Anda di halaman 1dari 12

SPESIFIKASI TEKNIS PERKERASAN JALAN

I. Pengertian Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk
melayani dan menopang beban lalu lintas.Material agregat yang  dipakai dalam
perkerasan jalan adalah batu pecah, batu belah, batu kali. Sedangkan bahan pengikat
yang digunakan antara lain aspal dan semen.

Apapun jenis perkerasan jalan yang digukanan, harus dapat memfasilitasi sejumlah
pergerakan lalu lintas, apakah berupa jasa angkutan lalu lintas, jasa angkutan manusia,
atau berupa jasa angkutan barang berupa seluruh komoditas yang diijinkan untuk 
melintas atau melewati perkerasan jalan tersebut. Dengan beragam jenis kendaraan
dengan angkutan barangnya, akan memberikan variasi beban ringan, sedang sampai
berat. Persyaratan umum dari suatu jalan adalah dapatnya menyediakan lapisan
permukaan yang selalu rata dan kuat, serta menjamin keamanan yang tinggi untuk masa
hidup yang cukup lama, dan yang memerlukan pemeliharaan yang sekecil-kecilnya
dalam berbagai cuaca. Tingkatan sampai dimana kita akan memenuhi persyaratan
tersebut tergantung dari imbangan antara tingkat kebutuhan lalu lintas, keadaan tanah
serta iklim yang bersangkutan. Sebagaimana telah dipahami bahwa yang dimaksud
dengan perkerasan adalah lapisan atas dari badan jalan yang dibuat dari bahan-bahan
khusus yang bersifat baik/konstruktif dari badan jalannya sendiri.

Kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada perkerasan jalan raya adalah berupa
lubang (potholes), bergelombang (rutting), retak-retak (cracking) dan pelepasan butiran
(ravelling) serta gerusan tepi yang menyebabkan kinerja jalan menjadi menurun.
Komperhensifitas perencanaan prasarana jalan di suatu wilayah mulai dari tahapan
prasurvey, perencanaan dan perancangan teknis, pelaksanaan pembangunan fisiknya
hingga pemeliharaan harus integral dan tidak terpisahkan sesuai kebutuhan saat ini dan
prediksi umur pelayanannya di masa mendatang agar tetap terjaga ketahanan
fungsionalnya.
II. Struktur Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah
ke atas sebagai berikut :
• Lapisan tanah dasar (sub grade)
• Lapisan pondasi bawah (subbase course)
• Lapisan pondasi atas (base course)
• Lapisan permukaan / penutup (surface course)
 
Jenis / tipe perkerasan dibagi atas :
a. Flexible pavement (perkerasan lentur).
b. Rigid pavement (perkerasan kaku).
c. Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement).

III. Spesifikasi Teknis Perkerasan Jalan

Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan


menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus sampai ke tanah dasar. Adapun syarat dan
spesifikasi teknis untuk masing-masing lapis pada perkerasan lentur jalan adalah :

a. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)

Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan
lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut
Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal
30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan
dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Lapisan tanah dasar dapat berupa
tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang
didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain-lain. Ditinjau dari
muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas:
• Lapisan tanah dasar pada tanah galian.
• Lapisan tanah dasar pada tanah urugan.
• Lapisan tanah dasar pada tanah asli.

Bila tanah dasar berada pada daerah galian, maka sub grade ini harus dibentuk sesuai
penampang melintang dan memanjang jalan, tetapi dengan ketinggian yang lebih
tinggi daripada elevasi akhir, setelah memperhitungkan adanya penurunan elevasi
akibat pemadatan. Tanah harus dipadatkan dengan alat pemadat (compactor) yang
telah disetujui , dan sebelum pemadatan kadar airnya harus disesuaikan dengan cara
disiram air melalui truk sprinkler yang telah disetujui. Sebelum suatu sumber tanah
akan digunakan sebagai material subgrade, harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas. Untuk penambahan kadar air atau pengeringan tanah subgrade
harus digaruk beberapa kali untuk menghasilkan kadar air yang seragam (homogen).

b. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course) 

Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah
dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai:    
 Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
 Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
 Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas.
 Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
  Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
Untuk metode pelaksanaan penghamparan lapis pondasi bawah :
 Apabila lapisan tanah dasar telah siap bahan LPB harus ditebar dengan
menggunakan tenaga kerja atau motor grader. Tebal penebaran tidak melebihi 20
cm agar dapat mencapai pemadatan yang ditetapkan. 
 Setelah penebaran dan pembentukan akan dilanjutkan dengan pemadatan dengan
menggunakan mesin gilas roda baja atau mesin gilas roda ban, pengilasan
dilaksanakan secara gradual dari pinggir ke tengah dengan garis sumbu jalan dan
harus terus menerus sampai seluruh permukaan telah dipadatkan secara merata
dengan mengikuti kemiringan yang ditetapkan. 
 Kandungan kelembaban untuk pemasangan harus dijaga dalam batas lebih rendah
3 % dari kadar air optimum sampai 1 % lebih tinggi untuk mencapai kepadatan
kering maksimum yang ditetapkan. 
c. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)

Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi
bawah dan lapis permukaan.Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
 Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan
beban ke lapisan di bawahnya.
 Bantalan terhadap lapisan permukaan.

Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda.Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu
dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume
pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan. 

Untuk metode pelaksanaan penghamparan lapis pondasi atas : 


 Agregat LPA dipasang diatas LPB yang sudah disiapkan.
 Agregat harus dihampar dengan tenaga kerja atau dengan motor grader sampai satu
campuran yang merata dengan batas kelembaban yang optimum.
 Agregat harus dihampar dalam lapisan yang tidak melebihi ketebalan 20 cm
sehingga kepadatan maksimum yang telah ditetapkan dapat dicapai.
 Penghamparan akhir sampai ketebalan dan kemiringan yang diperlukan harus
dilaksanakan dengan cadangan kurang lebih 10 % ketebalan untuk pemadatan
bahan LPA. Bahan tersebut harus dipadatkan dengan baik dengan menggunakan
alat pemadat yang sesuai meliputi mesin gilas roda besi, mesin gilas ban atau
mesin gilas roda bergetar.
 Kadar air untuk pemasangan harus dijaga dalam batas 3 % lebih rendah dari kadar
air optimum sampai 1 % lebih tinggi dari kadar air optimum. Bahan LPA harus
dipadatkan sampai menghasilkan kepadatan 100 % maksimum kepadatan kering
yang diperlukan.

d. Lapisan Permukaan Aspal (Asphalt Surface Course)

Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda
kendaraan.Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
• Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
• Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapisaus).
• Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan
bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
• Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh
lapisan di bawahnya.
Apabila diperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing
course) di atas lapis permukaan tersebut.
                                         
                                                                      
IV. Metode Pemadatan Lapis Permukaan Aspal

Penggilasan campuran harus terdiri dari tiga operasi pelaksanaan yang terpisah sebagai
berikut :
1. Penggilasan awal (break down)
2. Penggilasan sekunder (intermediate)
3. Penggilasan akhir (finishing) 

 Penggilasan awal dan akhir seluruhnya harus dilaksanakan dengan mesin gilas beroda
baja. Penggilasan sekunder harus dikerjakan dengan mesin gilas yang beroda
bertekanan angin. Mesin gilas untuk penggilasan awal harus beroperasi dengan depan
(drive roll) sedekat mungkin dengan mesin penghampar (paver)
 Penggilasan sekunder harus dilaksanakan secepat mungkin setelah penggilasan awal
dan harus dikerjakan sementara campuran masih pada suatu temperatur yang akan
menghasilkan suatu pemadatan yang maksimum. Penggilasan akhir harus dikerjakan
sementara bahan yang bersangkutan masih berada dalam suatu kondisi yang cukup
dapat dikerjakan sehingga semua bekas jejak roda mesin gilas dapat dihilangkan.
 Permukaan harus digilas pada saat campuran dalam kondisi yang tepat, tidak
memungkinkan terjadi lapisan lepas (terkelupas), retak atau bergeser.
 Kecepatan mesin gilas tidak boleh lebih dari 4 km/jam untuk mesin gilas beroda baja
dan 6 km/jam untuk mesin yang menggunakan ban bertekanan angin. Setiap saat
mesin gilas tersebut harus cukup lambat untuk menghindari terjadinya perpindahan
(displacement) campuran panas. Jalur penggilasan tidak boleh diubah dengan tiba-tiba
begitu pula arah penggilasan tidak diputar balik dengan tiba-tiba, cara mana dapat
menimbulkan perpindahan/bergesernya campuran.
 Penggilasan harus berlanjut secara terus menerus selama waktu yang diperlukan untuk
memperoleh pemadatan yang seragam sementara campuran yang bersangkutan berada
dalam kondisi dapat dikerjakan dan sampai semua bekas jejak roda mesin gilas dan
ketidakrataan lainnya dihilangkan
 Sambungan-sambungan melintang harus digilas pertama dan dalam penggilasan awal
harus digilas dalam arah melintang dengan memasang papan-papan dengan ketebalan
seperti yang diminta dari perkerasan jalan untuk memungkinkan gerakan mesin gilas
di luar perkerasan jalan. Dimana sambungan melintang akan dibuat di samping suatu
jalur lapisan sebelumnya maka lintasan pertama harus dibuat sepanjang sambungan
membujur untuk suatu jarak yang pendek.
 Kecuali bila ditentukan lain, penggilasan harus dimulai dari pinggir dan bergerak
secara longitudinal sejajar dengan sumbu (centreline) jalan ke arah puncak
cembungan jalan. Setiap gilasan roller harus overlapping (tumpang tindih) dengan
gilasan terdahulu sebesar setengah lebar roller. Bila penghamparan dilakukan dengan
2 paver (finisher) yang bersamaan (berbaris) atau berbatasan dengan lajur yang telah
dikerjakan terlebih dahulu, sambungan longitudinal harus digilas dulu lalu diikuti
dengan cara penggilasan biasa. Pada lengkung superelevasi, penggilasan harus
dimulai pada sisi yang rendah dan berlanjut ke sisi yang tinggi dengan overlapping
gilasan longitudinal yang sejajar dengan sumbu jalan (centreline).Roller harus
bergerak lambat dan dalam kecepatan tetap dengan roda penggerak berada di depan
(ke arah jalannya pekerjaan penghamparan).  
 Jika lokasi perkerasan sempit seperti pada bahu dalam yang tidak memungkinkan
roller beroperasi maka digunakan alat yang lebih kecil (baby roller).
 Roda roller harus dijaga agar selalu basah dengan disemprot air atau air dicampur
sedikit detergen atau material lain yang disetujui, agar campuan tidak melekat pada
roda roller. Cairan pembasah yang berlebihan tidak diperbolehkan.Pada daerah-daerah
yang tidak memungkinkan dipadatkan dengan roller, pemadatan dilakukan dengan
"hand tamper" atau alat pemadat tangan lainnya yang disetujui. Pada daerah yang
rendah dapat digunakan trench roller, atau cleated compression strips digunakan di
bawah roller untuk meneruskan tekanan ke daerah yang rendah tersebut. 
 Campuran yang menjadi tidak padat dan pecah, tercampur kotoran atau kerusakan
lain, harus dibongkar dan diganti dengan campuran baru yang panas, lalu dipadatkan
agar sesuai dengan daerah sekelilingnya. Daerah-daerah yang kelebihan atau
kekurangan material bitumen harus dibongkar dan diganti. Sebelum 12 jam setelah
pekerjaan selesai, tidak boleh ada lalu lintas memasuki perkerasan baru tersebut,
kecuali bila ada ijin Konsultan Pengawas

V. Kesimpulan 

Sekarang ini banyak ditemui terjadinya kerusakan dini yang mengarah pada kegagalan
konstruksi pada proyek-proyek jalan baik pada jalan nasional, jalan provinsi maupun
jalan kabupaten/kota. Hal tersebut diindikasikan dengan banyaknya kerusakan pada jalan
yang baru selesai dikerjakan dan masih dalam masa pemeliharaan (guaranty period)
maupun setelah pekerjaan diserahterimakan meskipun umur rencana rencana jalan belum
terlampaui. Banyak pernyataan mengenai penyebab kerusakan jalan hanya didasarkan
dari penglihatan semata yakni karena pengaruh air dan beban kendaraan yang melebihi
beban rencana meskipun tanpa didukung data teknis yang akurat. Fakta menunjukkan
kerusakan jalan lebih disebabkan oleh faktor pelaksanaan yang kurang tepat dalam
mengimplementasikan standar mutu. Beban kendaraan dan genangan air hanya sebagai
faktor eksternal yang mempercepat kerusakan dini, namun yang terpenting adalah
bagaimana faktor internal (daya dukung perkerasan) mampu mempertahankan jalan
sehingga tidak mudah terpengaruh oleh kedua faktor eksternal itu . Jadi dalam konstruksi
perkerasan jalan, selain faktor eksternal beban kendaraan dan genangan air tahapan-
tahapan yang harus benar-benar diperhatikan adalah :
1. Pengendalian terhadap bahan-bahan material yang digunakan.
2. Metode pelaksanaan pekerjaan perkerasan dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis
yang berlaku.
3. Monitoring dan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan
tersebut.
4. Uji laboratorium untuk kontrol mutu dan kualitas dari hasil pekerjaan perkerasan jalan
tersebut.
5. Pemeliharaan terhadap perkerasan jalan agar umur rencana dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai