Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“MANUSIA HINDU”

Oleh :

Nengah Kadek Nirma Arya Febyanti (1916011040)


Rombel 5
15

Universitas Pendidikan Ganesha


Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puja dan Puji Syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida
Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kertha Wara NugrahanNya lah makalah
yang berjudul “MANUSIA HINDU” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Saya menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekuraangan, untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Semoga makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat dan berguna untuk para
pembaca.

Om Santih, Santih, Santih Om

Singaraja, 1 April 2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam konsep Hindu, manusia pertama adalah Svambhu, yang
artinyamakhluk berpikir pertama yang menjadikan dirinya sendiri. Secara etimologi,
katamanusia berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau berpikir, dalam
bentukgenetif menjadi kata “manusya”, artinya ia yang berpikir atau
menggunakanpikirannya. Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan
antara badanjasmani dan jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik terus
berkembang.Secara kosmologis, manusia (yang berupa kesatuan jiwa badan jasmaninya
) yangsering disebut mikrokosmos (bhuana alit) yang merupakan perwujudan
darimakrokosmos (bhuana agung). Manusia juga dikatakan sebagai makhluk
TriPramana karena memiliki tiga kemampuan utama yaitu berpikir, berkata
danb e r b u a t , y a n g m e n y e b a b k a n i a b e r b e d a d e n g a n m a k h l u k l a i n n y a .
D e n g a n kemampuan berpikir, berkata dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik
dan perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma. Dengan
mengutamakan perbuatan baik yang dis ebut subha karma inilah manus ia
mampu menolong dirinya sendiri, mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah
keistimewaan lahirmenjadi manusia. Dimana tidak dimiliki oleh makhluk lain selain
manusia.

Secara umum manusia senang pada keindahan, baik itu keindahan


alammaupun seni, dan yang merupakan musuh besar manusia menurut agama
Hinduyang disebut Sad Ripu. Sad Ripu ini berada di dalam diri setiap manusia
dimanasifat – sifat tersebut akan mempengaruhi watak dan perilaku manusia.
Itulahsebabnya watak dan perilaku manusia berbeda antara satu dengan yang
lainnya.Sad Ripu tidak bisa kita hilangkan karena begitu melekat dalam diri
manusia.Satu–satunya cara adalah dengan mengendalikannya. Untuk itu, kita
harus bisamengendalikan sifat tersebut agar nantinya kita mendapat ketenangan di
dalamdiri. Jika hati kita tenang, maka pikiran pun akan tenang untuk
menghasilkanpemikiran – pemikiran yang jernih. Dari pemikiran yang jernih kita
senantiasa akan berkata dan berbuat yang baik. Maka dari itu, dalam
makalah ini akandijelaskan lebih lanjut mengenai manusia Hindu.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan Konsep Manusia Hindu ?

b. Apa yang dimaksud dengan Hakikat dari Manusia Hindu ?

c. Apa yang dimaksud dengan Martabat Manusia Hindu ?

d. Apa saja yang termasuk tanggung jawab Manusia Hindu ?


1.3 Tujuan

a. Agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Konsep Manusia
Hindu.

b. Agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Hakikat Manusia
Hindu.

c. Agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Martabat Manusia
Hindu.

d. Agar pembaca dapat mengetahui apa saja yang termasuk tanggung jawab Manusia
Hindu.

1.4 Manfaat

a. Pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Konsep Manusia Hindu.

b. Pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Hakikat Manusia Hindu.

c. Pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Martabat Manusia Hindu.

d. Pembaca dapat mengetahui apa saja yang termasuk tanggung jawab Manusia
Hindu.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Manusia Hindu

Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan
rohani. Jasmaninya adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani merupakan hakekat
Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan Atman. Manusia memiliki 3 lapisan badan
yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana
Sarira.

Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang
berpikir. Jadi manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu kelebihan
dibandingkan mahluk lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri
dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan hanya memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh,
sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda dimana binatang memiliki tenaga untuk
bertumbuh, berkembang dan mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki
ketiganya. Pikiran hanya dimiliki oleh manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan.
Dengan memiliki pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu
membedakan mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu
sebelum melakukan tindakan. Manusia juga dengan pikirannya diharapkan mengetahui
asal, tujuan dan tugas serta kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini maka pola hidup
serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu mengilhami setiap tindakannya
sehingga tetap berada pada jalur yang benar, sesuai etika dan ajaran-ajaran dharma yang
telah diungkapkan dalam ajaran agama

2.2 Hakikat Manusia Hindu

Realitas manusia sebagai pribadi yang memiliki badan jasmani dan jiwa telah
membuka beberapa pemikiran dalam pandangan filsafat manusia (kaum carwaka di
India), menganggap badan jasmani lebih bernilai (penting) dari pada jiwa. Sebaliknya
pandangan spiritualisme beranggapan bahwa jiwa jauh lebih bernilai (penting)
dibandingkan badan jasmani.

Akan tetapi dalam pandangan Veda (Hindu), baik badan jasmani maupun jiwa
memiliki hakikat yang sama pentingnya; jiwa-atma dapat menjadi dasar dalam
pemahaman badan jasmani (wadag) atau dapat juga sebaliknya. Ajaran Samkhya Darsana
sebagai salah satu cabang filsafat Veda yang bersifat dualistik-analisis rupanya dapat
membantu menjelaskan hakikat badan jiwa atau purusa-prakerti (pradhana) atau cetana-
acetana yang selanjutnya menjadi pokok kajian bagi bidang Mayatatawa dan
purusatatwa. menurut pandangan Shamkya, mahluk hidup dalam hal ini adalah manusia
pada dasarnya terbentuk dan tersusun atas 25 tatwa (unsur), yakni:

1. Purusa : Unsur, rohani, spiritual, jiwa-atma.

2. Prakrti : Unsur badani, matri, material, jasmaniah.

3. Buddhi : Kesadaran, kecerdasan, intelektual.

4. Ahamkara : Ego, rasa aku (keakuan).

5. Manah : Pikiran, rasio.

Panca buddhi indriya (lima indria untuk mengetahui).

6. Cakswindriya : Indria pada mata.

7. Srotendriya : Indria pada telinga.

8. Granendriya : Indria pada hidung.

9. Jihvendriya : Indria pada lidah.

10. Twakindriya : Indria pada kulit.

Panca karmendriya (lima indria pelaku/penggerak).

11. Panindriya : Indria pada tangan.

12. Padendriya : Indria pada kaki.

13. Vakindriya : Indria pada mulut.

14. Abastendrya/Bhagendriya : Indria pada kelamin pria/wanita.

15. Paiwindriya : Indria pada pelepasan (anus).

Panca tan mantra (lima macam sari, benih, tak terukur).

16. Sabda yan matra : Benih suara.

17. Starsa tan matra : Benih raba.


18. Rupa tan matra : Benih warna.

19. Rasa tan matra : Benih rasa.

20. Gandha tan matra : Benih bau/penciuman.

Panca Maha Bhuta (lima unsur besar)

21. Akasa : Eter, ruang.

22. Wahyu : Udara, hawa, atmosfer.

23. Teja : Api.

24. Apah : Air.

25. Pertiwi : Tanah.

Badan jasmani akan mati tetapi jiwa hidup terus. Matinya fisik bukan akhir
sebuah kehidupan. Antara roh dan kehidupan harus seimbang, semasih fisik itu dijiwai
oleh roh. Untuk menyeimbangkan diperlukan sebuah penetralisir. Jasmani harus dijaga
secara terus menerus agar selalu dalam keadaan sehat, maka perlu dilakukan pengobatan
baik melalui biomedis maupun biokultural, sehingga keadaan jasmani tetap seimbang
dengan rohani sampai menjelang jasmani ini ditinggalkan oleh penghuninya.

2.3 Martabat Manusia Hindu

Pemahaman akan tingginya martabat manusia itu bagi manusia modern tercermin
dalam berbagai aspek seperti: 1). Tingkat pendidikan dan wawasan pengetahuan yang
dimiliki, 2). Profesi atau bidang pekerjaan dan tingkat social ekonomi, 3). Peran dan
kedudukan dalam hidup social-kemasyarakatan-kemanusiaannya, 4). Keimanan dan
ketakwaan serta hidup berkeanekaragaman.

Berdasarkan panduan Veda secara awam dikemukakan disini beberapa aspek yang
langsung dan tidak langsung dianggap mengindikasikan dan mempresentasikan tentang
rumusan hakekat-martabat manusia Hindu: 1). Jati (kelahiran), 2). Dharma (kewajiban
hidup, kebenaran, serta kedudukan dan peran social kemasyarakatan-keagamaan), 3).
Warna/kasta (profesi bidang pekerja), 4). Karma (secara luas meliputi Manacika, dan
Wacika, Kayika), 5). Guna (Sattwam, Rajas, dan Tamas), 6). Tingkat kebrahmacarian dan
wawasan pengetahuan (Vedajna, Vedapranga, Sastrajna, dan Gunawan), 7). Tingkat
keimanan dan kerohanian (Sradham dan Satyam). Maharsi Katilya menyatakan “Apa
yang gunanya terlahir dikalangan keluarga terhormat tetapi tidak memiliki pengetahuan
suci. Walaupun seorang lahir dari keluarga rendah, tetapi ia terpelajar, memiliki
pengetahuan suci, dan bijaksana patutlah dia dihormati seperti Deva.

