Anda di halaman 1dari 41

FINANCIAL DISTRESS DAN INDIKATOR KEUANGAN YANG

RELEVAN PADA INDUSTRI DASAR DAN KIMIA

LEVINA RACHMA ISKANDAR PUTRI

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir yang berjudul
Financial Distress dan Indikator Keuangan yang Relevan pada Industri Dasar dan
Kimia merupakan karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir laporan ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Levina Rachma Iskandar Putri


NIM H24134063
ABSTRAK

LEVINA RACHMA ISKANDAR PUTRI. Financial Distress dan Indikator


Keuangan yang Relevan pada Industri Dasar dan Kimia. Dibimbing oleh BUDI
PURWANTO
Financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan
perusahaan yang terjadi sebelum timbulnya kebangkrutan. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh rasio keuangan seperti: rasio lancar, rasio modal kerja,
rasio hutang, rasio perputaran aset dan rasio pengembalian aset terhadap financial
distress. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan
perusahaan industri dasar dan kimia yang dipublikasikan di BEI. Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa rasio modal kerja dan perputaran aset memiliki pengaruh
terhadap financial distress dengan arah positif, rasio hutang dan pengembalian
aset memiliki pengaruh terhadap financial distress dengan arah negatif, sedangkan
rasio lancar tidak memiliki pengaruh terhadap financial distress.

Kata kunci: financial distress, indikator keuangan

ABSTRACT

LEVINA RACHMA ISKANDAR PUTRI. Financial Distress and Financial


Indikator are Relevant in the Basic Industry and Chemichal. Supervised by BUDI
PURWANTO
Financial distress is a phase of decline in financial conditions that occurred
the onset of bankruptcy. This study aims to test the effect of financial ratios which
are current ratio, debt ratio, return on asset ratio, asset turnover ratio and working
capital ratio to predict of financial distress. This study used secondary data such as
financial statement that have been published in BEI. The analysis technique used
is logistic regression analysis. The result of this research showed that return on
asset and working capital ratio had a significant influence to the financial distress
with negative direction, total asset turnover and debt ratio had a significant
influence to the financial distress with positive direction. While current ratio
haven’t significant influence on the financial distress.

Keyword: financial distress, financial indicator


FINANCIAL DISTRESS DAN INDIKATOR KEUANGAN YANG
RELEVAN PADA INDUSTRI DASAR DAN KIMIA

LEVINA RACHMA ISKANDAR PUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul Tugas Akhir : Financial Distress dan Indikator Iteuangan yang Relevan
pada Industri Dasar dan Kimia
Nama Levina Rachina Iskandar Putl‘i
CIM H241340ó3

Disetujui oleh

Dr fr Budi Purwanto, ME
Pembimbing

Diketahui oleh

ad Na"ib STP MM tua Departemen

Tanggal Lulus: 2 0 $ÉÇ 201a


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ini adalah
kebangkrutan, dengan judul Financial Distress dan Indikator Keuangan yang
Relevan pada Industri Dasar dan Kimia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Budi Purwanto,ME
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi masukan dan saran, Ibu
Farida Ratna Dewi SE,MM dan Ibu Erlin Trisyulianti STP,M.Si selaku dosen
penguji. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua beserta
teman teman Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut Pertanian Bogor atas
doa dan bantuannya dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2016

Levina Rachma Iskandar

Putri
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii


DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Laporan Keuangan 3
Financial Distress 3
Rasio Keuangan 4
Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Financial Distress 6
Penelitian Terdahulu 8
METODE PENELITIAN 10
Kerangka Pemikiran 11
Variabel Penelitian 12
Populasi dan Sampel 13
Jenis dan Sumber Data 14
Metode Pengumpulan Data 14
Teknik Anaisis Data 14
PEMBAHASAN 16
Gambaran Umum Sektor Industri Dasar dan Kimia 16
Pengaruh Rasio Lancar (CR) terhadap Financial Distress 18
Pengaruh Rasio Hutang terhadap Financial Distress 18
Pengaruh Return on Asset terhadap Financial Distress 19
Pengaruh Rasio Modal Kerja terhadap Financial Distress 19
Pengaruh Rasio Perputaran Asset terhadap financial distress 19
SIMPULAN DAN SARAN 20
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 23
DAFTAR TABEL

1 Penelitian terdahulu 9
2 Proses penentuan sampel 14
3 Pengujian kelayakan model 17
4 Matrik klasifikasi 17
5 Hasil pengujian regresi logistik 17

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka penelitian 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar sampel penelitian 25


1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Krisis finansial global menyebabkan ekonomi di negara maju melemah. Hal


ini memiliki efek domino terhadap pasar modal, dan memberikan imbas pada
negara berkembang, seperti Indonesia. Sektor Industri di Indonesia juga terkena
dampak krisis finansial, seperti kenaikan harga komoditas pokok meyebabkan
kenaikan biaya produksi, dan kenaikan harga minyak bumi telah mendorong
kenaikan biaya operasi.
Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Secara umum sektor industri memberikan kontribusi yang besar dalam
pembentukkan Produk Domestik Bruto (PDB), bahkan sektor ini dinilai menjadi
motor dan pilar pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan adanya krisis
financial global, saham di sektor industri dasar dan kimia dicatat mengalami
penurunan paling tajam. Indeks saham sektor industri dasar dan kimia menurun
sebesar 2.82% atau sebesar -9.605 poin (republika.co.id 2015).
Penurunan indeks saham perusahaan industri dasar dan kimia menyebabkan
industri tersebut berpotensi financial distress. Financial distress dalam penelitian
ini diukur dengan besaran earning per share karena earning per share
menggambarkan laba yang dibagikan kepada investor. Penurunan indeks saham
dapat disebabkan oleh industri dasar dan kimia memiliki besaran EPS yang
negatif (potensi financial distress) sehingga investor mengurangi investasi saham
di industri dasar dan kimia.
Berbagai indikator dalam memprediksi financial distress salah satunya
dengan rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan perhitungan perbandingan
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lainnya, dengan analisis rasio
keuangan dapat menjelaskan dan memberi gambaran mengenai baik buruknya
posisi keuangan suatu perusahaan.
Secara umum, rasio keuangan seperti likuiditas, profitabilitas dan leverage,
serta efisiensi penggunaan aset berlaku sebagai indikator yang signifikan dalam
memprediksi kebangkrutan. Metode penggunaan earning per share (EPS) yang
negatif sebagai indikator financial distress, hal ini dikarenakan pada saat suatu
perusahaan mengalami EPS yang negatif berarti laba bersih yang dihasilkan suatu
perusahaan mengalami kerugian. Hal inilah yang menjadi pertimbangan investor
untuk membeli saham pada perusahaan industri dasar dan kimia, sehingga terjadi
penurunan indeks saham pada perusahaan industri dasar dan kimia. Berdasarkan
hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Financial
Distress dan Indikator Keuangan yang Relevan pada Industri Dasar dan
Kimia”.
2

Perumusan Masalah

Financial distress merupakan situasi perusahaan menghadapi masalah


keuangan, financial distress ini terjadi sebelum kebangkrutan. Prediksi financial
distress perlu dilakukan untuk deteksi kondisi keuangan perusahaan sejak dini dan
diharapkan dapat mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan.
Rumusan masalah penelitian ini yaitu apakah rasio keuangan dalam penelitian
mampu mengindikasikan kondisi financial distress di industri dasar dan kimia?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis indikator keuangan


yang mampu menerangkan kondisi financial distress di industri dasar dan kimia
periode 2010-2014.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian sebagai kajian ilmiah ini, diharapkan dapat memberikan


suatu manfaat kepada berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu:
1. Sebagai bahan kajian dalam mengukur kondisi financial distress dengan rasio-
rasio keuangan yang relevan
2. Membantu perusahaan untuk mengambil kebijakan dan langkah strategis dalam
rangka menjaga stabilitas kinerja keuangan.
3. Hasil penelitian ini bagi Peneliti lain dapat dijadikan sebagai referensi
dan dapat memberikan informasi tambahan dalam hal permasalahan yang
belum terpecahkan dan tersirat, baik dalam penelitian pada topik yang sama
maupun yang berbeda untuk penelitian selanjutnya.

Batasan Masalah

Peneliti membatasi penelitian ini agar tidak terjadi penyimpangan sehingga


penelitian ini memiliki ruang lingkup dan pembahasan yang jelas. Penelitian ini
fokus pada rasio keuangan yaitu rasio likuiditas yang diproksikan dengan rasio
lancar, solvabilitas (leverage) yang diproksikan dengan rasio hutang dan
profitabilitas yang diproksikan dengan rasio pengembalian aset, serta Aktivitas
yang diproksikan dengan rasio modal kerja, dan rasio perputaran aset. Rasio-rasio
tersebut dipilih berdasarkan metode untuk menentukan kondisi financial distress
oleh Altman Z score (1968), dan sudah melewati pertimbangan dosen
pembimbing yang merupakan pakar keuangan. Variabel dependen nya
menggunakan variabel dummy yang dilihat dari angka earning per share (EPS),
apabila EPS negatif maka diberikan angka 1 yang berarti mengalami financial
distress, apabila EPS positif maka diberikan angka 0 yang berarti tidak mengalami
financial distress. Penelitian ini juga membatasi sampel pada perusahaan
manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI 2010-2014
3

TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Keuangan

Laporan keuangan menurut Harahap (2010) adalah kondisi keuangan dan


hasil usaha perusahaan pada jangka waktu tertentu. Laporan Keuangan menurut
Munawir (2004) adalah hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat
komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak
yang berkepentingan dengan data dan atau aktivitas dari perusahaan tersebut.
Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan No 1 mengemukakan bahwa
laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut prinsip-
prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari
individu, asosiasi, atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah suatu kegiatan mencatat
transaksi keuangan yang dapat memberikan informasi bagi para pemakai, dan
laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, arus kas, laba rugi, perubahan
ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan Keuangan inilah yang menjadi
bahan sarana informasi bagi pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan
perusahaan.
Laporan keuangan digunakan oleh seluruh yang memiliki kepentingan
terhadap perkembangan suatu perusahaan, dan kondisi keuangan suatu perusahaan.
Pihak–pihak yang berkepentingan yaitu para kreditur, pihak bank, investor dan
pemerintah setempat sesuai domisili perusahaan.
Laporan keuangan yang lengkap menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI
2002) sebagai berikut:
a. Neraca
Neraca ini menunjukkan keadaan keuangan/posisi keuangan meliputi aset,
kewajiban dan modal dari suatu perusahaan,
b. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi menunjukkan informasi mengenai penghasilan, biaya rugi
laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu.
c. Laporan perubahan modal
Laporan perubahan modal menunjukkan peningkatan atau penurunan aset
bersih / kekayaan perusahaan selama periode tertentu,
d. Laporan arus kas
Laporan arus kas menunjukkan jumlah arus kas masuk dan jumlah arus kas
yang keluar selama periode tertentu, biasanya dalam periode satu tahun
e. Catatan atas laporan keuangan

Financial Distress

Financial distress menurut Toto (2008) merupakan tahap penurunan kondisi


keuangan dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya.
Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal
yang dapat dikenali dengan menganalisis laporan keuangan secara cermat dengan
4

suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakana sebagai indikasi adanya
kebangkrutan. Menurut Hanafi et al. (2009) financial distress dapat digambarkan
dari dua titik ekstrim yaitu kesulitan likuiditas jangka pendek, tetapi bisa
berkembang menjadi parah. Indikator kesulitan keuangan dapat dilihat dari
analisis aliran kas, analisis strategi perusahaan, dan laporan keuangan perusahaan.
Faktor-faktor penyebab financial distress menurut Toto (2008) yaitu:
a. Kesulitan arus kas, terjadi ketika penerimaan pendapatan perusahaan dari
kegiatan operasional tidak cukup untuk menutupi beban-beban yang timbul
dari aktivitas operasi. Selain itu kesulitan arus kas bisa disebabkan oleh
kesalahan manajemen dalam mengelola aliran kas perusahaan dalam
pembiayaan aktivitas operasi
b. Besarnya jumlah hutang, terjadi ketika sudah jatuh tempo hutang, akan tetapi
perusahaan tidak mempunyai cukup dana untuk melunasi hutang tersebut,
sehingga kreditur dapat melakukan penyitaan terhadap harta kekayaan milik
perusahaan.
c. Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun,
terjadi ketika beban operasional lebih besar dari penerimaan perusahaan,
sehingga menyebabkan arus kas rendah atau cenderung negatif

Metode Prediksi Financial Distress


Peneliti-peneliti terdahulu yang melakukan penelitian tentang financial
distress menggunakan salah satu dari beberapa metode yang bisa digunakan untuk
memprediksi suatu perusahaan berada dalam kondisi financial distress ataupun
tidak. Metode tersebut berupa:
a. Laba bersih suatu perusahaan negatif selama dua tahun berturut-turut, hal ini
menandakan kinerja perusahaan yang kurang baik karena perusahaan tidak
memiliki sumber pembiayaan
b. Metode Earning per share (EPS) negatif metode ini digunakan karena
perusahaan yang mengalami kondisi tersebut akan sulit mendapatkan sumber
pembiayaan. Kesulitan yang dihadapi perusahaan akan menghambat kinerja
perusahaan dan dapat memicu financial distress.
c. Metode Interest Coverage Ratio yang kurang dari satu, yang mana rasio biaya
bunga terhadap biaya operasional
Penelitian ini menggunakan metode EPS. EPS digunakan investor untuk
melihat prospek laba perusahaan dimasa yang akan datang. Perusahaan dapat
dikatakan memiliki pertumbuhan yang baik jika memiliki EPS yang positif secara
terus-menerus. Jika terjadi sebaliknya, investor enggan menanamkan dana
diperusahaan tersebut. Hal tersebut mengakibatkan financial distress.

Rasio Keuangan

Rasio keuangan menurut Toto (2008) adalah indeks yang menghubungkan


dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka
lainnya. Menurut Harahap (2010) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu pos keuangan dengan pos keuangan lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan
5

Rasio-rasio keuangan umumnya merupakan gabungan angka-angka yang


terdapat di laporan keuangan. Rasio menggambarkan hubungan matematis antara
jumlah suatu pos keuangan dengan jumlah pos keuangan yang lain. Analisis Rasio
keuangan ini memberi gambaran kepada pengamat mengenai baik buruknya
kinerja keuanga perusahaan Munawir (2004). Beberapa Rasio Keuangan yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut (Toto 2008)

Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas merupakan hal yang mendasar
bagi perusahaan, dalam rutinitas sehari-hari, likuiditas akan tercermin dalam
bentuk kemampuan perusahaan dalam membayar kreditur tepat waktu atau
membayar gaji karyawan tepat waktu
Pengukuran likuiditas biasanya mengaitkan kewajiban jangka pendek
dengan aset lancar yang tersedia untuk melunasinya. Lingkup dari penelitian ini
rasio likuiditas yang dipakai yaitu rasio lancar. Current ratio (rasio lancar) adalah
rasio untuk mengukur seberapa jauh aset lancar dapat melunasi kewajiban jangka
pendeknya. Aset lancar yang ssemakin tinggi akan semakin aman bagi para
kreditur Toto (2008). Adapun rumus rasio lancar sebagai berikut:
Aset lancar
CR (1)
Kewajiban lancar.........................................................................................

Rasio Leverage
Rasio Leverage atau rasio solvabilitas menurut Toto (2008) merupakan rasio
yang menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi seluruh kewajiban
finansialnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Perusahaan yang
dianggap solvable apabila perusahaan tersebut memiliki kekayaan yang cukup
untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Sebaliknya, perusahaan yang tidak
memiliki kekayaan untuk melunasi seluruh kewajibannya maka dikategorikan
perusahaan insolvable. Dalam penelitian ini rasio leverage diproksikan
menggunakan rasio hutang (debt to asset ratio)
Rasio hutang merupakan rasio perbandingan antara jumlah keseluruhan
kewajiban dengan jumlah kekayaan yang dimiliki perusahaan, yang mampu
menunjukkan sejauh mana kewajiban perusahaan dapat tertutup oleh besarnya
aktiva yang dimiliki. Adapun rumus rasio hutang sebagai berikut:
Total Hutang...............................................................................................
DR = Total Asset (2)

Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memperoleh keuntungan atau laba pada periode tertentu dan
menggambarkan tingkat efektivitas manajemen dalam melaksanakan aktivitas
operasinya. Efektivitas manajemen dapat terlihat dari besarnya perolehan laba dari
hasil penjualan dan investasi. Laba yang diperoleh perusahaan seringkali
dibandingkan dengan penjualan, aktiva dan ekuitas yang disebut rasio
profitabilitas. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas di proksikan dengan rasio
pengembalian aset/return on asset (ROA)
Return on Asset (ROA) menurut Toto (2008) merupakan rasio yang menilai
besarnya tingkat laba terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan laba
6

tersebut. Tinggi rendahnya rasio ini mampu menunjukkan tingkat efisiensi yang
dilakukan oleh pihak manajemen. Selain itu rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan dalam mengoptimalkan kepemilikan aktivanya agar dapat
memperoleh laba. Adapun rumus dari ROA sebagai berikut:
ROA = EBIT ........................................................................ (3)
Total Aset

Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang menunjukkan ukuran seberapa efektif
perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada di perusahaan.
Rasio aktivitas menganggap sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara
penjualan dan beragam unsur aset. Dalam penelitian ini rasio aktivitas di
proksikan dengan rasio perputaran aset dan rasio modal kerja (Toto 2008)
Rasio perputaran aset merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi
penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume
penjualan tertentu. Jadi semakin besar rasio ini, semakin baik, berarti aktiva dapat
cepat berputar menghasilkan laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan
aktiva dalam menghasilkan penjualan. Adapun rumus rasio perputaran aset
sebagai berikut:
Penjualan.........................................................................
Rasio perputaran aset =
Total Aset
(4)

Rasio modal kerja merupakan rasio yang mengukur aktivitas bisnis terhadap
kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya
penjualan yang didapat perusahaan. Rasio modal kerja merupakan kemampuan
modal kerja berputar dalam satu periode siklus kas dari perusahaan. Adapun
rumus Rasio modal kerja sebagai berikut:
Aset lancar – Kewajiban lancar..................................................
Rasio modal kerja = Total Aset (5)

Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Financial

Distress Pengaruh Rasio lancar terhadap financial distress


Rasio lancar dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar.
Beberapa komponen aset lancar yaitu kas, piutang dan persediaan, sedangkan
kewajiban lancar itu sendiri merupakan kewajiban keuangan yang harus dilunasi
dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aset
lancar yang dimiliki perusahaan (Toto 2008)
Rasio lancar bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar. Rasio lancar untuk
perusahaan normal berkisar pada angka 1,5 lebih aman untuk batas bawah (Toto
2008). Perusahaan yang memiliki nilai rasio lancar 1,5 atau setidaknya angka 1,
maka bisa dikatakan perusahaan dalam kondisi yang likuid untuk membayar
kewajiban jangka pendeknya sehingga kecil kemungkinan untuk terjadi financial
distress. Namun, jika nilai rasio lancar kurang dari angka 1 atau negatif maka
tidak akan cukup untuk menutupi kewajiban lancarnya, akibatnya perusahaan
akan mengalami kesulitan keuangan dalam pembayaran kewajiban lancar, dan
dapat memicu untuk melakukan pinjaman yang lebih banyak. Brigham, EF dan
7

Houston (2009) mengatakan jika kewajiban lancar meningkat cepat dibanding aset
lancar, maka rasio lancar akan turun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara rasio lancar dengan financial distress adalah negatif
Berdasarkan penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) menganalisis rasio
keuangan untuk memprediksi financial distress. Penelitian ini menunjukkan
bahwa likuiditas yang diproksikan dengan rasio lancar memiliki pengaruh negatif
terhadap financial distress
 H11: Rasio lancar berpengaruh negatif terhadap financial distress.

Pengaruh Rasio Hutang terhadap Financial Distress


Rasio hutang yaitu menunjukkan proporsi seluruh aset yang didanai oleh
hutang. Biasanya pihak pemberi pinjaman berkepentingan terhadap kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang, sebab semakin banyak hutang perusahaan
maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban
kepada kreditur. Rasio hutang yang semakin tinggi akan mengakibatkan resiko
keuangan yang tinggi, ketika terjadi peningkatan resiko keuangan akan
membahayakan perusahaan karena terlalu banyak melakukan pendanaan aset.
Toto (2008)
Berdasarkan penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) menyatakan bahwa
semakin besar rasio hutang maka semakin besar kemungkinan perusahaan
mengalami financial distress.
 H12: Rasio Hutang berpengaruh positif terhadap financial distress.

Pengaruh Rasio Return on Asset terhadap Financial Distress


Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur tingkat laba terhadap
aset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut. Profit margin merupakan
ukuran efisiensi perusahaan.
ROA yang positif menunjukkan keseluruhan aset yang digunakan untuk
operasi menghasilkan laba bagi perusahaan dan sebaliknya, jika ROA negatif,
menunjukkan aset yang digunakan untuk operasi tidak mampu memberikan
keuntungan bagi perusahaan. Dengan demikian, semakin tinggi rasio ROA, maka
semakin tinggi nilai profitabilitasnya, sehingga semakin rendah kemungkinan
terjadi financial distress pada perusahaan. Sebaliknya semakin rendah rasio ROA
menunjukkan kinerja keuangan tidak baik, sehingga profitabilitasnya menurun
yang akan mengakibatkan potensi terjadinya financial distress semakin besar.
Berdasarkan penelitian Salehi (2009) menyatakan bahwa ROA berpengaruh
positif terhadap financial distress.
 H13: Rasio Return on Asset berpengaruh positif terhadap financial distress.

Pengaruh Rasio Modal Kerja terhadap Financial Distress


Rasio modal kerja menunjukkan perbandingan modal kerja bersih dengan
total aset. Modal kerja yang dimaksudkan adalah modal kerja bersih yang
merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Setiap perusahaan
dalam menjalankan aktivitas nya membutuhkan modal kerja. Semakin besar aset
lancar terhadap kewajiban lancar berarti mempunyai modal kerja positif. Hal ini
menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar hutang
hutangnya (Toto 2008)
8

Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk beroperasi se


ekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan yang timbul karena
adanya krisis keuangan. Modal kerja yang tinggi membuat probabilitas terjadinya
kesulitan keuangan semakin kecil Apabila modal kerja bersih semakin rendah
(negatif) berarti perusahaan tersebut berpotensi mengalami kesulitan keuangan
(financial distress) semakin besar (Munawir 2004)
Berdasarkan penelitian Salehi (2009) menyatakan bahwa rasio modal kerja
berpengaruh negatif terhadap financial distress.
 H14: Rasio Modal Kerja berpengaruh negatif terhadap financial distress

Pengaruh Rasio Perputaran Aset terhadap financial distress


Rasio perputaran total aset yang dihitung dengan membagi penjualan
dengan total aset. Besar kecilnya penjualan dan total aset akan mempengaruhi
rasio perputaran aset. Rasio ini menunjukkan perputaran total aset diukur dari
volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aset
menciptakan penjualan, semakin besar rasio ini semakin baik (Toto 2008)
Rasio perputaran total aset yang tinggi menunjukkan semakin efektif
perusahaan dalam penggunaan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Semakin
efektif perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan
diharapkan dapat memberikan keuntungan semakin besar bagi perusahaan.
Semakin besar rasio perputaran aset diharapkan semakin besar keuntungan
perusahaan sehingga kemungkinan terjadi financial distress semakin kecil.
Berdasarkan penelitian Salehi (2009) menunjukkan bahwa rasio perputaran aset
berpengaruh positif terhadap financial distress.
 H15: Rasio perputaran aset berpengaruh positif terhadap financial distress

Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meneliti financial distress


diantaranya Platt dan Platt (2002) berusaha menentukan rasio yang paling
dominan dengan menggunakan model logit untuk memprediksi adanya financial
distress. Hasil penelitiannya yaitu EBITDA/Sales, current asset/current liabilities,
dan cash flow growth rate memiliki hubungan negative terhadap financial distress.
Semakin besar rasio ini maka semakin kecil mengalami financial distress.
Variabel net fixed asset/total asset, longterm deb/ equity, dan notes payable/total
asset memiliki hubungan positif terhadap kemungkinan perusahaan mengalami
financial distress. Semakin besar rasio ini maka semakin besar kemungkinan
perusahaan mengalami financial distress
Penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) yang menggunakan rasio keuangan
berdasarkan penelitian Platt dan Platt (2002) mengambil sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEJ pada tahun 1998-2001. Hasil dari penelitian ini
menyebutkan bahwa variabel yang paling dominan dalam menentukan financial
distress adalah NI/S, CL/TA, CA/CL yang berpengaruh negative dan signifikan
terhadap financial distress, serta Growth NI/TA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap financial distress
9

Tabel 1 Penelitian terdahulu

No Nama Judul Variabel Penelitian Hasil


Peneliti Penelitian
1 Iramani Model Dependen: Financial ratios,
Subagyo Prediksi Financial distress Industry relative
(2007) Financial Independen: dan sensitivitas
Distress di Financial ratios, dapat digunakan
Indonesia industry relative, sebagai predictor
Era sensitivitas financial distress
Globalisasi perusahaan di
Indonesia
2 Pasaribu Penggunaan Dependen: Model ketiga
Rowland Binary Logit Financial (indicator current
(2008) untuk distress ratio) dan
prediksi Independen: keempat
Financial (indicator asset
Likuiditas, solvabilitas,
distress leverage, turn
efiseinsi, over)
emiten di profitabilitas dan arus memiliki tingkat
Bursa Efek kas serta kinerja saham klasifikasi lebih
Jakarta diukur dengan nilai tinggi
(Studi Kasus beta saham dibandingkan
Emiten dengan 4 model
Industri lainnya.Aspek
Perdagangan) kinerja likuiditas
dan solvabilitas
perusahaan
berpengaruh
signifikan dalam
memprediksi
financial distress
3 Salehi Mahedi Financial PBIT/TA,
(2009) distress Dependen: TE/TA, S/TA
prediction in Financial berpengaruh
Emerging distress positif terhadap
Market Independen: financial distress,
Emperical WC/TA, CA/CL, sedangkan
Evidences PBIT/TA, TE/TA, WC/TA
from Iran S/TA mempunyai
pengaruh
negative dan
signifikan
terhadap
financial distress
10

Lanjutan Tabel 1
No Nama Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil
Penulis
4 Doddy S dan Pengaruh Rasio Dependen: Current Ratio, cash
Wahyu Keuangan Financial ratio, total liabilities to
(2009) terhadap Kondisi Distress total asset, current
Financial Distress Independen: liabilities to total asset
Perusahaan Current ratio, quick dan sales growth tidak
Otomotif ratio, cash ratio, berpengaruh terhadap
profitabilitas, debt to financial distress.
total asset, current Sedangkan quick ratio,
liabilities to total profitabilitas
asset berpengaruh negatif
terhadap financial
distress
5 Kamaludin Prediksi Financial Perusahaan yang tidak
dan Karina A Distress Kasus Dependen: mengalami financial
(2011) Industri Altman Z-Score distress memiliki
Manufaktur Independen: current ratio, gross
Pendekatan Model Current profit margin dan
Regresi Logistik ratio. inventory turnover yang
leverage ratio, gross tinggi sedangkan pad
profit margin, perusahaan yang
inventory turnover, mengalami financial
return on equity distress memiliki ROE
dan leverage yang
tinggi.
6 Jiming, Wei An Emperical Debt asset ratio
Wei (2011) Study on the berpengaruh positif dan
Corporate Dependen: signifikan terhadap
Financial Distress Financial financial distress
Prediction Based distress sedangkan Inventory
on Logistic Model Independen: Turnover berpengaruh
Evidence from -Financial Indicator negatif dan signifikan
China’s (Cash to current terhadap financial
Manufacturing liability ratio, debt distress
Industry equity ratio, debt
asset ratio, inventory
turnover, total asset
turnover

7 Arif Hidayat Prediksi Financial Dependen: Hasil penelitian ini


(2013) Distress Interest coverage menunjukkan bahwa
Perusahaan ratio rasio lancar dan
Manufaktur di Independen: perputaran aset memiliki
Indonesia Rasio lancar, pengaruh yang
perputaran total aset, signifikan terhadap
dan return on asset financial distress
sedangkan return on
asset tidak berpengaruh
terhadap financial
distress
11

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menggunakan metode earning per share dimana metode ini
melihat nilai EPS perusahaan periode keuangan 2010-2014, untuk memberikan
suatu gambaran yang jelas dan sistematis terhadap indikator-dikator keuangan,
seperti: rasio-rasio keuangan yang terdapat di metode prediksi kebangkrutan.

Financial distress

Indikator Keuangan yang relevan


Besaran Nilai

Earning per share Rasio Keuangan: CR, DAR, ROA, WCR,


STA

Gambar 1 Kerangka penelitian

Hipotesis:
H01: Rasio lancar tidak berpengaruh terhadap financial distress
H11: Rasio lancar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kondisi financial distress
H02: Rasio hutang tidak berpengaruh terhadap kondisi financial
distress H12: Rasio hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kondisi
financial distress
H03: Rasio Return on Asset tidak berpengaruh terhadap kondisi financial
distress
H13: Rasio Return on Asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kondisi financial distress
H04: Rasio Modal kerja tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress
H14: Rasio modal kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kondisi
financial distress
H05: Rasio perputaran aset tidak berpengaruh terhadap kondisi financial
distress
H15: Rasio perputaran aset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kondisi financial distress
12

Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen
(bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel merupakan abstraksi dari gejala,
peristiwa atau masalah yang memerlukan penyelidikan

Variabel Dependen
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel independen. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah
financial distress. Financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan
yang terjadi sebelum terjadi kebangkrutan ataupun likuidasi. Dalam penelitian ini,
perusahaan yang mengalami financial distress yaitu perusahaan yang memiliki
earning per share negatif, dimana hal tersebut menandakan kinerja keuangan
yang kurang baik dan apabila hal ini tidak menjadi perhatian perusahaan maka
bisa terjadi kondisi yang lebih buruk lagi yaitu kebangkrutan. Perusahaan-
perusahaan dalam penelitian ini dikelompokkan dengan ukuran 0 untuk EPS
positif atau non financial distress, 1 untuk perusahaan yang memiliki EPS negatif
atau mengalami financial distress.

Variabel Independen
Variabel Independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain. Adapun variabel independen dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Rasio Lancar
Rasio lancar bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancarnya. Rasio
lancar dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar. Data
yang digunakan yaitu data tahunan dari laporan tahunan perusahaan.
2. Rasio hutang
Rasio hutang merupakan rasio perbandingan antara jumlah keseluruhan
kewajiban dengan jumlah kekayaan yang dimiliki perusahaan. Rasio ini
mampu menunjukkan sejauh mana kewajiban perusahaan dapat tertutup oleh
besarnya aset yang dimiliki. Dengan kata lain rasio ini diperoleh dengan
membagi total kewajiban dengan total aset. Data yang digunakan yaitu data
tahunan dari laporan tahunan perusahaan.
3. Rasio Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang menilai besarnya tingkat
pengembalian terhadap keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Tinggi rendahnya rasio ini mampu menunjukkan tingkat efisiensi yang
dilakukan oleh pihak manajemen. Selain itu rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan dalam mengoptimalkan kepemilikan asetnya agar dapat
memperoleh laba. ROA diperoleh dengan membagi laba sebelum beban
bunga dan pajak dengan total aset. Data yang digunakan yaitu data tahunan
dari laporan tahunan perusahaan.
4. Rasio modal kerja
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
modal kerja bersih dari keseluruhan aset yang dimiliki. Rasio ini dihitung
13

dengan modal kerja bersih dibagi total aset. Modal kerja bersih didapat dari
pengurangan aset lancar dengan kewajiban lancarnya. Data yang digunakan
yaitu data tahunan dari laporan keuangan tahunan perusahaan.
5. Rasio perputaran aset
Rasio ini merupakan ukuran keseluruhan perputaran seluruh aset. Rasio ini
cukup sering digunakan yang cakupannya luas. Rasio ini dapat
menggambarkan seberapa baik dukungan aset untuk memperoleh penjualan.
Rasio ini dihitung dengan penjualan dibagi dengan total aset. Data yang
digunakan yaitu data tahunan dari laporan keuangan tahunan perusahaan.

Populasi dan Sampel

Populasi menurut Sugiyono (2014) adalah wilayah generalisasi yang terdiri


atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Besarnya populasi yang digunakan dalam suatu penelitian tergantung pada
jangkauan kesimpulan yang akan dibuat, sedangkan dalam penelitian ini
populasinya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI)
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah porposive sampling.
Pengambilan sampel secara porposive didasarkan pada suatu pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi
yang sudah diketahui sebelumnya. Pelaksanaan pengambilan sampel secara
porposive ini antara lain sebagai berikut: Peneliti mengidentifikasi semua
karakteristik populasi misalnya dengan mengadakan studi pendahuluan/dengan
mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan populasi. Kemudian
peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangannya sebagian dari anggota populasi
menjadi sampel penelitian, sehingga teknik pengambilan sampel secara porposive
ini didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri (Sugiyono 2014)
Adapun kriteria-kriteria dalam pengambilan sampel penelitian sebagai
berikut:
1. Perusahaan yang tercatat sebagai emiten yang masih terdaftar sejak tahun
2010-2014
2. Perusahaan sektor manufaktur subsektor industri dasar dan kimia yang
melaporkan laporan keuangannya secara berturut-turut dari tahun 2010-2014
3. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan dengan mata uang rupiah dan
tidak menggunakan mata uang dolar atau yang lainnya
4. Perusahaan harus memiliki laporan keuangan yang lengkap, terutama item-
item yang menjadi variabel penelitian
5. Perusahaan tidak melakukan merger, akuisisi maupun perubahan usaha
lainnya.
14

Tabel 2 Proses penentuan sampel


No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan Manufaktur Industri dasar dan kimia
yag terdaftar di BEI, dan memiliki laporan 60 Perusahan
keuangan 2010-2014
2 Perusahan manufaktur industri dasar dan kimia
yang tidak memenuhi kriteria 1 sampai 5 (16 perusahaan)
Jumlah sampel yang digunakan 44 Perusahaan

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder menurut Ulber Silalahi (2009) merupakan data yang dikumpulkan dari
tangan kedua atau dari sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian
dilakukan. Sumber data dalam penulisan skripsi ini adalah dari berbagai sumber
buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang mendukung penelitian. Sedangkan
untuk sumber data yang ingin diolah dalam analisis penelitian adalah
www.idx.co.id situs web resmi BEI.

Metode Pengumpulan Data

Data ini diperoleh dari data historis perusahaan industri dasar dan kimia,
studi literatur, laporan penelitian, dan laporan keuangan yang diterbitkan
perusahaan maupun internet yang telah diaudit selama lima tahun 2010-2014.
Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data yang diinginkan dengan
membuka Website dari objek yang diteliti, sehingga dapat diperoleh laporan
keuangan, gambaran umum perusahaan serta perkembangannya yang kemudian
digunakan penelitian.
Situs yang digunakan adalah www.idx.co.id. Selain itu, dilakukan juga studi
pustaka yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari dan memahami buku-
buku yang mempunyai hubungan dengan analisis prediksi kebangkrutan seperti
dari literatur, jurnal-jurnal, media massa dan hasil penelitian yang diperoleh
dari berbagai sumber, baik dari perpustakaan maupun sumber lain.

Teknik Anaisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi logistik, karena


memiliki satu variabel dependen yang non metrik (nominal), dan memiliki
variabel independen lebih dari satu. Ghozali (2005) menjelaskan bahwa regresi
logistik mirip dengan analisis diskriminan, yaitu untuk menguji apakah
probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya.
Namun, dalam hal ini analisis dengan regresi logistik tidak memerlukan asumsi
normalitas data variabel beabsnya. Model yang digunakan yaitu

Ln 1–p
p
= βo + β1 CR + β2 DR + β3 ROA + β4 WCR + β5 STA........................(6)
15

Keterangan:
P/1-p = Financial distress (1) dan Non Financial distress (0)
βo = Konstanta
β1 CR = Rasio lancar
β2 DR = Rasio hutang
β3 ROA = Return on asset
β4 WCR = Rasio modal kerja
β5 STA = Rasio perputaran aset
Analisis pengujian model regresi logistik sebagai berikut:
a. Menilai kelayakan model (Hosmer and Lemeshow)
Menurut Ghozali (2005) menilai kelayakan model dapat dilakukan dengan
memperhatikkan output dari Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit test
dengan hipotesis:
H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data
H1: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow sama dengan atau kurang dari 0,05
maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat perbedaan signifikan antara
model dengan nilai observasinya sehingga goodness fit model tidak baik
karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik
Hosmer and Lemeshow lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat
ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya
b. Uji kelayakan keseluruhan model (Overall fit model test)
Dalam menilai overall fit model test dapat dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya:
1. Chi Square (X2)
Tes statistik Chi Square digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood
pada estimasi model regresi. Likelihood(L) dari model adalah probabilitas
bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. L
ditransformasikan menjadi -2logL untuk menguji hipotesis nol dan
alternatif. Penggunaan nilai x2 untuk keseluruhan model terhadap data
dilakukan dengan membandingkan nilai -2 log likelihood awal (hasil
block number 0)dengan nilai -2 log likelihood hasil block number 1.
Dengan kata lain nilai Chi Square didapat dari nilai -2logLi-2logLo.
Apabila terjadi penurunan, maka model tersebut menunjukkan regresi
yang baik.
2. Cox and Snell’s R Square dan Nagelkerke’s R Square
Nilai Cox and Snell’s R Square dan Nagelkerke’s R Square menunjukkan
seberapa besar variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel independen (Ghozali 2005). Cox and Snell’s R Square
merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R Square pada multiple
regression, maka digunakan Nagelkerke’s R Square.
3. Tabel klasifikasi 2x2
Tabel klasifikasi 2x2 menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan
salah (incorrect). Pada kolom merupakan dua nilai prediksi dari variabel
dependen dalam hal ini financial distress (1) dan non financial distress
(0). Pada baris menunjukkan nilai observasi sesungguhnya dari variabel
dependen. Pada model sempurna, maka semua kasus akan berada pada
diagonal dengan ketepatan peramalan 100% (Ghozali 2005)
16

c. Pengujian signifikansi dari koefisien regresi


Pada regresi logistik digunakan uji wald untuk menguji signifikansi konstanta
dari setiap variabel independen yang masuk ke dalam model. Oleh karena itu,
apabila uji wald terlihat angka signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka
koefisien regresi adalah signifikan pada tingkat kepercayaan 5%. Dengan uji
wald, kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen
terhadap kemungkinan perusahaan berada pada kondisi financial distress

PEMBAHASAN

Gambaran Umum Sektor Industri Dasar dan Kimia

Perusahaan sektor industri dasar dan kimia merupakan salah satu sektor
cabang industri manufaktur yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang
selanjutnya akan diproses menjadi barang jadi. Jumlah perusahaan sektor industri
dasar dan kimia sebanyak 60 perusahaan yang terbagi menjadi 8 sub sektor yaitu,
semen, keramik&porselen, logam, plastik, pakan ternak, kayu&pengolahan,
pulp&kertas, serta kimia. Dalam penelitian ini hanya meneliti 44 perusahaan
dengan masa 5 tahun.
Sektor industri dasar dan kimia merupakan sektor yang paling banyak
emiten dibanding sektor lainnya pada perusahaan manufaktur. Sektor industri
dasar dan kimia menurut Vibiznews.com (2014) pada rentang waktu penelitian
dilakukan menjadi salah satu pemberat indeks saham. Hal ini dikarenakan sektor
industri dasar dan kimia terdapat beberapa perusahaan yang menggunakan bahan
impor yang harga jual produknya dipengaruhi faktor global.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai data yang diperoleh dan
penyajian hasil perhitungan sejumlah variabel, lalu dianalisis. Analisis data
merupakan suatu proses dalam memecahkan masalah agar tujuan suau penelitian
dapat tercapai. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor
industri dasar dan kimia yang dipublikasi di Bursa Efek Indonesia periode 2010-
2014. Berdasarkan kriteria-kriteria yang ada diperoleh 44 perusahaan selama 5
tahun. Setelah data terkumpul, maka dihitunglah indikator keuangan yang
dianggap mampu mempengaruhi financial distress seperti rasio lancar, rasio
hutang, return on asset, rasio modal kerja serta rasio perputaran aset yang
merupakan rasio yang digunakan Altman dalam menetapkan metode prediksi
Altman Z-Score. Dalam pengujian financial distress penguji melihat nilai dari
earning per share, apabila EPS bernilai negatif, maka perusahaan tersebut
diprediksi mengalami kesulitan keuangan, apabila EPS positif, kondisi keuangan
perusahaan dalam keadaan baik.
Sebagaimana telah diuraikan dari pada bab sebelumnya, penelitian ini
bertujuam umtuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap financial
distress. Rasio-rasio keuangan tersebut terbatas hanya menggunakan rasio
keuangan seperti rasio lancar, rasio hutang, rasio return on asset, rasio modal
kerja dan rasio perputaran aset
17

Tabel 3 Pengujian kelayakan model

Step Chi-square Df Sig.

1 12,237 8 ,141

Step -2 Log likelihood Cox


Nagelkerke
& Snell R
R Square
Square
1 155,799a .241 ,821

Tabel 3 menunjukkan Nilai statistik hasil pengujian kelayakan model


sebesar 12,237 probabilitas dan signifikansi 0,141 dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa nilai signifikansi diatas 0,05. Dengan tingkat keyakinan 95%
dapat diyakini bahwa model regresi logistik yang digunakan telah cukup mampu
menjelaskan data.
Pada Tabel 3 menunjukkan nilai bahwa variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabel dependen sebesar 82,1% dan sisanya 17,9% dijelaskan
oleh variabel lain.
Tabel 4 Matrik klasifikasi

Prediksi
Kesulitan Keuangan Persentasi
Observasi
EPS EPS
Positif Negatif
Kesulitan EPS Positif 171 4 97,7

Step 1 Keuangan EPS Negatif 13 32 71,1


Persentasi Keseluruhan 92,3

Matrik klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk


memprediksi kemungkinan suatu perusahaan mengalami financial distress.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil keseluruhan klasifikasi sebesar
92,3%. Persentase kebenaran klasifikasi untuk perusahaan yang EPS positif
97,7%, dimana terdapat kebenaran observasi 171 kategori EPS positif, dan 13
benar dalam kategori masuk dalam kategori EPS Negatif. Persentase untuk
kebenaran EPS negatif sebesar 71,1% dimana terdapat kesalahan 32 observasi,
dan 4 diprediksi secara benar berada di EPS negatif.
Tabel 5 Hasil pengujian regresi logistik

Variabel B Wald α Sig Keterangan

CR -,005 ,026 ,05 ,872 Tidak dapat digunakan


DR 1,314 3,913 ,05 ,048 Dapat digunakan
ROA -31,028 19,541 ,05 ,000 Dapat digunakan
Step 1
WCR - 6,564 16,569 ,05 ,000 Dapat digunakan

STA ,564 4,287 ,05 ,038 Dapat digunakan


Constant -1,768 8,729 ,05 ,003
Sumber: data diolah dengan spss
18

Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik ditunjukkan dalam


Tabel 5 pada tingkat signifikansi 0,05 (5%) menghasilkan model sebagai berikut:

FD = -1,768 + 1,314 DR – 31,028ROA – 6,564WCR + 0,564STA.....................(7)

Pengaruh Rasio Lancar (CR) terhadap Financial Distress

Pengujian pengaruh variabel CR terhadap financial distress perusahaan


manufaktur industri dasar dan kimia yang ditunjukkan pada Tabel 5 dengan hasil
parameter koefisien bertanda negatif sebesar 0,005. Variabel CR memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,872 yang lebih besar dari tingkat α = 5% (0,872>0,05).
Berdasarkan hasil pengujian regresi logistik dapat disimpulkan bahwa hipotesis
H11 yang menyatakan bahwa CR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
financial distress pada perusahaan industri dasar dan kimia ditolak. Dalam
penelitian ini kemungkinan tidak dapat terdeteksi pengaruh rasio lancar dalam
memprediksi financial distress. Hal ini dikarenakan kemungkinan terjadi
pendanaan aset tidak lancar dan banyak nya hutang jangka panjang yang belum
terkoordinir dengan baik.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Kamaludin dan Karina Ayu
(2011) yang mengemukakan bahwa rasio lancar kurang mampu menunjukkan
kemampuan prediksi financial distress, kemungkinan adanya karakteristik
perusahaan industri yang mengandalkan aset lancar guna pelaksanaan kegiatan
operasi perusahaan. Sedangkan berbeda dengan penelitian Almilia dan Kristijadi
(2003) yang mengemukakan bahwa rasio lancar berpengaruh negatif terhadap
financial distress

Pengaruh Rasio Hutang terhadap Financial Distress

Pengujian pengaruh variabel DR terhadap financial distress perusahaan


manufaktur industri dasar dan kimia yang ditunjukkan pada Tabel 5 dengan hasil
parameter koefisien bertanda positif 1,314. Variabel DR memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,048 yang lebih kecil dari tingkat α = 5% (0,048<0,05).
Berdasarkan hasil pengujian regresi logistik dapat disimpulkan bahwa hipotesis
H12 yang menyatakan bahwa DR memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap financial distress perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia
diterima. Rasio hutang yang semakin tinggi akan mengakibatkan resiko keuangan
yang tinggi, ketika terjadi peningkatan resiko keuangan akan membahayakan
perusahaan karena terlalu banyak melakukan pendanaan aset.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan Jiming dan Wei
Wei (2011) yang menyatakan bahwa rasio hutang berpengaruh signifikan terhadap
financial distress dengan arah positif. Berbeda dengan penelitian Almilia dan
Kristijadi yang menyatakan bahwa rasio hutang tidak berpengaruh terhadap
financial distress.
19

Pengaruh Return on Asset terhadap Financial Distress

Pengujian pengaruh variabel ROA terhadap financial distress perusahaan


manufaktur industri dasar dan kimia yang ditunjukkan pada Tabel 5 dengan hasil
parameter koefisien bertanda negatif 31,028. Variabel ROA memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat α = 5% (0.000>0.05).
Berdasarkan hasil pengujian regresi logistik dapat disimpulkan bahwa hipotesis
H13 yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
financial distress perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia diterima.
Return on Asset yang semakin tinggi, maka semakin tinggi nilai profitabilitasnya,
sehingga semakin rendah kemungkinan terjadi financial distress pada perusahaan.
Sebaliknya semakin rendah rasio ROA menunjukkan kinerja keuangan tidak baik,
sehingga profitabilitasnya menurun yang akan mengakibatkan potensi terjadinya
financial distress semakin besar.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Salehi (2009) yang menunjukkan
return on asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress
perusahaan industri dasar dan kimia. Bebeda hal nya dengan penelitian yang
dilakukan Arif Hidayat (2013) yang menyatakan bahwa ROA tidak berpengaruh
terhadap financial distress

Pengaruh Rasio Modal Kerja terhadap Financial Distress

Pengujian pengaruh variabel WCR terhadap financial distress perusahaan


manufaktur industri dasar dan kimia yang ditunjukkan pada Tabel 5 dengan hasil
parameter koefisien bertanda negatif 6,564. Variabel WCR memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat α = 5% (0,000<0,05).
Berdasarkan hasil pengujian regresi logistik dapat disimpulkan bahwa hipotesis
H14 yang menyatakan bahwa WCR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
financial distress perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia diterima, Modal
kerja yang tinggi membuat probabilitas terjadinya kesulitan keuangan semakin
kecil. Apabila modal kerja bersih semakin rendah (negatif) berarti perusahaan
tersebut berpotensi mengalami kesulitan keuangan (financial distress) semakin
besar.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Salehi (2009) yang menyatakan
bahwa rasio modal kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial
distress.

Pengaruh Rasio Perputaran Asset terhadap financial distress

Pengujian pengaruh variabel STA terhadap financial distress perusahaan


manufaktur industri dasar dan kimia yang ditunjukkan pada Tabel 5 dengan hasil
parameter koefisien bertanda positif 0,564 Variabel STA memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,038 yang lebih kecil dari tingkat α = 5% (0,038<0,05).
Berdasarkan hasil pengujian regresi logistik dapat disimpulkan bahwa hipotesis
H15 yang menyatakan bahwa STA berpengaruh positif dan signifikan terhadap
financial distress perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia diterima, Rasio
perputaran total aset yang tinggi menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam
penggunaan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Semakin efektif perusahaan
20

menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan diharapkan dapat


memberikan keuntungan semakin besar bagi perusahaan. Semakin besar rasio
perputaran aset diharapkan semakin besar keuntungan perusahaan sehingga
kemungkinan terjadi financial distress semakin kecil.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Salehi (2009) dan Jiming Wei
Wei (2011) yang menyatakan bahwa rasio perputaran total aset berpengaruh
positif terhadap kondisi financial distress.

Implikasi Manajerial

Financial distress merupakan tahapan penurunan kondisi keuangan


perusahaan, sebelum perusahaan mengalami kondisi kebangkrutan. Rasio
keuangan merupakan salah satu indikator yang relevan untuk memprediksi
kondisi financial distress suatu perusahaan, sehingga dengan hasil yang ada
perusahaan dapat menghindari gejala-gejala timbulnya kebangkrutan, dan
perusahaan dapat mengetahui kebijakan-kebijakan untuk menghindari financial
distress. Rasio hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial
distress sehingga perusahaan yang ingin terhindar dari kondisi tersebut harus
mampu mengelola seluruh asetnya untuk menutupi seluruh hutangnya. Rasio
Modal kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress.
Perusahaan yang ingin terhindar dari prediksi financial distress harus mengelola
modal kerja bersih nya dengan baik, ROA berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap financial distress. Perusahaan yang ingin melindungi perusahaan nya
dari potensi financial distress harus menggunakan dengan baik total aset untuk
meningkatkan penjualan, sehingga dapat memperbesar keuntungan perusahaan.
Rasio perputaran aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial
distress. Perusahaan jika ingin menghindari financial distress harus mampu
menggunakan aset dengan sebaik mungkin untuk mendapatkan penjualan yang
besar

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini dilakukan untuk pengaruh likuiditas, solvabilitas dan


profitabiltas terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur industri dasar
dan kimia yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. Berdasarkan pendahuluan,
tinjauan pustaka, dan pengolahan data serta pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Rasio lancar tidak berpengaruh dalam memprediksi financial distress pada
perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI periode
2010-2014
21

2. Rasio hutang berpengaruh positif dan signifikan dalam memprediksi financial


distress pada perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang terdaftar di
BEI periode 2010-2014
3. Return on Asset berpengaruh negatif dan signifikan dalam memprediksi
financial distress pada perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang
terdaftar di BEI periode 2010-2014
4. Rasio modal kerja berpengaruh negatif dan signifikan dalam memprediksi
financial distress pada perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang
terdaftar di BEI periode 2010-2014
5. Rasio perputaran aset berpengaruh positif dan signifikan dalam memprediksi
financial distress pada perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang
terdaftar di BEI periode 2010-2014

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan:


1. Pada penelitian selanjutnya dapat menguji financial distress dengan
menggunakan rasio keuangan yang lebih banyak sehingga dapat terlihat
rasio keuangan yang mampu mempengaruhi financial distress
2. Pada penelitian selanjutnya bisa menggunakan indicator yang relevan
lain selain indicator keuangan, seperti Firm Size, Stock Volatility,
Instituonal Ownership dan lainnya
3. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan model analisis lain yang
lebih structural, sehingga peneliti dapat memperoleh hasil pengaruh
antar variabel yang lebih signifikan secara menyeluruh

DAFTAR PUSTAKA

Almilia LS, Kristijadi. 2003. Analisis Laporann Keuangan Untuk Memprediksi


Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia [Jurnal]. Yogyakarta (ID): UII
Altman EI. 1968. Financial Ratios Discriminant Analysis and the Prediction of
Corporate Bankruptcy. The Journal of Finance [Internet] [diunduh 2016
Januari 15] Tersedia pada: www.jstor.org/stable/2978933/
Brigham EF, Houston. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Ed ke-10.
Jakarta (ID): Salemba Empat.
[BEI] Bursa Efek Indonesia. 2015. Annual Report Perusahaan Real Estate 2010-
2014. [Internet]. [diunduh pada 2015 Maret 13]. Tersedia pada:
www.idx.co.id
Ghozali I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Ed ke-3.
Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponogoro.
Hanafi, M Mamduh, Halim A. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta
(ID): UPP STIM YKPN.
Harahap. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuanngan. Jakarta (ID): Raja
Grafindo Persada.
22

[IAI] Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta (ID):
Salemba Empat.
Irmani S. 2007. Analisis Stuktur Kepemilikan dan Rasio Relatif Industri sebagai
Prediktor dalam Model Kesulitan Keuangan [Jurnal Bisnis dan Manajemen
Vol. 1, No. 1].
Jiming, Wei Wei. 2011. An Emperical Study on the Corporate Financial Distress
based on Logistic Model: Evidence from China’s Manufacturing Industry.
The Journal of Banking and Finance [Internet] [diunduh 2016 Januari 15]
Tersedia pada: http;//docslide.us/documents/44jdcta-june-48.html/
Kamaludin, Karina AP. 2011. Prediksi Financial Distress Kasus Industri
Manufaktur Pendekatan Model Regresi [Jurnal]. Palembang (ID): STEI
MDP
Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Ed ke-4. Yogyakarta (ID): Liberty.
Salehi M. 2009. Financial Distress Prediction in Emerging Market Emperical
Evidence from Iran. The Journal of Bussiness Inteligence Vol. 2 No. 2
[Internet] [diunduh 2016 Januari 15]. Tersedia pada:
www.researchgate.net/publication/26844799_Financial_distress_Prediction
_in_Emerging_Market_Emperical_Evidences_from_Iran/.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan dan Kombinasi.
Bandung (ID): Alfabeta
Toto P.2008. 7 Deteksi Cepat Kondisi Laporan Keuangan: Analisis Laporan
Keuangan. Ed ke-1. Jakarta (ID): PPM.
Pasaribu R. 2008. Penggunaan Binary Logit untuk Memprediksi Financial
Distress Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta [Jurnal]. Jakarta
(ID): Perbanas
Platt H, Platt MB. 2002. Predicting Financial Distress [Journal of Economic and
Finance Vol. 21 No. 26 hal. 491-510]
Republika. 2015. Saham Sektor Properti dan Industri Dasar Paling Anjlok
[Internet]. [diunduh 2015 desember 18]. Tersedia pada:
www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/15/08/21/ntf3g7368-sesi-
saham-sektor-properti-dan-industri-dasar-paling-anjlok
Ulber S. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung (ID): PT Rafika Aditama
Vibiznews. 2016. Denyut Sektoral IHSG: Sektor Industri Dasar Pemberat, dan
Saham DPNS Turun Tertinggi [Internet] [diunduh pada 2016 Maret 13].
Tersedia pada: http://vibiznews.com/2016/01/07/denyut-sektoral-ihsg-
sektor-industri-dasar-pemberat-dan-saham-dpns-turun-tertinggi/
Wahyu W, Doddy S. 2009. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kondisi Financial
Distress Perusahaan Otomotif [Jurnal]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas
Maret.
23

LAMPIRAN
24
25

Lampiran 1 Daftar sampel penelitian

No Nama Perusahaan
1 PT Arwana Citramulia, Tbk
2 PT Asahimas Flat Glass, Tbk
3 PT Intikeramik Alamasri Industri, Tbk
4 PT Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk
5 PT Mulia Industrindo, Tbk
6 PT Surya Toto, Tbk
7 PT Sumalindo Lestari Jaya, Tbk
8 PT Tirta Mahakam Resources, Tbk
9 PT Charoen Pokphand, Tbk
10 PT Japfa Comfeed, Tbk
11 PT Malindo Feedmill, Tbk
12 PT Sierad Produce, Tbk
13 PT Holcim Indonesia, Tbk
14 PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
15 PT Semen Indonesia, Tbk
16 PT Alkindo Naratama, Tbk
17 PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia, Tbk
18 PT Fajar Surya Wisesa, Tbk
19 PT Suparma, Tbk
20 PT Aneka Kemasindo Utama, Tbk
21 PT Argha Karya Prima Industri, Tbk
22 PT Asiaplast Industries, Tbk
23 PT Berlina, Tbk
24 PT Champion Pacific Indonesia, Tbk
25 PT Sekawan Intipratama, Tbk
26 PT Siwani Makmur, Tbk
27 PT Trias Sentosa Tbk
28 PT Yanaprima Hastapersada Tbk
29 PT Budi Acid Jaya, Tbk
30 PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk
31 PT Duta Pertiwi Nusantara, Tbk
32 PT Ekadharma International, Tbk
33 PT Etereindo Wahanatama, Tbk
34 PT Indo Acidatama, Tbk
35 PT Intanwijaya International, Tbk
36 PT Alakasa Industrindo, Tbk
37 PT Alumindo Light Metal Industry Tbk
26

Lanjutan lampiran 1
No Nama Perusahaan
38 PT Beton Jaya Manunggal, Tbk
39 PT Gunawan Dianjaya Stell, Tbk
40 PT Indal Aluminium Industry, Tbk
41 PT Jakarta Kyoei Stell Works, Tbk
42 PT Jayapari Stell, Tbk
43 PT Lionmesh Prima, Tbk
44 PT Pelangi Indah, Tbk
27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 13 Maret 1992 dari keluarga
Bapak Dadang Iskandar dan Ibu Rinchie Rusmi. Penulis adalah anak tunggal dari
keluarga Bapak Dadang Iskandar. Tahun 2004 penulis menyelesaikan Sekolah
Dasar di SDN Cipinang Cempedak 04 pagi dan tahun 2007 menyelesaikan
pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMPN 62 Jakarta. Pada
tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA)
di SMAN 31 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis di terima di Institut
Pertanian Bogor (IPB) pada program keahlian Akuntansi melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan jenjang
Sarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen.
Sejak di bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi, penulis aktif
dalam berbagai organisasi. Adapun organisasi terakhir yang diikuti penulis adalah
Executive of Management (EXOM) sebagai Manajer Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai