Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FARMAKOGNOSI LANJUTAN

BIOSINTESIS FLAVANOID

Disusun oleh :

Nama :Ria Monica Ningsih Manullang

NIM : 1748201014

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SENIOR MEDAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah
mengenai “Biosintesis Flavanoid” yang diajukan untuk memenuhi tugas Farmasi
Bahan Alam

Saya berterima kasih kepada Ibu Helen Anjelina Simanjuntak,S.Si,M.Si yang


telah memberikan tugas kepada untuk membantu saya lebih memahami mengenai
Kursetin Sebagai Anti Kanker.

Saya juga menyadari bahwa makalah yang saya susun ini masih banyak
kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran
atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan berpuluh-puluh ribu tumbuhan yang
banyak dibudidayakan sebagai tumbuhan pangan, industri, tanaman obat, dan banyak
lagi lainnya. Masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal berbagai
macam tanaman yang mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Tanaman yang berkhasiat obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman
obat tradisional. Sebagai tanaman obat, kegunaannya pun tidak terbatas dan
menghasilkan zat yang berkhasiat melalui proses biosintesis.

Eksplorasi bahan alami yang mempunyai aktivitas biologis menjadi salah satu
target para peneliti, setelah senyawa-senyawa sintetik yang mempunyai aktivitas
biologi seperti senyawa antioksidan sintetik ( butylated hydroxytulen ), Butylated
hydroxyanisole (BHA). Beberapa penelitian yang telah dikembangkan, senyawa-
senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan umumnya merupakan
senyawa flavonoid, fenolat, dan alkaloid.

Flavonoid dalam bidang pengobatan banyak digunakan sebagai anti virus, anti
keradangan, diuretic, antispasmodic, dan bersifat sitotoksik. Flavonoid adalah
senyawa dengan struktur rantai karbon C6-C3-C6 merupakan pigmen yang terdapat
pada beberapa bagian tumbuhan seperti pada akar, bunga, daun, tepungsari, dan buah.
Flavonoid jarang ditemukan dalam satu golongan flavonoida, namun sebagai
campuran beberapa golongan. Hal ini menjadikan suatu masalah yang sangat menarik
bagi para peneliti. Yaitu terbukti dari adanya beratus-ratus penelitian tentang
flavonoid dari banyak spesies dengan teknik isolasi dan pemisahan modern. Misalnya
M. Hamburger etal yang mengisolasi 12 glikosida flavonol dari daun Searidaca
diversifolia. Nianbai Fang, Mark Leidig, Tom J. yang mengisolasi 51 flavonoid dari
Butierrezia microcephala.
1.2 Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini,yaitu:

1. Apa itu senyawa flavanoid?


2. Apa saja penggolongan dari flavanoid?
3. Bagaimana proses biosintesis dari flavanoid?
4. Bagaimana cara identifikasi senyawa flavanoid?
5. Bagaimana cara mengisolasi flavanoid?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Senyawa Flavanoid

Flavonoid atau bioflavonoid merupakan suatu senyawa fenol yang tersebar


luas pada hampir semua tumbuh-tumbuhan (kecuali alga), dengan penyebaran
terbesar terdapat pada golongan Angiospermae. Senyawa ini pada tumbuhan
disintesis dalam jumlah sedikit (0,5% - 1,5%). Lebih dari 4.000 flavonoid telah
diidentifikasi pada tumbuhan tingkat tinggi dan rendah hingga saat ini.Flavonoid
adalah kelompok dengan berat molekul rendah berbasis inti 2-fenil-kromon yang
merupakan biosintesis dari turunan asam asetat / fenilalanin dengan menggunakan
jalur asam shikimat. Secara tradisional, flavonoid diklasifikasikan dengan tingkat
oksidasi, annularitas cincin C, dan sambungan posisi cincin B.

Pada tumbuhan, flavonoid tidak hanya berperan sebagai pigmen yang


memberi warna pada bunga dan daun saja, namun juga sangat penting bagi
pertumbuhan, perkembangan, dan pertahanan tumbuhan, misalnya sebagai enzim
inhibitor, prekursor bahan toksik, melindungi tumbuhan (dari bakteri, virus,
herbivora, radikal bebas, dan radiasi sinar ultraviolet), sebagai agen kelasi terhadap
logam-logam yang berbahaya bagi tumbuhan dengan membentuk senyawa kompleks,
berperan dalam fotosensasitasi dan transfer energi, morfogenesis dari tumbuhan,
proses fotosintesis, ekspresi gen tumbuhan, dan sebagai regulator hormon
pertumbuhan dari tumbuhan.

Flavon dan flavonol mengandung jumlah terbesar senyawa, mewakili


sebagian kecil flavonoid, yaitu kategori 2-benzo-γ-pyron. Quercetin golongan
flavonol misalnya, telah dipelajari paling banyak biasanya. Flavanon dan flavanonol
memiliki ikatan jenuh C , dan sering ditemukan dengan flavon dan flavonol pada
tanaman. Isoflavon, seperti daidzein, adalah senyawa 3-fenil-kromon. Sebagai
prekursor utama biosintesis flavonoid, kalcon adalah isomer pembuka cincin C dari
dihydroflavon, bertanggung jawab untuk tampilan warna tanaman. Struktur
flavonoid, aurones adalah cincin C beranggota 5 turunan benzofuran. Anthocyanidin
adalah kelompok yang penting pigmen chromen untuk karakteristik warna tanaman,
ada dalam bentuk ion. Flavanol adalah produk reduksi dari dihydroflavonols,
terutama dengan flavan-3-ol yang terdistribusi pada kerajaan tumbuhan, juga dikenal
sebagai katekin. Namun, masih ada flavonoid lain tanpa kerangka C6-C3-C6,
misalnya, biflavon, kromon, furan dan xanthon. Glikosida, dengan kategori
penghubung yang berbeda, yang mendominasi bentuk flavonoid yang ada. Pilihan sisi
glikosilasi dikaitkan dengan struktur aglycones C2 = C3 (Tian Yang dkk, 2018).

2.2 Sifat-sifat Senyawa Flavanoid

Flavonoid merupakan golongan filifenol sehingga memiliki sifat kimia senyawa


fenol, yaitu:
1. Bersifat asam sehingga dapat larut dalam basa.
2. Merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil.
3. Sebagai antibakteri karena flavonoid sebagai derivat dari fenol dapat
menyebabkan rusaknya susunan dan perubahan mekanisme
permeabilitas dari dinding sel bakteri.
4. Sebagai antioksidan yaitu kemampuan flavonoid untuk menjalankan
fungsi antioksidan, bergantung pada struktur molekkulnya, posisi gugus
hidroksil memiliki peranan dalam fungsi antioksidan dan aktivitas
menyingkirkan radikal bebas.

2.3 Penggolongan Flavanoid

Nama “flavonoid” digunakan pertama kali oleh Geissman dan Hinreiner sekitar
32 tahun yang lalu, yaitu untuk menamakan golongan senyawa yang mempunyai
struktur kerangka dasar C6 – C3 – C6 32. Setiap bagian C6 merupakan cincin benzena
yang dihubungkan dengan tiga atom karbon (C3) yang merupakan rantai alifatis yang
dapat pula membentuk cincin ketiga. Ketiga cincin tersebut diberi tanda A, B, dan C
untuk memudahkan dalam pembahasan. Atom karbon dinomori menurut sistem
penomoran yang menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C serta angka
beraksen untuk cincin B.

Terdapat 2 macam istilah dengan pengertian yang berbeda, yaitu flavonoid dan
flavanoid. Istilah flavonoid berasal dari kata flavon atau fenil 2 kromon yang
mempunyai kerangka dasar  piron, sedangkan istilah flavanoid berasal dari kata
flavan atau fenil 2 kroman yang mempunyai kerangka dasar piran. Namun saat ini
istilah flavonoid lebih umum digunakan dari pada flavanoid.Flavonoid
dikelompokkan menjadi 6 golongan, yaitu: flavon, isoflavon, flavanon, flavonol,
kalkon, dan antosianidin.

1. Flavon

Senyawa flavon ini dapat dioksidasi sehingga memiliki bentuk yang bervariasi
bergantung pada tingkat oksidasinya. Senyawa dasar flavon yang tidak teroksidasi
disebut flavan. Flavon yang sering dijumpai adalah apigenin dan luteolin.

(Struktur kimia Flavon)

2. Flavonol

Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan


aglikon flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat
sebagai antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas
kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol
dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga
penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan
(Struktur kimia Flavonol)

3. Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan
sebagai fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai
pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya
tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein)
memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi
kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia
berubah menjadi coklat.

(Struktur kimia Isoflavon)

4. Kalkon

Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar
UV bila dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya,
karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi
kertas dalam pengembang air. (Harborne, 1996)

(Struktur kimia Kalkon)


5. Flavanon

Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun


dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus
prenus dan buah jeruk; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan
hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.

(Struktur kimia Flavanon)

6.Antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas
dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab
hampir semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga,
dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan
suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen
sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan
metilasi atau glikosilasi.

(Struktur kimia Antosianin)


2.4 Biogenetik dan Biosintesis Flavanoid

Spekulasi mengenai biosintesa flavanoid bermula dari analisa berbagai


struktur senyawa yang termasuk golongan ini. Pada tahun 1936 Robinson
mengajukan pendapat bahwa kerangka C6-C3-C6 dari flavonoid berkaitan dengan
kerangka C6-C3 dari fenilpropanoid yang mempunyai gugus fungsi oksigen pada
posisi para, para dan meta, atau 2 meta dan 1 para dari cincin aromatic. Akan tetapi,
senyawa-senyawa fenilpropanoid, seperti asam-asam amino fenilalanin dan tirosin,
bukannya dianggap sebagai senyawa yang menurunkan flavonoid melainkan hanya
sebagai senyawa yang bertalian belaka.

Pola biosintesa flavonoid pertama kali disarankan oleh Birch. Menururut


Birch, pada tahap-tahap pertama dari biosintesa flavonoid suatu unit C6-C3
berkombinasi dengan 3 unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2). kerangka
C15 yang dihasilkan dari kombinasi unit mengandung gugus-gugus fungsi oksigen
pada posisi-posisi yang diperlukan.

Adapun cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida, yakni
kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom
karbon dari rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur sikimat).

Jalur Poliketida
Jalur Fenilpropanoid (Jalur Sikimat)

Dengan demikian, kerangka dasar karbon dari flavonoid dihasilkan dari


kombinasi antara dua jalur biosintesa yang utama untuk cincin aromatik, yakni jalur
sikimat dan jalur asetat-malonat.Selanjutnya, sebagai akibat dari berbagai perubahan
yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai propan dapat
menghasilkan berbagai gugus fungsi, seperti ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugus
karbonil, dan sebagainya.

Menurut biosintesa ini, pembentukan flavonoid dimulai dengan


memperpanjang unit fenilpropanoid (C6-C3) yang berasal dari turunan sinamat
seperti asam p-kumarat. Kadang-kadang asam kafeat, asam furalat, atau asam sinapat.
Percobaan-percobaan juga menunjukkan bahwa calkon dan isomer flavon yang
sebanding juga berperan sebagai senyawa antara dalam biosintesis berbagai jenis
flavonoid lainnya. Adapun hubungan biogenetik antara berbagai jenis flavonoid
2.5 Teknik Mengidentifikasi Senyawa Flavanoid

Senyawa –senyawa flavonoid terdapat dalam semua bagian tumbuahan tinggi,


seperti bunga, daun, ranting, bauh, kayu, kulit kayu, dan akar. Akan tetapi, senyawa
flavonoid tertentu seringkali terkonsentrasi dalam suatu jaringan tertentu, misalnya
antosianidin adalah zat warna dari bunga, buah, dan daun.Sebagian besar dari
flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoid terkait pada
suatu gula. Suatu glikosida adalah kombinasi antara suatu gula dan suatu alcohol
yang saling berikatan melalui ikatan glikosida.

