Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PSIKOLOGI

PERILAKU MANUSIA SECARA HISTORI,


KONSEP DAN TEORI PRILAKU DAN
KONSEP DIRI

DI
SUSUN OLEH :
M. IMAN MAULANA
LALU JUMAWARDI
PERILAKU MANUSIA SECARA HISTORI
DAN KONSEP PRILAKU MANUSIA

A. PERILAKU MANUSIA SECARA HISTORIS


Menurut pendapat para ahli psikologi modern bahwa manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan, selain dipandang sebagai makhluk biologis, juga makhluk unik yang berbeda
dengan makhluk hidup lainnya di muka bumi. Manusia adalah subjek sekaligus objek, serta
makhluk individual sekaligus sosial. Manusia pada umumnya tidak bersifat pasif, yaitu
menerima keadaan dan tunduk kepada suratan tangan atau kodrat-Nya, tetapi secara sadar
dan aktif menjadikan dirinya sesuatu. Proses perkembangan perilaku manusia sebagian
ditentukan oleh kehendaknya sendiri, dan sebagian bergantung pada alam, sedangkan
makhluk lain sepenuhnya bergantung pada alam. Ciri khas manusia adalah memiliki
kebutuhan yang secara terus-menerus untuk dipenuhinya. Manusia dibekali cipta
(cognitive), rasa (affective) dan karsa (psychomotor), serta dapat mengatur dunia untuk
kepentingan hidupnya sehingga timbulah kebudayaan dengan segala macam corak dan
bentuknya, yang membedakan dengan makhluk hidup lainnya di muka bumi. .
Demikian juga individu yang bekerja, berorientasi untuk menghasilkan sesuatu.
Contoh:
1. Seorang mahasiswa yang sedang giat-giatnya belajar untuk menghadapi ujian semester,
pada malam hari perlu tidur agar besok paginya badan terasa segar dan mampu
mengerjakan soal dengan baik.
2. Seorang pegawai/pekerja yang seharian bekerja perlu beristirahat dan perlu berekreasi.
Perilaku itu sebenamya berorientasi pada tugas dan harus dipenuhi agar ia dapat
menghimpun tenaga atau energi kembali sehingga dapat bekerja dengan semangat.
B. KONSEP PRILAKU MANUSIA
1. Pengertian Perilaku
a. Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh
-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka 
mempunyai aktifitas masing – masing.
b. Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai suatu respons organisme atau 
seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo,1993).
c. Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai sebagai suatu aksi-reaksi organisme 
terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu 
yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti 
rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmodjo,
1997).
d. Robert Kwick (1974), perilaku adalah tindakan suatu organisme yang dapat diamati 
dan bahkan dapat dipelajari.
e. Umum, perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu dengan 
lingkungannya sebagai manifestasi hayati dari bahwa dia adalah makhluk hidup 
(Kusmiyati & Desminiarni, 1990).
f. Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku 
Manusia”, menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, 
seperti orang 
berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka 
harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada 
kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika 
seseoang duduk diam dengan  sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang 
berperilaku. Ia sedang membaca.  Sekalipun pengamatan dari luar sangat 
minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai  tubuh, di dalam tubuh manusia.
g. Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan 
respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku 
ini  terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan 
kemudian organisme  tersebut merespon, maka teori Skinner disebut teori 
“S-O-R”atau Stimulus – Organisme – Respon. 
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai  bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahw
a  yang dimaksud perilaku manusia adalah semua 
kegiatan atau aktivitas manusia, baik  yang diamati langsung, maupun yang 
tidak dapat diamati oleh pihak luar  (Notoatmodjo, 2003).       
Skinner membedakan adanya dua proses, yaitu:
1 Respondent respon atau reflexsive,
Yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing 
stimulation  karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. 
Misalnya : makanan yang  lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya 
terang menyebabkan mata
tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosio
nal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian
meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
2 Operant respon atau instrumental respon, 
yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau 
perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau
reinforce,  karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas 
kesehatan  melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap
uraian tugasnya atau job 
skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), mak
a  petugas kesehatan tersebut akan lebih baik 
lagi dalam melaksanakan tugasnya.
2. Bentuk-Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 
dua (Notoatmodjo, 2003):
a. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk 
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih 
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi 
pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas 
oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk 
tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh 
orang lain.
3. Jenis Perilaku
a. Perilaku Refleksif
Perilaku refleksif adalah perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap
stimulus yang mengenai organisme tersebut. Misalnya kedip mata bila kena sinar;
gerak lutut bila kena sentuhan palu; menarik tangan apabila menyentuh api dan lain 
sebagainya.
Perilaku refleksif terjadi dengan sendirinya, secara otomatis. Stimulus yang diterima 
organisme tidak sampai ke pusat susunan syaraf atau otak sebagai pusat kesadaran 
yang mengendalikan perilaku manusia. Dalam perilaku yang refleksif, respons
langsung timbul begitu menerima stimulus. Dengan kata lain, begitu stimulus 
diterima oleh reseptor, begitu langsung respons timbul melalui afektor, tanpa melalui 
pusat kesadaran atau otak.
Perilaku ini pada dasarnya tidak dapat dikendalikan. Hal ini karena perilaku refleksif 
merupakan perilaku yang alami, bukan perilaku yang dibentuk oleh pribadi yang 
bersangkutan.
b. Perilaku Non-Refleksif
Adalah perilaku yang dikendalikan atau diatur oleh pusat  kesadaran
/otak. Dalam kaitan ini, stimulus setelah  diterima oleh reseptor langsung 
iteruskan ke otak sebagai pusat syaraf, pusat kesadaran , dan kemudian terjadi 
respons melalui afektor.
Proses yang terjadi didalam otak atau pusat kesadaran inilah yang disebut proses 
psikologis. Perilaku atau aktivitas atas dasar proses psikologis inilah yang disebut 
aktivitas psikologis atau perilaku psikologis (Branca, 1964).
Pada perilaku manusia, perilaku psikologis inilah yang dominan, merupakan perilaku 
yang dominan dalam pribadi manusia. Perilaku ini dapat dibentuk, dapat 
dikendalikan. Karena itu dapat berubah dari waktu ke waktu, sebagai hasil proses 
belajar.
c. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang 
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, 
sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. 
Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : 
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga 
kesehatan agar tidak sakit  dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2) Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) 
perilaku penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan.Perilaku ini adalah 
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan 
atau kecelakaan untuk mencari dan memanfaatkan sarana dan prasarana
kesehatan yang tersedia.
3) Perilaku kesehatan lingkungan 
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik 
maupun sosial budaya, dan sebagainya.
4. Health Belief Model         
Model perilaku ini dikembangkan pada tahun  50-
an dan didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini tuberculosis. 
Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada 
program tersebut kemudian dikembangkan sebagai model perilaku. Health Belief Model 
didasarkan atas 3 faktor esensial ;
a Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu 
penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
b Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilak
u.
c Perilaku itu sendiri.
Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan k
epribadian dan lingkungan individu, serta 
pengalaman yang berhubungan dengan sarana & petugas kesehatan.
Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentana
n terhadap penyakit, potensi ancaman, 
motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, dan adanya kepercayaan
bahwa  perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang 
mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh 
karakteristik individu,  penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan,
interaksi dengan petugas  kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku, 
dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.
C. Konsep diri

Konsep diri merupakan proses yang berkelanjutan sepanjang hidup manusia. Konsep diri
masih apat diubah asalkan ada keinginan dari orang yang bersangkutan.

Symonds (dalam Agustiani, 2006) menyatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung
muncul ketika individu dilahirkan akan tetapi berkembang bertahap seiring munculnya
kemampuan untuk memahami sesuatu. Selama periode awal kehidupan,konsep diri
sepenuhnya didasari oleh persepsi diri sendiri. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya
usia, pandangan mengenai diri endiri ini mulai dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diperoleh
dari interaksi dengan orang lain Taylor dalam Agustiani, 2006). Dengan kata lain, konsep
diri juga merupakan hasil belajar melalui hubungan individu dengan orang lain.

Orang lain yang dapat mempengaruhi konsep diri kita


(Calhoun & Acocella, 1990):

1. Orang tua
Orang tua adalah kontak sosial paling awal dan paling kuat yang dialami oleh
seseorang. Informasi yang diberikan orang tua pada anak lebih tertanam daripada
informasi yang diberikan
oleh orang lain dan berlangsung hingga dewasa. Anak-anak yang tidak memiliki orang
tua, disia-siakan oleh orang tua akan memperoleh kesukaran dalam mendapatkan
informasi tentang dirinya
sehingga menjadi penyebab utama anak berkonsep diri negatif.
2. Kawansebaya
 Kawan sebaya menempati posisi kedua setelah orang tua dalam mempengaruhi konsep
diri. Peran yang diukur oleh kelompok sebaya sangat berpengaruh pada pandangan
individu terhadap dirinya sendiri.
3. Masyarakat
Masyarakat sangat mementingkan fakta-fakta yang melekat pada seorang anak, seperti
siapa rang tuanya, suku bangsa, dan lain-lain. Hal ini pun dapat berpengaruh pada
konsep
diri individu.  

Faktor lain yang dapat berpengaruh pada konsep diri

1. Pola asuh
Pola asuh orang tua menjadi faktor yang signifikan dalam mempengaruhi konsep diri
yang erbentuk. Sikap positif orang tua akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang
positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang
pertanyaan pada anak dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga
untuk disayangi dan dihargai. 
2. Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan pada diri
sendiri dan berakhir pada kesimpulan bahwa penyebabnya terletak pada kelemahan diri.
Kegagalan
membuat orang merasa tidak berguna.
3. Kritik diri
Kadang kritik memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang atas perbuatan yang
dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri berfungsi sebagai rambu-rambu dalam bertindak
dan berperilaku agar keberadaan kita diterima dan dapat beradaptasi. Walaupun begitu,
kritik diri yang berlebihan dapat mengakibatkan individu menjadi rendah diri.

Jenis-jenis konsep diri

1. Konsep Diri Positif


Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana individu dengan
konsep diri ositif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat
stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan
menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri
sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya
apa adanya (Calhoun dan Acocella, 1990).

Orang dengan konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu (Sukatma, 2004):

a Yakin dengan kemampuannya dalam mengatasi masalah


b Merasa setara dengan orang lain
c Menerima pujian tanpa rasa malu
d Menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan,   keinginanan perilaku
yang tidak seluruhnya disetujui  oleh masyarakat,
e Mampu memperbaiki dirinya sendiri karena ia sanggup  mengungkapkan aspek
kepribadian yang tidak ia senangi  dan berusaha mengubahnya.
2. Konsep diri negatif
Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negative menjadi dua tipe, yaitu:
a Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar  tidak teratur, tidak
memiliki perasaan, kestabilan dan  keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar
tidak tahu  siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai   dalam
kehidupannya.
b Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur.  Hal ini bisa terjadi
karena individu dididik dengan cara yang  sangat keras, sehingga menciptakan citra
diri yang tidak  mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hokum   yang
dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.

Orang dengan konsep diri negatif ditandai dengan lima hal, yaitu (Brooks dan
Emmert dalam Sukatma, 2004):
a Peka terhadap kritik, dalam arti orang tersebut tidak tahan terhadap kritik yang
diterimanya dan mudah marah.
b Responsif terhadap pujian. Semua embel-embel yang menunjang   harga diri
menjadi pusat perhatiannya.
c Bersikap hiperkritis, artinya selalu mengeluh, mencela,  dan meremehkan apapun
dan siapapun. Tidak mampu memberi  penghargaan pada kelebihan orang lain.
d Merasa tidak disenangi dan tidak diperhatikan. Orang lain  adalah musuh.
e Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Enggan bersaing  dan merasa tidak berdaya
jika erkompetisi dengan  orang lain.

Anda mungkin juga menyukai