Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BERKELUARGA DALAM ISLAM

Disusun oleh:

Ikbaar Fadilah (1902321026)

Kelas 2E

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam hubungan suami dan istri dalam rumah tangga, suami memiliki hak dan istri memiliki
hak. Di belakang itu, suami punya kewajiban dan istripun punya kewajiban. Kewajiban istri
adalah hak suami.

Oleh karena itu penyusun menyusun makalah ini, dengan kajian khusus pada hak dan
kewajiban suami, agar dapat bermanfaat untuk kehidupan dimasa yang akan datang ketika
kita telah menjalankan rumah tangga.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Arti dan tujuan pernikahan
2. Kedudukan suami dalam rumah tangga
3. Kewajiban suami terhadap istri
4. Hak-hak suami atas istri
5. Ciri ciri suami shalih
BAB II

BERKELUARGA DALAM ISLAM

2.1 ARTI DAN TUJUAN PERNIKAHAN

Perkawinan adalah nasihat dari Allah SWT bagi manusia untuk mempertahankan
keberadaan mereka dan untuk mengendalikan perkembangbiakan dengan cara yang tepat
dan sesuai dengan norma agama. Pria dan wanita memiliki sifat saling membutuhkan.
Pernikahan berlangsung untuk mencapai tujuan hidup manusia dan menjaga
kelangsungan jenisnya. Fiqh pernikahan atau munakahat adalah ilmu yang menjelaskan
syariah ibadah termasuk pemahaman, dasar hukum dan prosedur dalam hal ini tentang
pernikahan. Adapun hal-hal ini dapat disimak dalam penjelasan berikut

Meskipun tidak memiliki rencana pernikahan, ada baiknya juga mengetahui tujuan
pernikahan itu sendiri. Hal ini dilakukan agar Anda tidak salah dalam mengarungi bahtera
rumah tangga. Dan inilah beberapa tujuan pernikahan dalam Islam yang telah dirangkum

1. Menjalani Sunnah Rasul


Tentu saja tujuan utama pernikahan adalah untuk menjauhkan diri dari
tindakan tidak bermoral. Tetapi sebagai Muslim, tentu saja kita memiliki teladan
dalam menjalankan kehidupan kita sehari-hari. Dan itu membantu kita untuk
mengikuti apa yang dicontohkan dan diajarkan oleh Nabi. Dan pernikahan adalah
salah satu sunnah Nabi.

2. Memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi


Sangat dianjurkan bagi mereka yang telah mampu untuk menikah. Hal ini
karena pernikahan merupakan fitrah manusia serta naluri kemanusiaan itu sendiri.
Karena naluri manusia dipenuhi pula dengan hawa nafsu, maka lebih baik untuk
dipenuhi dengan jalan yang baik dan benar yaitu melalui penikahan. Apabila naluri
tersebut tidak terpenuhi, maka dapat menjerumuskan seseorang kepada jalan yang
diharamkan oleh Allah SWT yaitu berzina. Salah satu fitrah manusia ialah berpasang-
pasangan antara laki-laki dan perempuan, maka akan saling melengkapi, berbagi dan
saling mengisi satu sama lain.
3. Penyempurna agama

Dalam Islam, menikah merupakan salah satu cara untuk menyempurnakan


agama. Dengan menikah maka separuh agama telah terpenuhi. Jadi salah satu dari
tujuan pernikahan ialah penyempurnakan agama yang belum terpenuhi agar semakin
kuat seorang muslim dalam beribadah.

Rasullullah Shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda:"Apabila seorang hamba


menikah maka telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT
untuk separuh sisanya" (HR. Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman).

4. Menguatkan Ibadah sebagai Benteng Kokoh Akhlaq Manusia


Dalam Islam, pernikahan merupakan hal yang mulia, karena pernikahan
merupakan sebuah jalan yang paling bermanfaat dalam menjaga kehormatan diri serta
terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh agama.

Hal ini pula sesuai dengan HR. Muslim No. 1.400 di mana Rasullullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara
kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih
menundukkan pandangan, lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang
tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat
membentengi dirinya."

Dan sasaran utama dalam pernikahan dalam Islam ialah untuk menundukkan
pandangan serta membentengi diri dari perbuatan keji dan kotor yang dapat
merendahkan martabat seseorang. Dalam Islam, sebuah pernikahan akan memelihara
serta melindungi dari kerusakan serta kekacauan yang ada di masyarakat.

5. Memperoleh Ketenangan
Dalam Islam, sebuah pernikahan sangat dianjurkan karena tujuan pernikahan
nantinya akan ada banyak manfaat yang didapat. Perasaan tenang dan tentram atau
sakinah akan hadir selepas menikah.
Namun dalam sebuah pernikahan jangan hanya mengandalkan perasaan
biologis serta syahwat saja, karena hal ini tidak akan sanggup untuk menumbuhkan
ketenangan di dalam diri seseorang yang menikah.
6. Memperoleh Keturunan
Dilihat dari Al-quran surah An-Nahl ayat 72 yang berbunyi

ِ ‫َوهَّللا ُ َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن أَ ْنفُ ِس ُك ْم أَ ْز َواجًا َو َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن أَ ْز َو‬


‫اج ُك ْم بَنِينَ َو َحفَ َدةً َو َر َزقَ ُك ْم‬
َ‫ت هَّللا ِ هُ ْم يَ ْكفُرُون‬ ِ َ‫ت ۚ أَفَبِ ْالب‬
ِ ‫اط ِل ي ُْؤ ِمنُونَ َوبِنِ ْع َم‬ ِ ‫ِمنَ الطَّيِّبَا‬

Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada
yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?"

Maka dapat dilihat tujuan pernikahan dalam Islam lainnya ialah untuk
memperoleh keturunan. Tentunya dengan harapan keturunan yang diperoleh ialah
keturunan yang sholeh dan sholehah, agar dapat membentuk generasi selanjutnya
yang berkualitas.

7. Investasi akhirat
Anak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai investasi kedua
orangtua di akhirat. Hal itu karena anak yang sholeh dan sholehah akan memberikan
peluang bagi kedua orangtuanya untuk memperoleh surga di akhirat nanti. Berbekal
segala ilmu dalam beragama yang diperoleh selama di dunia, bekal doa dari anak
merupakan hal yang dapat diharapkan kelak.

5.2 KEDUDUKAN SUAMI DALAM RUMAH TANGGA


Dalam ajaran Islam, kedudukan laki-laki dan perempuan pada dasarnya adalah
setara. Ini dikukuhkan secara syari dalam mayoritas umum urusan-urusan kehidupan.
Tidak ada alasan apa pun yang menghalangi adanya distribusi beban sosial antara
laki-laki dan perempuan untuk kemaslahatan publik bagi keluarga dan masyarakat.

Begitu pula halnya dalam kehidupan berumah tangga, kesetaraan laki-laki dan
perempuan dapat diwujudkan dalam bentuk hubungan kemitraan antara suami dan
istri. Hal ini seperti diungkapkan Allah SWT dalam Alquran, "Mereka (para istri)
adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka...," (QS al-Baqarah
[2]: 187). Menurut kitab Tafsir Jalalain, kata pakaian yang termaktub di dalam ayat
ini menjadi kiasan bahwa suami dan istri saling bergantung dan saling membutuhkan.

Pada Pasal 57 Miitsaaq al-Usrah fii al-Islaam (Piagam Keluarga Islam) yang
dikeluarkan oleh Komite Islam Internasional untuk Perempuan dan Anak (IICWC)
disebutkan, ayat di atas sekaligus menerangkan kepada kita bahwa tidak ada
persaingan atau kontradiksi antara suami dan istri. Keduanya saling terintegrasi,
berkoordinasi, dan bekerja sama dalam menjalani bahtera rumah tangga.

Pada pasal yang sama juga dinyatakan, setiap bagian dari pasangan suami istri
adalah pelengkap untuk bagian yang lainnya. Masing-masing menjadi penyempurna
bagi pasangannya dalam mengemban misi kehidupan pernikahan dan sosialnya.

Dalilnya adalah firman Allah SWT,

ۖ ‫صيبٌ ِم َّما ا ْكتَ َسبُوا‬ِ َ‫ْض ۚ لِل ِّر َجا ِل ن‬ ٍ ‫ْض ُك ْم َعلَ ٰى بَع‬ َ ‫ض َل هَّللا ُ بِ ِه بَع‬َّ َ‫َواَل تَتَ َمنَّوْ ا َما ف‬
‫َصيبٌ ِم َّما ا ْكتَ َس ْبنَ ۚ َواسْأَلُوا هَّللا َ ِم ْن فَضْ لِ ِه ۗ إِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِي ًما‬ِ ‫َولِلنِّ َسا ِء ن‬

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-
laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun)
ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian
dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S 4:32)

Dalam satu riwayat dikatakan, di zaman Rasulullah SAW pernah ada seorang
budak bernama Baraerah. Para tuannya telah membebaskannya dari perbudakan
dengan tebusan yang ia bayar secara mencicil. Baraerah lalu meminta bantuan kepada
Aisyah RA untuk melunasi cicilan tersebut. Aisyah pun mengabulkannya. Namun,
para tuan Baraerah mengajukan syarat agar loyalitas sang mantan budak tetap untuk
mereka, bukan untuk Aisyah.

Kabar itu pun akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW dan beliau bersabda,
Beli dan merdekakan (Baraerah)! Sesungguhnya loyalitas itu bagi yang
membebaskannya, (HR Malik, Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi,
Ibnu Majah, an-Nasai, dan ad-Darimidengan sanad sahih).
Hadis di atas adalah dalil yang eksplisit dan sahih yang membolehkan
perempuan untuk melakukan transaksi keuangannya secara mandiri. Para pensyarah
hadis memberikan komentar bahwa di sini perempuan yang sudah dewasa
melangsungkan sendiri tindakan keuangannya dalam jual beli, meski sudah menikah.
Ini juga menunjukkan diperbolehkannya perempuan yang sudah dewasa bertindak
atas hartanya tanpa izin dari suaminya.

2.3 KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI

setiap insan yang telah berkeluarga tentunya mendambakan keluarga yang


sakinah, mawadah, dan warahmah. Namun, dalam mencapai semua keingnan itu
tidaklah bisa didapatkan begitu saja melainkan suami dan istri harus saling memenuhi
kewajiban dan hak satu sama lain. Biasanya, hanya kewajiban istri terhadap suamilah
yang sering ditekankan. Sedangkan kewajiban suami terhadap istri jarang sekali
dibahas.

Untuk itu, perlu diketahui dan dipahami dengan baik beberapa kewajiban suami
terhadap istri yang telah dijelaskan oleh ulama fikih berikut ini:

1. Membayar mahar
Memang hal ini bukanlah suatu syarat atau rukun dalam perkawinan, tetapi
mahar ini merupakan suatu kewajiban yang harus diberikan oleh suami kepada
istri. Sebagaimana dalam firman Allah swt: “Berikanlah maskawin (mahar)
kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan.”
(QS. An-Nisa : 4)
2. Memberi Nafkah
Pemberian nafkah ini bersifat wajib bagi suami terhadap istrinya, ayah
terhadap anaknya, dan tuan terhadap budaknya yang meliputi keperluan hidup
seperti makan, pakaian, dan tempat tinggal.
3. Menggaulinya dengan baik
Dalam artian dengan penuh kasih sayang, pengertian, tanpa kasar dan zalim.
4. Berlaku adil bila istri lebih dari satu
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad saw bersabda: “Barang siapa beristri
dua, sedangkan dia lebih mementingkan salah seorang dari keduanya, maka ia
akan datang nanti pada hari kiamat, sedangkan pinggangnya (rusuknya) dalam
keadaan bungkuk”.
5. Wajib memberikan makan istrinya apa yang ia makan, memberinya pakaian, tidak
memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang kecuali dalam
rumah sendiri.
6. Wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan
menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (Qs. Al0Ahzab : 34
dan QS. At-tahrim : 6)
7. Tidak boleh membuka aib (kejelekan) istri kepada siapapun
8. Menjaga istrinya dengan baik. Termasuk menjaga istrinya dari segala sesuatu
yang menodai kehormatannya, menjaga harga dirinya, dan menjunjung tinggi
kehormatannya.
9. Apabila istri durhaka kepada suami, maka suami wajib mendidiknya dan
membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa.

2.4 HAK-HAK SUAMI ATAS ISTRI

Sesungguhnya hak suami atas isteri mempunyai kedudukan yang sangat agung,
sebagaimana hal tersebut telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim dan selainnya dari Abu
Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ْ ‫َت بِ ِه قَرْ َحةٌ فَلَ َح َس ْتهَا َما أَ َّد‬


ُ‫ت َحقَّه‬ ْ ‫ج َعلَى زَ وْ َجتِ ِه أَ ْن لَوْ َكان‬
ِ ْ‫ق ال َّزو‬
ُّ ‫ َح‬.

“Hak bagi seorang suami atas isterinya adalah jika saja ia (suami) mempunyai luka di
kulitnya, kemudian sang isteri menjilatinya, maka pada hakikatnya ia belum benar-
benar memenuhi haknya.” (Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 3148)], Ahmad
(XVI/227, no. 247)

1. Wanita yang cerdas dan pandai akan mengagungkan apa yang telah diagungkan oleh
Allah dan Rasul-Nya dan menghormati suaminya dengan sebenar-benarnya, ia
bersungguh-sungguh untuk selalu taat kepada suami, karena ketaatan kepada suami
termasuk salah satu di antara syarat masuk Surga.
Perhatikanlah wahai wanita muslimah, bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala
menjadikan ketaatan kepada suami termasuk syarat masuk Surga seperti halnya
shalat dan puasa. Maka dari itu taatlah kepada suami dan janganlah engkau
mendurhakainya, karena di balik kedurhakaan isteri kepada suami terdapat
kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’alal

2. Di antara hak suami atas isteri, seorang isteri harus menjaga kehormatan dan
memelihara kemuliaannya serta mengurusi harta, anak-anak dan segala hal yang
berhubungan dengan pekerjaan rumah, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:

ِ ‫ات لِّ ْل َغ ْي‬


ُ ‫ب بِ َما َحفِظَ هَّللا‬ ٌ َ‫َات َحافِظ‬
ٌ ‫ات قَانِت‬
ُ ‫فَالصَّالِ َح‬
“Sebab itu, maka wanita yang shalih, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).”[An-
Nisaa’: 34]

3. berhias dan memperindah diri untuk suami, selalu senyum dan jangan bermuka
masam di depannya. Jangan sampai menampakkan keadaan yang tidak ia sukai.
Dan sungguh mengherankan sekali jika ada wanita yang tidak memperhatikan
penampilan dirinya pada saat di rumahnya di mana ia sedang bersama suami, namun
pada saat keluar rumah ia mempercantik diri dan menampakkan perhiasannya,
sampai-sampai benarlah apa yang dikatakan oleh orang tentang perempuan seperti ini,
yaitu, “Seperti kera dalam rumah akan tetapi seperti kijang bila di jalan.” Oleh karena
itu, takutlah engkau wahai wanita hamba Allah, takutlah kepada Allah pada dirimu
dan suamimu, karena sesungguhnya suami adalah orang yang paling berhak untuk
melihat dan menikmati penampilan indahmu. Janganlah engkau sekali-kali
menampakkan perhiasan pada orang yang tidak boleh melihatnya, karena hal itu
adalah merupakan perkara yang diharamkan

4. Isteri harus selalu berada di dalam rumahnya dan tidak keluar meskipun untuk pergi
ke masjid kecuali atas izin suami.
5. Isteri harus bersungguh-sungguh dalam mendidik anak-anaknya dengan kesabaran.
Janganlah ia marah kepada mereka di depan suami dan jangan memanggil mereka
dengan kejelekan maupun mencaci-maki mereka, karena yang demikian itu akan
dapat menyakiti hati suami.

2.5 CIRI-CIRI SUAMI SHALIH


Seorang wanita harus pintar-pintar dalam memilih pasangan hidupnya kelak.
Ia haruslah seorang laki-laki terbaik yang dapat membimbing dan menuntunmu ke
jalan menuju syurganya Allah.
Karena kalau pria yang dipilih tersebut tidak baik, maka selain dapat
menyebabkan sebuah keretakan pada hubungan rumah tangga dan berakhir dengan
penderitaan di dunia dan akhirat nanti.

Berikut ciri-ciri pria yang bisa menjadi suami sholeh:

1. Kuat amalan agamanya dan akhlaknya


Ciri lelaki sholeh pertama yang menjadi idaman para muslimah adalah ia yang
kuat dalam melaksanakan amalan agamanya serta bagus akhlaknya. Lelaki yang
memiliki ciri ini selalu menjaga salat fardhunya dengan baik. Bahkan mereka juga
sering berjamaah dan menjadi imam yang baik di rumah dan lingkungannya.
Pengetahuan tentang agama yang dimiliki istri melebihi istrinya. Hal itu membuat
dirinya bisa mengajarkan istri, anak dan keluarganya serta bisa menjadi tempat
bertanya bagi masyarakat sekitar.

2. Penyantun dan pengayom


Ciri selanjutnya adalah lelaki yang penyantun dan pengayom. Tipe lelaki
seperti ini akan senantiasa berusaha agar istrinya hidup dalam berkecukupan dan
tidak pernah merasa selalu khawatir akan menghadapi kesulitan hidup.

Ia akan selalu memastikan keluarganya dalam keadaan baik-baik saja dan


membuat mereka merasa terlindungi dengan kepemimpinannya sebagai kepala
keluarga.
3. Berwibawa dan pemurah
Ia tidak pelit dalam memberikan apa yang dibutuhkan oleh anak dan istrinya
kelak. Dengan penuh tanggung jawab ia akan mencari nafkah hanya untuk
kebaikan keluarganya.

4. Ksatria di luar namun lembut ketika di rumah


Ia tidak pelit dalam memberikan apa yang dibutuhkan oleh anak dan istrinya
kelak. Dengan penuh tanggung jawab ia akan mencari nafkah hanya untuk
kebaikan keluarganya.

5. Kuat pendirian
Apabila seorang laki-laki tidak memiliki pendirian yang kuat dan juga tidak
tegas dalam menghadapi suatu masalah, maka sudah bisa dipastikan kelak
keluarga yang akan dia pimpin itu mengalami kegoyahan.

Oleh sebab itu, banyak wanita yang menginginkan memiliki suami yang
memiiliki ketegasan dan kuat dan berpendirian agar keluarga yang dibinanya itu
menjadi aman dan nyaman.

6. Bersikap sabar dan pemaaf


Laki-laki sholeh yang menjadi idaman muslimah selanjutnya adalah ia
memiliki sifat sabar dan pemaaf. Karena seorang suami tentu saja harus memiliki
sikap sabar dalam menghadapi anak dan istrinya. Jika memilikii suami yang tidak
pemarah dan selalu bisa memaafkan kesalahan keluarga serta istrinya, maka ia
adalah sosok suami teladan.

7. Bersikap amanah
Lelaki tipe ini tidak akan megabaikan tugas yang diberikan dan tidak akan
menyalahgunakan kekuasaan juga kedudukannya yang bisa saja menghancurkan
keluarga seperti dengan melakukan korupsi, penggelapan keuangan dan lain
sebagainya. Akan tetapi, lelaki seperti ini akan bersikap amanah apabila diberikan
suatu tanggung jawab.
8. Mampu mendidik dan memimpin anak istri
Ciri selanjutnya yang dimiliki orang seorang lelaki sholeh adalah ia mampu
memimpin serta mendidik anak dan istrinya agar mamiliki akhlak terbaik. Tidak
hanya itu, sosok lelaki yang demikian ini juga akan membuatnya menjadi nyaman.
Bahkan keluarga tersebut bisa menjadi panutan bagi keluarga-keluarganya di
sekitarnya.

9. Dapat menjaga perilakunya didalam dan diluar rumah


Ciri terakhir dari lelaki sholeh yang menjadi idaman adalah ia yang mampu
menjaga perilakunya baik di dalam ataupun di luar rumah. Di dalam rumah, ia
akan menjadi sosok suami teladan akan tetapi saat di luar rumah ia juga
menunjukkan perilaku yang baik.
RESUME DARI POWER POINT DAN VIDEO YOUTUBE

Membangun Rumah Tangga SAMARA Menurut ISLAM

Mawaddah diambil dari kata maddah yaitu sesuatu yang bersifat fisik,
seperti wajah, cara berjalan, dan uang. Mawaddah berarti rasa Cinta atau harapan
yang lahir dari perhatian fisik. Manusia mencari pasangan dalam 4 hal, yang
pertama adalah fisik atau tampilannya. Zainab binti Khuzaimah (sekitar 28
S.H/596 M-2 H/ 626 Masehi) adalah istri Rasulullah Saw. Saking cantiknya
Zainab, dulu Rasulullah sempat difitnah menikahi Zainab hanya karena
syahwatnya semata. Namun, kenyataanya adalah tidak ada keturunan yang berasal
dari Zainab. Dan yang disebut dalam mimpi dan keseharian Rasul bukanlah
Zainab maupun Aisyah yang disebutkan adalah Khadijah. Dalam satu cerita Rasul
ketakutan ketika melihat Jibril saat berjalan ke gua Hira. Muhammad ketakutan
dan langsung berlari pulang. Beliau mengetuk pintu dan dibukakan oleh Khadijah.
Rasulullah saat melihat Khadijah seketika setengah kegelisahannya hilang.
Khadijah kemudian menenangkan nabi dan seketika setengah kegelisahannya
hilang. Seperti itulah akhlak Khadijah. Allah SWT menginjinkan Nabi
Muhammad untuk memiliki istri lebih dari 4 karena ternyata semua istri nabi
memiliki sifat dan karakter yang dimiliki semua perempuan di dunia.
Hal ke 2 yang dicari adalah karena hartanya. Namun banyak yang
masih sering salah paham tentang ini. Yang dimaksud adalah ketika laki laki
mencari seorang istri, carilah yang bisa memanage harta suaminya.
Menyeimbangkan gaya hidup keluarga dengan penghasilan suaminya. Yang
ketiga adalah latar belakang atau pendidikan. Yang ke-4 adalah akhlak dan
merupakan hal yang paling penting. Kata nabi lihat perilaku keagamaannya,
sopannya, tuturnya, sholatnya. Mawaddah yang dimaksudkan disini adalah
fisiknya dalam ibadah, sholatnya, akhlaknya.
Sakinah menurut bahasa berarti kedamaian, ketenteraman, ketenangan,
dan kebahagiaan. Dalam sebuah pernikahan, Pengertian sakinah berarti membina
atau membangun sebuah rumah tangga yg penuh dengan kedamaian,
ketentraman, ketenangan dan selalu berbahagia. Sakinah berasal dari kata
litaskunu (diambil dari kata litaskunu ilaiha dalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum,
30:21) sakana – Sakinah yang berarti Tenang, “Allah SWT telah menciptakan
perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tenteram terhadap yang lain” Jadi
Sakinah dapat diartikan secara sederhana dengan aman, tentram, tenang dan
saling melindungi. Isteri dapat menjadi tempat berteduh bagi suami dan begitu
juga sebaliknya.
Warrohmah memiliki kata dasar rohmah yang artinya kasih sayang.
dan kata wa disini hanya sebagai kata sambung yang maknanya dan. Wa-Rahmah
Ini adalah hasil akhir dari sakinah dan mawaddah yaitu kasih sayang, Ada juga
yang mengatakan bahwa ar-rahmah bagi orang yang sudah tua, sedangkan
mawaddah berlaku bagi orang yang masih muda. Implementasi dari mawaddah
wa rahmah ini adalah sikap saling menjaga, melindungi, saling membantu,
memahami hak dan kewajiban masing-masing antara lain memberikan nafkah
bagi laki-laki.

Tujuan pernikahan dalam islam

1. Memperoleh Keturunan
Dilihat dari Al-quran surah An-Nahl ayat 72 yang berbunyi

ِ ‫َوهَّللا ُ َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن أَ ْنفُ ِس ُك ْم أَ ْز َواجًا َو َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن أَ ْز َو‬


‫اج ُك ْم بَنِينَ َو َحفَ َدةً َو َر َزقَ ُك ْم‬
َ‫ت هَّللا ِ هُ ْم يَ ْكفُرُون‬ ِ َ‫ت ۚ أَفَبِ ْالب‬
ِ ‫اط ِل ي ُْؤ ِمنُونَ َوبِنِ ْع َم‬ ِ ‫ِمنَ الطَّيِّبَا‬

Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada
yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?"

2. Memperoleh Ketenangan
Dalam Islam, sebuah pernikahan sangat dianjurkan karena tujuan pernikahan
nantinya akan ada banyak manfaat yang didapat. Perasaan tenang dan tentram atau
sakinah akan hadir selepas menikah.
Namun dalam sebuah pernikahan jangan hanya mengandalkan perasaan
biologis serta syahwat saja, karena hal ini tidak akan sanggup untuk menumbuhkan
ketenangan di dalam diri seseorang yang menikah.
3. Penyempurna agama

Dalam Islam, menikah merupakan salah satu cara untuk menyempurnakan


agama. Dengan menikah maka separuh agama telah terpenuhi. Jadi salah satu dari
tujuan pernikahan ialah penyempurnakan agama yang belum terpenuhi agar semakin
kuat seorang muslim dalam beribadah.

Rasullullah Shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda:"Apabila seorang hamba


menikah maka telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT
untuk separuh sisanya" (HR. Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman).

Anda mungkin juga menyukai