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa


flavanoid,yaitu:
 Kromatografi Lapis Tipis dan Uap Amonia
Biasanya jaringan tumbuhan dapat diuji adanya flavon dan flavonol denga
diuapi uap ammonia. Warna kuning menunjukkan adanya senyawa ini. Kalkon dan
auron berubah dari kuning menjadi merah pada uji ini. Jika ekstrak pigmen dalam air
dibasakan, berbagai perubahan warna dapat terlihat, meskipun perubahan pada
pigmen yang satu menutupi perubahan pada pigmen lain:
Antosianin : Lembayung biru
Flavon, flavonol, xanton : Kuning
Flavanon : Tidak berwarna menjadi merah jingga (terutama jika
dipanaskan)
Kalkon dan auron : Segera lembayung-merah
Flavanonol : Coklat-jingga

Geissman memberikan garis besar tata kerja untuk memeriksa kromatogram kertas
flavonoid. Tata kerja ini berlaku juga untuk lapisan tipis:
1. Perhatikan bercak yang kelihatan (antosianin, kalkon, auron)
2. Periksa dibawah sinar UV dengan panjang gelombang 365nm – beberapa
senyawa berfluoresensi (flavonol, kalkon) yang lain menyerap sinar dan
tampak sebagai bercak gelapdengan latar belakang berfluoresensi (glikosida
flavono, antosianin, flavon)
3. Uapi dengan uap ammonia sambil diperiksa di bawah sinar UV – glikosida
flavon dan flavonol berfluoresensi kuning, flavanon kelihatan kuning pucat,
katekin biru pucat.
4. Periksa lagi di bawah cahaya biasa sambil diuapi uap ammonia – flavon
kelihatan kuning, antosianin kelabu-biru, kalkon dan auron merah jingga.

 Spektrofotometri UV-Vis
Sebagian besar peneliti mengidentifikasi dengan menggabungkan cara
spektrofotometri dengan kromatografi. Semua flavonoid mamiliki pita serapan yang
kurang lebih kuat pada sekitar 220-270 nm dan pita kuat lain pada panjang
gelombang lebih tinggi. Mungkin juga terdapat pita lebih lemah tambahan. Letak
kira-kira pita serapan maksimum pada panjang gelombang tinggi berbagai flavonoid
sebagai berikut :
Antosianin : 500-530 nm
Flavon dan flavonol : 330-375 nm
Kalkon dan auron : 370-410 nm
Flavanon : 250-300 nm
Isoflavon : 310-330 nm

2.6 Teknik Isolasi Senyawa Flavanoid

Isolasi dan identifikasi flavonoid didasarkan pada jurnal “ISOLASI DAN


IDENTIFIKASI FLAVONOID PADA DAUN KATU (Sauropus androgynus (L.)
Merr)” oleh Sri Harsodjo Wijono S. Dalam jurnal ini, isolasi flavonoid dapat
dilakukan dengan metode Charaux-Paris. Berikut adalah tahapannya:

1. Maserasi
Ekstraksi dilakukan secara maserasi bertingkat dengan menggunakan pelarut
mula-mula n-heksana kemudian etanol 95%. Sejumlah 1 kg serbuk kering daun katu
pertama-tama diekstrasi dengan n-heksana berkali-kali sampai filtrat jernih. Ampas
dikeringkan kemudian diekstraksi dengan etanol 95% berkali-kali hingga filtrat
jernih. Masing-masing ekstrak dipekatkan dengan penguap putar vakum sehingga
diperoleh ekstrak kental. Pada penelitian ini yang digunakan adalah ekstrak etanol.

2. Metode Charaux-Paris
Ekstrak pekat etanol dilarutkan dalam air panas, disaring kemudian diekstraksi
dengan n-heksana, fraksi n-heksana dikumpulkan dan di pekatkan, diperoleh fraksi n-
heksana pekat. Fraksi air diekstraksi dengan kloroform, fraksi kloroform
dikumpulkan dan dipekatkan diperoleh fraksi kloroform pekat. Fraksi air diekstrasi
lagi dengan etil asetat, fraksi etil asetat dikumpulkan dan dipekatkan, diperoleh fraksi
etil asetat pekat. Kemudian fraksi air diekstraksi dengan n-butanol, fraksi n-butanol
dikumpulkan dan dipekatkan, sehingga diperoleh fraksi n-butanol pekat. Ekstraksi
dengan n-butanol dilakukan 3 kali, setiap kali dengan pelarut n-butanol yang baru,
sehingga diperoleh fraksi n-butanol I, fraksi n-butanol II dan fraksi n-butanol III.

2.7 Aktivitas Biologis Flavanoid

Penelitian secara in vivo maupun in vitro menunjukkan bahwa flavonoid memiliki


aktivitas biologis maupun farmakologis. Beberapa aktivitas flavonoid yang diketahui
hingga saat ini adalah: (1) bersifat antibakteri, (2) bersifat anti inflamasi, (3) bersifat
antialergi, (4) bersifat antioksidan, (5) bersifat melindungi pembuluh darah, dan (6)
bersifat antikarsinogen.
Flavonoid bersifat antibakteri karena mampu berinteraksi dengan DNA bakteri.
Hasil interaksi ini menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel
bakteri, mikrosom, dan lisosom.Sifat anti inflamasi dari flavonoid telah terbukti baik
secara in vitro maupun in vivo. Mekanisme flavonoid dalam menghambat terjadinya
inflamasi melalui 2 cara, yaitu: (1) menghambat pelepasan asam arakidonat dan
sekresi enzim lisosom dari sel netrofil dan sel endothelial, dan (2) menghambat fase
proliferasi dan fase eksudasi dari proses inflamasi.Senyawa flavonoid bersifat anti
alergi karena mampu menghambat enzim fosfodiesterase pada siklus AMP dan enzim
calcium-dependent ATPase. Kedua enzim ini berperan dalam pelepasan histamin dari
sel mast dan sel basofil.
Flavonoid berperan penting dalam menjaga permeabilitas serta mening-
katkan resistensi pembuluh darah kapiler, oleh karena itu flavonoid digunakan pada
keadaan patologis seperti terjadinya gangguan permeabilitas dinding pembuluh darah.
Kemampuan flavonoid untuk mengikat radikal bebas dan mengabsorbsi sinar
ultraviolet menyebabkan senyawa tersebut berperan pada semua tahap
karsinogenesis, yaitu pada tahap inisiasi, dengan mencegah terjadinya kerusakan
DNA sel normal, tahap proliferasi, yaitu dengan menghambat metabolisme sel tumor,
seperti sintesis protein, replikasi DNA pada sel tumor dan mengganggu aktivitas dari
beberapa enzim (kinase C, fosfolipase, fosfodiesterase).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Flavonoid adalah kelompok dengan berat molekul rendah berbasis inti 2-fenil-
kromon yang merupakan biosintesis dari turunan asam asetat / fenilalanin.Secara
tradisional, flavonoid diklasifikasikan dengan tingkat oksidasi, annularitas cincin C,
dan sambungan posisi cincin B. Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur
poliketida sedangkan cincin B berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur sikimat).
Identifikasi flavonoid dapat dilakukan dengan kromatografi dan spektrofotometri
UV-Vis. Kemampuan bioaktifitas beberapa golongan senyawa flavonoid terutama
dalam hal antioksidan, dimana aktivitas antioksidan invitro flavonoid bergantung
pada penataan gugus fungsi pada struktur intinya.

3.2 Saran

Diharapkan makalah ini membantu untuk yang sedang tertarik atau mencari
informasi mengenai senyawa flavanoid mengingat banyaknya manfaat dan aktivitas
yang berpotensi untuk dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Geissman TA. The chemistry of flavonoid compounds. New York: The Mac Millan
Co. 1962; pp.154-60.

Harborne JB, Williams CA. Advances in flavonoid research since 1992.


Phytochemistry. 2000; 55: 481-504.

Sri Harsodjo Wijono S. 2003. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID PADA


DAUN KATU (Sauropus androgynus (L.) Merr). Jakarta, Makara, sains, Vol 7, No 2,
h.2-6

Tian-yang., Wang., Qing Li., Kai-shun Bi. (2018). Bioactive flavonoids In Medicinal
Plants: Structure, Activity And Biological Fateasian. Journal Of Pharmaceutical
Sciences, 13, 12–23

Wilson G. Kimia farmasi dan medisinal organic. edisi ke-8. terj oleh Achmad
Mustofa Fatah. Jakarta: Dirjen Dikti dan Kebudayaan. 1982; hal 25-32.

Anda mungkin juga menyukai