2.4 Tanggung Jawab Manusia Hindu

Setiap individu manusia Hindu dapat dilihat secara vertikal (dalam hubungan
dengan Brahman Sang Pencipta Alam Semesta) dan Horizontal (dalam hubungan hidup
sesama insan). Yang dirumuskan dalam Tattvam asi. Pelaksanan kedua bentuk tanggung
jawab manusia Hindu di Bali dijabarkan dalam konsep Tri Hita Karana.

Secara Vertikal terkait dengan Prahyangan, dan secara Horizontal manusia Hindu
telah dijabarkan dalam bentuk Pawongan dan Palemahan, rumusan ini sejalan dengan
pandangan Bakker (dalam Wirawan, 2007:44) yang mengatakan “Man humanizes him
self in humanizing the world around him”, yang artinya manusia akan memanusiakan
drinya sendiri dalam arti akan meningkatkan kemanusiaannya disekelilinggnya. Dalam
pandangan Weda manusia tidak saja memiki tanggung jawab memanusiakan manusia
tetapi yang lebih penting adalah “mengentaskan” (melakukan somya) sarwa bhūta yang
ada di sekelilingnya dalam kehidupan yang lebih tinggi, seperti yang dilakukan dalam
Tawur Agung Kesaṅga dengan Hari Raya Nyepi.

DOA PENUTUP

Om Mantrahinam kryahinam, bhakti-hinam parameswara tad pujitam mahadewa,


paripurna tad astu me,

Om dirghayur nirwighnam sukkha wrdhi nugrahakam

Arti:

Oh Hyang Widhi doa kami kurang, perbuatan kami tiada sempurna bhakti hamba juga
tiada sempurna, maka itu kami memuja Mu Iswara yang agung, semoga dapat
menganugrahkan kesempurnaan/kemampuan melakukan kewajiban.

Om Hyang Widhi semoga kami senantiasa sukses tanpa halangan dan memperoleh
kebahagiaan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari uraian data di atas kami dapat simpulkan bahwasannya:

1. Manusia/manusya berarti ia yang memiliki pikiran atau ia yang senantiasa berfikir


dan menggunakan akal pikirannya.

2. Reallitas manusia sebagai pribadi yang memiliki bada jasmani dan jiwa telah
membuka beberapa pemikiran dalam pandangan filsafat manusia (kaum carwaka di
India), menganggap badan jasmani lebih bernilai (penting) dari pada jiwa.

3. Pemahaman akan tingginya martabat manusia itu bagi manusia modern tercermin
dalam berbagai aspek seperti: Tingkat pendidikan dan wawasan pngetahuan yang
dimiliki, profesi atau bidang pekerjaan dan tingkat social ekonomi, peran dan kedudukan
dalam hidup social-kemasyarakatan-kemanusiaannya, keimanan dan ketakwaan serta
hidup berkeanekaragaman.

4. Setiap individu manusia Hindu dapat dilihat secara vertical (dalam hubungan dengan
Brahman Sang Pencipta Alam Semesta) dan Horizontal (dalam hubungan hidup sesame
insan).

5. Avatara adalah perwujudan dari Hyang Widhi (Tuhan) yang turun kedunia dalam
mengambil bentuk-bentuk tertentu guna menyelamatkan dunia dengan segala isi dari
kehancuran yang disebabkan oleh adharma.

6. Kita sebagai umat manusia yang beragama dan bersusila harus menjunjung dan
memenuhi kewajiban, antara lain cinta kepada kebenaran, kejujuran, keikhlasan, dan
keadilan. Hubungan ini harus dipupuk dan ditingkatkan terus kearah yang lebih tinggi
dan lebih suci lahir bhatin. Sehingga sangat pentik untuk menerapkan Tri Hita Karana
melalui Panca Yadnya pada Umat Hindu di Bali.

3.2 Saran

Melalui makalah ini, diharapkan para pembaca memahami dan meyakini materi
tentang manusia. Namun “Tak ada gading yang tak retak”, makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, mohon kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan makalah
ini. Dan penulis menyarankan kepada pembaca agar lebih mendalami dan mempelajari
terkait dengan materi manusia, karena dengan demikian sebagai calon guru nantinya akan
mampu memenuhi kebutuhan peserta didik demi kemajuan dari peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai