IL-3202
Oleh:
1.1 Pendahuluan
Sistem instalasi air tidak akan pernah terlepas dari sistem bangunan. Maka,
dibutuhkan pekerjaan yang dapat menyalurkan air dengan baik karena kebutuhan air
manusia tidak akan efektif jika tidak menggunakan sistem instalasi air, oleh karena itu
diperlukan suatu ilmu yang mempelajari tentang sistem instalasi air. Media penyalur air
biasa disebut pipa, pada praktiknya di lapangan sistem instalasi air dititikberatkan pada
pemasangan pipa pada bangunan yang akan dipasang sistem intalasi air tersebut. Ilmu yang
mempelajari sistem instalasi ini disebut Plambing. Plambing tidak hanya mempelajari sistem
instalasi air, namun dapat berupa sistem instalasi udara, gas dan lainnya.
Pada lapoaran plambing kali ini lebih dititikberatkan pada sistem instalasi air. Pada
sistem instalasi air ini terbagi menjadi dua yaitu sistem instalasi air bersih dan sistem instalasi
air kotor dan yang menjadi topik bahasan ini adalah instalai air bersih.Perencanaan sistem
plambing dalam suatu gedung, guna memenuhi kebutuhan air bersih sesuai jumlah penghuni
dan penyaluran air kotor secara efisien dan efektif, sehingga tidak terjadi kerancuan dan
pencemaran yang senantiasa terjadi karena saluran mengalami gangguan perpipaan, mulai dari
rumah sederhana sampai gedung bertingkat.
Tujuan disusunnya laporan ini adalah membuat perencanaan sistem plambing penyediaan air
bersih didalam sebuah bangunan gedung yang meliputi hal-hal berikut:
a) Mengetahui spesifikasi jenis air bersih dan air minum, standar penggunaan dan
penyesuaian terhadap pemenuhan kebutuhan penghuni bangunan
b) Merancang secara rinci sistem plambing air bersih yang terdiri dari:
● sistem perpipaan air bersih
● perhitungan kebutuhan sistem penyediaan sistem air bersih serta kebutuhan alat saniter
dalam gedung tersebut
● Gambar detail jalur sistem plambing air bersih
Sistematika yang digunakan untuk emnulis Laporan Plambing ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini hal-hal yang dibahas adalah mengenai pendahuluan/ latar belakang, maksud dan tujuan,
ruang lingkup, serta sistematika penulisan yang dibuat pada penulisan laporan ini.
Pada bab ini berisi tentang tinjauan pustaka mengenai perancangan sistem plambing yang ada di
seuatu gedung.
Bab ini membahas mengenai dasar - dasar yang digunakan untuk melakukan perencanaan mengenai
plambing yang berada pada suatu gedung dengan kriteria- kriteria yang telah ditentukan.
BAB IV PERHITUNGAN
Pada bab ini akan dibahas lebih rinci perhitungan yang dilakukan meliputi desain reservoir bawah
hingga atas, diameter pipa keseluruhan, asesoris pipa, dan desain pipa.
Bab II
Tinjauan Pustaka
Plambing merupakan salah satu kegiatan pelaksanaan suatu konstruksi yang biasanya masuk
pada bagian Mechanical and Electrical, sedangkan pengertian dari plambing itu sendiri adalah suatu
kegiatan pemipaan baik itu air bersih, air panas, air kotor, gas, AC, dan lainnya.
Fungsi dari peralatan plambing adalah untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang
dikehendaki dengan tekanan yang cukup yang dilaksanakan oleh sistem penyediaan air bersih dan
membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya yang
dilaksanakan oleh sistem pembuangan.
Tujuan utama sistem penyediaan air adalah untuk menyediakan air yang cukup berlebihan. Tetapi
ada pembatasan pada jumlah air yang dapat diperoleh karena pertimbangan penghematan energi dan
adanya keterbatasan sumber air. Terlebih lagi akhir-akhir ini dikehendaki membuang air buangan dan air
kotor langsung ke dalam saluran pembuangan.
Bahan dalam air buangan menjadi makin beraneka ragam jenisnya dan rumit kualitasnya,
sebagai akibat perubahan menu makanan manusia kemajuan teknologi, industri, dan sebagainya.
Walaupun demikian kebutuhan akan penyediaan air minum yang murni dan sistem pembuangan air yang
lengkap dan tidak berubah dan tentu saja tidak diharapkan akan berubah dalam banyak masa dekat ini.
Meskipun sistem plambing adalah sarana yang sangat penting dan dikenal banyak orang, tetapi bukannya
tidak mungkin untuk merancang atau melaksanakan tanpa menggunakan bantuan komputer.
BAB III
Dasar Perencanaan
Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan
gedung. Oleh karena itu maka perencanaan sistem plambing harus dilakukan
bersamaan dan sesuai dengan tahapan perencanaan gedung, dengan memperhatikan
dengan seksama hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung dan peralatan
lainnya.
Berdasarkan rencana dasar yang telah disiapkan maka kapasitas sistem dan
peralatan sistem plambing yang direncanakan dapat disusun dengan
menggunakan gambar-gambar pendahuluan dari denah bangunan.
Setelah Rancangan Pendahuluan dibuat dan disetujui oleh pemilik atau perancang
gedung, maka selanjutnya dapat disiapkan rancangan detail dari sistem plambing
yang direncanakan.
Rancangan detail dari sistem plambing mencakup:
Memo Disain : yang memuat perhitungan disain
Gambar Disain : yang memuat gambar-gambar disain
Spesifikasi Teknis : yang memuat spesifikasi dari peralatan dan
Bahan yang digunakan pada sistem plambing
yangdirencanakan
Perkiraan Biaya : yang memuat perkiraan biaya pembangunan
darisistem plambing yang direncanakan.
Di Indonesia, sampai saat ini belum ada Peraturan Perundangan yang mengatur
mengenai masalah perencanaan, pembangunan ataupun pemeliharaan dari suatu
sistem plambing. Meskipun demikian, walaupun belum disahkan sebagai suatu
peraturan yang diundangkan, hendaknya digunakan buku “Pedoman Plambing
Indonesia” yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum”, serta Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berkaitan dengan
sistem plambing.
Apabila ada hal-hal yang belum diatur dalam pedoman tersebut, maka selama tidak
bertentangan dengan peraturan yang berlaku, dapat pula digunakan standar-standar
yang berlaku secara internasional.
a. Peralatan Saniter:
● Kloset (kakus)
● Urinal (peturasan)
● Bak Mandi Rendam
● Wastafel
● Tempat Cuci Piring (Sink)
● Janitor
b. Fiting Saniter :
o Keran Air
o Katup Gelontor, berupa: Katup Gelontor Kloset, Katup Gelontor Urinal
o Tangki Gelontor, berupa: Tangki Gelontor Kloset, Tangki Gelontor
Urinal
o Perangkap (Trap)
o Pancuran Mandi
o Pancuran Minum
c. Peralatan Lain:
❖ Peralatan Pemadaman Kebakaran
❖ Peralatan Pemanas Air
d. Perlengkapan Sistem Plambing:
▪ Reservoir (tangki air) dan peralatannya
▪ Pompa dan peralatannya
▪ Lain-lain
Sistem perpompaan ini digunakan pada sistem plambing antara lain pada
sistem sarana:
2) Bidet
Penerapan bidet harus sesuai dengan standar berlaku. Pasokan air untuk
bidet harus dilindungi oleh perangkap udara atau sesuai ketentuan yang
berlaku.
3) Urinal
Urinal harus memiliki pemakaian air pembilas rata-rata tidak melebihi 4
Liter. Yang perlu diperhatikan tentang urinal:
a. Jenis urinal palung harus memenuhi persyaratan penggelontoran;
b. Jenis urinal yang diterapkan harus dilengkapi dengan pancuran air;
c. Dinding dan lantai urinal
Dinding dan lantai yang berdekatan dengan urinal harus dari bahan
yang tahan karat dan rapat air sekurang-kurangnya sepanjang 30
cm di depan bibir urinal, 30 cm dari kedua tepinya dan 120 cm
diatas lantai. Dinding depan urinal dengan tinggi sekitar 20 cm
untuk menghindari percikan air;
d. Urinal yang dilarang
Urinal yang menyambung dan urinal dengan perapat tidak terlihat.
