OLEH:
1. NI LUH ADE SERIASIH (P07120320013)
2. NI MADE RASITA PUSPITASWARI (P07120320014)
3. NI LUH PUTU ARY APRILIYANTI (P07120320015)
4. NI MADE TARIANI (P07120320016)
5. PUTU INDAH PERMATA SARI (P07120320017)
6. NI PUTU NOVIA HARDIYANTI (P07120320018)
7. PUTU RISMA ARIA PRADNYADEWI (P07120320051)
8. I GUSTI BAGUS KOMANG ALIT WARDANA (P07120320052)
9. NI PUTU SRI WIADNYANI (P07120320053)
10. NI PUTU NITA AYU SANDRA (P07120320054)
11. KADEK FAJAR WIDYASTIKA (P07120320055)
12. NI WAYAN SURATMINI (P07120320056)
13. COKORDA ISTRI INTEN PURWANINGSIH (P07120320088)
14. NI MADE SEKARADHI, SST (P07120320089)
15. NI MADE SARIANI (P07120320090)
16. I KETUT WIDIARTA YASA, SST. (P07120320091)
17. GUSTI PUTU RAI SUMIARI (P07120320092)
18. I WAYAN SUSA ANTARA,S.ST (P07120320093)
19. I NYOMAN SUANDA,SST (P07120320094)
20. I MADE SUGIARTA,S.ST (P07120320095)
Judul Penelitian Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus yang Mengalami
Masalah Kerusakan Integritas Kulit dengan Penerapan Keperawatan
Luka Modern Dressing
Peneliti Ratna Devi, Parmin, & Ziand Aswira
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan
keperawatan pada pasien diabetes melitus yang mengalami masalah
kerusakan integritas kulit dengan penerapan keperawatan luka
modern dressing di ruangan kenari RSU Anutapura Palu
Ringkasan Jurnal Penyakit diabetes melitus saat ini telah menjadi penyakit
epidemik. Dalam 10 tahun terakhir terjadi peningkatan 2-3 kali lipat
yang disebabkan oleh pertambahan umur,kelebihan berat badan dan
gaya hidup. Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun
2013, jumlah penderita DM mencapai 200 juta jiwa dan diperkirakan
meningkat menjadi 333 juta jiwa di tahun 2025 mendatang. Setengah
dari angka tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk negara
Indonesia. Angka kejadian DM di Indonesia menempati urutan ke-4
tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa. Prevalensi berdasarkan gejala
DM yang tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah yaitu sebesar 3,7%
dan komplikasi yang paling sering dialami oleh penderita diabetes
mellitus adalah komplikasi pada kaki sekitar 15 % yang disebut luka
kaki diabetes (Kemenkes RI 2013). Luka diabetes (diabetic ulcers)
sering kali disebut diabetics foot ulcers luka neuropati, luka diabetik
neuropath (Maryunani, 2013). Luka diabetes atau neuropati adalah
luka yang terjadi pada pasien yang diabetik melibatkan gangguan
pada saraf perifer dan otonomik. Kondisi hiperglikemia yang lama
pada pasien DM menyebabkan arteroskelosis, penebalan membrane
basalis dan perubahan pada saraf perifer. Luka kaki pada pasien
diabetes harus mendapatkan perawatan karena ada beberapa alasan,
misalnya untuk mengurangi resiko infeksi dan amputasi,memperbaiki
fungsi dan kualitas hidup, dan mengurangi biaya pemeliharaan
kesehatan. Tujuan utama perawatan luka diabetes sesegera mungkin
didapatkan kesembuhan dan pencegahan kekambuhan setelah proses
penyembuhan. Strategi penatalaksanaan pada pasien diabetes melitus
adalah salah satunya dengan memberikan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi tersebut bertujuan untuk mencegah infeksi pada
pasien diabetes melitus salah satunya menerapkan prosedur
perawatan luka pada luka gangren dengan modern Dressing.
Desain penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus yaitu
untuk mengeksplorasi masalah Asuhan keperawatan pada pasien
diabetes melitus yang mengalami masalah kerusakan integritas kulit
dengan penerapan perawatan luka modern dressing. Unit
analisa/partisipan dalam penelitian ini adalah 2 klien dengan penyakit
diabetes mellitus yang memiliki masalah keperawatan kerusakan
integritas kulit yang sama antara pasien 1 dan pasien 2. Studi kasus
ini berfokus pada manajemen perawatan luka pada pasien diabetes
melitus dengan masalah kerusakan integritas kulit. Adapun instrumen
studi kasus yang digunakan yaitu: informend consent, Format
pengkajian keperawatan, format lembar observasi perawatan luka,
Format standar operasional prosedur (SOP) tentang perawatan luka,
dan gambar balutan modern dressing. Penelitian ini dilaksanakan di
ruang Kenari Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Provinsi Sulawesi
Tengah pada bulan November 2018. Data yang digunakan adalah
data primer dan data sekunder. Untuk mendapatkan data primer
metode yang digunakan adalah: anamnese, observasi, pemeriksaan
fisik, dan studi dokumentasi.
Pasien 1 pasien masuk rumah sakit pada tanggal 17 november
2018 berjenis kelamin laki-laki, umur 49 tahun dengan suku kaili dan
pendidikan terakhir yaitu SMA, nyeri pada luka di kaki kanannya,
klien mengeluh susah tidur, klien sering kencing dimalam hari, klien
mengeluh gampang lelah, nyeri dibagian kaki kanan karna terdapat
bekas operasi, KU: lemah. Mengeluh merasa nyeri pada kaki
kanannya, keluhan dirasakan baru 4 hari sebelum masuk RS, belum
pernah di rawat di RS sebelumya dan tidak memiliki riwayat
keturunan DM tipe II, tekanan darah 150/90 mmHg, frekuensi nadi
90x/menit dan respirasi 22 x/menit. Pada abdomen didapatkan perut
buncit akibat kegemukan. Terdapat luka pada kaki kanan bekas post
op hari ke-3 saat pengkajian dengan ukuran 3x3 cm, kedalaman luka
sebesar 0,5 cm, luka nampak merah, kulit di sekitar luka nampak
lembab, nampak pengeluaran pus dan terasa nyeri pada eksremitas
atas dan eksremitas bawah, terpasang IVFD 20 tpm pada tangan
sebelah kanan dan kekuatan otot eksremitas atas 4/4 Bawah 2/2.
Pasien 2 pasien masuk rumah sakit pada tanggal 16 november
2018 berjenis kelamin perempuan, umur 40 tahun, bersuku bugis
dengan pendidikan terkahir yaitu SMP. keluhan nyeri pada luka di
jari kaki kanannya tetapi saat pengkajian klien mengatakan tubuhnya
terasa lemah, klien mengeluh susah tidur, sering buang air kecil,
sering haus, klien mengatakan kakinya sering kram dan kesemutan.
Mengeluh nyeri pada jari kaki kanannya, keluhan di rasakan sudah
satu minggu yang lalu, sudah pernah di rawat di RS yang sama
sebelumnya dan memiliki riwayat keturunan DM tipe II dari ibunya,
tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit dan respirasi
20x/menit. Perut datar dan tidak ada nyeri tekan. Terdapat luka pada
jari kaki kanannya dengan ukuran 2x2 cm, kedalaman luka 0,1 cm,
nampak merah, kulit di sekitar luka nampak kering dan terasa nyeri,
terpasang IVFD 20 tpm pada tangan sebelah kanan dan kekuatan otot
eksremitas atas 4/4 dan bawah 3/3.
Masalah keperawatan yang diperoleh dari pengkajian pada
pasien 1 dan pasien 2 yaitu kerusakan integritas kulit dan nyeri akut.
Namun, yang menjadi fokus masalah keperawatan peneliti yaitu
masalah keperawatan kerusakan integritas kulit karena masalah ini
merupakan masalah dari fokus penelitian penulis karena dapat
menyebabkan infeksi yang meluas jika tidak tertangani dengan baik.
Intervensi keperawatan yang diberikan baik pada pasien 1 dan
pasien 2 sama sesuai dengan NIC (Nursing Interventions
Classification). Penulis lebih berfokus pada satu intervensi perawatan
yaitu perawatan luka modern dressing karena berdasarkan teori
Rukmana 2008, modern dressing adalah suatu balutan modern yang
sedang berkembang pesat dalam wound care, dimana disebutkan
dalam beberapa literatur lebih efektif bila dibandingkan dengan
metode konvensional. Perawatan luka modern dressing merupakan
tindakan keperawatan yang tepat untuk dilakukan dalam merawat
luka agar sembuh sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan
meminimalkan resiko infeksi dan mencegah terjadinya komplikasi,
dalam tindakan dan proses penyembuhan luka akan berkualitas
apabila dilakukan dengan benar sesuai dengan SOP yang telah ada.
