MATKUL : BIODIVERSITAS
LUMUT (BRYOPHYTA)
Lumut sejati atau disebut juga Lumut daun atau Bryophyta juga nama lainnya
yaitu Musci adalah anggota tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan berspora yang
termasuk dalam superdivisitumbuhan lumut atau Bryophyta. Lumut ini disebut sebagai
lumut sejati, karena bentuk tubuhnya seperti tumbuhan kecil yang memiliki bagian akar
(rizoid), batang, dan daun. Tumbuhan ini mempunyai thalus seperti daun yang kecil-kecil
sehingga sering disebut lumut daun. Daunnya terdiri atas beberapa lapisan sel yang pada
lapisan atasnya mengandung banyak klorofil dan tersusun menurut panjang daun serta
merupakan jaringan asimilasi. (Tan, B.C., 2003)
Lumut daun dapat tumbuh di tanah-tanah gundul yang secara periodik mengalami
kekeringan, di atas pasir bergerak, di antara rumput-rumput, di atas batu cadas, batang
pohon, di rawa-rawa, dan sedikit yang terdapat di dalam air. Kebanyakan lumut ini
tumbuh di rawa-rawa yang membentuk rumpun atau bantalan yang dari tiap-tiap tahun
tampak bertambah luas sedangkan bagian bawah yang ada dalam air mati berubah
menjadi gambut yang membentuk tanah gambut. Jenis tanah ini bermanfaat untuk
menggemburkan medium pada tanaman pot dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Karena habitatnya sangat luas, maka tubuhnya pun mempunyai struktur yang bermacam-
macam. Di daerah kering, badan lumut ini dapat berbentuk seperti bantalan, sedangkan
yang hidup di tanah hutan dapat berbentuk seperti lapisan permadani. Lumut di daerah
lahan gambut dapat menutupi tanah sampai beribu kilometer. Lumut ini hampir tidak
pernah mengisap air dari dalam tanah, tetapi justru banyak melindungi tanah dari
penguapan air yang terlalu besar. Lumut daun merupakan tumbuhan yang berdiri tegak,
kecil, dan letak daunnya tersusun teratur mengelilingi tangkainya seperti spiral. (Hasan,
M. & Ariyanti, N. S. 2004)
Hutan tropis merupakan tempat hidup lumut hati dengan keanekaragaman yang
paling besar. Hepatophyta disebut juga lumut hati. Menurut Campbell (1998: 550),
Lumut hati meliputi sekitar 8.000 jenis yang kebanyakan hidup di tempat lembab seperti
pada batang pohon, tanah, atau batu cadas. Lumut hati membentuk massa berupa
lembaran dengan tepi yang terbelah-belah (disebut talus) yang berbentuk seperti hati.
Pada beberapa jenis, talus ini membentuk daun sehingga lumut hati dapat dibedakan
menjadi lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun (sering disebut lumut sisik). Salah
satu contoh lumut hati bertalus yaitu Marchantia polymorpha, yang terdapat pada gambar
diatas.
Marchantiales secara morfologi, merupakan tumbuhan bertalus (gametofit) dan
talusnya lebih terspesialisasi, terdapat organ betina yang muncul di atas talus yang
bertangkai disebut reseptakel (Tjitrosomo, 1984). Meski bentuk luar dan struktur
beberapa spesies terlihat sederhana, mekanisme internalnya lebih kompleks daripada apa
yang ditemukan pada talus Marchantiales yang lain, yang juga termasuk dalam
pengelompokan ini (Bell, 1992).
Thallus pada Marchantia polymorpha seringkali ditemukan di tanah yang lembab
dan di area-area lahan yang terbakar (Bell, 1992). Dalam keadaan demikian tumbuhan ini
dapat berkembang dengan subur menjadi hamparan padat selama bertahun-tahun, secara
berangsur digantikan oleh lumut, rumput, dan semaian tumbuhan berkayu. Dalam kondisi
seperti ini, talus tumbuhan ini menyebar berbentuk pita di atas permukaan tanah dan
didukung dengan banyak sekali rhizoid. Permukaan talusnya terdiri dari lempengan yang
berbentuk intan, yang menunjukkan posisi ruang-ruang udara internal. Suatu irisan
melalui talus menunjukkan ruang udara dibagian atas yang dilindungi epidermis. Bagian
pangkal talusnya terdiri dari sel-sel memadat yang biasanya mengandung butir-butir pati
(Tjitrosomo, 1984).
Dalam Marchantia, Gamet jantan dan betina dihasilkan oleh struktur vertikal yang
berbentuk payung, yang secara terpisah disebut antheridiophores dan archegionophores
(dan yang secara umum disebut gametangiophores) (Bell, 1992). Dasar bunga betina
agak melebar dan berbentuk payung dengan cuping yang berbentuk jari, biasanya
jumlahnya sembilan, dan sekitar pinggirannya. Arkegonia tumbuh pada alur-alur di
antara cuping-cuping dengan leher menekuk ke bawah. Dasar bunga jantan berbentuk
seperti cakram dengan tepi-tepi bentuk cangkang remis.
Pada tahap-tahap awal perkembangannya, generasi sporofit Marchantia seluruh
hidupnya bergantung pada jaringan gametofit dalam hal nutrisinya. Di samping
reproduksi seksual dengan spora, banyak diantara spesies lumut hati ini berkembang biak
secara vegetatif. Pada beberapa lumut hati, termasuk Marchantia, terdapat juga struktur
khusus untuk reproduksi vegetatif yang dinamakan Gemma.
Gemma ini tumbuh pada struktur yang seperti mangkuk disebut cupule atau
kupula. Jika gemma melekat pada bagian pipih di tanah, maka dari bagian bawahnya
keluar rhizoid lalu thallus yang baru akan berkembang (Tjitrosomo, 1984).
Klasifikasi lumut hati (Marchantia polymorpha)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Superdivisi : Embryophyta
Divisi : Marchantiophyta
Subdivisi : Hepaticae
Kelas : Hepaticopsida
Subkelas : Marchantiae
Ordo : Marchantiales
Famili : Marchantiaceae
Genus : Marchantia
Spesies : Marchantia polymorpha L.
Ciri-ciri lumut hati (Marchantia polymorpha)
Talus seperti pita, kurang lebih 2 cm lebarnya, agak tebal, berdaging, bercabang-
cabang menggarpu, dan mempunyai suatu rusuk tengah yang tidak begitu
menonjol.
Pada sisi bawah terdapat sisik-sisik perut dan rizoid-rizoid ysng bersifat fototrop
negatif.
Permukaan atas talus mempunyai lapisan kutikula sehingga hampir mungkin di
lalui air.
Sisa-sisa jaringan talus berupa sel-sel yang tidak mengandung klorofil dan
berguna sebagai tempat penimbunan zat makanan cadangan.
Gametangium didukung oleh suatu cabang talus yang tumbuh tegak.
Reproduksi lumut hati (Marchantia polymorpha)
Reproduksi seksual pada Marchantia melibatkan dua jenis tumbuhan, yaitu
tumbuhan jantan, yang mengandung reseptakel anteridium dan tumbuhan betina yang
mengandung reseptakel arkegonium. Tangkai yang mendukung dasar bunga (reseptakel)
itu tumbuh pada cabang vertical talusnya. Dasar bunga betina agak melebar dan
berbentuk payung, dengan cuping yang berbentuk jari, biasanya jumlahnya Sembilan dan
sekitar pinggirannya. Arkegonia tumbuh pada alur-alur diantara cupingcuping dengan
leher menekuk kebawah. Dasar bunga jantan bentuknya seperti cakram, dengan tepi-tepi
berbentuk cangkang remis. Anteridia terpancang pada permukaan atas. Penyerbukan
berlangsung sebelum terjadinya pemanjangan tangkai dasar bunga. Anteridia merekah di
ujungnya, dan sperma melepaskan diri dengan bantuan air hujan kearah arkegonia yang
dekat tumbuhan tersebut. Penyerbukan selanjutnya berlangsung seperti pada
Ricciocarpus . Generasi sporofit dimulai dari telur yang sudah dibuahi, kemudian tangkai
dasar bunga bertambah panjang. Zigot membagi-bagi diri secara berulang-ulang
membentuk janin yang multiselular di dalam arkegonium, yang membesar dengan
pertumbuhan janin. Selama perkembangan janin, kelubung yang berbentuk tabung
tumbuh dari dasar setiap arkegonium dan mengelilingi janinnya. Sehelai jaringan juga
tumbuh arah ke bawah pada setiap sisi barisan arkegonium. Pada mulanya, janin
berbentuk bola tetapi segera bagian pangkalnya, kaki, tumbuh ke dalam jaringan
reseptakel dan berfungsi sebagai organ untuk absorpsi. Bagian terbesar dari janin
membentuk kapsul yang dipisahkan dari bagian kaki oleh zona yang terdiri dari sel-sel
yang disebut tangkai. Kapsul berisi sel-sel induk spora yang berkelompok menjadi alur
secara vertikal, dan menjadi elater, yaitu benang-benang memanjang dengan dinding
dalam terpilin. Setelah meiosis dan terbentuknya tetrad spora, tangkainya memanjang,
arkegonium yang melebar jadi pecah, dan kapsul terdorong ke bawah. Kapsul lalu
mengering dan terbuka menyebarkan massa spora seperti kapas dengan pertolongan
angin. Lepasnya spora dari kapsul dibantui oleh elater, yang sifatnya higroskopik. Akibat
mengeringnya kapsul, elater menggulung, menjadi kering, dan mengadakan gerakan
sentakan yang melemparkan spora ke udara. Pada tahap-tahap awal perkembangannya,
generasi sporofit Marchantia seluruh hidupnya bergantung pada jaringan gametofit dalam
hal nutrisinya. Meskipun demikian, lebih kemudian tangkai, dinding kapsul, elater, dan
bahkan kaki sporofit menjadi hijau. Sel-sel jaringan-jaringan tersebut berisi kloroplas
amat banyak dan mampu mengadakan fotosintesis. Sebagian besar kloroplasnya
mengandung butir-butir pati. Bila sporofit itu matang, kloroplas menjadi luruh. Di
samping mengadakan reproduksi seksual dengan spora, banyak di antara spesies lumut
hati ini berkembang biak secara vegetative. Setelah bagian tumbuhan yang sudah tua mati
pada pangkal percabangan talus, maka kedua cabang yang ada tumbuhan menjadi
tumbuhan tersendiri. Pada beberapa lumut hati, seperti Marchantia, terdapat struktur
khusus untuk reproduksi vegetative yang dinamakan gemma. Gemma ini tumbuh pada
talus bagian atas. Pada Marchantia, kupula berbentuk mangkuk dan gemmanya sangat
kecil berbentuk lensa yang menempel pada tangkai pendek di dasar kupulla. Gemma
dapat terlepas bebas oleh air hujan dan dapat terbawa agak jauh dari tetuanya. Bilamana
gemma melekat pada bagian pipih di tanah, maka dari bagian bawahnya keluar rizoid,
lalul talus yang baru akan berkembang. Sebagian lumut hati yang tergolong dalam bangsa
ini mempunyai susunan talus yang agak rumit. Sebagai contoh Marchantiales
polymorpha. Talus seperti pita, kurang lebih 2 cm lebarnya, agak tebal, berdaging,
bercabang-cabang menggarpu, dan mempunyai suatu rusuk tengah yang tidak begitu jelas
menonjol. Pada sisi bawah talus terdapat selapis sel-sel yang menyerupai daun yang
dinamakan sisik-sisik perut atau sisik-sisik ventral. Selain dari itu pada sisi bawah talus
terdapat rizoid-rizoid, yang bersifat fototrop negatif dan dinding selnya mempunyai
penebalan kedalam yang bentuknya seperti sekat-sekat yang tidak sempurna. Permukaan
atas talus mempunyai lapisan kutikula, oleh sebab itu hampir tak mungkin dilalui oleh
air. Jika dilihat dari atas, talus itu kelihatan berpetak-petak. Dibawah tiap-tiap petak
didalam talus terdapat suatu ruangan udara, dan ditengah petak terdapat suatu liang udara
yang menghubungkan ruangan udara dengan dunia luar. Liang udara itu berbentuk seperti
tong, dan mempunyai dinding yang lebih tinggih talus untuk mencegah masuknya air.
Dinding liang itu terdapat dari empat cincin, masing-masing cincin terdiri dari empat sel.
Pada marga tertentu sel-sel cincin yang paling dalam, dapat memperlihatkan gerakan
menutup.