4) Penggelontor
Alat penggelontor harus dipasang pada setiap kloset dan urinal sehingga
dapat memberikan kapasitas dan kecepatan air yang cukup untuk
menggelontor kloset dan urinal dengan sempurna.
a. Tangki Penggelontor
Tangki penggelontor harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
▪ Tangki penggelontor harus dilengkapi dengan katup yang
dibenarkan. Katup yang berhubungan dengan air dalam tangki
penggelontor harus dilengkapi dengan alat pemecah hampa
yang ditempatkan pada ketinggian sekurang-kurangnya 0,50
cm di atas taraf peluap tangki;
▪ Lubang pengeluaran katup yang tidak mengenai air dalam
tangki harus ditempatkan pada ketinggian sekurang-kurangnya
0,50 cm di atas taraf peluap tangki, sebagai pengganti
keperluan ini dapat juga dipasang pemecah hampa seperti
ketentuan di atas.
b. Tangki Penggelontor Terpisah
Sebuah alat penggelontor dapat digunakan untuk menggelontor
lebih dari satu urinal dengan syarat bahwa alat penggelontor
tersebut harus bekerja secara otomatis dan mempunyai kapasitas
yang cukup untuk menyediakan air yang dibutuhkan guna
penggelontoran dan pembersih urinal secara sempurna pada saat
yang bersamaan.
c. Pipa Penggelontor dan Penyambungan
Pipa penggelontor dan penyambungan yang menghubungkan
tangki penggelontor dengan kloset atau urinal harus mempunyai
ukuran yang tepat dan dapat menggelontor dengan sempurna.
d. Katup Bola
● Apabila jaringan air minum dihubungkan langsung dengan
tangki penggelontor melalui sebuah katup bola, maka katup
bola tersebut harus dipasang sesuai dengan ketentuan pada
tangki penggelontor;
● Katup bola di dalam tangki penggelontor harus dapat
bekerja secara otomatis, mengisi tangki setelah
penggelontoran dan menutup secara sempurna jika tangki
telah penuh;
● Katup pada tangki penggelontor rendah, harus dapat
menyalurkan air langsung ke perangkap pada waktu tangki
penggelontor terisi kembali.
e. Katup Penggelontor pada Tangki
● Katup penggelontor pada tangki harus bekerja secara
manual, kecuali alat lainnya dalam tangki penggelontor
bekerja secara otomatis;
● Dudukan katup penggelontor dalam tangki harus sekurang-
kurangnya 2,5 cm di atas bibir kloset, kecuali pada kloset
jenis tangki penggelontor dan kloset gabungan yang
dibenarkan dan dibuat sedemikian rupa, sehingga apabila
kloset tersumbat pada waktu penggelontoran, maka katup
penggelontor tertutup rapat untuk mencegah air mengalir
terus menerus sampai meluap;
● Peluap dalam tangki. Tangki penggelontor harus dilengkapi
dengan peluap yang sesuai, sehingga pada saat pengaliran
yang maksimum air di dalam tangki tidak meluap. Peluapan
dari tangki harus dialirkan ke dalam kloset atau sampai
meluap.
5) Bak Cuci Tangan
a. Lubang pembuangan
Bak cuci tangan harus mempunyai lubang pembuangan air dan
berukuran sekurang-kurangnya 32 mm.
7) Shower
a. Dulang
Dulang harus berlantaikan rapat air dari bahan yang tahan lama,
kecuali dulang yang dipasang langsung di atas tanah atau yang
mempunyai penampung logam berenamel rapat air atau ekuivalen
dan dibenarkan. Dulang tersebut harus mempunyai bibir yang
melengkung ke atas pada keempat sisinya setinggi 5 cm di atas
lantai; lubang pembuangnya harus disambungkan dengan baik dan
rapat air pada pipa pembuangan.
Gambar 1.1.4.6.Dulang
(Sumber: Pendahuluan Plambing, James N, 2018)
b. Ukuran ruang shower
c. Lubang pembuangan
Tiap lantai ruang shower untuk umum dan hunian lembaga harus
dikeringkan masing-masing sedemikian rupa, sehingga air dari satu
ruang shower tidak mengalir melalui ruangan shower lainnya.
f. Konstruksi dinding
Ruang shower harus mempunyai dinding yang halus dari bahan
yang tahan karat, tidak menyerap air dan rapat air, dengan
ketinggian sekurang-kurangnya 1,80 m di atas lantai.
h. Konstruksi lantai
Lantai ruang shower harus halus, tidak licin, rapat air dengan
ketinggian sekurangkurangnya 5 cm di atas lantai berkonstruksi
baik dan aman.
Unit penggerus sisa makanan yang dipasang pada bak cuci piring
harus dilengkapi dengan pengatur otomatis atau manual, sehingga
unit tersebut hanya dapat bekerja apabila air mengalir.
3.4.1 Pengertian
Plumbing adalah kosa kata dari Bahasa Inggris, dan orang Indonesia biasa
menyebutnya sebagai Plambing. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
artinya adalah : Pipa ledeng atau jenis pekerjaan penyambungan dan pemasangan
pipa air ledeng.
A. Peralatan Saniter :
● Kloset(kakus)
● Urinal (peturasan),
● Lain-lain :
o Wastafel
o Janitor
o Dll
B. Fiting Saniter :
● Keran Air
● Lain-lain :
o Pancuran Mandi
o Pancuran Minum
C. Peralatan Lain:
● Lain-lain
Instalasi ini berfungsi untuk menyalurkan media air yang bersih / layak pakai,
misalkan untuk kebutuhan memasak, mandi, cuci pakaian dan lain – lain.
Instalasi air bersih di gedung dibagi menjadi :
o Pompa akan menyala jika air turun hingga di bawah setingan pembaca
ketinggian air,
o Pompa akan mati jika air naik hingga batas setingan pembaca ketinggian
air.
Beberapa sistem mungkin lebih modern, dan akan dibahas di artikel lainnya.
Untuk gedung tingkat tinggi (banyak) perlu penambahan pompa booster pada
beberapa lantai agar tekanan sampai hingga ke roof tank, hal ini tergantung
kepada ketinggian roof tank dan kekuatan pompa transfer yang dipakai.
Instalasi distribusi dimulai dari tangki atas (roof tank), disalurkan dengan pipa
vertikal, pada gedung yang tinggi perlu penambahan PRV (valve pengatur
tekanan, Pressure Relief Valve) ini berfungsi untuk mengurangi tekanan
karena perbedaan pengaruh gaya gravitasi bumi pada tiap lantainya. Dan
menyesuaikan tekanan untuk pemakaian. Arah aliran instalasi ini adalah ke
titik – titik pemakaian di gedung.
Instalasi air bekas adalah instalasi plumbing yang menyalurkan air bekas dari
pemakaian, misalkan dari : wastafel, air mandi, dan lain – lain. (perhatikan
perbedaan air bekas dan air kotor).
Arah aliran air bekas ini tergantung perencanaan, yaitu bisa diproses dulu demi
kelayakan buang ke saluran kota, atau langsung dibuang. Beberapa gedung
memisahkan antara instalasi pemakaian umum dengan pemakaian khusus,
misalnya air bekas dari dapur restaurant dan lian – lain. Yang banyak
mengandung minyak dan bekas masakan.
Pemakaian water trap mungkin solusi lainnya.
Untuk air yang dibuang dari closet, urinoir, dan pemakaian khusus seperti
minyak bekas dari dapur restaurant yang memerlukan penanganan khusus masuk
pada instalasi air kotor.
Arah aliran air kotor sesuai peraturan harus ke unit proses pengolahan agar layak
dibuang ke saluran kota. Penggunaan STP untuk gedung dengan kapasitas
pembuangan air kotor yang tinggi sangat diperlukan. Sementara untuk perumahan
cukup menggunakan septiktank.
Instalasi ini yang kurang dipahami oleh banyak orang, secara fungsi, instalasi ini
berguna untuk mengisi udara pada instalasi air kotor dan air bekas.
Kenapa buangan air kotor dan air bekas tidak lancar? Salah satu penyebabnya
adalah tidak ada instalasi pipa vent, selain karena masalah yang lain. Pada saat
terjadi pembuangan air kotor atau air bekas ke instalasi pipa air kotor dan air
bekas, terjadi gaya tarik dari bumi (gravitasi), ada beberapa titik pada instalasi air
kotor yang menyebabkan terjadi vakum, hal ini biasanya ber-efek misalkan pada
closet atau urinoir mengeluarkan gelembung yang sebenarnya bukan
mengeluarkan, justru membutuhkan udara untuk mengisi ruang vakum tersebut.
Kotoran dan lain-lain di dalam pipa air kotor akan tertahan karenanya.
Penambahan instalasi pipa vent akan mengatasi hal itu yaitu memasukkan udara
bebas ke ruang vakum dan air kotor / bekas akan secara bebas mengikuti gaya
gravitasi bumi.
Air vent harus selalu pada posisi atas untuk menghindari masuknya air ke dalam
pipa vent. Untuk gedung bertingkat pipa vent mengambil udara dari atap tertinggi
gedung.
3.5 SISTEM PERPIPAAN AIR MINUM
Plambing atau sistem perpipaan air minum harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air minum.
Perencanaan plambing air minum harus dibuat secara cermat, terutama untuk
menghindari terjadinya cross conection, yaitu bercampurnya air bersih dengan air
buangan sehingga air tidak memenuhi syarat sebagai air minum. Hal itu dapat terjadi
misalnya karena ada kesalahan dalam pemasangan pipa, dsb.
Hal yang penting yang perlu dipertimbangkan dalam konsep plambing air minum
adalah:
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran air
bersih adalah:
Air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai
terendah bangunan atau di bawah muka tanah), kemudian dipompakan ke
suatu tangki atas (biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi
bangunan.
Air ditampung pada tangki bawah kemudian dipompakan ke dalam suatu bejana
(tangki) tertutup sehingga udara didalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut
kemudian dialirkan ke seluruh bangunan. Pompa bekerja secara otomatis
berdasarkan detektor tekanan.
Kekurangan-kekurangannya:
a. Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1.0 kg/cm² sangat besar dibandingkan
dengan sistem tangki atap yang hampir tidak ada fluktuasi tekanannya.
b. Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa hari
sekali harus ditambahkan udara kempa dengan kompresor atau dengan
menguras seluruh air dari dalam tangki tekan.
c. Sistem tangki tekan dapat dianggap sebagai suatu sistem pengaturan otomatis
pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan air seperti
tangki atap.
d. Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relatif sedikit,
maka pompa akan lebih sering bekerja dan hal ini dapat menyebabkan
keausan pada saklar pompa lebih cepat.
Pada sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki atas
ataupun tangki tekan, air dari sistem penyediaan air minum (PDAM) langsung
dipompakan menuju seluruh bangunan. Sistem ini dilarang di Indonesia.
1. Pengaliran ke atas
Pipa utama dipasang dari tangki atas ke bawah sampai langit-langit lantai
terbawah dari gedung kemudian mendatar dan bercabang-cabang tegak ke atas
untuk melayani lantai-lantai diatasnya.
Gambar 1.3.3.1. Sistem Pengaliran ke atas
(Sumber: Sistem Air Minum Plambing, James N, 2018)
2. Pengaliran ke bawah
Pipa utama dari tangki atas dipasang mendatar dalam langit-langit lantai teratas
dari gedung dan dari pipa mendatar ini dibuat cabang-cabang tegak ke bawah
untuk melayani lantai-lantai dibawahnya.
Penentuan dimensi dari sarana plambing air sangat tergantung dari jenis kegunaan
gedung yang direncanakan. Oleh karena itu maka harus ditentukan atau diketahui
jenis gedung yang direncanakan, seperti misalnya : Perkantoran, Pertokoan, Hotel,
Sekolah, Apartemen, Rumah Sakit dll.
Secara umum besarnya kebutuhan air rata-rata ini dapat ditentukan melalui
dua (2) cara, yaitu :
Untuk memenuhi kebutuhan air, maka dirancang sistem penyediaan air dalam
gedung tersebut (plambing sistem).
Kapasitas air adalah debit air yang dialirkan untuk memenuhi kebutuhan air
tersebut. Kapasitas air rata-rata adalah merupakan kapasitas atau debit air yang
dialirkan untuk dipakai atau digunakan dalam aktifitasnya. Pemakaian air
umumnya tidak selalu sama setiap harinya, oleh karena itu akan terjadi
pemakaian maksimum hari dalam satu tahunnya, yang disebut maksimum
hari. Untuk memenuhi pemakaian tersebut maka diperlukan kapasitas
maksimum hari (Q maxhari).
Faktor maksimum hari ini berkisar antara 1,5 – 2,0, tergantung dari
jenis kondisi dan sifat dari gedung yang direncanakan.
2) Faktor Pemakaian
Tabel 1.4.1.8. Pemakaian Air Tiap Alat Plambing, Laju Aliran, dam Ukuran Cabang Pipa
(Sumber : Sofyan Nur Bambang)
Pada sistem yang menggunakan Reservoir Atas kapasitas pompa (Qp) adalah .
Namun pada sistem yang tidak menggunakan Reservoir Atas maka kapasitas
pompa harus sama dengan kapasitas puncak “plambing” (Qpeak). Besarnya
Qpeak akan diuraikan pada Bagian 4 Penentuan Kapasitas Aliran “Plambing”.
Jenis dan Alat Plambing yang diperlukan dapat ditentukan berdasarkan jumlah
penghuni untuk suatu gedung tertentu. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk
menentukan kebutuhan jenis dan jumlah alat plambing adalah dengan
menggunakan standar seperti yang ditunjukan pada table 1.4.1.4,1.4.1.5, dan
1.4.1.6 .
1.4.5 Sistem Jaringan Perpipaan Air Bersih
Rancang system jaringan air bersih mulai dari Sumber, Reservoir Bawah,
Pompa air bersih “utama”, Pipa “utama” Reservoir Atas, Pipa Tegak (vertical),
Pipa Mendatar atau cabang (horizontal) sampai Pipa Alat Plambing.
Besarnya kapasitas aliran merupakan jumlah debit aliran yang mengalir pada
perpipaan “plambing”. Kapasitas aliran ini merupakan kapasitas puncak Qpeak
atau disebut juga Qplambing. Kapasitas atau debit aliran puncak (Qpeak) ini
perlu ditentukan untuk menghitung besarnya perpipaan “plambing” yang
diperlukan untuk mengalirkan air tersebut, sehingga disebut kapasitas aliran
“plambing” (Qplambing).
Unit alat plambing ini dapat dijumlahkan untuk menentukan besarnya debit
yang diperkirakan akan mengalir dari beberapa alat plambing. Besarnya unit
alat plambing dari setiap alat plambing dapat ditentukan dengan gambar 1
Kapasitas aliran plambing (Qpeak) dari setiap jalur perpipaan tersebut dapat
ditentukan dengan menggunakan Kurva pada gambar 1.4.6.1, setelah
ditentukan besarnya unit alat plambing dari jalur perpipaan tersebut.
Gambar 1.4.6.1. Hubungan Unit Beban Alat Plambing dengan Laju Aliran
(Sumber : Sofyan Nur Bambang)
1.4.7 Penentuan Dimensi
Sumber air dapat berasal dari system Penyediaan Air Minum atau PAM (Off-
site) ataupun dari sumber sendiri (On-site). Pada sistem On-site mungkin
diperlukan pengolahan air agar kualitas air memenuhi persyaratan yang
ditentukan.
Kapasitas sumber air dan pengolahan yang diperlukan harus mampu untuk
memenuhi kebutuhan maksimum hari, sehingga digunakan kapasitas
maksimum hari (Qmaxhari).
Pompa “utama” adalah pompa yang akan mengalirkan air dari Reservoir
Bawah menuju Reservoir Atas. Aliran air yang harus dialirkan pompa adalah
sama dengan kapasitas pompa (Qp).
Dimensi pompa yang lain adalah head pompa. Besarnya head pompa dapat
ditentukan menggunakan kaidah Mekanika Fluida, yaitu dengan menghitung
head statis dan head losses. Besarnya head statis dapat ditentukan bila letak
(ketinggian) Reservoir Atas sudah diketahui, sedangkan besarnya head losses
dapat ditentukan setelah panjang pipa dan dimensi pipa utama ditentukan.
Oleh karena itu maka perhitungan head pompa akan dilakukan pada bagian
akhir.
Kapasitas (volume) reservoir perlu juga ditambah dengan kebutuhan air untuk
lainnya seperti kebakaran dll.
Reservoir Atas akan menampung air dari pompa sebelum dialirkan menuju
alat plambing. Kapasitas aliran dari pompa dan kapasitas aliran untuk alat
plambing umumnya berfluktuasi, sehingga sangat sulit untuk menentukan
volume Reservoir Atas secara akurat, oleh karena itu maka dilakukan
pendekatan.
Kapasitas aliran pompa secara rata-rata akan sama dengan Q pompa dan
kapasitas aliran untuk alat plambing maksimum sebesar kapasitas puncak
(Qpeak atau Qplambing). Waktu pemakaian air puncak umumnya sekitar 30 –
50 menit.
Kapasitas (volume) Reservoir Atas juga perlu ditambah dengan volume air
pengisi, yaitu volume air pada saat aliran belum dapat dialirkan oleh pompa
pada saat pompa start. Lamanya waktu start pompa sampai aliran dapat
mengalir masuk ke dalam reservoir atas umumnya sekitar 5 - 10 menit, oleh
karena itu maka harus ditambahkan dengan volume pengisi = Q pompa x
waktu pengisi pompa.
Dimana :
Qp : Kapasitas pemompaan
Pipa Utama adalah pipa yang akan mengalirkan air dari Reservoir Bawah
menuju Reservoir Atas, dimana pengaliran dilakukan dengan menggunakan
pompa. Pipa Utama ini dapat dibedakan menjadi pipa isap dan pipa tekan,
dimana pipa isap adalah merupakan bagian dari sistem isap dari sistem
pemompaan dan pipa tekan merupakan bagian dari sistem tekan dari sistem
pemompaan.
Pipa tegak (Vertikal) adalah perpipaan yang mengalirkan air dari Reservoir
Atas menuju perpipaan mendatar (Horizontal), sedangkan Pipa Mendatar akan
mengalirkan air dari pipa tegak menuju alat plambing.
Pada tahap awal (menentuan dimensi secara teoritis), dimensi perpipaan (pipa
tegak dan pipa mendatar) diperkirakan dengan berdasarkan kapasitas aliran
puncak (Qpeak). Kapasitas aliran puncak ini telah diuraikan pada Bagian 4.
Batasan kecepatan tergantung dari jenis pipa yang digunakan namun secara
umum digunakan batasan 0,3 – 3 m/detik, sedangkan batasan gradien hidraulik
adalah 10 – 400 mm/m.
Pipa Mendatar
Penentuan nilai UAP pada jalur pipa lain mengikuti langkah- langkah
yang sama.
Kehilangan tekanan (Head lossed) pada system perpipaan air bersih plambing
ini perlu dihitung sehingga pada system dapat dirancang atau disiapkan energi
(tekanan) yang cukup untuk mengalirkan air sampai pada semua alat plambing
yang ada.
Kehilangan tekanan mayor terjadi karena adanya gesekan pada dinding pipa
selama pengaliran air pada pipa (lurus).
Persamaan Darcy-Weisbach
H = f L/D V2/2g
Dimana :
H = kehilangan tekanan mayor
Harga f ini biasanya tergantung pada kecepatan aliran dan jenis pipa
yang digunakan, seperti ditunjukan pada Tabel koefisien f - Darcy-
Weisbach.
Persamaan Hazen-Williams
Dimana :
Secara Matematis
Hm = k V2/2g
Dimana :
Entrance Losses
Check 8 – 12 Pipe Projecting Into Tank 0.8 –
Valves 1.0
65 – 70 End of Pipe Flush with
Horizontal 0.
0.6 – 2.5 Tank Slightly Rounded
Lifts Ball 50
Bell Mouthed
Swing 0.
23
0.2 Outlet Losses 0.
Gate Valves 04
Wide Open
¼ Closed 1.2 From Pipa Into Still Water
½ Closed 5.6 of Atmosfer 1.0
¾ Closed 24.0
Sudden
Globe Valves Contraction 0.
42
Wide Open 10 d/D = ¼
0.
d/D
33
0
90 Elbow =½
0.
Regular Flanged 0.21 – 0.30 d/D 19
Long Radius 0.34 – 0.23 =¾
Flanged Short 0.90
Radius Screwed 0.75 Sudden 0.
92
Medium Radius 0.50 Enlargement
0.
Screwed Long Radius d/D = ¼
56
Screwed d/D
0.
=½ 19
d/D
=¾
Menggunakan Nomogram
Reservoir Atas selain berfungsi untuk memberikan aliran air pada alat plambing
yang ada pada gedung, fungsi utamanya adalah memberikan energi (tekanan)
yang cukup agar pengaliran menuju alat plambing sempurna sesuai dengan
karakteristik alat plambing yang digunakan.
Sesuai dengan Hukum Kekekelan Energi, maka energi akan tetap (konstan) :
Total energi pada titik 1 akan sama dengan total energi pada Titik 2, maka :
E1 = E2
Maka :
Z1 = Z2 + HT + RH
Dimana :
Tekanan
Alat Plambing yang Keterang
an
dibutuhka
n (meter)
Keran Otomatis 7
bila tekanan kurang, keran tidak akan menutup
sempurna
Keran Biasa 3
Titik Kritis
Contoh soal :
Untuk merancang sistem plambing pada suatu gedung dibutuhkan data-data yang
mendukung dalam perancangan sistem plambing. Berikut merupakan data yang
digunakan dalam perencanaan sistem plambing :
Sesuai dengan data perancanaan , jumlah penghuni satu gedung ialah 1500 jiwa,
yang mana rasio perempuan banding laki-laki adalah 3:4, maka:
- Perempuan =
= 643 jiwa
- Laki-laki =
= 857 jiwa
Menurut SNI 8153 tahun 2015 tabel 2, sesuai dengan jumlah penghuninya untuk
fasilitas usaha, didapatkan kebutuhan fasilitasnya sesuai dengan tabel 3.1.1
Alat
Pria Wanita
Plambing
WC (Kloset) 4 4
Urinal
1 -
(peturasan)
Lavatori
(Tempat
4 3
cuci
tangan)
jet shower 4 4
Setelah didapatkan kebutuhan dasar alat plambing yang dibutuhkan, dapat pula
ditentukan unit beban alat plambing yang diperlukan. Penentuan UBAP tiap alat
plambingnya mengacu kepada SNI 8153 tahun 2015 tentang Sistem Plambing pada
bangunan gedung. Selain kebutuhan dasar tersebut, dapat dilengkapkan juga alat
plambing penunjang, seperti ditambahkannya satu keran air (faucet) dan satu floor
drain pada tiap bilik water closet, dan ditambahkan satu floor drain dekat
lavatories. Untuk floor drain tidak dimasukkan ke perhitungan UBAP Air Dingin.
1 WC (Kloset) 8 2,5 20
Urinal
2 1 2 2
(peturasan)
Lavatori
3 (Tempat cuci 7 1 7
tangan)
4 jet shower 8 4 32
jumlah 61
Sesuai dengan tabel 3.1.2 didapatkan jumlah UBAP 10 lantai, sehingga dapat
ditentukan kapasitas alirannya.
Sistem penyediaan air bersih pada gedung kantor 10 lantai ini menggunakan
system distribusi keatas karena lebih umum dan aplikasinya cenderung lebih
mudah baik dalam operasional dan pemasangannya. Digunakan dua buah reservoir
yaitu reservoir atas (elevated reservoir) dan reservoir bawah (ground reservoir).
Reservoir atas berfungsi sebagai reservoir penampungan air yang akan disalurkan
dengan memanfaatkan gravitasi, yang mana airnya ditampung dari pemompaan
ground reservoir. Ground reservoir menampung air yang masuk dari suplai air.
Tiap lantai memiliki denah yang tipikal untuk toiletnya, hal tersebut diasumsikan
demikian karena gedung 10 lantai ini merupakan gedung kantor. Denah tersebut
dapat dilihat sesuai gambar 3.2.2.
Qmax day =
=
3.3.1 Penentuan Qoperasi
Qoperasi =
= L/s
Kapasitas pemompaan adalah kapasitas yang dialirkan oleh pompa, yang mana
harus memenuhi kapasitas maksimum hari. Biasanya pompa dioperasikan 30-
80% dari waktu operasi. Maka diasumsikan waktu operasi pompa adalah 4
jam.
Qpompa =
= L/s
VGR =
VER =
=
3.6 Penentuan Dimensi Pipa Utama
Debit yang akan mengalir pada pipa utama yaitu debit kapasitas dari pompa,
Qpompa. Maka untuk menentukan dimensi pipa utama, dapat digunakan
persamaan:
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Pada laporan plambing kali ini dari seluruh proses yang dikejakan meliputi teori
5.2 SARAN