Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 1

 Khofifah Indah Puspita (180351619028)


 Rani Febrianti (180351619060)
 Wahyu Lely Anggraini (180351619005)

MATKUL : BIODIVERSITAS

LUMUT (BRYOPHYTA)

1) Lumut Tanduk (Anthocerotopsida)

Literatur Penemuan Bukti

Anthocerotopsida (lumut tanduk) adalah sekelompok kecil dari lima genus


dengan kemiripan dari lumut hati dan lumut daun (Semple, 1999). Genus yang paling
dikenal adalah Anthoceros, dan spesies-spesiesnya agak umum dijumpai di tepi sungai
atau danau dan terkadang dapat ditemukan di selokan, tepi jalan yang basah atau lembab.
Tubuh utama adalah gametofit berwarna biru gelap, berlekuk-lekuk dan bentuknya agak
bulat. Sporofitnya biasanya kapsul berbentuk silinder yang berbentuk bulir (Tjitrosomo,
1984). Spora yang dilepaskan dari ujung atas dari sporangium. Meiosis terjadi dalam sel-
sel muda di dalam kapsul yang memiliki zona steril (Semple, 1999). Dasar kapsul meluas
ke arah bawah sebagai kaki, suatu organ untuk melekat dan menyerap, terbenam dalam-
dalam di dalam jaringan talusnya. Struktur kapsul Anthoceros menyerupai kapsul lumut
sejati (Tjitrosomo, 1984).
 Klasifikasi dari salah satu ordo Anthocerotaceae dari kelas Anthocerotopsida.
Kingdom : Bryophyta
Class : Anthocerotopsida
Ordo : Anthocerotopsidales
Family : Anthocerotaceae
Genus : Anthoceros
Species : Anthoceros fusiformis (Conard, 1979).
 Karakteristik lumut tanduk :
a. Tubuhnya mirip lumut hati, tetapi berbeda pada sporofitnya.
b. Bentuk tubuh lumut tanduk berupa lembaran yang ujungnya bercabang-cabang
menyerupai tanduk, sehingga disebut lumut tanduk
c. Gametofit berupa talus yang sederhana, yaitu berbentuk cakram  dengan tepi
bertoreh, dosiventral, tidak ada rusuk tengah dan tidak ada percabangan
menggarpu, tumbuh melekat pada tanah dengan perantara rizoid.
d. Gametofitnya berupa talus yang lebar dan tipis dengan tepi yang berlekuk.
e. Rizoid berada pada bagian ventral.
f. Pangkal sporofit dibentuk dengan selubung dari jaringan gametofit.
g. Berdasarkan analisis asam nukleat, ternyata lumut ini masih berkerabat paling
dekat dengan tanaman berpembuluh dibanding kelas lain pada tumbuhan lumut.
h. Struktur  anatomi talus (gametofit) homogen, tiap sel mengandung satu kloroplas
dengan satu pirenoid yang besar.
i. Pada sisi ventral dari talus terdapat stoma dengan dua sel penutup yang berbentuk
ginjal.
j. Sporogonium terdiri dari kaki dan kapsul (tanpa seta) (Tjitrosoepomo, 2011).
 Reproduksi lumut tanduk :
a. Seksual : reproduksi seksual menghasilkan sederet arkegonium dan anteridium
dekat permukaan atas gametofit. Anteridium Anthoceros bersifat unik, tunggal
atau berkelompok tersembunyi dalam suatu ruangan yang disebut ruangan
anteridium pada permukaan dorsal talus, demikian dengan arkegonium terbenam
pada talus yang berdaging. Sporofit lumut tanduk secara nyata memiliki jumlah
stomata.
b. Aseksual :
- Fragmentasi atau pemisahan lobus dari bagian utama talus. Sel-sel bagian
basal dari talus yang tua mati dan hancur, dan jika proses ini terjadi pada talus
yang bercabang, maka menyebabkan lobus dari talus saling terpisah. Masing-
masing lobus selanjutnya dapat tumbuh lagi menjadi individu yang baru.
- Gemma atau kuncup. Beberapa spesies Anthoceros dapat menghasilkan
gemma yang melekat pada tangkai yang pendek pada permukaan atas dan
sepanjang tepi talus.
- Tuber/umbi. Ada beberapa jenis lumut tanduk membentuk umbi kecil yang
mempunyai kemampuan untuk menjadi gametofit baru.
2) Lumut Daun (Musci L.)

Literatur Penemuan Bukti

Lumut sejati atau disebut juga Lumut daun atau Bryophyta juga nama lainnya
yaitu Musci adalah anggota tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan berspora yang
termasuk dalam superdivisitumbuhan lumut atau Bryophyta. Lumut ini disebut sebagai
lumut sejati, karena bentuk tubuhnya seperti tumbuhan kecil yang memiliki bagian akar
(rizoid), batang, dan daun. Tumbuhan ini mempunyai thalus seperti daun yang kecil-kecil
sehingga sering disebut lumut daun. Daunnya terdiri atas beberapa lapisan sel yang pada
lapisan atasnya mengandung banyak klorofil dan tersusun menurut panjang daun serta
merupakan jaringan asimilasi. (Tan, B.C., 2003)

 Klasifikasi dari salah satu ordo Andreaeales dari kelas Musci L.


Divisi : Bryophyta
Classis : Musci
Ordo : Andreaeales
Famili : Andreaeaceae
Genus : Andreaea
Species : Andreaea petrophila

Lumut daun dapat tumbuh di tanah-tanah gundul yang secara periodik mengalami
kekeringan, di atas pasir bergerak, di antara rumput-rumput, di atas batu cadas, batang
pohon, di rawa-rawa, dan sedikit yang terdapat di dalam air. Kebanyakan lumut ini
tumbuh di rawa-rawa yang membentuk rumpun atau bantalan yang dari tiap-tiap tahun
tampak bertambah luas sedangkan bagian bawah yang ada dalam air mati berubah
menjadi gambut yang membentuk tanah gambut. Jenis tanah ini bermanfaat untuk
menggemburkan medium pada tanaman pot dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Karena habitatnya sangat luas, maka tubuhnya pun mempunyai struktur yang bermacam-
macam. Di daerah kering, badan lumut ini dapat berbentuk seperti bantalan, sedangkan
yang hidup di tanah hutan dapat berbentuk seperti lapisan permadani. Lumut di daerah
lahan gambut dapat menutupi tanah sampai beribu kilometer. Lumut ini hampir tidak
pernah mengisap air dari dalam tanah, tetapi justru banyak melindungi tanah dari
penguapan air yang terlalu besar. Lumut daun merupakan tumbuhan yang berdiri tegak,
kecil, dan letak daunnya tersusun teratur mengelilingi tangkainya seperti spiral. (Hasan,
M. & Ariyanti, N. S. 2004)

 Ciri-ciri Karakteristik / Sifat Umum Lumut Daun :


(Gradstein, S.R., 2003)
1. Gametofit tumbuh tegak atau merayap
2. Berkembang dari protonema
3. Mempunyai daun, batang dan rhizoid multiseluler
4. Daun hanya terdiri dari satu lapis sel dengan rusuk tengah, tersusun spiral atau
melingkari batang.
5. Arkegonium membentuk kalipra yang menempel diatas kapsul
6. Kapsul bagian bawah fotosintetik dan mempunyai stomata
7. Kapsul mempunyai kolumela, pecah dengan gigi-gigi peristom, tidak dijumpai
adanya elater.
8. Tangkai (seta) bertambah panjang secara perlahan selama perkembangan
kapsul. Kuat dan biasanya berwarna
9. Tubuhnya masih berupa talus
10. Warna hijau, mempunyai klorofil a dan b tetapi tidak ada variasi dalam bentuk
plastidanya
11. Lumut yg masih primitif tubuhnya berupa lembaran yg merayap, tatapi untuk
yg lebih maju, talusnya menyerupai tumbuhan tingkat tinggi
12. Daun-daun (filoid) terdiri atas satu lapis sel dan mempunyai rusuk tengah
13. Di bagian tengah terutama dekat rusuk tengah daun selalu terdiri atas lebih dari
satu lapis sel, tetapi belum ada daging daun (mesofil)
14. Terdapat pembagian pekerjaan dalam talusnya, ada seperti jaringan asimilasi
dan jaringan penyimpan cadangan makanan
15. Mempunyai liang udara yang berfungsi seperti stoma
16. Dinding sel terdiri atas selulosa
17. Alat kelamin terdiri atas anteridium (jantan) dan arkegonium (betina)
18. Arkegonium berbentuk seperti botol, bagian yg lebar disebut perut dan yang
sempit disebut leher, mempunyai dinding sel yang terdiri dari selapis sel
Anteridium berbentuk bulat atau seperti gada, mempunyai dinding sel yang
terdiri dari selapis sel steril, di dalamnya terdapat spermatozoid sel telur yang
telah dibuahi akan membentuk embrio lalu tumbuh menjadi suatu badan kecil
yang akan menghasilkan spora yaitu sporogonium yg tetap menempel pada
induknya.
19. Contoh: Rhizogonium,Rhodobryum, Leucobryum, Hypopterygium,
Pogonatum, Spagnum
 Reproduksi Lumut Daun (Musci)
a. Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual (generatif) lumut daun denga cara peleburan antara sel
gamet jantan (spermatozoid) dan gamet bertina (ovum). Spermatozoid diproduksi
oleh alat kelamin jantan (anteridium) sedangkan ovum dihasilkan oleh alat kelamin
betina (arkegonium). Pada lumut daun, alat kelaminnya terkumpul pada ujung batang
atau ujung cabang-cabangnya dan dikelilingin oleh daun-daun yang letaknya paling
atas. Ada lumut daun yang bersifat banci atau berumah satu, yaitu jika terdapat
anteridium dan arkegonium terpisah tempatnya. Apabila anteridium ini sudah masak,
maka akan membuka pada ujungnya, hal ini terjadi karena sel-sel dinding yang
letaknya di ujung menjadi berlendir dan mengembang sehingga kutikulahnya pecah.
Hal tersebut terjadi pada arkegonium yang sel telurnya telah siap untuk dibuahi. Pada
arkegonium, tepi bagian dindingnyaterbuka dan akan membengkok ke luar dan
berbentuk seperti corong. Apabila ada hujan, airnya sangat membantu spermatozoid
menuju sel telur dan sel telur ini akan menghasilkan sakarose untuk menarik
spermatozoid dan gerakannya disebut gerak kemotaksis. Setelah terjadi pembuahan,
akan terbentuk zigot, yang selanjutnya akan berkembang menjadi embrio kemudian
berkembang menjadi saprofit. Pada tempat yang sesuai, spora akan berkecambah
membentuk protonema. Protonema ini terdiri atas benang berwarna hijau, fototrof,
bercabang-cabang dan dapat dilihat dengan matabiasa karena mirip seperti hifa
cendawa. Dari protonema, muncul rizoid yang masuk ke dalam tanah. Pada keadaan
cukup cahaya, protonema akan membentuk kuncup yang dapat berkembang menjadi
tumbuhan lumut. Terjadinya kuncup diawali dengan adanya tonjolan ke samping
pada cabang protonema. Lama-kelamaan pada ujungnya akan terjadi sel berbentuk
piramida yang merismatik. Jika sel piramida terputus, akan tumbuh anakan baru dari
sel tersebut. (Gradstein, S.R., 2003)
b. Reproduksi Aseksual
Perkembangbiakan lumut daun secara aseksual (vegetatif) memperbanyak diri
dengan spora, lumut daun juga melakukan perkembangbiakan vegetatif dengan
kuncup eram. Perkembangbiakan ini dapat terjadi dengan bermacam-macam cara,
pada protonema, talus dan bagian-bagian lainnya pada lumut. Kuncup eram dapat
melepaskan diri dari induknya dan tumbuh menjadi lumut daun yang baru.
(Gradstein, S.R., 2003).
3) Lumut Hati (Hepaticopsida)

Literatur Penemuan Bukti


(Lumut hati bangsa (Lumut hati bangsa (Lumut hati bangsa Marhantiales
Marhantiales jenis Marhantiales jenis jenis Marchantia polymorpha)
Marchantia polymorpha) Marchantia polymorpha)

Hutan tropis merupakan tempat hidup lumut hati dengan keanekaragaman yang
paling besar. Hepatophyta disebut juga lumut hati. Menurut Campbell (1998: 550),
Lumut hati meliputi sekitar 8.000 jenis yang kebanyakan hidup di tempat lembab seperti
pada batang pohon, tanah, atau batu cadas. Lumut hati membentuk massa berupa
lembaran dengan tepi yang terbelah-belah (disebut talus) yang berbentuk seperti hati.
Pada beberapa jenis, talus ini membentuk daun sehingga lumut hati dapat dibedakan
menjadi lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun (sering disebut lumut sisik). Salah
satu contoh lumut hati bertalus yaitu Marchantia polymorpha, yang terdapat pada gambar
diatas.
Marchantiales secara morfologi, merupakan tumbuhan bertalus (gametofit) dan
talusnya lebih terspesialisasi, terdapat organ betina yang muncul di atas talus yang
bertangkai disebut reseptakel (Tjitrosomo, 1984). Meski bentuk luar dan struktur
beberapa spesies terlihat sederhana, mekanisme internalnya lebih kompleks daripada apa
yang ditemukan pada talus Marchantiales yang lain, yang juga termasuk dalam
pengelompokan ini (Bell, 1992).
Thallus pada Marchantia polymorpha seringkali ditemukan di tanah yang lembab
dan di area-area lahan yang terbakar (Bell, 1992). Dalam keadaan demikian tumbuhan ini
dapat berkembang dengan subur menjadi hamparan padat selama bertahun-tahun, secara
berangsur digantikan oleh lumut, rumput, dan semaian tumbuhan berkayu. Dalam kondisi
seperti ini, talus tumbuhan ini menyebar berbentuk pita di atas permukaan tanah dan
didukung dengan banyak sekali rhizoid. Permukaan talusnya terdiri dari lempengan yang
berbentuk intan, yang menunjukkan posisi ruang-ruang udara internal. Suatu irisan
melalui talus menunjukkan ruang udara dibagian atas yang dilindungi epidermis. Bagian
pangkal talusnya terdiri dari sel-sel memadat yang biasanya mengandung butir-butir pati
(Tjitrosomo, 1984).
Dalam Marchantia, Gamet jantan dan betina dihasilkan oleh struktur vertikal yang
berbentuk payung, yang secara terpisah disebut antheridiophores dan archegionophores
(dan yang secara umum disebut gametangiophores) (Bell, 1992). Dasar bunga betina
agak melebar dan berbentuk payung dengan cuping yang berbentuk jari, biasanya
jumlahnya sembilan, dan sekitar pinggirannya. Arkegonia tumbuh pada alur-alur di
antara cuping-cuping dengan leher menekuk ke bawah. Dasar bunga jantan berbentuk
seperti cakram dengan tepi-tepi bentuk cangkang remis.
Pada tahap-tahap awal perkembangannya, generasi sporofit Marchantia seluruh
hidupnya bergantung pada jaringan gametofit dalam hal nutrisinya. Di samping
reproduksi seksual dengan spora, banyak diantara spesies lumut hati ini berkembang biak
secara vegetatif. Pada beberapa lumut hati, termasuk Marchantia, terdapat juga struktur
khusus untuk reproduksi vegetatif yang dinamakan Gemma.
Gemma ini tumbuh pada struktur yang seperti mangkuk disebut cupule atau
kupula. Jika gemma melekat pada bagian pipih di tanah, maka dari bagian bawahnya
keluar rhizoid lalu thallus yang baru akan berkembang (Tjitrosomo, 1984).
Klasifikasi lumut hati (Marchantia polymorpha)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Superdivisi : Embryophyta
Divisi : Marchantiophyta
Subdivisi : Hepaticae
Kelas : Hepaticopsida
Subkelas : Marchantiae
Ordo : Marchantiales
Famili :  Marchantiaceae
Genus :  Marchantia
Spesies :  Marchantia  polymorpha L.
Ciri-ciri lumut hati (Marchantia polymorpha)
 Talus seperti pita, kurang lebih 2 cm lebarnya, agak tebal, berdaging, bercabang-
cabang menggarpu, dan mempunyai suatu rusuk tengah yang tidak begitu
menonjol.
 Pada sisi bawah terdapat sisik-sisik perut dan rizoid-rizoid ysng bersifat fototrop
negatif.
 Permukaan atas talus mempunyai lapisan kutikula sehingga hampir mungkin di
lalui air.
 Sisa-sisa jaringan talus berupa sel-sel yang tidak mengandung klorofil dan
berguna sebagai tempat penimbunan zat makanan cadangan.
 Gametangium didukung oleh suatu cabang talus yang tumbuh tegak.
Reproduksi lumut hati (Marchantia polymorpha)
Reproduksi seksual pada Marchantia melibatkan dua jenis tumbuhan, yaitu
tumbuhan jantan, yang mengandung reseptakel anteridium dan tumbuhan betina yang
mengandung reseptakel arkegonium. Tangkai yang mendukung dasar bunga (reseptakel)
itu tumbuh pada cabang vertical talusnya. Dasar bunga betina agak melebar dan
berbentuk payung, dengan cuping yang berbentuk jari, biasanya jumlahnya Sembilan dan
sekitar pinggirannya. Arkegonia tumbuh pada alur-alur diantara cupingcuping dengan
leher menekuk kebawah. Dasar bunga jantan bentuknya seperti cakram, dengan tepi-tepi
berbentuk cangkang remis. Anteridia terpancang pada permukaan atas. Penyerbukan
berlangsung sebelum terjadinya pemanjangan tangkai dasar bunga. Anteridia merekah di
ujungnya, dan sperma melepaskan diri dengan bantuan air hujan kearah arkegonia yang
dekat tumbuhan tersebut. Penyerbukan selanjutnya berlangsung seperti pada
Ricciocarpus . Generasi sporofit dimulai dari telur yang sudah dibuahi, kemudian tangkai
dasar bunga bertambah panjang. Zigot membagi-bagi diri secara berulang-ulang
membentuk janin yang multiselular di dalam arkegonium, yang membesar dengan
pertumbuhan janin. Selama perkembangan janin, kelubung yang berbentuk tabung
tumbuh dari dasar setiap arkegonium dan mengelilingi janinnya. Sehelai jaringan juga
tumbuh arah ke bawah pada setiap sisi barisan arkegonium. Pada mulanya, janin
berbentuk bola tetapi segera bagian pangkalnya, kaki, tumbuh ke dalam jaringan
reseptakel dan berfungsi sebagai organ untuk absorpsi. Bagian terbesar dari janin
membentuk kapsul yang dipisahkan dari bagian kaki oleh zona yang terdiri dari sel-sel
yang disebut tangkai. Kapsul berisi sel-sel induk spora yang berkelompok menjadi alur
secara vertikal, dan menjadi elater, yaitu benang-benang memanjang dengan dinding
dalam terpilin. Setelah meiosis dan terbentuknya tetrad spora, tangkainya memanjang,
arkegonium yang melebar jadi pecah, dan kapsul terdorong ke bawah. Kapsul lalu
mengering dan terbuka menyebarkan massa spora seperti kapas dengan pertolongan
angin. Lepasnya spora dari kapsul dibantui oleh elater, yang sifatnya higroskopik. Akibat
mengeringnya kapsul, elater menggulung, menjadi kering, dan mengadakan gerakan
sentakan yang melemparkan spora ke udara. Pada tahap-tahap awal perkembangannya,
generasi sporofit Marchantia seluruh hidupnya bergantung pada jaringan gametofit dalam
hal nutrisinya. Meskipun demikian, lebih kemudian tangkai, dinding kapsul, elater, dan
bahkan kaki sporofit menjadi hijau. Sel-sel jaringan-jaringan tersebut berisi kloroplas
amat banyak dan mampu mengadakan fotosintesis. Sebagian besar kloroplasnya
mengandung butir-butir pati. Bila sporofit itu matang, kloroplas menjadi luruh. Di
samping mengadakan reproduksi seksual dengan spora, banyak di antara spesies lumut
hati ini berkembang biak secara vegetative. Setelah bagian tumbuhan yang sudah tua mati
pada pangkal percabangan talus, maka kedua cabang yang ada tumbuhan menjadi
tumbuhan tersendiri. Pada beberapa lumut hati, seperti Marchantia, terdapat struktur
khusus untuk reproduksi vegetative yang dinamakan gemma. Gemma ini tumbuh pada
talus bagian atas. Pada Marchantia, kupula berbentuk mangkuk dan gemmanya sangat
kecil berbentuk lensa yang menempel pada tangkai pendek di dasar kupulla. Gemma
dapat terlepas bebas oleh air hujan dan dapat terbawa agak jauh dari tetuanya. Bilamana
gemma melekat pada bagian pipih di tanah, maka dari bagian bawahnya keluar rizoid,
lalul talus yang baru akan berkembang. Sebagian lumut hati yang tergolong dalam bangsa
ini mempunyai susunan talus yang agak rumit. Sebagai contoh Marchantiales
polymorpha. Talus seperti pita, kurang lebih 2 cm lebarnya, agak tebal, berdaging,
bercabang-cabang menggarpu, dan mempunyai suatu rusuk tengah yang tidak begitu jelas
menonjol. Pada sisi bawah talus terdapat selapis sel-sel yang menyerupai daun yang
dinamakan sisik-sisik perut atau sisik-sisik ventral. Selain dari itu pada sisi bawah talus
terdapat rizoid-rizoid, yang bersifat fototrop negatif dan dinding selnya mempunyai
penebalan kedalam yang bentuknya seperti sekat-sekat yang tidak sempurna. Permukaan
atas talus mempunyai lapisan kutikula, oleh sebab itu hampir tak mungkin dilalui oleh
air. Jika dilihat dari atas, talus itu kelihatan berpetak-petak. Dibawah tiap-tiap petak
didalam talus terdapat suatu ruangan udara, dan ditengah petak terdapat suatu liang udara
yang menghubungkan ruangan udara dengan dunia luar. Liang udara itu berbentuk seperti
tong, dan mempunyai dinding yang lebih tinggih talus untuk mencegah masuknya air.
Dinding liang itu terdapat dari empat cincin, masing-masing cincin terdiri dari empat sel.
Pada marga tertentu sel-sel cincin yang paling dalam, dapat memperlihatkan gerakan
menutup.

Anda mungkin juga menyukai