pasien dapat
9. Anjurkan melakukan
beraktivitas
aktivitas secara bertahap
secara bertahap
10. Untuk
meningkatkan

10. Ajarkan strategi koping koping untuk

untuk mengurangi mengurangi


kelelahan kelelahan
11. Agar
asupan makanan
Kolaborasi
dapat terpenuhi.
11. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

5. Implementasi Keperawatan

No Hari/Tgl/Ja No Tindakan evaluasi ttd


m Dx
1 Sabtu, I 1. mengidentifikasi gangguan fungsi Ds : pasien mengatakan
7/03/20, 08.00 tubuh yang mengakibatkan kelelahan ia sangat lelah
Wita Do : pasien tampak
gelisah

08.10 2. memonitor kelelahan fisik dan Ds : pasien mengatakan


emosional tidak terkontrol
emosialnya
Do : pasien tampak
cemas

08.15 3. monitor pola dan jam tidur Ds : pasien mengatakan


sulit tidur
Do : pasien tampah
gelisah

Ds : pasien mengatakan
09.10 tidak nyaman saat ada
4. monitor lokasi dan diluar kamar
ketidaknyamanan selama melakukan Do : pasien
aktivitas tampakketakutan

Ds : pasien merasa
09.15 nyaman dengan
6. Sediakan lingkungan yang lingkungannya ketika
nyaman dan rendah stimulus (mis. didalam kamar
Cahaya, suara, kunjungan)
Ds : pasien mengatakan
09.16 akan melaksanakan
7. Lakukan latihan rentang gerak yang sudah
pasit dan/atau aktif diinstruksikan
Do : pasien ampak
masih lemah dan
aktivitas masih dibantu
keluarga
Ds : -
13.00 Do: pasien tampak
8. Fasilitasi duduk di sisi tempat lemah
tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan Ds : pasien mengatakan
13.10 akan melaksakan yang
9. Anjurkan tirah baring di instruksikan
Ds : pasien mengatakan
akan melakukan yang
15.00 di ajarkan oleh perawat
10. Anjurkan melakukan aktivitas
Do : pasien tampak
secara bertahap
tenang
Ds : pasien dan
18.00 keluarga mengatakan
akan melaksanakan
11. Ajarkan strategi koping untuk
yang di instruksikan
mengurangi kelelahan
oleh perawat
Do : pasien tampak
lemah

Ds : pasien mengatakan
tidak begitu lahap
18.30 dengan makanan yang
dihidangkan
12. Kolaborasi dengan ahli gizi
Do : pasien tampak
tentang cara meningkatkan asupan kurang nyaman
makanan

6. Evaluasi

No Hari/tgl/ja No. Dx. Evaluai ttd


. m Kep
1 Selasa, I S : pasien mengatakan lemah sudah berkurang, pasien
10/03/20, mengatakan dapat beraktivitas dengan normal
08.00
O:

 Kemudahan melakukan aktivitas sehari-hari


meningkat
 Kecepatan berjalan meningkat
 Jarak berjalan meningkat
 Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
 Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
 Toleransi menaiki tangga meningkat
A : intoleransi aktivitas
P:
 anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara
bertahap
 anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan
makanan gizi seimbang
 anjurkan pasien untuk tirah baring
 anjurkan pasien untuk minum obat yang telah
diresepkan
 anjurkan pasien untuk melakukan kontrol
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Biomedik FK Universitas Sam Ratulangi Manado, 2009, Joyce Regar_Aspek Genetik
Talasemia (file:///C:/Users/user/Downloads/829-1644-2-PB.pdf diakses pada 13 April 2020,
pukul 12.00)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi
dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai