Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PLAMBING

IL-3202

Oleh:

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2018
BAB I

1.1 Pendahuluan

Sistem instalasi air tidak akan pernah terlepas dari sistem bangunan. Maka,
dibutuhkan pekerjaan yang dapat menyalurkan air dengan baik karena kebutuhan air
manusia tidak akan efektif jika tidak menggunakan sistem instalasi air, oleh karena itu
diperlukan suatu ilmu yang mempelajari tentang sistem instalasi air. Media penyalur air
biasa disebut pipa, pada praktiknya di lapangan sistem instalasi air dititikberatkan pada
pemasangan pipa pada bangunan yang akan dipasang sistem intalasi air tersebut. Ilmu yang
mempelajari sistem instalasi ini disebut Plambing. Plambing tidak hanya mempelajari sistem
instalasi air, namun dapat berupa sistem instalasi udara, gas dan lainnya.
Pada lapoaran plambing kali ini lebih dititikberatkan pada sistem instalasi air. Pada
sistem instalasi air ini terbagi menjadi dua yaitu sistem instalasi air bersih dan sistem instalasi
air kotor dan yang menjadi topik bahasan ini adalah instalai air bersih.Perencanaan sistem
plambing dalam suatu gedung, guna memenuhi kebutuhan air bersih sesuai jumlah penghuni
dan penyaluran air kotor secara efisien dan efektif, sehingga tidak terjadi kerancuan dan
pencemaran yang senantiasa terjadi karena saluran mengalami gangguan perpipaan, mulai dari
rumah sederhana sampai gedung bertingkat.

1.2 Maksud Dan Tujuan

Tujuan disusunnya laporan ini adalah membuat perencanaan sistem plambing penyediaan air
bersih didalam sebuah bangunan gedung yang meliputi hal-hal berikut:

a) Mengetahui spesifikasi jenis air bersih dan air minum, standar penggunaan dan
penyesuaian terhadap pemenuhan kebutuhan penghuni bangunan
b) Merancang secara rinci sistem plambing air bersih yang terdiri dari:
● sistem perpipaan air bersih
● perhitungan kebutuhan sistem penyediaan sistem air bersih serta kebutuhan alat saniter
dalam gedung tersebut
● Gambar detail jalur sistem plambing air bersih

1.3 Ruang Lingkup

Penulisan pada Laporan Plambing ini dibatasi oleh hal-hal berikut:


1. Pada laporan ini permasalahan yang harus diselesaikan berdasar pada informasi yang di dapat
dari asisten yautu mengenai kondisi eksisting gedung, jumlah penguni, dan kebutuhan air.
2. Pengerjaan mengenai jalur perpipaan yang ada di dalam gedung dilakukan dengan menggunakan
microsof excel.
3. Hasil perhitungan yang didapatkanmengenai fisik pipa merupakan ukuran dari jalur perpipaan
yang akan dibangun di dalam gedung tersebut.
1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan untuk emnulis Laporan Plambing ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini hal-hal yang dibahas adalah mengenai pendahuluan/ latar belakang, maksud dan tujuan,
ruang lingkup, serta sistematika penulisan yang dibuat pada penulisan laporan ini.

BAB II TUJUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang tinjauan pustaka mengenai perancangan sistem plambing yang ada di
seuatu gedung.

BAB III DASAR PERENCANAAN

Bab ini membahas mengenai dasar - dasar yang digunakan untuk melakukan perencanaan mengenai
plambing yang berada pada suatu gedung dengan kriteria- kriteria yang telah ditentukan.

BAB IV PERHITUNGAN

Pada bab ini akan dibahas lebih rinci perhitungan yang dilakukan meliputi desain reservoir bawah
hingga atas, diameter pipa keseluruhan, asesoris pipa, dan desain pipa.

Bab II
Tinjauan Pustaka

Plambing merupakan salah satu kegiatan pelaksanaan suatu konstruksi yang biasanya masuk
pada bagian Mechanical and Electrical, sedangkan pengertian dari plambing itu sendiri adalah suatu
kegiatan pemipaan baik itu air bersih, air panas, air kotor, gas, AC, dan lainnya.
Fungsi dari peralatan plambing adalah untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang
dikehendaki dengan tekanan yang cukup yang dilaksanakan oleh sistem penyediaan air bersih dan
membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya yang
dilaksanakan oleh sistem pembuangan.
Tujuan utama sistem penyediaan air adalah untuk menyediakan air yang cukup berlebihan. Tetapi
ada pembatasan pada jumlah air yang dapat diperoleh karena pertimbangan penghematan energi dan
adanya keterbatasan sumber air. Terlebih lagi akhir-akhir ini dikehendaki membuang air buangan dan air
kotor langsung ke dalam saluran pembuangan.
Bahan dalam air buangan menjadi makin beraneka ragam jenisnya dan rumit kualitasnya,
sebagai akibat perubahan menu makanan manusia kemajuan teknologi, industri, dan sebagainya.
Walaupun demikian kebutuhan akan penyediaan air minum yang murni dan sistem pembuangan air yang
lengkap dan tidak berubah dan tentu saja tidak diharapkan akan berubah dalam banyak masa dekat ini.
Meskipun sistem plambing adalah sarana yang sangat penting dan dikenal banyak orang, tetapi bukannya
tidak mungkin untuk merancang atau melaksanakan tanpa menggunakan bantuan komputer.
BAB III
Dasar Perencanaan

Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan
gedung. Oleh karena itu maka perencanaan sistem plambing harus dilakukan
bersamaan dan sesuai dengan tahapan perencanaan gedung, dengan memperhatikan
dengan seksama hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung dan peralatan
lainnya.

3.1 Dasar Perencanaan Umum

3.1.1 Rancangan Konsep


Dasar utama dalam menyiapkan rancangan konsep dari sistem plambing adalah
meliputi:

● Rencana Jenis dan penggunaan gedung


● Rancangan denah bangunan
● Rencana jumlah penghuni
● Sarana perkotaan (air minum, air limbah, drainase, dll)
● Peraturan Perundangan
● Standar yang berlaku
● dll

3.1.2 Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan merupakan bagian dari pekerjaan perencanaan sistem


plambing. Penelitian lapanagan ini mencakup kajian rencana lokasi bangunan,
situasi, serta diskusi dan masukan dengan instansi pemerintah yang berwenang,
instansi lain yang terkait, aparat daerah setempat, menyangkut juga kajian
terhadap hak penggunaan air, pembuangan limbah, dll.

Penelitian lapangan ini perlu dilakukan dalam pembuatan rancangan konsep


untuk menghindari kesulitan dalam perancangan dan juga hambatan dalam
pelaksanaan pemasangan sistem plambing.

3.1.3 Rencana Dasar

Pada perancangan perlu disiapkan dasar-dasar yang umum digunakan dalam


perancanaan, dengan menggunakan konsep serta data dari penelitian lapangan,
seperti antara lain:
a) Diskusi dengan pemilik dan atau perancang gedung
b) Penyesuaian dengan persyaratan gedung dan peralatan lainnya
Setelah menetapkan dasar-dasar perancangan maka dapat ditentukan jenis dan
sarana sistem plambing yang akan dirancang.

3.1.4 Rancangan Pendahuluan

Berdasarkan rencana dasar yang telah disiapkan maka kapasitas sistem dan
peralatan sistem plambing yang direncanakan dapat disusun dengan
menggunakan gambar-gambar pendahuluan dari denah bangunan.

3.1.5 Rancangan Pelaksanaan

Setelah Rancangan Pendahuluan dibuat dan disetujui oleh pemilik atau perancang
gedung, maka selanjutnya dapat disiapkan rancangan detail dari sistem plambing
yang direncanakan.
Rancangan detail dari sistem plambing mencakup:
Memo Disain : yang memuat perhitungan disain
Gambar Disain : yang memuat gambar-gambar disain
Spesifikasi Teknis : yang memuat spesifikasi dari peralatan dan
Bahan yang digunakan pada sistem plambing
yangdirencanakan
Perkiraan Biaya : yang memuat perkiraan biaya pembangunan
darisistem plambing yang direncanakan.

3.2 Peraturan Perundang-Undangan dan Standar

Di Indonesia, sampai saat ini belum ada Peraturan Perundangan yang mengatur
mengenai masalah perencanaan, pembangunan ataupun pemeliharaan dari suatu
sistem plambing. Meskipun demikian, walaupun belum disahkan sebagai suatu
peraturan yang diundangkan, hendaknya digunakan buku “Pedoman Plambing
Indonesia” yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum”, serta Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berkaitan dengan
sistem plambing.

Apabila ada hal-hal yang belum diatur dalam pedoman tersebut, maka selama tidak
bertentangan dengan peraturan yang berlaku, dapat pula digunakan standar-standar
yang berlaku secara internasional.

3.3 Dasar Perencanaan Alat Plambing dan Sistem Plambing

3.3.1 Alat Plambing


Alat plambing adalah semua peralatan yang dipasang di dalam maupun di luar
gedung, yang berfungsi untuk menyediakan air panas atau air dingin serta
menyalurkan (mengeluarkan) air buangan.

Peralatan Plambing yang umum digunakan meliputi antara lain:

a. Peralatan Saniter:
● Kloset (kakus)
● Urinal (peturasan)
● Bak Mandi Rendam
● Wastafel
● Tempat Cuci Piring (Sink)
● Janitor
b. Fiting Saniter :
o Keran Air
o Katup Gelontor, berupa: Katup Gelontor Kloset, Katup Gelontor Urinal
o Tangki Gelontor, berupa: Tangki Gelontor Kloset, Tangki Gelontor
Urinal
o Perangkap (Trap)
o Pancuran Mandi
o Pancuran Minum
c. Peralatan Lain:
❖ Peralatan Pemadaman Kebakaran
❖ Peralatan Pemanas Air
d. Perlengkapan Sistem Plambing:
▪ Reservoir (tangki air) dan peralatannya
▪ Pompa dan peralatannya
▪ Lain-lain

3.3.2 Sistem Perpompaan

Sistem Perpompaan merupakan sistem yang dilengkapi dengan perlatan


mekanik yang berfungsi untuk meningkatkan “head” agar air dapat mengalir
sesuai dengan yang direncanakan, yang biasanya dari tempat yang lebih
rendah menuju tempat yang lebih tinggi

Sistem perpompaan ini digunakan pada sistem plambing antara lain pada
sistem sarana:

▪ Sistem penyediaan air


▪ Sistem pengelolaan air buangan
▪ Sistem penyaluran air hujan
▪ Sistem pemadaman kebakaran
▪ Dll

3.3.3 Persyaratan Sistem Plambing

3.3.3.1 Persyaratan Umum

Alat-alat plambing yang dipasang sebaiknya memenuhi persyaratan standar


yang diacu dan standar produk lain yang terkait di luar acuan normatif. Alat
plambing yang memenuhi persyaratan standar melalui pengujian oleh
laboratorium uji terakreditasi dapat memperoleh sertifikasi SNI untuk alat
plambing tersebut.

1) Petunjuk Teknis dari Pabrik


Pelaksana harus menaati segala petunjuk dari pabrik, antara lain mengenai
pengangkutan, pemasangan, pemeliharaan, dan cara penggunaan barang
yang dibuatnya.
2) Buangan yang Mengganggu
Dilarang membuang air limbah yang dapat menyumbat pipa pembuangan
dan membahayakan sistem pembuangan.
3) Penandaan Pipa
Pemasangan sistem penyediaan air minum dan non air minum dalam
gedung harus diberi tanda dengan jelas dan dapat diidentifikasi.
Setiap sistem harus diberi tulisan dan tanda arah aliran pada pipa dengan
cat berwarna sesuai dengan Tabel 1.
▪ Pipa air minum harus diberi tulisan “air minum” berlatar hijau
dengan tulisan huruf besar.
▪ Pipa air limbah harus diberi tulisan “air limbah” berlatar kuning
dengan tulisan huruf besar.
▪ Pipa air hujan harus ditandai dengan kata-kata “air hujan” dalam
huruf besar.
▪ Pipa air daur ulang harus diberi tulisan “air daur ulang” dengan
huruf besar.

Gambar 1.1.4.1. Penanda Pipa


(Sumber: https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.co.id/2013/10/label-tanda-dan-kode-warna-
perpipaan.html)
Tabel 1.1.4.1. Ukuran minimum Panjang, Latar Warna dan Huruf

Diameter luar Minimum Minimum


pipa atau panjang ukuran
penutup warna latar di huruf
(inchi) lapangan (inchi) (inchi)
½-¼ 8 ½
1½ - 2 8 ¾
2½ - 6 1 1¼
2
8 - 10 2 2½
4
>10 3 3½
2
Sumber : SNI Sistem Plambing pada Bangunan Gedung, 2015

3.3.3.2 Persyaratan Teknis Alat Plambing


1) Kloset
Kloset duduk atau jongkok yang menggunakan tangki gelontor atau tidak,
dengan kapasitas gelontor tidak melebihi 6 Liter untuk buang air besar, dan
4 Liter untuk air kecil. Kloset memiliki jenis yang berbeda sesuai dengan
kebutuhannya. Berikut jenis kloset, yaitu:
a. Kloset umum
Kloset yang diperuntukkan bagi semua orang yang dalam kondisi
normal, dengan ukuran dan spesifikasi tertentu untuk manusia normal
secara fisik.
b. Kloset anak-anak
Kloset yang diperuntukkan bagi anak-anak, dengan ukuran anak dan
spesifikasi tertentu.
c. Kloset difabel
Kloset yang diperuntukkan bagi orang yang mempunyai kebutuhan
khusus, dengan spesifikasi dan ukuran tertentu.
d. Kloset duduk dan jongkok
Kloset yang digunakan untuk keperluan umum sesuai kebiasaan dan
standar yang berlaku.
Gambar 1.1.4.2. Kloset Duduk
(Sumber: Pendahuluan Plambing, James N, 2018)

Menggunakan Pipa Gelentor


Tanpa Pipa
Gelontor

Gambar 1.1.4.3. Kloset Jongkok


(Sumber: Pendahuluan Plambing, James N, 2018)

2) Bidet
Penerapan bidet harus sesuai dengan standar berlaku. Pasokan air untuk
bidet harus dilindungi oleh perangkap udara atau sesuai ketentuan yang
berlaku.
3) Urinal
Urinal harus memiliki pemakaian air pembilas rata-rata tidak melebihi 4
Liter. Yang perlu diperhatikan tentang urinal:
a. Jenis urinal palung harus memenuhi persyaratan penggelontoran;
b. Jenis urinal yang diterapkan harus dilengkapi dengan pancuran air;
c. Dinding dan lantai urinal
Dinding dan lantai yang berdekatan dengan urinal harus dari bahan
yang tahan karat dan rapat air sekurang-kurangnya sepanjang 30
cm di depan bibir urinal, 30 cm dari kedua tepinya dan 120 cm
diatas lantai. Dinding depan urinal dengan tinggi sekitar 20 cm
untuk menghindari percikan air;
d. Urinal yang dilarang
Urinal yang menyambung dan urinal dengan perapat tidak terlihat.

Gambar 1.1.4.4. Urinal


(Sumber: Pendahuluan Plambing, James N, 2018)

4) Penggelontor
Alat penggelontor harus dipasang pada setiap kloset dan urinal sehingga
dapat memberikan kapasitas dan kecepatan air yang cukup untuk
menggelontor kloset dan urinal dengan sempurna.
a. Tangki Penggelontor
Tangki penggelontor harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
▪ Tangki penggelontor harus dilengkapi dengan katup yang
dibenarkan. Katup yang berhubungan dengan air dalam tangki
penggelontor harus dilengkapi dengan alat pemecah hampa
yang ditempatkan pada ketinggian sekurang-kurangnya 0,50
cm di atas taraf peluap tangki;
▪ Lubang pengeluaran katup yang tidak mengenai air dalam
tangki harus ditempatkan pada ketinggian sekurang-kurangnya
0,50 cm di atas taraf peluap tangki, sebagai pengganti
keperluan ini dapat juga dipasang pemecah hampa seperti
ketentuan di atas.
b. Tangki Penggelontor Terpisah
Sebuah alat penggelontor dapat digunakan untuk menggelontor
lebih dari satu urinal dengan syarat bahwa alat penggelontor
tersebut harus bekerja secara otomatis dan mempunyai kapasitas
yang cukup untuk menyediakan air yang dibutuhkan guna
penggelontoran dan pembersih urinal secara sempurna pada saat
yang bersamaan.
c. Pipa Penggelontor dan Penyambungan
Pipa penggelontor dan penyambungan yang menghubungkan
tangki penggelontor dengan kloset atau urinal harus mempunyai
ukuran yang tepat dan dapat menggelontor dengan sempurna.
d. Katup Bola
● Apabila jaringan air minum dihubungkan langsung dengan
tangki penggelontor melalui sebuah katup bola, maka katup
bola tersebut harus dipasang sesuai dengan ketentuan pada
tangki penggelontor;
● Katup bola di dalam tangki penggelontor harus dapat
bekerja secara otomatis, mengisi tangki setelah
penggelontoran dan menutup secara sempurna jika tangki
telah penuh;
● Katup pada tangki penggelontor rendah, harus dapat
menyalurkan air langsung ke perangkap pada waktu tangki
penggelontor terisi kembali.
e. Katup Penggelontor pada Tangki
● Katup penggelontor pada tangki harus bekerja secara
manual, kecuali alat lainnya dalam tangki penggelontor
bekerja secara otomatis;
● Dudukan katup penggelontor dalam tangki harus sekurang-
kurangnya 2,5 cm di atas bibir kloset, kecuali pada kloset
jenis tangki penggelontor dan kloset gabungan yang
dibenarkan dan dibuat sedemikian rupa, sehingga apabila
kloset tersumbat pada waktu penggelontoran, maka katup
penggelontor tertutup rapat untuk mencegah air mengalir
terus menerus sampai meluap;
● Peluap dalam tangki. Tangki penggelontor harus dilengkapi
dengan peluap yang sesuai, sehingga pada saat pengaliran
yang maksimum air di dalam tangki tidak meluap. Peluapan
dari tangki harus dialirkan ke dalam kloset atau sampai
meluap.
5) Bak Cuci Tangan
a. Lubang pembuangan
Bak cuci tangan harus mempunyai lubang pembuangan air dan
berukuran sekurang-kurangnya 32 mm.

b. Penempatan bak cuci tangan majemuk


Penempatan bak cuci tangan majemuk seperti bak cuci bulat atau
pencucian yang disusun menerus dalam ruangan harus disesuaikan
dengan penempatan bak cuci tunggal. Dengan ketentuan jarak antar
tepi bak cuci adalah 45 cm dan jarak antar as pipa pembuangan
maksimum 75 cm.

Gambar 1.1.4.5. Bak Cuci Tangan Majemuk


6) Bak mandi

Bak mandi harus dilengkapi dengan peluap dan lubang pembuangan


berukuran sekurangkurangnya 40 mm dan harus dilengkapi dengan
penyumbat yang sesuai.

7) Shower
a. Dulang

Dulang harus berlantaikan rapat air dari bahan yang tahan lama,
kecuali dulang yang dipasang langsung di atas tanah atau yang
mempunyai penampung logam berenamel rapat air atau ekuivalen
dan dibenarkan. Dulang tersebut harus mempunyai bibir yang
melengkung ke atas pada keempat sisinya setinggi 5 cm di atas
lantai; lubang pembuangnya harus disambungkan dengan baik dan
rapat air pada pipa pembuangan.

Gambar 1.1.4.6.Dulang
(Sumber: Pendahuluan Plambing, James N, 2018)
b. Ukuran ruang shower

Ruang shower tunggal harus mempunyai luas lantai sekurang-


kurangnya 1 m2, bentuk persegi panjang atau segitiga, dan harus
mempunyai sisi sekurang-kurangnya 1 m.

c. Lubang pembuangan

Lubang pembuangan untuk ruang shower harus mempunyai


saringan yang dapat dibuka dan sekurang-kurangnya harus
berdiameter 50 mm kecuali untuk bak mandi yang merupakan
penampung air dari shower pada pemakaian darurat yang tidak
memerlukan saluran pembuangan.

Gambar 1.1.4.7.Lubang Pembuangan Shower


(Sumber: Pendahuluan Plambing, James N, 2018)

d. Floor drain ruang shower untuk umum dan bangunan lembaga

Tiap lantai ruang shower untuk umum dan hunian lembaga harus
dikeringkan masing-masing sedemikian rupa, sehingga air dari satu
ruang shower tidak mengalir melalui ruangan shower lainnya.

e. Penampung di atas tanah

Ruang shower yang langsung terpasang di atas tanah harus


mempunyai lantai yang halus dari bahan tahan karat, tidak
menyerap air, rapat air, dan harus disambungkan dengan baik serta
rapat air pada pipa pembuangan.

f. Konstruksi dinding
Ruang shower harus mempunyai dinding yang halus dari bahan
yang tahan karat, tidak menyerap air dan rapat air, dengan
ketinggian sekurang-kurangnya 1,80 m di atas lantai.

g. Konstruksi dinding di atas bak mandi tertanam

Bak mandi tertanam yang dilengkapi dengan shower harus


mempunyai hubungan yang rapat air antara bak dengan dindingnya,
dinding tersebut harus dibuat dari konstruksi yang halus, tahan
karat dan tidak menyerap air.

h. Konstruksi lantai

Lantai ruang shower harus halus, tidak licin, rapat air dengan
ketinggian sekurangkurangnya 5 cm di atas lantai berkonstruksi
baik dan aman.

8) Bak cuci pakaian

Lubang pembuangan bak cuci pakaian harus dilengkapi dengan saluran


pembuangan berdiameter sekurang-kurangnya 40 mm dan sumbat yang
sesuai.

9) Bak cuci piring


a. Lubang pembuangan

Bak cuci piring harus dilengkapi dengan saluran pembuangan air


kotor dengan diameter sekurang-kurangnya 40 mm.

b. Syarat penggunaan unit penggerus sisa makanan

Unit penggerus sisa makanan tidak boleh dipasang sebagai bagian


dari sistem plambing, kecuali bila khusus dibenarkan.
c. Lubang pembuangan untuk penggerus sisa makanan

Bak cuci piring yang dilengkapi dengan penggerus sisa makanan


harus mempunyai lubang berdiameter sekurang-kurangnya 90 mm.

Gambar 1.1.4.8.Lubang Pembuangan Penggerus Sisa Makanan


(Sumber: Pendahuluan Plambing, James N, 2018)

d. Pengatur air untuk penggerus sisa makanan

Unit penggerus sisa makanan yang dipasang pada bak cuci piring
harus dilengkapi dengan pengatur otomatis atau manual, sehingga
unit tersebut hanya dapat bekerja apabila air mengalir.

10) Pancuran air minum dan alat plambing ekuivalen


a. Perencanaan dan konstruksi pancuran air minum

Penggunaan pancuran air minum untuk keperluan umum harus


memenuhi persyaratan yang berlaku.

b. Taraf lubang pancuran

Lubang pancuran air minum harus ditempatkan sedemikian rupa,


sehingga tepi bawah lubang pancuran berada pada taraf tidak
kurang dari 20 mm di atas bibir taraf banjir penampungan.

c. Alat plambing ekuivalen

Ruang berguna pancuran air minum berlubang - pancuran lebih dari


satu harus ekuivalen dengan jumlah ruang berguna pancuran air
minum tunggal yang dipasang menerus dengan jumlah lubang
pancuran yang sama.

11) Mesin cuci piring dan perlengkapannya


a. Mesin cuci piring untuk rumah tangga

Mesin cuci piring yang mengalirkan pembuangan dengan gravitasi


dan dihubungkan langsung pada sistem pembuangan harus
dilengkapi dengan perangkap terpisah.

Mesin cuci piring yang dilengkapi dengan pompa pengering dapat


menyalurkan pembuangan ke dalam pipa pembuangan bak cuci
dapur yang berdekatan melalui cabang Y yang dipasang sebelum
perangkap sedemikian rupa, sehingga bagian tertinggi dari pipa
pembuangan mesin cuci piring tersebut sekurang-kurangnya sama
tingginya dengan bibir bak cuci piring.

b. Air panas untuk mesin cuci piring komersial dan perlengkapannya

Air panas untuk mesin cuci piring komersial harus bertemperatur


60oC - 70oC untuk pencucian dan 80oC - 90oC untuk sterilisasi.

Gambar 1.1.4.9.Letak Mesin Cuci Piring terhadap Bak Cuci Dapur


3.4 SISTEM PLAMBING

3.4.1 Pengertian
Plumbing adalah kosa kata dari Bahasa Inggris, dan orang Indonesia biasa
menyebutnya sebagai Plambing. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
artinya adalah : Pipa ledeng atau jenis pekerjaan penyambungan dan pemasangan
pipa air ledeng.

Jadi plumbing / plambing adalah semua pekerjaan yang berhubungan dengan


pelaksanaan, pemeliharaan, perawatan instalasi air, baik di perumahan maupun di
gedung.

3.4.2 Alat Plambing


Alat plambing adalah semua peralatan yang dipasang di dalam maupun di luar
gedung, yang berfungsi untuk menyediakan air panas atau air dingin serta
menyalurkan (mengeluarkan) air buangan.

Peralatan Plambing yang umum digunakan meliputi antara lain :

A. Peralatan Saniter :

● Kloset(kakus)

● Urinal (peturasan),

● Lain-lain :

o Bak Mandi Rendam

o Wastafel

o Tempat Cuci Piring (Sink)

o Janitor

o Dll

B. Fiting Saniter :

● Keran Air

● Katup Gelontor : Katup Gelontor Kloset, Katup Gelontor Urinal

● Tangki Gelontor : Tangki Gelontor Kloset, Tangki Gelontor Urinal


● Perangkap

● Lain-lain :

o Pancuran Mandi

o Pancuran Minum

C. Peralatan Lain:

● Peralatan Pemadaman Kebakaran

● Peralatan Pemanas Air

D. Perlengkapan Sistem Plambing:

● Reservoir (tangki air) dan peralatannya

● Pompa dan peralatannya

● Lain-lain

3.4.3 Jenis Plambing


Pembagian plumbing gedung dan perumahan sedikit berbeda, perbedaannya
adalah di gedung lebih lengkap dan biasanya ada peralatan pengolahan dll.

Pembagian plumbing antara lain adalah :

A. Instalasi plumbing untuk air bersih,

Instalasi ini berfungsi untuk menyalurkan media air yang bersih / layak pakai,
misalkan untuk kebutuhan memasak, mandi, cuci pakaian dan lain – lain.
Instalasi air bersih di gedung dibagi menjadi :

a. Instalasi Suplai Air bersih


Cara kerja bagian instalasi suplai air bersih adalah :
● Proses dan cara kerja suplai air bersih dimulai dari tangki bawah (ground
tank),
● Pompa transfer menghisap air dari tangki bawah dan menyalurkan melalui
pipa transfer menuju tangki atas (roof tank).
● Pada sistem otomatis, pompa akan terus menyala hingga tangki atas penuh,
untuk mengetahui bahwa air di tangki atas penuh adalah dengan memasang
levelswitch, radar air atau bisa menggunakan WLC (Water level Control).
● Sistem otomatis mengatur :

o Pompa akan menyala jika air turun hingga di bawah setingan pembaca
ketinggian air,
o Pompa akan mati jika air naik hingga batas setingan pembaca ketinggian
air.

Beberapa sistem mungkin lebih modern, dan akan dibahas di artikel lainnya.
Untuk gedung tingkat tinggi (banyak) perlu penambahan pompa booster pada
beberapa lantai agar tekanan sampai hingga ke roof tank, hal ini tergantung
kepada ketinggian roof tank dan kekuatan pompa transfer yang dipakai.

b. Instalasi Distribusi Air Bersih

Instalasi distribusi dimulai dari tangki atas (roof tank), disalurkan dengan pipa
vertikal, pada gedung yang tinggi perlu penambahan PRV (valve pengatur
tekanan, Pressure Relief Valve) ini berfungsi untuk mengurangi tekanan
karena perbedaan pengaruh gaya gravitasi bumi pada tiap lantainya. Dan
menyesuaikan tekanan untuk pemakaian. Arah aliran instalasi ini adalah ke
titik – titik pemakaian di gedung.

B. Instalasi plumbing untuk air bekas,

Instalasi air bekas adalah instalasi plumbing yang menyalurkan air bekas dari
pemakaian, misalkan dari : wastafel, air mandi, dan lain – lain. (perhatikan
perbedaan air bekas dan air kotor).

Arah aliran air bekas ini tergantung perencanaan, yaitu bisa diproses dulu demi
kelayakan buang ke saluran kota, atau langsung dibuang. Beberapa gedung
memisahkan antara instalasi pemakaian umum dengan pemakaian khusus,
misalnya air bekas dari dapur restaurant dan lian – lain. Yang banyak
mengandung minyak dan bekas masakan.
Pemakaian water trap mungkin solusi lainnya.

C. Instalasi plumbing untuk air kotor,

Untuk air yang dibuang dari closet, urinoir, dan pemakaian khusus seperti
minyak bekas dari dapur restaurant yang memerlukan penanganan khusus masuk
pada instalasi air kotor.

Arah aliran air kotor sesuai peraturan harus ke unit proses pengolahan agar layak
dibuang ke saluran kota. Penggunaan STP untuk gedung dengan kapasitas
pembuangan air kotor yang tinggi sangat diperlukan. Sementara untuk perumahan
cukup menggunakan septiktank.

D. Instalasi plumbing untuk vent,

Instalasi ini yang kurang dipahami oleh banyak orang, secara fungsi, instalasi ini
berguna untuk mengisi udara pada instalasi air kotor dan air bekas.

Kenapa buangan air kotor dan air bekas tidak lancar? Salah satu penyebabnya
adalah tidak ada instalasi pipa vent, selain karena masalah yang lain. Pada saat
terjadi pembuangan air kotor atau air bekas ke instalasi pipa air kotor dan air
bekas, terjadi gaya tarik dari bumi (gravitasi), ada beberapa titik pada instalasi air
kotor yang menyebabkan terjadi vakum, hal ini biasanya ber-efek misalkan pada
closet atau urinoir mengeluarkan gelembung yang sebenarnya bukan
mengeluarkan, justru membutuhkan udara untuk mengisi ruang vakum tersebut.
Kotoran dan lain-lain di dalam pipa air kotor akan tertahan karenanya.

Penambahan instalasi pipa vent akan mengatasi hal itu yaitu memasukkan udara
bebas ke ruang vakum dan air kotor / bekas akan secara bebas mengikuti gaya
gravitasi bumi.

Air vent harus selalu pada posisi atas untuk menghindari masuknya air ke dalam
pipa vent. Untuk gedung bertingkat pipa vent mengambil udara dari atap tertinggi
gedung.
3.5 SISTEM PERPIPAAN AIR MINUM
Plambing atau sistem perpipaan air minum harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air minum.
Perencanaan plambing air minum harus dibuat secara cermat, terutama untuk
menghindari terjadinya cross conection, yaitu bercampurnya air bersih dengan air
buangan sehingga air tidak memenuhi syarat sebagai air minum. Hal itu dapat terjadi
misalnya karena ada kesalahan dalam pemasangan pipa, dsb.

Hal yang penting yang perlu dipertimbangkan dalam konsep plambing air minum
adalah:

1. Jumlah lantai bangunan.


2. Tekanan yang tersedia.
3. Besar aliran yang dapat diperoleh

1.3.1 Pencegahan Pencemaran Air


Pencegahan pencemaran air lebih ditekankan pada sistem penyediaan air dan
ini adalah faktor terpenting ditinjau dari segi kesehatan. Hal-hal yang dapat
menyebabkan pencemaran air antara lain, masuknya kotoran, binatang-
binatang kecil ke dalam tangki, terjadinya karat dan rusaknya bahan tangki dan
pipa, terhubungnya pipa air bersih dengan pipa lainnya, tercampurnya air
minum dengan air dari jenis kualitas lainnya (kualitas yang lebih rendah).
Aliran balik (back flow) air dari jenis kualitas lainnya ke dalam air buangan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran air
bersih adalah:

1. Larangan hubungan pintas, yaitu hubungan secara langsung antara 2 sistem


pipa yang berbeda, 1 sistem pipa untuk air minum dan sistem lainnya untuk
pipa yang mana kualitas airnya tidak sama, sehingga air akan dapat
mengalir dari satu pipa ke pipa lainnya.
2. Pencegahan aliran balik (back flow) dapat dilakukan dengan berbagai cara:
a. Menyediakan celah udara, adalah ruang bebas berisi udara bebas,
antara bagian terendah dari lubang pipa atau keran yang akan mengisi
air ke dalam tangki atau peralatan plambing lainnya, dengan muka air
meluap melalui bibir tangki atau peralatan plambing tersebut.
b. Memasang pemecah vakum, terdiri dari dua jenis:
● Pemecah vakum tekanan-atmosfir, dipasang pada alat-alat yang
mengalami tekanan hanya apabila ada aliran air.
● Pemecah vakum tekanan-positif, dipasang pada sisi
yang bertekanan air terus-menerus.

1.3.2 Sistem Penyediaan Air


1. Sistem sambungan langsung

Pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama


sistem penyediaan air minum (PDAM).

2. Sistem tangki atap

Air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai
terendah bangunan atau di bawah muka tanah), kemudian dipompakan ke
suatu tangki atas (biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi
bangunan.

Gambar 1.3.2.1. Sistem Tangki Atap


(Sumber: Sistem Air Minum Plambing, James N, 2018)
Sistem tangki atap ini diterapkan seringkali karena alasan-alasan berikut:
b) Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat
plambing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah
akibat perubahan muka air dalam tangki atap.
c) Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara
otomatik dengan cara yang sangat sederahana sehingga kecil sekali
kemungkinan timbulnya kesulitan.
d) Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan
misalnya, tangki tekan.

3. Sistem tangki tekan

Air ditampung pada tangki bawah kemudian dipompakan ke dalam suatu bejana
(tangki) tertutup sehingga udara didalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut
kemudian dialirkan ke seluruh bangunan. Pompa bekerja secara otomatis
berdasarkan detektor tekanan.

Gambar 1.3.2.2. Sistem Tangki Tekan


(Sumber: Sistem Air Minum Plambing, James N, 2018)
Kelebihan-kelebihan sistem tangki tekan antara lain:
a. Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu menyolok
dibanding dengan tangki atap
b. Mudah perawatannya karena dipasang dalam ruang mesin bersama pompa-
pompa lainnya
c. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di
atas menara.

Kekurangan-kekurangannya:
a. Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1.0 kg/cm² sangat besar dibandingkan
dengan sistem tangki atap yang hampir tidak ada fluktuasi tekanannya.
b. Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa hari
sekali harus ditambahkan udara kempa dengan kompresor atau dengan
menguras seluruh air dari dalam tangki tekan.
c. Sistem tangki tekan dapat dianggap sebagai suatu sistem pengaturan otomatis
pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan air seperti
tangki atap.
d. Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relatif sedikit,
maka pompa akan lebih sering bekerja dan hal ini dapat menyebabkan
keausan pada saklar pompa lebih cepat.

4. Sistem tanpa tangki

Pada sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki atas
ataupun tangki tekan, air dari sistem penyediaan air minum (PDAM) langsung
dipompakan menuju seluruh bangunan. Sistem ini dilarang di Indonesia.

1.3.3 Sistem Pengaliran Air


Sistem perpipaan air minum dalam gedung (plambing) :

1. Pengaliran ke atas

Pipa utama dipasang dari tangki atas ke bawah sampai langit-langit lantai
terbawah dari gedung kemudian mendatar dan bercabang-cabang tegak ke atas
untuk melayani lantai-lantai diatasnya.
Gambar 1.3.3.1. Sistem Pengaliran ke atas
(Sumber: Sistem Air Minum Plambing, James N, 2018)

2. Pengaliran ke bawah

Pipa utama dari tangki atas dipasang mendatar dalam langit-langit lantai teratas
dari gedung dan dari pipa mendatar ini dibuat cabang-cabang tegak ke bawah
untuk melayani lantai-lantai dibawahnya.

Gambar 1.3.3.2. Sistem Pengaliran ke bawah


(Sumber: Sistem Air Minum Plambing, James N, 2018)
1.4 PERANCANGAN SISTEM AIR MINUM

Penentuan dimensi dari sarana plambing air sangat tergantung dari jenis kegunaan
gedung yang direncanakan. Oleh karena itu maka harus ditentukan atau diketahui
jenis gedung yang direncanakan, seperti misalnya : Perkantoran, Pertokoan, Hotel,
Sekolah, Apartemen, Rumah Sakit dll.

1.4.1 Penentuan Kebutuhan Air

1.4.1.1 Kebutuhan Air Rata-Rata


Kebutuhan air rata-rata merupakan jumlah air yang dibutuhkan untuk aktifitas
suatu gedung secara rata-rata dalam satu hari. Total kebutuhan air rata-rata
untuk suatu gedung biasanya ditambahkan dengan suatu besaran lain, sekitar
15 – 25%, yang diperlukan untuk keperluan lainnya, seperti : kebocoran,
pendingin, pemanasan air dll.

Secara umum besarnya kebutuhan air rata-rata ini dapat ditentukan melalui
dua (2) cara, yaitu :

1) Berdasarkan jumlah pemakai

Bila jumlah penghuni diketahui atau ditetapkan untuk suatu gedung


tertentu, maka dapat ditentukan besarnya kebutuhan air rata-rata
berdasarkan standar pemakaian air perhari yang terdapat pada table
1,2, dan 3 (Buku Sofyan Nur Bambang

2) Berdasarkan luas lantai

Bila jumlah penghuni tidak diketahui, biasanya ditaksir berdasarkan


luas lantai dan menetapkan kepadatan hunian perluas lantai (luas lantai
efektif) yang berkisar antara 55% sampai dengan 80% dari luas lantai
seluruhnya (Buku Sofyan Nur Bambang Tabel 3.12).
Tabel 1.4.1.1. Pemakaian Air

(Sumber : Sofyan Nur Bambang)

Tabel 1.4.1.2.Pemakaian Air Menurut Penggunaannya

(Sumber : Sofyan Nur Bambang)


Tabel 1.4.1.3 Pemakaian Air Rata-rata per Orang Setiap Hari

(Sumber : Sofyan Nur Bambang)


Bila data yang diperlukan untuk menentukan kebutuhan air melalui kedua cara
tersebut tidak dapat diperoleh, maka dapat didekati dengan cara pendekatan
melalui penentuan perkiraan jumlah penghuni berdasarkan jenis dan jumlah
alat plambing yang direncanakan. Penentuan perkiraan jumlah penghuni
tersebut dilakukan dengan menggunakan table dibawah. Setelah jumlah
penghuni dapat diperkirakan maka besarnya kebutuhan air dapat ditentukan
dengan cara diatas.

Tabel 1.4.1.4 Fasilitas Maksimum Plambing

(Sumber : Sofyan Nur Bambang)

Tabel 1.4.1.5. Fasilitas Minimum Plambing


(Sumber : Babbit)

Tabel 1.4.1.6. Fasilitas Minimum Plambing


(Sumber : Babbit)
1.4.1.2 Kapasitas Maksimum Hari

Untuk memenuhi kebutuhan air, maka dirancang sistem penyediaan air dalam
gedung tersebut (plambing sistem).

Kapasitas air adalah debit air yang dialirkan untuk memenuhi kebutuhan air
tersebut. Kapasitas air rata-rata adalah merupakan kapasitas atau debit air yang
dialirkan untuk dipakai atau digunakan dalam aktifitasnya. Pemakaian air
umumnya tidak selalu sama setiap harinya, oleh karena itu akan terjadi
pemakaian maksimum hari dalam satu tahunnya, yang disebut maksimum
hari. Untuk memenuhi pemakaian tersebut maka diperlukan kapasitas
maksimum hari (Q maxhari).

Kapasitas maksimum hari (Q maxhari) ini harus dihitung untuk menentukan


beberapa hal, yaitu :

Menentukan besarnya jumlah air yang harus disiapkan (disediakan)


melalui system sendiri (On-site) atau melalui sistem perkotaan (Off-
site).

Menentukan besarnya volume tangki (reservoir) bawah dan atas serta


kapasitas pompa supply utama.

Besarnya kapasitas maksimum hari (Qmaxhari) dapat ditentukan dengan :

1) Berdasarkan Faktor Maksimum

Besarnya kapasitas atau debit maksimum hari sangat bervariasi. Secara


umum kapasitas atau debit maksimum hari adalah kapasitas rata-rata
dikalikan faktor maksimum hari.

Faktor maksimum hari ini berkisar antara 1,5 – 2,0, tergantung dari
jenis kondisi dan sifat dari gedung yang direncanakan.

2) Faktor Pemakaian

Pada metoda ini harus sudah ditentukan jumlah dari masing-masing


alat plambing yang direncanakan. Untuk menentukan besarnya
kapasitas aliran maka harus ditentukan terlebih dahulu besarnya factor
pemakaian serentak (bersama). Hal ini karena pada saat yang
bersamaan diperkirakan tidak semua alat plambing yang ada tersebut
beroperasi secara serentak. Besarnya factor pemakaian serentak dapat
ditentukan dengan Tabel 7. Setelah ditentukan besarnya factor
pemakaian maka debit aliran dapat ditentukan dengan Tabel 8.

Tabel 1.4.1.7. Faktor Pemakaian (%) dan Jumlah Alat Plambing

(Sumber : Sofyan Nur Bambang)

Tabel 1.4.1.8. Pemakaian Air Tiap Alat Plambing, Laju Aliran, dam Ukuran Cabang Pipa
(Sumber : Sofyan Nur Bambang)

1.4.2 Kapasitas Operasi

Pada bangunan gedung belum tentu penggunaan dilakukan 24 jam penuh


dalam satu hari. Bangunan kantor misalnya dalam satu hari beroperasi hanya 8
jam, bangunan sekolah 10 jam, dll. Oleh karena itu maka pengaliran juga
belum tentu 24 jam dalam satu harinya. Umumnya pengaliran juga dilakukan
dalam waktu penggunaan (operasi) oleh karena itu maka dikenal kapasitas
operasi ( Qopersi).

Qoperasi = Qmaxhari x 24 jam/ Toperasi

1.4.3 Kapasitas Pemompaan


Kapasitas pompa atau pemompaan (Qp) adalah kapasitas yang dialirkan oleh
pompa. Pengaliran air oleh pompa ini juga harus dapat memenuhi kapasitas
maksimum hari.

Pompa umumnya juga tidak dioperasikan selama 24 jam dalam sehari,


umumnya pompa dioperasikan 30 – 80% dari waktu operasi (penggunaan)
gedung.

Pada sistem yang menggunakan Reservoir Atas kapasitas pompa (Qp) adalah .

Qp = Qmaxhari x 24 jam/ Tpompa

Namun pada sistem yang tidak menggunakan Reservoir Atas maka kapasitas
pompa harus sama dengan kapasitas puncak “plambing” (Qpeak). Besarnya
Qpeak akan diuraikan pada Bagian 4 Penentuan Kapasitas Aliran “Plambing”.

1.4.4 Penentuan Jenis dan Alat Palmbing

Jenis dan Alat Plambing yang diperlukan dapat ditentukan berdasarkan jumlah
penghuni untuk suatu gedung tertentu. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk
menentukan kebutuhan jenis dan jumlah alat plambing adalah dengan
menggunakan standar seperti yang ditunjukan pada table 1.4.1.4,1.4.1.5, dan
1.4.1.6 .
1.4.5 Sistem Jaringan Perpipaan Air Bersih

Rancang system jaringan air bersih mulai dari Sumber, Reservoir Bawah,
Pompa air bersih “utama”, Pipa “utama” Reservoir Atas, Pipa Tegak (vertical),
Pipa Mendatar atau cabang (horizontal) sampai Pipa Alat Plambing.

Rancangan ini akan sangat beragam tergantung dari perancangnya. Variasi


rancangan umumnya terletak pada pipa mendatar. Rancang pipa mendatar
seefisien mungkin diusahakan agar bercabang sehingga pipa mendatar yang
“lurus” tidak terlalu panjang. Hal ini agar diperoleh pipa tidak terlalu panjang
dan tidak terlalu besar. Kepandaian merancang system perpipaan ini memang
memerlukan pengalaman.

1.4.6 Penentuan Kapasitas Aliran (“Plambing”)

Besarnya kapasitas aliran merupakan jumlah debit aliran yang mengalir pada
perpipaan “plambing”. Kapasitas aliran ini merupakan kapasitas puncak Qpeak
atau disebut juga Qplambing. Kapasitas atau debit aliran puncak (Qpeak) ini
perlu ditentukan untuk menghitung besarnya perpipaan “plambing” yang
diperlukan untuk mengalirkan air tersebut, sehingga disebut kapasitas aliran
“plambing” (Qplambing).

Besarnya kapasitas aliran “plambing” (Qpeak) ditentukan berdasarkan : Unit


Alat Plambing. Pada metoda ini setiap alat plambing dapat ditetapkan unit alat
plambing – UAP (Fixture Unit – FU), yang merupakan satuan (unit) beban
aliran yang diperkirakan akan mengalir dari suatu alat plambing.

Unit alat plambing ini dapat dijumlahkan untuk menentukan besarnya debit
yang diperkirakan akan mengalir dari beberapa alat plambing. Besarnya unit
alat plambing dari setiap alat plambing dapat ditentukan dengan gambar 1
Kapasitas aliran plambing (Qpeak) dari setiap jalur perpipaan tersebut dapat
ditentukan dengan menggunakan Kurva pada gambar 1.4.6.1, setelah
ditentukan besarnya unit alat plambing dari jalur perpipaan tersebut.
Gambar 1.4.6.1. Hubungan Unit Beban Alat Plambing dengan Laju Aliran
(Sumber : Sofyan Nur Bambang)
1.4.7 Penentuan Dimensi

1.4.7.1 Sumber Air

Sumber air dapat berasal dari system Penyediaan Air Minum atau PAM (Off-
site) ataupun dari sumber sendiri (On-site). Pada sistem On-site mungkin
diperlukan pengolahan air agar kualitas air memenuhi persyaratan yang
ditentukan.

Kapasitas sumber air dan pengolahan yang diperlukan harus mampu untuk
memenuhi kebutuhan maksimum hari, sehingga digunakan kapasitas
maksimum hari (Qmaxhari).

1.4.7.2 Pompa “Utama”

Pompa “utama” adalah pompa yang akan mengalirkan air dari Reservoir
Bawah menuju Reservoir Atas. Aliran air yang harus dialirkan pompa adalah
sama dengan kapasitas pompa (Qp).

Dimensi pompa yang lain adalah head pompa. Besarnya head pompa dapat
ditentukan menggunakan kaidah Mekanika Fluida, yaitu dengan menghitung
head statis dan head losses. Besarnya head statis dapat ditentukan bila letak
(ketinggian) Reservoir Atas sudah diketahui, sedangkan besarnya head losses
dapat ditentukan setelah panjang pipa dan dimensi pipa utama ditentukan.
Oleh karena itu maka perhitungan head pompa akan dilakukan pada bagian
akhir.

1.4.7.3 Reservoir Bawah


Reservoir Bawah akan menampung air dari Sumber sebelum dialirkan menuju
Reservoir Atas menggunakan Pompa. Kapasitas Sumber umumnya konstan
yaitu sebesar Q maksimum hari sedangkan kapasitas aliran dari pompa
umumnya digunkaan kapasitas pompa (Qp). Penentuan aliran secara tepat sulit
dapat diperoleh secara akurat, oleh karena itu maka volume reservoir secara
akurat sulit ditentukan, namun dilakukan pendekatan.

Pendekatan yang dilakukan untuk menentukan kapasitas penampungan atau


volume Reservoir Bawah adalah mennghitung selisih kapasitas pompa (Qp)
dengan kapasitas sumber atau kapasitas maksimum hari (Qmaxhari) selama
waktu pemopaan.

Kapasitas (volume) reservoir perlu juga ditambah dengan kebutuhan air untuk
lainnya seperti kebakaran dll.

Kapasitas reservoir tersebut perlu ditambahkan dengan kebutuhan untuk


pemadam kebakaran dan kebutuhan lainnya. Besarnya kebutuhan untuk
pemadam kebakaran akan dibahas secara khusus.

Pada penerapanperencanaan, volume Reservoir total (Reservoir Bawah dan


Reservoir Atas) umumnya digunakan adalah kebutuhan air rata-rata untuk 2
hari. Dengan mengambil contoh perancangan dimana kebutuhan rata-ratanya
adalah 48.000 Liter/hari, maka total kapasitas reservoir diambil 96.000 Liter.

Kapasitas Reservoir Bawah adalah 70 – 80% dari kapasitas tersebut sedangkan


kapasitas Reservoir Atas adalah 20 – 30%.

1.4.7.4 Reservoir Atas

Reservoir Atas akan menampung air dari pompa sebelum dialirkan menuju
alat plambing. Kapasitas aliran dari pompa dan kapasitas aliran untuk alat
plambing umumnya berfluktuasi, sehingga sangat sulit untuk menentukan
volume Reservoir Atas secara akurat, oleh karena itu maka dilakukan
pendekatan.

Kapasitas aliran pompa secara rata-rata akan sama dengan Q pompa dan
kapasitas aliran untuk alat plambing maksimum sebesar kapasitas puncak
(Qpeak atau Qplambing). Waktu pemakaian air puncak umumnya sekitar 30 –
50 menit.

Pendekatan yang dilakukan untuk menentukan kapasitas penampungan atau


volume Reservoir Atas adalah selisih kapasitas puncak (Qpeak) dengan
kapasitas pemompaan (Qp) selama waktu puncak.

Kapasitas (volume) Reservoir Atas juga perlu ditambah dengan volume air
pengisi, yaitu volume air pada saat aliran belum dapat dialirkan oleh pompa
pada saat pompa start. Lamanya waktu start pompa sampai aliran dapat
mengalir masuk ke dalam reservoir atas umumnya sekitar 5 - 10 menit, oleh
karena itu maka harus ditambahkan dengan volume pengisi = Q pompa x
waktu pengisi pompa.

Oleh karena itu maka dapat dirumuskan sbb :

V.ER = [(Qpeak – Qoperasi) x Tpeak] + [Qp x Tp]

Dimana :

V.ER : Volume reservoir atas

Qpeak : Kapasitas puncak

Qoperasi : Kapasitas operasi

Qp : Kapasitas pemompaan

Tpeak : waktu puncak

Tp : waktu pengisian pompa

1.4.7.5 Pipa Utama

Pipa Utama adalah pipa yang akan mengalirkan air dari Reservoir Bawah
menuju Reservoir Atas, dimana pengaliran dilakukan dengan menggunakan
pompa. Pipa Utama ini dapat dibedakan menjadi pipa isap dan pipa tekan,
dimana pipa isap adalah merupakan bagian dari sistem isap dari sistem
pemompaan dan pipa tekan merupakan bagian dari sistem tekan dari sistem
pemompaan.

Penentuan dimensi Pipa Utama diperkirakan dengan berdasarkan kapasitas


aliran yang mengalir pada pipa tersebut. Kapasitas aliran pada Pipa Utama ini
adalah sama dengan Kapasitas Pemompaan (Qp).

Perhitungan dimensi pipa akan menggunakan kaidah Mekanika Fluida, dengan


menggunakan pendekatan kecepatan aliran standar untuk pompa yang berkisar
antara 2 – 3 m/detik. Pendekatan tersebut dapat digunakan untuk menghitung
dimensi pipa isap maupun pipa tekan dari pipa sistem pemompaan, kecuali
untuk pompa putaran tinggi ( > 2.000 rpm) maka kecepatan pada pipa tekan
bisa mencapai 4 - 5 m/detik, sedangkan pipa isapnya tetap menggunakan
standar kecepatan berkisar antara 2 – 3 m/detik.

1.4.7.6 Pipa Tegak dan Pipa Mendatar

Pipa tegak (Vertikal) adalah perpipaan yang mengalirkan air dari Reservoir
Atas menuju perpipaan mendatar (Horizontal), sedangkan Pipa Mendatar akan
mengalirkan air dari pipa tegak menuju alat plambing.

Pada tahap awal (menentuan dimensi secara teoritis), dimensi perpipaan (pipa
tegak dan pipa mendatar) diperkirakan dengan berdasarkan kapasitas aliran
puncak (Qpeak). Kapasitas aliran puncak ini telah diuraikan pada Bagian 4.

Penentuan diameter (dimensi) pipa ditentukan melalui perhitungan Mekanika


Fluida dengan mempertimbangkan batas kecepatan aliran serta batas
kehilangan tekanan (gradien hidraulik).

Batasan kecepatan tergantung dari jenis pipa yang digunakan namun secara
umum digunakan batasan 0,3 – 3 m/detik, sedangkan batasan gradien hidraulik
adalah 10 – 400 mm/m.

Dengan mengacu pada perhitungan Mekanika Fluida, penentuan dimensi pipa


ini juga dapat digunakan Kurva Monogram atau juga Kurva seperti yang
ditunjukan pada Kurva Kehilangan Tekanan seperti yang dicontohkan pada
Buku Sofyan Nur Bambang Gambar 3.62 s/d Gambar 3.65.

Sebagai pendekatan dapat juga digunakan perkiraan diameter pipa berdasarkan


Tabel 1.4.7.1
Tabel 1.4.7.1. Pendekatan Penentuan Diameter Pipa
Diameter Pipa Kapasitas
inc m aliran
hi m (Liter/menit)
½ 1 30
5
¾ 2 65
0
1 2 110
5
1¼ 3 225
2
1½ 4 320
0
2 5 660
0
2½ 6 1130
5
3 8
0
Pipa Tegak

Dengan menggunakan rancangan system mengacu pada Bagian 3. Sistem


Jaringan Perpipaan Air Bersih, maka diameter pipa tegak dapat ditentukan
seperti Tabel 1.4.7.2

Tabel 1.4.7.2. Penentuan Diameter Pipa Tegak


N Jalur UAP Kapasitas Diameter Pipa (inchi
o (L/mi) –
.
mm)
1 I – II 50 105 1 - 25
2 II – III 100 160 1¼ - 32
3 III – IV 150 205 1¼ - 32
4 IV – V 200 250 1½ - 40
5 V-R 250 270 1½ - 40

Pipa Mendatar

Dengan menggunakan rancangan sistem mengacu pada Bagian 3. Sistem


Jaringan Perpipaan Air Bersih, maka diameter pipa mendatar pada Toilet Pria
dapat ditentukan seperti Tabel berikut
Tabel 1.4.7.3.Penentuan Diameter Pipa Mendatar
nama sekmen Akumulasi Kapasitas pipa Diameter Pipa
(Jalur) UAP UAP (l/m) (mm) L (m)
Aa 1        
ab   1 5 15 1,55
bB 1        
bc   2 5 15 1,7
Cc 1        
cd   3 5 15 1,71
Dd 1        
de   4 10 15 3,1
Ee 2        
e-tk2   6 10 15 1,50
tk2-i   6 10 15 8,4
Ff 1        
fg   1 5 15 1,73
gG 1        
gh   2 5 15 1,72
hH 1        
h-tk1   3 5 15 13
tk1-i   3 5 15 8,4
ij   9 15 15 1,04
jJ 4        
jk   13 40 20 0,4
kK 2,5        
kl   15,5 40 20 0,3
lL 2,5        
lm   18 55 20 0,5
mM 4        
mn   22 55 20 1,4
nN 4        
no   26 60 20 0,45
oO 2,5        
op   28,5 65 20 0,33
pP 2,5        
pq   31 67 25 0,41
qQ 4        
qr   35 70 25 1,56
rR 4        
rs   39 80 25 0,45
sS 2,5        
st   41,5 90 25 0,33
tT 2,5        
tu   44 90 25 0,43
uU 4        
uv   48 100 25 1,56
vV 4        
vw   52 110 25 0,4
wW 2,5        
wx   54,5 120 32 0,32
xX 2,5        
xy   57 125 32 0,5
yY 4        
yz   61 130 32 7,2
Perhitungan yang ditunjukan Tabel Penentuan Diameter Pipa Mendatar
adalah sbb :
Kolom 1 Segmen atau Jalur, merupakan jalur pipa yang
dirancang. Penamaan disusun menggunakan huruf kapital dan huruf
kecil. Huruf kapital menunjukan pada titik tersebut terdapat alat
plambing, sedangkan huruf kecil menunjukan titik cabang antara pipa
pelayanan (service) dari alat plambing dengan pipa mendatar. Jalur D –
d misalnya menunjukan bahwa jalur tersebut adalah jalur pipa yan
menghubungkan alat plambing pada titik D dengan cabang pipa
mendatar yaitu titik d.

Kolom 2 UAP, merupakan Unit Alat Plambing. UAP ditentukan


dengan menggunakan Tabel 3.16. Urinal tangki gelontor (UR)
mempunyai nilai UAP = 3. Pada jalur pipa mendatar (jalur pipa dengan
notasi huruf kecil)

Kolom 3 Akumulasi UAP, merupakan UAP ini harus dijumlahkan atau


diakumulasikan sesuai dengan arah aliran sumber. Pada jalur A-a
(merupakan jalur pipa pelayanan) maka UAP hanya dari alat plambing yang
bersangkutan, yaitu bernilai 1 UAP. Kemudian , aliran air bergerak lagi pada
menuju B-b . Maka akumulasi UAP adalah UAP pada Aa + Bb dimana
bernilai dua . Kemudian aliran air bergerak di segmen bc🡪 Cc🡪Cd🡪Dd dan
hingga pada satu titik kumpul untuk jalur air yang direncanakan. Penentuan
nilai UAP pada jalur pipa lain mengikuti langkah- langkah yang sama.

Beberapa jalur yang terdiri dari titik kumpul yang merupakan


akumulasi dari segmen tersebut didata pada tabel dan dijumlahkan.

Penentuan nilai UAP pada jalur pipa lain mengikuti langkah- langkah
yang sama.

Kolom 4 Kapasitas Aliran, merupakan kapasitas (debit) puncak


(Qpeak) atau debit plambing. Kapasitas ini diperoleh dengan
menggunakan Gambar 3.61. Alat plambing yang digunakan semuanya
tangki gelontor, maka kurva yang digunakan adalah kurva (2) dari
Gambar 3.61. tersebut. Data yang diperlukan untuk menentukan
kapasitas aliran adalah nilai UAP. Nilai UAP telah diperoleh pada
Kolom 4. Pada Nilai UAP 1 misalnya maka kapasitasnya adalah 5
Liter/menit, Nilai UAP 4 maka kapasitasnya adalah 10 Liter/menit, dst

Kolom 5 Diameter Pipa, merupakan diameter pipa yang diperlukan


untuk mengalirkan kapasitas aliran seperti yang telah ditentukan pada
Kolom 5 tersebut. Penentuan diameter pipa dapat menggunakan Tabel
Penentuan Diameter Pipa. Data yang diperlukan untuk menentukan
diameter pipa tersebut adalah Kapasitas Aliran yang telah diperoleh
pada Kolom 4

1.4.8 Penentuan Kehilangan Tekanan

Kehilangan tekanan (Head lossed) pada system perpipaan air bersih plambing
ini perlu dihitung sehingga pada system dapat dirancang atau disiapkan energi
(tekanan) yang cukup untuk mengalirkan air sampai pada semua alat plambing
yang ada.

Pada dasarnya kehilangan tekanan dalam perpipaan dapat dibedakan menjadi 2


(dua) jenis, yaitu :

Kehilangan tekanan mayor (mayor losses = H), yaitu kehilangan tekanan


yang diakibatkan karena gesekan air dengan pipa selama pengalirannya.

Kehingan tekanan minor (minor losses = Hm), yaitu kehilangan tekanan


karena perubahan besar dan arah kecepatan aliran selama perjalanannya.

Jadi secara ideal kehilangan tekanan total (HT) = H + Hm

Penentuan besarnya kehilangan tekanan mengacu pada Kaidah Mekanika


Fluida.

1.4.8.1 Kehilangan Tekanan Mayor

Kehilangan tekanan mayor terjadi karena adanya gesekan pada dinding pipa
selama pengaliran air pada pipa (lurus).

Terdapat berbagai persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan


kehilangan tekanan mayor, antara lain :

Persamaan Darcy-Weisbach

H = f L/D V2/2g

Dimana :
H = kehilangan tekanan mayor

(m) f = koefisien kehilangan tekanan

L = panjang pipa (m)

D = diameter pipa (m)

V = kecepatan aliran (m/detik)

G = percepatan gravitasi (m/detik2)

Harga f ini biasanya tergantung pada kecepatan aliran dan jenis pipa
yang digunakan, seperti ditunjukan pada Tabel koefisien f - Darcy-
Weisbach.

Persamaan Hazen-Williams

Q = 0,2785 CHW D2,63 S0,54

Dimana :

Q = kapasitas aliran (m3/detik)

CHW = koefisien kehilangan tekanan Hazen-Williams

D = diameter pipa (m)

S = gradien hidrolis (m/m) = H / L

H = kehilangan tekanan mayor (m)

L = panjang pipa (m)

Tabel 1.4.8.1Koefisien f - Persamaan Darcy-Weisbach


Rata-rata kecepatan (V),
Diameter ft/det
Pipa 0.5 1 2 3 4 5 10 15 20
(in.)
1/2 0. 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0. 0.0
04 38 34 32 30 29 25 02 23
2 4

3/4 0. 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0. 0.0


04 37 33 31 29 28 25 02 23
1 4

1 0. 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0. 0.0


04 35 32 30 28 27 24 02 23
0 3

1 1/2 0. 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0. 0.0


03 34 31 29 28 27 24 02 23
8 3

2 0. 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0. 0.0


03 33 30 28 27 26 24 02 22
6 3
3 0.0 0.0 0.0 0.02 0.0 0. 0. 0.02 0.0
35 32 29 7 26 02 02 2 22
5 3

4 0.0 0.0 0.0 0.02 0.0 0. 0. 0.02 0.0


34 31 28 6 26 02 02 2 21
5 3

5 0.0 0.0 0.0 0.02 0.0 0. 0. 0.02 0.0


33 30 27 6 25 02 02 2 21
4 2

6 0.0 0.0 0.0 0.02 0.0 0. 0. 0.02 0.0


32 29 26 5 24 02 02 1 21
4 2

8 0.0 0.0 0.0 0.02 0.0 0. 0. 0.02 0.0


30 28 25 4 23 02 02 1 20
3 1

10 0.0 0.0 0.0 0.02 0.0 0. 0. 0.02 0.0


28 26 24 3 22 02 02 0 20
2 1

12 0.0 0.0 0.0 0.02 0.0 0. 0. 0.02 0.0


27 25 23 2 22 02 02 0 19
1 0

14 0.0 0.0 0.0 0.02 0.0 0. 0. 0.01 0.0


26 24 22 2 21 02 02 9 19
1 0

16 0.0 0.0 0.0 0.02 0.0 0. 0. 0.01 0.0


25 23 22 1 20 02 01 9 18
0 9

18 0.0 0.0 0.0 0.02 0.0 0. 0. 0.01 0.0


24 22 21 0 20 02 01 8 18
0 9

20 0.0 0.0 0.0 0.02 0.0 0. 0. 0.01 0.0


23 22 20 0 19 01 01 8 18
9 8

24 0.0 0.0 0.0 0.01 0.0 0. 0. 0.01 0.0


21 20 19 9 18 01 01 7 17
8 8

30 0.0 0.0 0.0 0.01 0.0 0. 0. 0.01 0.0


19 19 18 8 17 01 01 6 16
7 7

36 0.0 0.0 0.0 0.01 0.0 0. 0. 0.01 0.0


18 17 17 6 16 01 01 5 15
6 6

42 0.0 0.0 0.0 0.01 0.0 0. 0. 0.01 0.0


16 16 16 5 15 01 01 5 14
5 5

48 0.0 0.0 0.0 0.01 0.0 0. 0. 0.01 0.0


15 15 15 5 14 01 01 4 14
4 4

54 0.0 0.0 0.0 0.01 0.0 0. 0. 0.01 0.0


14 14 14 4 14 01 01 3 13
4 3

60 0.0 0.0 0.0 0.01 0.0 0. 0. 0.01 0.0


14 13 13 3 13 01 01 3 12
3 3

72 0.0 0.0 0.0 0.01 0.0 0. 0. 0.01 0.0


13 12 12 2 12 01 01 2 12
2 2

84 0.0 0.0 0.0 0.01 0.0 0. 0. 0.01 0.0


12 12 11 1 11 01 01 1 11
1 1
Berdasarkan persamaan-persamaan tersebut telah dibuat Diagram, Monogram,
dll yang dapat digunakan untuk memudahkan perhitungan.

Contoh diagram ditunjukan pada 2 sampai dengan Gambar 3.


Gambar 1.4.8.1. Kerugian Gesek Dalam Pipa Baja Karbon

(Sumber : Sofyan Nur Bambang)


Gambar 1.4.8.2. Kerugian Gesek dalam Pipa Baja

(Sumber :Sofyan Nur Bambang)


1.4.8.2 Kehilangan Tekanan Minor
Kehilangan tekanan minor terjadi karena adanya gesekan pada dinding pipa
akibat adanya perubahan aliran (perubahan arah, perubahan kecepatan, dll)
selama pengaliran air pada peralatan pipa, seperti misalnya : elbow, reducer,
cabang, valve, dll.

Penentuan kehilangan tekanan minor ini dapat dilakukan 3 cara, yaitu :

Secara Matematis

Perhitungan kehilangan tekanan dilakukan dengan persamaan :

Hm = k V2/2g

Dimana :

Hm = kehilangan tekanan minor (m)

k = koefisien kehilangan minor

V = kecepatan aliran (m/detik)

G = percepatan gravitasi (m/detik2)

Nilai Koefisien k untuk masing-masing peralatan dapat dilihat pada


Tabel, seperti ditunjukan pada Tabel berikut

Tabel 1.4.8.2. Nilai Koefisien k


Nature of Special Resistance Loss (K) Nature of Special Resistance Loss (K)

Angle Valve 450 Elbow


Wide Open 2–5 Use ¾ of Loss for 900 Bend of
Same radius
Butterfly
Valves
1 22 ½0 Elbow
α = 100
10 Use ½ of Loss for 900 Bend of
0
α = 40 Same Radius
320
α = 700

Entrance Losses
Check 8 – 12 Pipe Projecting Into Tank 0.8 –
Valves 1.0
65 – 70 End of Pipe Flush with
Horizontal 0.
0.6 – 2.5 Tank Slightly Rounded
Lifts Ball 50
Bell Mouthed
Swing 0.
23
0.2 Outlet Losses 0.
Gate Valves 04
Wide Open
¼ Closed 1.2 From Pipa Into Still Water
½ Closed 5.6 of Atmosfer 1.0
¾ Closed 24.0
Sudden
Globe Valves Contraction 0.
42
Wide Open 10 d/D = ¼
0.
d/D
33
0
90 Elbow =½
0.
Regular Flanged 0.21 – 0.30 d/D 19
Long Radius 0.34 – 0.23 =¾
Flanged Short 0.90
Radius Screwed 0.75 Sudden 0.
92
Medium Radius 0.50 Enlargement
0.
Screwed Long Radius d/D = ¼
56
Screwed d/D
0.
=½ 19
d/D

Menggunakan Panjang Ekivalen

Pada metoda ini, kehilangan tekanan pada perlengkapan pipa


diekivalenkan (disetarakan) dengan kehilangan tekanan pada suatu
besaran panjang dari pipa lurus.

Contoh penggunaan panjang ekivalen ditunjukan pada Buku Sofyan


Nur Bambang Tabel 3.18. Berdasarkan Tabel tersebut nampak bahwa
kehilangan tekanan elbow (belokan) 900 diameter 15 mm, misalnya,
akan mempunyai kehilangan tekanan yang setara (ekivalen) dengan
pipa lurus dengan diameter yang sama yaitu 15 mm sepanjang 0,60
meter. Sehingga kehilangan tekanan pada elbow tersebut kemudian
dapat ditentukan dengan persamaan untuk menentukan kehilangan
tekanan mayor.

Menggunakan Nomogram

Nomogram kehilangan tekanan minor juga sudah disiapkan pada


beberapa literature, termasuk Buku Babbit.

1.4.9 Penentuan Tinggi Reservoir Atas

Reservoir Atas selain berfungsi untuk memberikan aliran air pada alat plambing
yang ada pada gedung, fungsi utamanya adalah memberikan energi (tekanan)
yang cukup agar pengaliran menuju alat plambing sempurna sesuai dengan
karakteristik alat plambing yang digunakan.
Sesuai dengan Hukum Kekekelan Energi, maka energi akan tetap (konstan) :
Total energi pada titik 1 akan sama dengan total energi pada Titik 2, maka :

E1 = E2

Maka :

Z1 = Z2 + HT + RH

Dimana :

Z1 = ketinggian titik 1 (m)

Z2 = ketinggian titik 2 (m)

HT = kehilangan tekanan total dari titik 1 ke titik 2

RH = sisa tekan (m)

Tekanan yang dibutuhkan

Tekanan yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam


pemakaian alat plambing, sebaliknya tekanan yang terlalu besar akan
menimbulkan rasa sakit akibat terkena pancaran air dari alat plambing serta
dapat mengakibatkan cepat rusaknya peralatanplambing. Oleh karena itu maka
diperlukan tekanan yang cukup agar pengaliran dari alat plambing sempurna.
Secara umum tekanan yang cukup untuk peralatan plambing adalah sekitar 10
meter (kolom air).

Tabel 1.4.9.1. Tekanan yang dibutuhkan alat plambing

Tekanan
Alat Plambing yang Keterang
an
dibutuhka
n (meter)

Katup Gelontor Kloset 7 tekanan maksimum 40 meter

Katup Gelontor Peturasan 4 tekanan maksimum 40 meter

Keran Otomatis 7
bila tekanan kurang, keran tidak akan menutup
sempurna

Keran Biasa 3

Pancuran Mandi (Halus/Tajam) 7 tekanan standar 10 meter

Pancuran Mandi (Biasa) 3,5

Pemanas Air (Gas) 2,5 - 7 biasanya akan dinyatakan dari pabrik

Titik Kritis

Titik kritis merupakan titik pelayanan plambing yang memerlukan perhatian


pada saat pelayanan energi (tekanan). Hal ini karena titik tersebut berada pada
lokasi sedemikian rupa sehingga energi (tekanan) yang harus diberikan pada
titik tersebut, agar aliran air dapat sempurna, adalah yang paling besar. Titik
kritis akan selalu berada pada lantai tertinggi dari setiap sistem pelayanan.
Umumnya titik kritis tersebut berada pada titik terjauh dan menggunakan alat
plambing yang memerlukan sisa tekan yang besar.

Contoh soal :
Untuk merancang sistem plambing pada suatu gedung dibutuhkan data-data yang
mendukung dalam perancangan sistem plambing. Berikut merupakan data yang
digunakan dalam perencanaan sistem plambing :

Jenis Gedung : Gedung Kantor


Jumlah Lantai : 10 Lantai
Jumlah Penghuni : 1500 jiwa
Luas WC (keseluruhan) : 50 m2
Rasio L : P :3:4
Jarak Antar Lantai :3m
Jarak Antar Langit-langit : 0,5 m
Tambahan Kebutuhan Air : 20%
Headloss Minor : 20% dari Headloss mayor
Faktor Maksimal Hari : 1,5 – 2
BAB III

PERANCANGAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Kebutuhan Alat Plambing

Sesuai dengan data perancanaan , jumlah penghuni satu gedung ialah 1500 jiwa,
yang mana rasio perempuan banding laki-laki adalah 3:4, maka:

- Perempuan =

= 643 jiwa

Maka perlantainya : 64 jiwa

- Laki-laki =

= 857 jiwa

Maka perlantainya : 86 jiwa

Menurut SNI 8153 tahun 2015 tabel 2, sesuai dengan jumlah penghuninya untuk
fasilitas usaha, didapatkan kebutuhan fasilitasnya sesuai dengan tabel 3.1.1

Tabel 3.1.1 Kebutuhan Alat Plambing


(sumber: Data Pribadi)
Tabel 1. Sarana Alat Plambing Tiap Lantai (Tipikal)

Alat
Pria Wanita
Plambing
WC (Kloset) 4 4
Urinal
1 -
(peturasan)
Lavatori
(Tempat
4 3
cuci
tangan)
jet shower 4 4
Setelah didapatkan kebutuhan dasar alat plambing yang dibutuhkan, dapat pula
ditentukan unit beban alat plambing yang diperlukan. Penentuan UBAP tiap alat
plambingnya mengacu kepada SNI 8153 tahun 2015 tentang Sistem Plambing pada
bangunan gedung. Selain kebutuhan dasar tersebut, dapat dilengkapkan juga alat
plambing penunjang, seperti ditambahkannya satu keran air (faucet) dan satu floor
drain pada tiap bilik water closet, dan ditambahkan satu floor drain dekat
lavatories. Untuk floor drain tidak dimasukkan ke perhitungan UBAP Air Dingin.

Tabel 3.1.2 Kebutuhan Unit Beban Alat Plambing


(sumber: Data Pribadi)

Unit Beban Alat Jumlah Beban


No. Alat Plambing Jumlah (unit)
Plambing Alat Plambing

1 WC (Kloset) 8 2,5 20

Urinal
2 1 2 2
(peturasan)

Lavatori
3 (Tempat cuci 7 1 7
tangan)

4 jet shower 8 4 32

jumlah 61

Maka didapatkan , jumlah UPAB untuk tiap lantai adalah 610

Sesuai dengan tabel 3.1.2 didapatkan jumlah UBAP 10 lantai, sehingga dapat
ditentukan kapasitas alirannya.

3.2 Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih pada gedung kantor 10 lantai ini menggunakan
system distribusi keatas karena lebih umum dan aplikasinya cenderung lebih
mudah baik dalam operasional dan pemasangannya. Digunakan dua buah reservoir
yaitu reservoir atas (elevated reservoir) dan reservoir bawah (ground reservoir).
Reservoir atas berfungsi sebagai reservoir penampungan air yang akan disalurkan
dengan memanfaatkan gravitasi, yang mana airnya ditampung dari pemompaan
ground reservoir. Ground reservoir menampung air yang masuk dari suplai air.

Tiap lantai memiliki denah yang tipikal untuk toiletnya, hal tersebut diasumsikan
demikian karena gedung 10 lantai ini merupakan gedung kantor. Denah tersebut
dapat dilihat sesuai gambar 3.2.2.

Gambar 3.2.2 Denah Tiap


Lantai (sumber: Data Pribadi)
3.3 Penentuan Kebutuhan Air Bersih

3.3.1 Penentuan Qmax hari

Penentuan debit maksimum hari didasarkan dari data perencanaan eksisting


dengan melakukan pengalian terhadap factor maksimum (1,5-2,0).
Diasumsikan factor maksimumnya adalah 2,0 dan dengan pemakaian air rata-
rata sehari untuk gedung kantor sebesar 100 L/orang. Maka, kebutuhan rata-
ratanya ditambahkan dengan 20% asumsi kebocoran saat pengaliran air bersih.
Maka:

Qmax day =

=
3.3.1 Penentuan Qoperasi

Dalam penentuan debit atau kapasitas operasi diasumsikan bahwa bangunan


kantor beroperasi hanya 10 jam tiap harinya sesuai dengan perkiraan masuk
kantor pukul 07.00 sampai 17.00, maka dari itu pengaliran air juga hanya
dilakukan pada jangka waktu operasi kantor.

Qoperasi =

= L/s

3.3.2 Penentuan Kapasitas Pompa (Qpompa)

Kapasitas pemompaan adalah kapasitas yang dialirkan oleh pompa, yang mana
harus memenuhi kapasitas maksimum hari. Biasanya pompa dioperasikan 30-
80% dari waktu operasi. Maka diasumsikan waktu operasi pompa adalah 4
jam.

Qpompa =

= L/s

3.4 Kapasitas Aliran


Sesuai dengan tabel 3.1.2 didapatkan bahwa total UBAP adalah 610, maka dengan
memproyeksikan ke grafik yang tersedia. Didapatkan bahwa kapasitas alirannya
adalah 551 L/min.
3.5 Penentuan Dimensi Reservoir

3.5.1 Penentuan Dimensi Reservoir Bawah

Pendekatan dalam menentukan kapasitas penampungan adalah dengan


menghitung selish kapasitas pompa dengan kapasitas maksimum hari selama
waktu pemompaan. Maka:

VGR =

3.5.2 Penentuan Dimensi Reservoir Atas

Pendekatan yang dilakukan dalam menentukan kapasitas penampungan


reservoir atas adalah dengan menghitung selish kapasitas aliran (Qpeak)
dengan kapasitas pemompaan (Qpompa) selama waktu puncak. Elevated
Reservoir perlu ditambahkan volume air pengisi, yaitu volume air saat air
belum dapat dialirkan oleh pompa saat pompa start. Biasanya memakan waktu
dari awal pompa dijalankan sampai pengaliran ke elevated reservoir sekitar 5-
10 menit. Maka dengan mengasumsikan waktu peak (Tpeak) sebesar 40 menit
dan Tpengaliran pompa sebesar 5 menit, didapatkan:

VER =

=
3.6 Penentuan Dimensi Pipa Utama
Debit yang akan mengalir pada pipa utama yaitu debit kapasitas dari pompa,
Qpompa. Maka untuk menentukan dimensi pipa utama, dapat digunakan
persamaan:
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Pada laporan plambing kali ini dari seluruh proses yang dikejakan meliputi teori
5.2 SARAN

Anda mungkin juga menyukai