Oleh:
ZHAVIRA FAKHRIANTI, S. Kep
NIM. I4B112027
NIM : I4B112027
Mengetahui,
Etiologi Definisi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang dapat terjadi karena
disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, peningkatan suhu akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antara
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. usia 6 bulan – 4 tahun, lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat umum
dan terjadi 16 jam setelah timbulnya demam.
Manifestasi klinis
1) Suhu tubuh anak (suhu rektal) >38ºC
2) kejang dapat bersifat tonik-klonik, Penatalaksanaan Medis
Komplikasi Pemeriksaan Penunjang
tonik, klonik, fokal atau akinetik. - Terdapat 1. Pengobatan fase akut : pada waktu
Pemeriksaan cairan kejang pasien dimiringkan, dan dipasang
Beberapa detik setelah kejang berhenti gangguan serebrospinal
anak tidak memberikan reaksi, perkembanga tong spatel.
Elektroesenfalografi (EEG) Untuk mencegah aspirasi ludah
beberapa saat kemudian anak akan n atau tetapi kurang mempunyai
tersadar kembali tanpa ada kelainan kelainan atau muntahan.
nilai prognostik, tidak Jalan nafas harus bebas, agar
persarafan. neurologis. dianjurkan untuk pasien
- Cedera oksigenasi terjamin.
3) Saat kejang anak tidak berespon kejang demam sederhana
terhadap rangsangan seperti panggilan, - Kerusakan Pemeriksaan lab rutin, Diazepam diberikan melalui
cahaya otak intravena.
untuk mengetahui sumber
4) Kejang dapat terjadi <15 menit - Hipoksia
infeksi
5) Kejang dapat terjadi dalam 24 jam 2. Mencari dan mengobati penyebab
pada saat terjadi demam. Pemeriksaan cairan serebrospinal
dilakukan untuk menyingkirkan
Klasifikasi kemungkinan meningitis.
Kejang demam dikelompokkan menjadi dua: kejang demam sederhana (simple Pemeriksaan laboratorium
febrile seizure), kejang demam komplek (complec febrile seizure). 3. Pengobatan Profilaksis
1.Kejang demam sederhana. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 Profilaksis intermitten diberikan
tahun, kejang demam yang berlangsung singkat, kejang berlangsung kurang dari 15 Diazepam oral dengan dosis 0,3 – 0,5
menit, sifat bangkitan dapat berbentuk tonik, klnoik, tonik dan klonik, umumnya mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis saat
akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam. pasien demam
2.Kejang demam kompleks. Kejang demam dengan ciri: kejang lama lebih dari 15 Profilaksis terus menerus
menit, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial,
berulang atau lebih dari 1 kali dari 24 jam. Kejang berulang adalah kejang 2
kali/lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar.
Pathway Kejang Demam
Pengkajian
a. Identitas: Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, alamat, nomor register, tanggal
Masuk Rumah Sakit , diagnosa medis
b. Keluhan Utama
c. Riwayat penyakit sekarang
Alasan MRS: Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah klien mengalami
kejang setelah terjadi demam. Keluarga menjelaskan kronologi kejadian kejang
disertai waktu serangan, frekuensi, aktifitas saat kejang serta keadaan sebelum selama
dan sesudah Diagnosa Keperawatan
d. Riwayat kesehatan Dahulu: riwayat kejang sebelumnya Hipertermi
e. Riwayat kesehatan keluarga Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Risiko Cedera
f. Pemeriksaan fisik
Defisiensi Pengetahuan
g. Pengkajian dengan pendekatan pola gordon
Risiko Keterlambatan Perkembangan
NOC DAN NIC
NIC : NIC:
Fever Treatment NIC: Environmental Management
1. Monitor suhu dan warna Seizure Management 1. Ciptakan lingkungan yang aman
kulit 1. Pertahankan jalan nafas bagi klien
2. Monitor kehilangan 2. Berikan oksigen jika
2. Jauhkan benda yang berbahaya
diperlukan
cairan dari klien
3. Monitor status neurologis
3. Berikan antipiretik jika 4. Kolaborasi pemberian 3. Monitor kejang pada tangan, kaki,
diperlukan medikasi anti epilepsi mulut dan otot-otot muka
4. Monitor intake dan output 5. Monitor TTV 4. Persiapkan lingkungan yang aman
5. Berikan cairan IV 6. Pertahankan akses infus seperti batasan ranjang, papan
6. Berikan kompres dengan pengaman, dan alat suction
handuk berada dekat pasien
5. Kolaborasi pemberian terapi
sesuai advis
NOC DAN NIC