Kelebihan & Kelebihan Jurnal :
Kekurangan Jurnal 1. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 2 klien dengan
penyakit DM yang memiliki masalah keperawatan yang sama
yaitu kerusakan integritas kulit antara pasien 1 dan pasien 2
sehingga dapat dilihat perbandingan hasilnya.
2. Dalam jurnal dijelaskan dengan rinci SOP yang digunakan dalam
melakukan tindakan keperawatan modern dressing ini sesuai
dengan standar Nursing Interventions Classification (NIC).
3. Teknik modern dressing ini dapat dilakukan secara mandiri oleh
pasien apabila sudah diperbolehkan pulang dan sudah terlatih.
Kekurangan Jurnal :
1. Terdapat perbedaan situasi luka pasien 1 dan 2 dimana pasien 1
terdapat luka pada kaki kanan bekas post op hari ke3 saat
pengkajian dengan luas 3x3 cm, kedalaman luka sebesar 0,5 cm,
luka nampak merah, kulit di sekitar luka nampak lembab,
nampak pengeluaran pus, dan terasa nyeri. Sedangkan terdapat
luka pada jari kaki kanannya dengan ukuran 2x2 cm, kedalaman
luka 0,1 cm, nampak merah, kulit di sekitar luka nampak kering
dan terasa nyeri. Jika, karakteristik luka pada kedua pasien sama
akan lebih baik untuk memperlihatkan efektivitas tindakan pada
pasien yang satu dengan yang lainnya.
2. Pada jurnal disebutkan salah satu instrument studi kasus yang
digunakan adalah gambar balutan modern dressing sedangkan
dalam isi jurnal tidak menjelaskan bagaiaman instrument ini
digunakan dan kemudian dimanfaatkan untuk mengedukasi
pasien melakukan perawatan secara mandiri.
3. Penyusunan rencana keperawatan masih menggunakan NANDA
(diagnose), NOC (kriteria hasil), dan NIC (intervensi), sementara
yang terupdate saat ini digunakan adalah standar SDKI, SLKI,
dan SIKI.
Problem Diabetes melitus (DM), merupakan sekumpulan gangguan
metabolik yang di tandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia).
Masalah serta komplikasi yang paling sering dialami oleh
penderita diabetes mellitus adalah komplikasi pada kaki sekitar 15 %
yang disebut luka kaki diabetes pada tahun 2017. Dalam penelitian
ini masalah yang diangkat yaitu asuhan keperawatan pada pasien
diabetes melitus yang mengalami masalah kerusakan integritas kulit
dengan penerapan perawatan luka modern dressing. Unit
analisa/partisipan dalam penelitian ini adalah 2 klien dengan penyakit
diabetes mellitus yang memiliki masalah keperawatan kerusakan
integritas kulit yang sama antara pasien 1 dan pasien 2.
Intervention Penulis lebih berfokus pada satu intervensi perawatan yaitu
perawatan luka modern dressing karena berdasarkan teori Rukmana
2008, modern dressing adalah suatu balutan modern yang sedang
berkembang pesat dalam wound care, dimana disebutkan dalam
beberapa literatur lebih efektif bila dibandingkan dengan metode
konvensional. Perawatan luka modern dressing merupakan tindakan
keperawatan yang tepat untuk dilakukan dalam merawat luka agar
sembuh sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan
meminimalkan resiko infeksi dan mencegah terjadinya komplikasi,
dalam tindakan dan proses penyembuhan luka akan berkualitas
apabila dilakukan dengan benar sesuai dengan SOP yang telah ada.
Diagnosa keperawatan menurut NANDA yang diangkat yaitu
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya gangguan
sensasi akibat luka dengan kriteria hasil NOC setelah dilakukan
perawatan luka selama 4 x 24 jam diharapkan:
- Kondisi kulit membaik
- Tidak ada pembentukan bekas luka yang besar
- Eritema dikulit sekitarnya tidak ada
- Lebam dikulit sekitarnya tidak ada
- Peningkatan suhu kulit tidak ada
- Tidak ada bau busuk
- Berkurangnya ukuran luka
- Kondisi kulit dilakukan decubitus tetap utuh
- Kondisi tepi luka tidak ada nekrosis, tidak ada bekas luka
- Tidak terjadi luka didaerah lain yang mengalami tekanan
Intervensi NIC yang diberikan pada pasien 1 dan pasien 2 sama yaitu
dilakukan perawatan luka menggunakan metode modern dressing
sesuai SOP, kedua pasien memiliki fokus masalah yang sama dengan
memperhatikan kondisi kulit untuk mencegah terjadinya infeksi pada
luka. Menurut Setyarini, Barus & Dwitari (2013) ada beberapa
komplikasi dalam penyembuhan luka, yang salah satunya yaitu
Infeksi. Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma,
selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi
sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya
berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase,
nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu,
dan peningkatan jumlah sel darah putih.
Comparation 1) “Efektivitas Modern Dressing terhadap Proses Penyembuhan
Luka Diabetes Melitus Tipe 2” (Subandi & Adam, 2019)
Hasil :
Metode yang baru dalam perawatan luka yaitu modern dressing
dimana luka akan dibuat moisture balance atau lembab karena
akan memfasilitasi chemokines dan cytokines untuk
pertumbuhan sel pada luka. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas modern dressing terhadap proses
penyembuhan luka diabetes mellitus tipe 2. Jenis penelitian
menggunakan Pre-Postest With Control Group Desain terhadap
suatu kelompok. Pengambilan sampel menggunakan accidental
sampling dengan jumlah sampel sebanyak 15 responden
intervensi dan control. Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, instrument penelitian yang digunakan lembar
observasi Betes-Jensen Wound Assessment Tool (BWAT).
Penelitian dilakukan selama 45 hari. Data analisa dengan uji
statistik Wilcoxon test.
Proses penyembuhan luka yang dialami oleh responden yang
menjalani perawatan sebelum diberikan modern dressing pada
kelompok intervensi yang mengalami regenerasi luka sebanyak
15 responden (100%), dan konvesional pada kelompok kontrol
yang mengalami regenerasi luka sebanyak 15 responden (100%).
Setelah dilakukan intervensi, hasil data penelitian menunjukkan
bahwa kelompok kontrol yang menggunakan perawatan luka
konvensional yaitu dengan kategori proses penyembuhan luka
regenerasi luka sebanyak 15 responden atau masih tidak jauh
berbeda pada saat observasi pertama, sedangkan pada kelompok
eksperimen yang diberikan intervensi modern dressing yaitu
menunjukan bahwa proses penyembuhan luka dengan kategori
regenerasi luka sebanyak 7 responden atau sekitar 46,7% dan
kategori jaringan sehat sebanyak 8 responden atau sebesar
53,3%.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji hipotesis Wilcoxon,
diperoleh p-value proses penyembuhan luka p=0,005 (p ≤ 0,05).
Maka dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan yang
signifikan antara nilai proses penyembuhan luka sebelum dan
sesudah pemberian intervensi modern dressing, dan tidak ada
perbedaan pada kelompok kontrol konvensional terhadap proses
penyembuhan luka diabetes mellitus tipe 2 (p-value = 1,000).
Hasil analisa data untuk menguji hipotesa dapat dilihat dari
nilai hasil Mann-Whitney U-Test yaitu diperoleh p-value sebesar
0,001 (≥0,05) yang berarti hipotesis diterima. Penelitian ini telah
menunjukkan bahwa modern dressing mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap proses penyembuhan luka pada pasien
diabetes mellitus tipe 2.
Perawatan luka secara modern dressing lebih efektif
dibandingakan perawatan luka konvesional dikarenakan
penelitian sebelumnya yang mengatakan adanya pengaruh pada
luka seperti: perubahan ukuran luka pada responden yang
dilakukan perawatan luka, bertambahnya granulasi dan
terbentuknya epitelisasi. Metode perawatan luka modern
dressing dirasakan oleh pasien dikarenakan setelah
membandingkan dengan perawatan luka konvensional semua
pasien percaya bahwa metode modern dressing lebih efektif dan
hasil maksimal dibandingkan perawatan luka secara
konvensional. Hal itu dapat dilihat dari hasil sebelum dan
sesudah perawatan luka menggunakan konvensional dan
modern. Menggunakan balutan secara modern dirasa nyaman,
aman, dan melindung luka dari paparan bakteri dan
mikroorganisme yang dapat mengenai luka.
Devi, R., Parmin, & Aswira, Z. (2019). Asuhan Keperawatan pada Pasien
Diabetes Melitus yang Mengalami Masalah Kerusakan Integritas Kulit
dengan Penerapan Keperawatan Luka Modern Dressing di Ruangan Kenari
RSU Anutapura Palu 2018. 6(2).
Subandi, E., & Adam, K. (2019). Efektivitas Modern Dressing terhadap Proses
Penyembuhan Luka Diabetes Melitus Tipe 2. 005, 1273–1283.