Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KEJANG DEMAM


DI POLIKLINIK TUMBUH KEMBANG
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 22 Agustus-27 Agustus 2016

Oleh:
ZHAVIRA FAKHRIANTI, S. Kep
NIM. I4B112027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Zhavira Fakhrianti, S.Kep

NIM : I4B112027

JUDUL LP : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kejang Demam di


Poliklinik Tumbuh Kembang RSUD Ulin Banjarmasin

Banjarmasin, 22 Agustus 2016

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Eka Santi, S.Kep, Ns, M.Kep Wiwik Winarsih, S.Kep, Ns


NIP. 19780615 200812 2 001 NIP. 19600228 198911 2 001
Laporan Pendahulan Kejang Demam

Etiologi Definisi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang dapat terjadi karena
disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, peningkatan suhu akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antara
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. usia 6 bulan – 4 tahun, lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat umum
dan terjadi 16 jam setelah timbulnya demam.
Manifestasi klinis
1) Suhu tubuh anak (suhu rektal) >38ºC
2) kejang dapat bersifat tonik-klonik, Penatalaksanaan Medis
Komplikasi Pemeriksaan Penunjang
tonik, klonik, fokal atau akinetik. - Terdapat 1. Pengobatan fase akut : pada waktu
 Pemeriksaan cairan kejang pasien dimiringkan, dan dipasang
Beberapa detik setelah kejang berhenti gangguan serebrospinal
anak tidak memberikan reaksi, perkembanga tong spatel.
 Elektroesenfalografi (EEG)  Untuk mencegah aspirasi ludah
beberapa saat kemudian anak akan n atau tetapi kurang mempunyai
tersadar kembali tanpa ada kelainan kelainan atau muntahan.
nilai prognostik, tidak  Jalan nafas harus bebas, agar
persarafan. neurologis. dianjurkan untuk pasien
- Cedera oksigenasi terjamin.
3) Saat kejang anak tidak berespon kejang demam sederhana
terhadap rangsangan seperti panggilan, - Kerusakan  Pemeriksaan lab rutin,  Diazepam diberikan melalui
cahaya otak intravena.
untuk mengetahui sumber
4) Kejang dapat terjadi <15 menit - Hipoksia
infeksi
5) Kejang dapat terjadi dalam 24 jam 2. Mencari dan mengobati penyebab
pada saat terjadi demam.  Pemeriksaan cairan serebrospinal
dilakukan untuk menyingkirkan
Klasifikasi kemungkinan meningitis.
Kejang demam dikelompokkan menjadi dua: kejang demam sederhana (simple  Pemeriksaan laboratorium
febrile seizure), kejang demam komplek (complec febrile seizure). 3. Pengobatan Profilaksis
1.Kejang demam sederhana. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4  Profilaksis intermitten diberikan
tahun, kejang demam yang berlangsung singkat, kejang berlangsung kurang dari 15 Diazepam oral dengan dosis 0,3 – 0,5
menit, sifat bangkitan dapat berbentuk tonik, klnoik, tonik dan klonik, umumnya mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis saat
akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam. pasien demam
2.Kejang demam kompleks. Kejang demam dengan ciri: kejang lama lebih dari 15  Profilaksis terus menerus
menit, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial,
berulang atau lebih dari 1 kali dari 24 jam. Kejang berulang adalah kejang 2
kali/lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar.
Pathway Kejang Demam

Risiko Keterlambatan Perkembangan


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN NHL

Pengkajian
a. Identitas: Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, alamat, nomor register, tanggal
Masuk Rumah Sakit , diagnosa medis
b. Keluhan Utama
c. Riwayat penyakit sekarang
Alasan MRS: Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah klien mengalami
kejang setelah terjadi demam. Keluarga menjelaskan kronologi kejadian kejang
disertai waktu serangan, frekuensi, aktifitas saat kejang serta keadaan sebelum selama
dan sesudah Diagnosa Keperawatan
d. Riwayat kesehatan Dahulu: riwayat kejang sebelumnya Hipertermi
e. Riwayat kesehatan keluarga Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Risiko Cedera
f. Pemeriksaan fisik
Defisiensi Pengetahuan
g. Pengkajian dengan pendekatan pola gordon
Risiko Keterlambatan Perkembangan
NOC DAN NIC

Hipertermi Ketidakefektifan perfusi Risiko cedera


NOC jaringan serebral NOC:
Thermoregulation NOC Risk control
Kriteria Hasil: Tissue Perfusion: Cereberal Setelah dilakukan tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam klien tidak mengalami cedera dengan
keperawatan selama 1 x 30 menit kriteria hasil:
hipertermi teratasi dengan perfusi jaringan efektif dengan 1. Lingkungan tetap terjaga aman
kriteria hasil:
kriteria hasil: dari bahaya cedera
TTV dalam batas normal 2. Tidak terjadi cedera pada badan
1. TTV dalam batas normal
2. Kesadaran meningkat klien

NIC : NIC:
Fever Treatment NIC: Environmental Management
1. Monitor suhu dan warna Seizure Management 1. Ciptakan lingkungan yang aman
kulit 1. Pertahankan jalan nafas bagi klien
2. Monitor kehilangan 2. Berikan oksigen jika
2. Jauhkan benda yang berbahaya
diperlukan
cairan dari klien
3. Monitor status neurologis
3. Berikan antipiretik jika 4. Kolaborasi pemberian 3. Monitor kejang pada tangan, kaki,
diperlukan medikasi anti epilepsi mulut dan otot-otot muka
4. Monitor intake dan output 5. Monitor TTV 4. Persiapkan lingkungan yang aman
5. Berikan cairan IV 6. Pertahankan akses infus seperti batasan ranjang, papan
6. Berikan kompres dengan pengaman, dan alat suction
handuk berada dekat pasien
5. Kolaborasi pemberian terapi
sesuai advis
NOC DAN NIC

Risiko keterlambatan perkembangan


Defisiensi pengetahuan NOC:
NOC Child Development
Knowledge: Disease Process Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam klien tidak mengalami
keperawatan selama 1 x 60 menit keterlambatan dengan kriteria hasil:
defisiensi pengetahuan teratasi Perkembangan anak sesuai usia
dengan kriteria hasil:
Memahami proses penyakit,
penyebab, faktor resiko, tanda
gejala dan strategi untuk
meminimalisir proses penyakit.
NIC:
Developmental Enhancement: Child
1. Bina hubungan saling percaya dengan
NIC:
anak
Teaching: Disease Process
2. Bina hubungan saling percaya dengan
1. Puji tingkat pengetahuan pasien
orang tua/pengasuh anak
dan keluarga terkait pennyakit
3. Ajarkan orang tua tentang
2. Jelaskan patofisiologi dari
perkembangan normal anak dan
penyakit
perilaku yang berhubungan
3. Jelaskan tanda dan gejala umum
4. Demonstrasikan aktifitas yang
dari penyakit
mempromosikan perkembangan
4. Identifikasi penyebab
5. Fasilitasi integrasi anak dengan teman
5. Diskusikan perubahan gaya
sebayanya
hidup yang mungkin dibutuhkan
6. Bantu anak mempelajari kemampuan
6. Sediakan informasi tentang
kondisi yang dialamii diri sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek G.M., Howard K.B., Joanne M.D. (Eds.). 2008. Nursing Intervention
Classification (NIC), Fifth Edition. St. Louis Missouri: Mosby Inc.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing
Diagnoses: Definitions and Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta:
Salemba Medika.
Judha, Mohammad. 2011. Sistem Persyarafan (Dalam Asuhan Keperawatan).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Krisanty, Paula et al. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat TIM. Jakarta:
Riyadi.
Moorhead Sue, Marion Johnson, Meridean L.M., et al. (Eds.). 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition. St. Louis Missouri: Mosby Inc.
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.
Potter, Paricia dan Anne G Perry. 2010. Fundamentals of Nursing Fundamental
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Sujono & Sukarmin. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai