Anda di halaman 1dari 19

BAB 6 & 7

“PELAKSANAAN AUDIT: PEKERJAAN LAPANGAN”

Disusun Oleh Kelompok 2:


Afrian Miftahur Rozaq 17116017
Ai Ingga Lestari 17116006
Diva Viona Almira 17102056
Devita Tri Puspitasari 17102021
Siti Vatwaliyah 16102137
Ridwan Chaniago 16116043

Fakultas Ekonomi Bisnis


Jurusan Akuntansi

UNIVERSITAS TRILOGI
JAKARTA
BAB 6. AUDIT PROGRAM & PEKERJAAN LAPANGAN – I

Difinisi Program Audit

Difinisi program audit serangkian rencana tindakan auditor berisikan pekerjaan apa yang
harus diselesaikan, tes audit dan prosedur apa yang haeus diikuti, siapa saja orang yang
bertanggungjawab untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, dan berapa lama waktu yang
dibutuhkan agar pekerjaan tersebut dapat diselesaikan.

Program audit adalah kumpulan prosedur audit yang akan dijalankan oleh auditor dengan
tujuan supaya meningkatkan koodinasi dan integrasi semua bagian-bagian pemeriksaan.
Adapun kegunaan dari audit program yaitu untuk memperoleh gambaran menyeluruh atas
proses audit yang telah dijalankan. Pemeriksaan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
dan jika digunakan tenaga pembantu, mereka harus dipimpin dan diawasi dengan baik.
Audit program yang digunakan oleh auditor biasanya disesuaikan dengan bisnis klien.

Audit program berisi langkah demi langkah yang ditetapkan oleh Kantor Akuntan Publik
tergantung dari ruang lingkup pemeriksaannya yang harus diikuti oleh auditor atau staff
lainnya dalam melaksanakan audit. Audit program yang baik harus mencantumkan
beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan pemeriksaan

2. Prosedur audit yang akan dilaksanakan

3. Kesimpulan pemeriksaan.

Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan audit,
auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan
serta harus mempersiapkan suatu program audit tertylis untuk setiap audit.

Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang akan
dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa
prosedur audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai
tujuan audit. Program audit juga mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor
berusaha menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up ketika
mengembangkan suatu program audit. Jenis pengujian yang termasuk dalam program
audit meliputi:

 Prosedur Analitis
Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data keuangan dan data non-
keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan keuangan.
 Prosedur awal
Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor persaingan bisnis
dan industri klien, (2) struktur pengendalian internnya. Auditor juga melaksanakan
prosedur awal untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku pembantu
sesuai dengan akun pengendali dalam buku besar.
 Pengujian Estimasi Akuntansi
Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.

 Pengujian pengendalian
Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh strategi audit dari
auditor.
 Pengujian transaksi
Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau vouching
transaksi berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.

 Pengujian Saldo
Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun serta item-item
yang membentuk saldo tersebut.

 Pengujian penyajian dan pengungkapan


Mengevaluasi penyajian secara wajar semua pengungkapan yang dipersyaratkan
oleh GAAP.

Elemen Kunci Program Audit dapat digambarkan sebagai berikut :

Top-down: Mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan yang diharapkan dari


pengetahuan atas entitas serba bisnis dan industrinya.
Prosedur analitis

Prosedur awal

Pengujian estimasi akuntansi

Pengujian penyajian dan pengungkapan

Pengujian pengendalian

Pengujian transaksi

Pengujian saldo
Bottom-Up: Mengevaluasi bukti transaksi pendukung dan akumulasinya dalam
laporan keuangan

Bagaimana Menyiapkan Program Audit


Latar Belakang informasi

Latar belakang informasi yang diperoleh selama survey pendahuluan akan membantu
mengarahkan cakupan audit yang direncanakan. Setiap operasi yang luas dengan banyak
keterkaitan dan proses dapat menghabiskan waktu audit jika auditor memutuskan untuk
memeriksa setiap aktivitas yang dilakukan. Tetapi program yang efektif dan ekonomis
memfokuskan pada hal-hal yang menarik perhatian.

Disaat yang sama, auditor internal harus menaati tanggung jawab profesional mereka
dalam memutuskan apa yang akan diaudit dan yang tidak. Auditor internal tidak bisa
dibebankan tanggung jawab untuk mencegah kekurangan, pelanggaran, atau kesalahan.
Hal ini merupakan tanggung jawab manajemen. Auditor internal bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang memungkinkan atau mendorong terjadinya hal-
hal yang tidak diinginkan. Jika terjadi kecurangan atau pelanggaran, auditor internal hanya
memiliki satu alasan: metode dan prosedur mereka sudah dilakukan dengan profesional
dan telah dipertimbangkan untuk mengidentifikasi dan mengetahui risiko-risiko
perusahaan. Dan inilah salah satu fungsi program audit internal yang profesional: untuk
menunjukkan bahwa program tersebut efektif hanya menekannkan pada hal-hal yang
signifikan; dan untuk memberikan bukti bahwa risiko dan kontrol yang signifikan telah
diidentifikasi dan di evaluasi.

Manfaat Program Audit

Program audit yang di susun dengan baik bisa memberikan banyak manfaat
seperti:
1. Memberikan rencana sistematis untuk setiap tahap pekerjaan audit yang merupakan suatu
rencana yang dapat di komunikasikan baik kepada supervisor maupun kepada staff
2. Menjadi dasar penugasan auditor
3. Menjadi sarana pengawasan dan evaluasi kemajuan pekerjaan audit karena memuat waktu
audit yang di anggarkan
4. Memungkinkan supervisor audit dan manager membandngkan apayang di kerjakan dengan
apa yang di rencanakan
5. Membantu melatih staf – staf yang belu berpengalaman dalam tahap – tahap pelaksanaan
audit
6. Memberi ringkasan catatan pekerjaan yang di lakukan
7. Membantu auditor pada audit sebelumnya untuk mengenal lebih dekat jenis yang dilakukan
dan waktu yang dibutuhkan
8. Mengurangi waktu supervise langsung yang di butuhkan
9. Menjadi titik awal bagi penilai fungsi audit internal untuk mengevaluasi upaya audit yang
telah dilakukan
Proses dan Tujuan Pekerjaan Lapangan
Proses Pekerjaan Lapangan

Pekerjaan Lapangan (field work) merupakan proses untuk mendapatkan keyakinan secara
sistematis dengan mengumpulkan bahan bukti secara objektif mengenai operasi entitas,
mengevaluasinya, dan melihat apakah operasi tersebut memenuhi standar yang dapat
diterima dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan menyediakan informasi
untuk pengambilan keputusan manajemen.

Semua bahan bukti audit harus dikumpulkan melalui pendekatan yang mengandung
skeptisme profesional yang sehat. Semua bahan bukti-harus dianggap meragukan hingga
keraguan tersebut bisa dihilangkan melalui verifikasi yang tidak bias. Iadi, pikiran dengan
disiplin ilmu yang baik merupakan bahan baku penting bagi audit internal yang profesional.

Tujuan Pekerjaan Lapangan


Tujuan pekerjaan lapangan adalah untuk membantu pemberian keyakinan dengan
melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di program audit, sesuai tujuan audit
yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan audit terkait dengan tujuan-tujuan operasi tetapi
memiliki sedikit perbedaan.

Pembuatan Strategi untuk Melakukan Pekerjaan Lapangan

Tahap persiapan untuk melakukan pekerjaan lapangan dilakukan pada saat survei
pendahuluan telah diselesaikan dan program audit telah disiapkan. Bagian-bagian dari
rencana strategis mencakup:

1. Kebutuhan pegawai yaitu merencanakan jumlah dan kualifikasi staf yang akan
melakukan audit.
2. Kebutuhan sumber daya dari luar (sumber dari luar, sumber dari mitra,
penggunaan ahli, peminjaman staf, dan sebagainya) yaitu menidentifikasi
kebutuhan sumber daya dari luar jika audit dilakukan pada hal yang bersifat
khusus dimana tidak adanya staf yang memiliki pengetahuan khusus tersebut.
3. Pengorganisasian staf audit yaitu mengidentifikasi apakah rencana berbentuk
ramping (dengan lapisan supervisi yang terbatas) atau gemuk (banyak lapisan super
visi) tergantung pada kompleksitas kerja dan rentang kontrol yang dibutuhkan.
4. Wewenang dan tanggung jawab yaitu mencakup alur wewenang yang berkaitan
dan secara khusus menggambarkan otorisasi yang didelegasikan ke setiap lini dan
staf dalam tim audit.
5. Struktur pekerjaan lapangan yaitu urutan-urutan progam audit direncanakan.
Aktivitas yang berurutan saling berhubungan untuk meyakinkan bahwa terdapat
susunan alur kerja.
6. Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan yaiut estimasi waktu harus mencakup
kebutuhan waktu untuk aspek aiministratif seperti penghubung antarkelompok
dan dalam kelompok, kebutuhan waktu untuk kegiatan non operasi dan
pendokumentasian serta penulisan draf laporan audit berisi hasil-hasil pekerjaan
lapangan.
7. Metode pekerjaan lapangan, ada enam metode, yaitu: observasi, konfirmasi,
verifikasi, investigasi, analisis, dan evaluasi.
8. Metode pendokumentasian yaitu melibatkan akumulasi bahan bukti dan
penyiapan kertas kerja. Bagian ini membutuhkan antisipasi hasil-hasil metode
pekerjaan lapangan dan juga penggunaan akhir dari audit.
9. Penyiapan laporan yaitu laporan harus dirancang dengan mempertimbangkan
pembaca dan pengguna. Pertimbangan kemampuan dan tanggapan pembaca
haruslah menjadi perhatian utama dalam rancangan dan isinya.
10. Rencana kontinjensi yaiut rencana harus memuat kondisi terbaik yang bisa dicapai,
yang biasa, dan yang terburuk.

Tim Audit dengan Pengarahan Mandiri


Tim merupakan sebuah unit operasional, yang sering kali terdiri dari ahli-ahli dalam
berbagai bidang audit, dan memiliki kepemimpinan dalam rotasi atau dasar-dasar lainnya.
Tim tersebut membuat keputusan sendiri, sering kali dengan bantuan ahli yang bersama
pimpinan tim memberikan keahlian dan bantuan dalam proses pengambilan keputusan.
Tim tersebut menerima tanggung jawab atas pekerjaannya dan berbagi tanggung jawab
bila terjadi kegagalan - termasuk pula penghargaan dan bonus, jika ada, untuk pekerjaan
yang bagus. Harus terdapat resolusi mengenai tujuan-tujuan dasar organisasi,
independensi, pekerjaan audit yang tidak bagus, dan pengambilan keputusan yang tidak
memadai.

Untuk beroperasi secara efektif, tim harus beranggotakan orang-orang yang tidak egois dan
sepakat untuk berbagi kepemimpinan. Pembimbing (yang mungkin membimbing lebih dari
satu tim) diberi banyak tanggung jawab administratif. Karena lebih besarnya produktivitas
dan efektivitas yang dimiliki tim maka tim audit seperti ini dianggap sebagai aset operasional
baru yang potensial.

Audit Berhenti-Kemudian-Lanjut
Teknik "audit berhenti-kemudian-lanjut" membantu menghilangkan audit dengan
pengembalian yang rendah yang melewati proses penyaringan awal. Konsep dasar di balik
pendekatan berhenti-kemudian-lanjut adalah untuk memberdayakan auditor lapangan
untuk menghentikan audit, jika tidak ada indikasi adanya risiko-risiko yang substansial atau
tidak ada temuan-temuan penyimpangan potensial. Saat audit tersebut dihentikan, auditor
pindah ke audit selanjutnya yang termasuk dalam rencana audit tahunan departemen.

Komite Audit dari Dewan Komisaris di Edison diperkenalkan dengan teknik audit berhenti-
kemudian-lanjut dan kemudian menerapkannya karena audit ini:

- Memaksa tuiuan aktivitas audit untuk memusatkan sumber dayanya pada hal-hal
berisiko tinggi dan aktivitas-aktivitas dari perusahaan (yaitu bekerja pada titik
tinggi dalam kurva prioritas) dan memberikan Komite Audit keyakinan bahwa rebih
banyak upaya audit yang dihabiskan pada hal-hal tersebut daripada bidang-bidang
berisiko rendah.
- Memungkinkan fleksibilitas auditor untuk berhenti-kemudian-lanjut, guna
mengurangi atau meningkatkan lingkup audit, dan memotivasi auditor untuk fokus
pada aktivitas-aktivitas perusahaan yang akan menghasilkan temuan-temuan yang
paling bermanfaat dan bernilai tinggi bagi organisasi.
- Meningkatkan jumlah audit di atas cakupan audit minimum, karena auditor
melakukan lebih banyak audit dengan jangka waktu yang lebih pendek setiap
tahun.

Control Self-assessment
Control self-assessmenf merupakan salah safu jenis audit partisipatif. Audit tersebut
diterapkan untuk mendapatkan informasi yang terbukti sulit untuk dikumpulkan oleh staf
audit tradisional.

Bisa jadi kejadian yang mendorong inovasi ini menjadi menonjol adalah pengembangan
konsep COSO tentang kontrol internal. Konsep ini mengidentifikasi aspek-aspek kontrol
internal yang kurang substantif dibandingkan metode tradisional yang sedang
dipertimbangkan. Control self-assessment memperbaiki kekurangan ini dengan
menggunakan staf untuk mengevaluasi aspek-aspek kontrol internal ini berdasarkan apa
yang mereka lihat, alami, dan praktikkan.
Metode yang digunakan adalah mengembangkan semacam pertemuan yang dilakukan staf
audit, tetapi terdiri dari karyawan klien yang akan mengevaluasi dan mengukur aspekaspek
"lunak' dari kontrol internal. Peserta audit interhal membuat pertanyaan dan masalah yang
akan didiskusikan. Peserta dari klien membahas bahan-bahan tersebut dan mencapai
kesimpulan mengenai diterapkannya aspek-aspek kontrol internal dan efektivitas yang
sedang didiskusikan. Mereka juga berusaha mengidentifikasi penyebab masalah dan
aktivitas perbaikan yang mungkin.

Bagian-bagian Pekerjaan Lapangan


Tujuan-tujuan Audit
Tujuan-tujuan audit terkait dengan tujuan-tujuan operasi, namun memiliki maksud yag
berbeda. Tujuan-tujuan audit dirancang untuk menentukan apakah tujuan-tujuan operasi
tertentu telah dicapai. Tujuan audit dicapai dengan menerapkan prosedur-prosedur audit
untuk menentukan apakah prosedur-prosedur operasi berfungsi sebagaimana mestinya
dan mencapai tujuan-tujuan operasi. Tujuan operasi ditetapkan oleh manajemen. Tujuan-
tujuan audit ditetapkan oleh auditor.

Prosedur-prosedur audit adalah sarana-sarana yang digunakan auditor untuk memenuhi


tujuan-tujuan auditnya. Prosedur-prosedur audit merupakan langkah-langkah dalam
proses audit yang menjadi pedoman bagi auditor dalam melaksanakan penelaahan yang
direncanakan, berdasarkan tujuan-tujuan audit yang ditetapkan.
Audit Smart

Metode audit SMART merupakan gabungan penentuan risiko dan audit analitis. Hal ini
dimaksudkan untuk”... mencerminkan efektivitas sistem kontrol internal dan memungkinkan
auditor untuk dengan segera mengidentifikasi masalah-masalah potensial, tren yang tidak
menguntungkan dan fluktuasi-fluktuasi yang tidak normal". Metode ini menggunakan "indikator-
indikator kunci” sebagai elemen dasar dari proses audit. Terdapat empat tahap yaitu:
- Pemilihan bidang-bidang kunci untuk pengawasan dan penentuan.
- Pengembangan indikator-indikator kunci untuk pengawasan dan penentuan.
- Implementasi.
- Pemeliharaan teknik-teknik audit SMART.

Pengukuran Kinerja
Untuk melakukan pemeriksaan yang berarti, auditor mencari unit pengukuran dan
kemudian standar. Standar bisa ditemukan pada instruksi pekerjaan, arahan organisasi,
anggaran, spesifikasi produk, praktik industri, standar minimum kontrol internal, GAAP,
kontrak-kontrak, praktik-praktik bisnis yang wajar, atau bahkan dalam tabel perkalian. Jadi,
dengan membandingkan temuan mereka dengan standar, mereka bisa membuat
kesimpulan yang objektif.
Pengembangan Standar
Standar harus sesuai dengan tujuan-tujuan operasi yang diperiksa. Untuk hal-hal yang
bersifat teknis, standar harus divalidasi oleh seorang ahli yang secara teknis memiliki
kualifikasi sebelum diterima oleh manajemen klien. Satu contoh pendekatan ini melibatkan
audit atas sistem kontrol keselamatan suatu organisasi.

Bila tidak ada standar, maka auditor yang akan membuatnya. Kemudian, untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa standar tersebut wajar dan relevan, mereka
meminta wakil lokal dari Dewan Keamanan Nasional (National Safety Council) untuk
menelaah standar tersebut. Standar yang sudah divalidasi dibahas dengan manajemen
klien dan diterima. Auditor kemudian bisa dengan yakin menggunakan standar tersebut
untuk dibandingkan dengan hasil pengukuran mereka.

Penggunaan Tolok Ukur


Tolok ukur adalah pemilihan praktik-praktik terbaik yang dilakukan oleh
organisasiorganisasi lainnya atau oleh bagian-bagian organisasi itu sendiri yang
dimaksudkan untuk membawa pencapaian tujuan. Pengembangan tolok ukur biasanya
merupakan hasil dari proses belajar. Arthur Andersen melakukan studi Praktik-praktik
Global Terbaik (Globat Best Practices) yang mengidentifikasi empat tahap yang tepat untuk
menentukan aktivitasaktivitas yang akan meningkatkan upaya organisasi. Yaitu:

- Analisis proses-proses audit

- Merencanakan studi

- Laksanakan studi
- Dapatkan pemahaman

Penggunaan tolok ukur adalah proses audit yang diterapkan pada disiplin ilmu audit
internal secara utuh untuk mengidentifikasi metode-metode yang inovatif dan produktif
dan akan menghasilkan operasi audit internal yang lebih efisien. Penggunaan tolok ukur
dapat digunakan untuk meningkatkan semua tingkatan fungsi audit internal.

Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk mencapai pertimbangan yang benar secara matematis, dan
unfuk menyatakan pertimbangan tersebut dalam hal apa yang diketahui. Evaluasi jarang
digunakan untuk menentukan nilai moneter, tetapi lebih pada menemukan hal-hal sejenis
dalam istilah-istilah yang lebih dikenal-seperti 'ketepatan waktu pemrosesan faktur, atau
akurasi matematisnya, atau akurasi dalam pemeriksaan penerimaan. Namun, evaluasi
melibatkan lebih dari sekadar perbandingan ukuran dengan standar. Hal ini membutuhkan
pertimbangan baik pada standar maupun pada hasil-hasil perbandingan.Hal ini juga
membutuhkan penerapan konsep yang kongruen dalam standar dan proses pengukuran.

Aspek-aspek Operasi

Pengukuran yang dilakukan auditor internal biasanya akan diarahkan ke tiga aspek
penting organisasi, yaitu kualitas, biaya, dan jadwal.

Pengujian
Tujuan Umum Pengujian
Bagi auditor internal, pengujian berarti pengukuran hal-hal yang representatif dan
perbandingan hasilnya dengan standar atau kriteria yang ditetapkan. Tujuannya adalah
untuk memberi auditor dasar bagi pembentukan opini audit. Pengujian audit biasanya
mencakup evaluasi transaksi, catatan, aktivitas, fungsi, dan asersi dengan memeriksa
semua atau sebagiannya. Teknik audit berbantuan komputer dalam kondisi-kondisi
tertentu dapat menguji keseluruhan populasi. Perangkat lunak tersebut melakukan
pengujian dan pengecualian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya guna
pemeriksaan audit.

Tujuan Khusus Pengujian

Tujuan khusus proses pengujian adalah untuk menentukan:

- Validitas, yaitu kelayakan, keaslian, kewajaran,


- Akurasi, yaitu kuantitas, kualitas, klasifikasi.
- Ketaatan dengan prosedur, regulasi, hukum yang berlaku, dan lain-lain.
- Kompetensi kontrol, yaitu tingkat kenetralan risiko.
Merencanakan Pengujian
Rencana tersebut harus diformalkan dengan dokumentasi dan harus mencakup:

- Pendefinisian tujuan pengujian.


- Pengidentifikasian jenis pengujian untuk mencapai suatu tujuan.
Pengidentifikasian kebutuhan pegawai yang mencakup: keahlian dan disiplin ilmu yang
dimiliki, kualifikasi pengalaman, dan jumlah.
- Penentuan urutan proses pengujian.
- Pendefinisian standar atau kriteria.
- Pendefinisian populasi Keputusan metodologi pengambilan sampel yang akan
dilakukan pengujian.
- Pemeriksaan transaksi atau proses terpilih.

Pendefinisian Standar Kinerja atau Kriteria


Standar kinerja atau kriteria bisa berbentuk eksplisit dan implisit. Berbentuk eksplisit bila
dinyatakan secara jelas dalam arahan, instruksi pekerjaan, spesifikasi, atau hukum. Standar
bersifat implisit bila manajemen mungkin telah menetapkan tujuan dan sasaran, atau
sedang mengupayakan penetapannya, tetapi tidak menyatakan secara eksplisit bagaimana
mencapainya.

Pendefinisian Populasi Pengujian


Populasi yang akan diuji harus dipertimbangkan sesuai tujuan audit. Jika tujuannya adalah
opini atas transaksi yang terjadi sejak audit terakhir, total transaksi mencerminkan
populasi. Jika tujuannya adalah memberi opini atas kecukupan, efektivitas, dan efisiensi
sistem kontrol yang diterapkan saat ini, populasinya mungkin lebih terbatas.

Metodologi Pengambilan Sampel yang Akan Dilakukan

Pemilihan sampel harus mengikuti rencana yang paling sesuai dengan tujuan audit:
Baik melalui pertimbangan maupun menggunakan metode statistik. Pemilihan yang paling
andal dilakukan berdasarkan daftar yang terpisah dari catatan transaksi itu sendiri.

Teknik-teknik Pemeriksaan Transaksi-transaksi atau Proses-proses Terpilih

1. Mengamati. Mengamati berarti melihat, memerhatikan, tidak melewatkan hal-hal


yang dianggap penting. Hal ini mengimplikasikan diterapkannya pandangan yang
berhati-hati dan berpengetahuan pada orang, fasilitas, proses, dan barang-barang.
Hal ini juga berarti pemeriksaan visual yang memiliki tujuan, memiliki nuansa
perbandingan dengan standar, dan suatu pandangan yang evaluatif.
2. Mengajukan pertanyaan. Mengajukan pertanyaan mungkin rnerupakan teknik
yang paling pervasif bagi auditor yang menelaah operasi. Pertanyaan diajukan
selama audit dan bisa secara lisan ataupun tertulis.
3. Menganalisis, berarti memeriksa secara rinci. Artinya kita memecah entitas yang
kompleks ke dalam bagian-bagian kecil untuk menentukan karakteristiknya yang
sebenarnya. Istilah ini juga berarti melihat lebih dalam beberapa fungsi, aktivitas,
atau sekelompok transaksi dan menetukan hubungannya masing- masing.
4. Memverifikasi, berarti mengonfirmasi kebenaran, akurasi, keaslian, atau validitas
sesuatu. Cara ini paling sering digunakan untuk mendapatkan kebenaran fakta
atau rincian dalam suatu akun atau laporan. Hal ini mengimplikasikan upaya yang
disengaja untuk menentukan akurasi atau validitas beberapa laporan atau tulisan
dengan mengujinya, seperti membandingkannya dengan fakta yang diketahui,
dengan data asli, atau dengan suatu standar.
5. Menginvestigasi, merupakan istilah yang secara umum diterapkan pada
pelaksanaan tanya jawab untuk menemukan fakta-fakta yang tersembunyi dan
mencari kebenaran. Hal ini mengimplikasikan penelusuran informasi yang
sistematis yang diharapkan auditor bisa ditemukan atau perlu diketahui. Cara ini
mencakup, tapi tidak terbatas pada, penyidikan-investigasi yang menyelidiki lebih
dalam dan ekstensif dengan maksud mendeteksi kesalahan.
6. Mengevaluasi, berhubungan dengan melibatkan estimasi nilai. Dalam audit, hal ini
berarti menuju suatu pertimbangan. Artinya menimbang apa yang telah dianalisis
dan menentukan kecukupan, efisiensi, dan efektivitasnya. Hal ini merupakan
langkah yang berada di antara analisis dan verifikasi di satu sisi dan opini audit di
sisi yang lain. Hal ini mencerminkan kesimpulan yang dihasilkan auditor
berdasarkan fakta-fakta yang telah dikumpulkan.
BAB 7. PEKERJAAN LAPANGAN – II

Penerapan Teknik-tekni Audit


Teknik Audit

Teknik-teknik audit diterapkan pada beragam kondisi. Teknik-teknik tersebut digunakan,


sendiri-sendiri maupun secara gabungan, kapan pun auditor melakukan pemeriksaan.
Namun teknik-teknik ini diterapkan dalam kerangka tertentu, tergantung pada masalah
yang menjadi subjek yang diaudit. Kebanyakan penugasan audit akan dilakukan dalam satu
dari empat bentuk: audit fungsional, audit organisasional, studi manajemen, dan audit atas
program.

Audit Fungsional
Audit fungsional adalah audit yang mengikuti proses dari awal hingga akhir, melintasi lini
organisasi. Audit fungsional cenderung lebih berkonsentrasi pada operasi dan proses
dibandingkan pada administrasi dan orang-orang yang ada dalam organisasi. Audit ini
bertujuan untuk menentukan seberapa baik fungsi-fungsi dalam organisasi akan saling
berinteraksi dan bekerja sama.

Audit Organisasional (dan Evaluasi Produktivitas)

Audit organisasional tidak hanya memerhatikan aktivitas yang dilakukan dalam organisasi
tetapi juga dengan kontrol administratif yang digunakan untuk memastikan bahwa
aktivitas-aktivitas tersebut dilaksanakan. Pendekatan organisasional yang tajam sering kali
bisa memberikan pandangan yang luas atas operasi, melebihi yang diperoleh hanya dari
pengujian transaksi.

Khususnya dalam organisasi yang besar dengan berbagai opersasi dan fungsi, auditornya
sebaiknya disarankan untuk menentukan seberapa baik manajemen telah melakukan
pengelolaan seberapa baik transaksi mengalir atau mengucur melalui saluran pipa
organisasi.

Studi dan Konsultasi Manajemen

Audit fungsional dan organisasional membentuk kerangka kerja program audit jangka
panjang. Setiap organisasi membutuhkan konsultan luar untuk melakukan studi
manajemen, membuat evaluasi, dan menawarkan rekomendasi untuk memperbaiki
masalah organisasi.

Auditor harus menerapkan semua teknik memengaruhi yang mereka miliki sejak
permulaan dan disepanjang penugasan. Mereka harus membuat manajemen tetap
mengetahui informasi dan memperoleh rekomendasi pada tingkat akar sebelum
menyajikan ke manajemen
Audit Atas Program

Program merupakan istilah umum yang mencakup setiap upaya yang didanai yang seiring
dengan aktivitas normal organisasi yang sedang berlangsung. Tujuan auditnya adalah
memberikan manajemen informasi mengenai biaya, pelaksanaan, dan hasil-hasil program
dan membuat evaluasi yang informatif, bermanfaat, dan objektif. Dalam penelahaan ini,
akan membantu semua pihak terkait bila mereka memiliki pemahaman yang sama atas
istilahistilah yang digunakan.

Auditor internal ingin menentukan tiga hal dalam audit atas program, yaitu: (1) apa yang
dicapai? (2) apakah program tersebut berhasil? (3) apakah terdapat sistem yang memadai
untuk memastikan keberhasilan di masa yang akan datang? Dalam sektor swasta,
pencapaian umumnya diukur dalam pendapatan dan keuntungan. Dalam sektor publik,
auditor internal akan memerhatikan keluaran, manfaat, dan dampaknya.

Audit Kontrak
Kontrak konstruksi atau operasi sering kali melibatkan uang dalam jumlah besar; kontrak
konstruksi biasanya bukan merupakan bagian dari bisnis rutin organisasi; kontrak operasi
bisa memberikan jasa atau operasi terprogram. Manajemen mungkin tidak begitu
memahami biaya konstruksi dan operasi seperti produksi yang dilakukan sendiri. Oleh
karena itu auditor internal sangat membantu dalam mengaudit kontrak seperti ini. Kontrak
umumnya terdiri atas tiga kategori:

1. Kontrak Biaya sekaligus (lump-sum). Kontraktor setuju melaksanakan pekerjaan


dengan harga tetap. Jika pekerjaan dilakukan sesuai perjanjian, hanya sedikit yang
bisa diaudit oleh auditor.
2. Kontrak Biaya tambahan (cost-plus). Merupakan cara paling ekonomis untuk
proyek konstruksi atau operasi, karena banyaknya ketidakpastian dalam proyek-
proyek seperti ini.

3. Kontrak Harga per unit (unit-price). Berguna jika suatu proyek membutuhkan
pekerjaan yang seragam dalam jumlah yang besar.

Audit Terintegrasi

Audit terintegrasi mengombinasikan aspek-aspek audit keuangan dengan audit kinerja,


sebuah prosedur yang menghasilkan sebagian audit keuangan akhir tahun diselesaikan
sebelum audit operasional. Tingkat integrasi tergantung pada:
 Ukuran staf audit.
 Keahlian yang dimiliki staf atau yang tersedia melalui sumber-sumber luar.
 Filosofi audit yang dipagang manajemen organisasi dan organisasi audit.
 Tingkat aktivitas teknologi di klien dan organisasi audit.
 Biaya-manfaat dari pengoperasian audit semacam itu.

Konsultan

Suatu evaluasi audit yang mendalam mungkin membutuhkan jasa dari konsultan teknis.
Auditor harus ingat bahwa konsultan tersebut membantu, tidak mengambil alih evaluasi
atau melindungi tanggung jawab auditor. Konsultan teknis dibutuhkan untuk
mengklarifikasi hal-hal teknis atau yang diketahui orang-orang tertentu saja, mengarahkan
pemeriksaan ke bidang-bidang tertentu, dan melindungi auditor dari informasi yang tidak
akurat atau dari pernyataan sepihak oleh karyawan lini.

Penggunaan Sumber Daya dari Luar atau dari Mitra


Penggunaan sumber daya dari mitra, yang dianggap sebagai bagian dari penggunaan
sumber daya dari luar, umumnya dipahami sebagai pengoperasian audit bila pihak luar
melaksanakan bagian dari audit internal bersama dengan aktivitas audit organisasi.
Penggunaan sumber daya dari luar dan dari mitra merupakan hal penting dibanyak bidang
spesialis.

Kepala bagian audit bertanggung jawab atas kualitas jasa yang diberikan pihak luar.
Bantuan dari luar atau dari mitra harus digunakan dalam proses perencanaan jika
diperlukan, serta dalam evaluasi aktivitas audit. Pengunaan sumber daya dari luar atau dari
mitra yang terstruktur dengan baik dan memiliki keahlian tinggi akan membawa nilai teknis
dan kredibilitas bagi operasi audit internal.

Penelaahan Analitis
Penelaahan analitis digunakan untuk menentukan kewajaran data tertentu. Beberapa
metodologi yang digunakan yaitu:

 Analisis Tren yaitu pengujian yang dilakukan dengan membandingkan data sekarang
dengan data sebelumnya.
 Analisis rasio digunakan untuk menentukan kewajaran informasi saat ini.

Analisis Regresi digunakan untuk mengetahui hubungan-hubungan variabel tertentu

Pemeliharaan Aktiva Tetap

Auditor menguji kontrol atas aktiva tetap diantaranya dengan menganalisis umur dan
manfaat aktiva, biaya pemeliharaan, dan lain-lain. Analisis ini mengungkapkan kebijakan
penggantian yang terlalu liberal, biaya perbaikan yang abnormal, atau pemeliharaan
pencegahan yang berlebihan.

Statistik Karyawan
Laporan bisa dianalisis untuk menunjukan berbagai hubungan antara jumlah karyawan dan
tren organisasi lainnya. Laporan untuk cabang yang berbeda bisa dipelajari untuk
menemukan penyimpangan dalam prosedur atau efisiensi penyebaran karyawan.

Perputaran Persediaan
Analisis tingkat perputaran, termasuk catatan barang-barang tertentu, bisa mengungkapkan
berapa banyak persediaan yang lebih dari setahun. Analisis tersebut bisa menunjukan
kesalahan pembelian yang tersembunyi dalam persediaan dan tertutup oleh rasio perputaran
keseluruhan yang memuaskan. Rasio yang terlalu rendah juga bisa menunjukan kecurangan
dalam pembebanan persediaan.

Biaya-biaya Karyawan dan Perputaran Karyawan

Biaya dan waktu yang digunakan untuk merekrut karyawan, tingkat perputaran karyawan
per departemen / organisasi harus dianalisis dan dibandingkan dengan organisasi lainnya.

Pengiriman Persediaan

Hal yang penting dianalisis yaitu perhitungan jarak, rata-rata waktu penggunaan ban mobil
(organisasi), perbandingan jumlah tenaga kerja, gudang, galangan kapal, waktu angkut, dan
waktu pengiriman.

Penyimpangan Perlengkapan dan Alat Tulis Kantor


Analisis saldo perlengkapan dengan jumlah karyawan pengguna, bila barang-barang
merupakan kebutuhan rumah tangga dan bila kontrol fisik atas persediaan menunjukan
barang-barang yang ingin dimiliki karyawan.

Catatan Bahan Baku

Auditor menganalisis laporan yang menunjukan jumlah permintaan gudang yang diproses.
Namun jika harga rata-rata terlalu rendah, maka tidak membutuhkan aliran kertas untuk
palaporan yang berlebihan.

Telepon dan Komputer


Auditor bisa menganalisis rasio jumlah karyawan terhadap jumlah telepon dan penggunaan
telepon, sehingga mengahasilkan hasil yang baik dan mengurangi jumlah dan lamanya
penggunaan telepon. Auditor harus berhati-hati dalam melakukan analisis ini, hal ini bisa jadi
signifikan dan bisa menunjukan cara untuk investigasi labih lanjut dalam menemukan sebab
akibat. Jenis analisis serupa bisa dilakukan menggunakan komputer.
Bukti Hukum
Bukti hukum dan bukti audit memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk memberikan bukti,
untuk mendorong keyakinan tentang kebenaran atau kesalahan setiap pernyataan atas
suatu masalah.

Fokus bukti audit dan bukti hukum berbeda, bukti hukum sangat mengandalkan
pengakuan lisan, bukti audit lebih mengandalkna bukti dokumen.

Bukti hukum terdiri dari:


Bukti terbaik – bukti primer, bukti yang paling alami.

Bukti sekunder – berada di bawah bukti primer dan tidak dapat disamakan

keandalannya.
Bukti langsung – membuktikan fakta tanpa harus menggunakan pernyataan atau

rujukan untuk menetapkan suatu bukti.
Bukti tidak langsung – membuktikan fakta sementara atau sekumpulan fakta yang

dapat dirujuk seseorang untuk mengetahui keadaan beberapa fakta primer yang
signifikan atas masalah yang sedang dipertimbangkan.

Bukti yang meyakinkan – bukti yang tak terbantahkan apapun bentuknya.


Bukti yang menguatkan – merupakan bukti tambahan dari karakter yang berbeda

menyangkut hal yang sama.
Bukti opini – saksi harus memberikan kesaksian hanya terhadap fakta yang ada.


Bukti kabar angin – memberikan pernyataan yang tidak dapat diterima yang dibuat
seseorang.

Bukti Audit
Bukti audit adalah informasi yang diperoleh auditor internal melalui pengamatan suatu
kondisi, wawancara, dan pemeriksaan catatan. Bukti audit terdiri dari:
Bukti fisik – bukti yang diperoleh dengan mengamati orang, properti, dan kejadian.

Bukti pengakuan – berbentuk surat atau pernyataan sebagai jawaban atas


pertanyaan.

Bukti dokumen – merupakan bentuk bukti audit yng paling biasa, terdiri dari dokumen
internal dan eksternal.
Bukti analisis – bukti yang berasal dari analisis dan verifikasi.

Standar-standar Bukti Audit:

 Kecukupan yaitu bukti dianggap memadai jika bersifat faktual memadai dan
meyakinkan sehingga bisa menuntun orang yang memiliki sifat hati-hati untuk
mengambil kesimpulan yang sama dengan auditor.
 Kompetensi yaitu bukti yang andal, baik dari sisi keaslian bukti atau pun pernyataan lisan
secara langsung.
 Relevansi – mengacu pada hubungan informasi dengan penggunaannya, dimana merupakan
hubungan yang logis dan masuk akal.

Penanganan Bukti yang Sensitif

Rencana harus dibuat untuk mengamankan bukti-bukti yang sensitif. Rencana ini termasuk
metode untuk menjaga integritas dokumen yang harus dipisahkan dari dokumen kertas
kerja biasa dan harus disimpan dalam lemari terkunci atau kotak penyimpan yang aman.

Dalam situasi yang sangat sensitif yang dapat berakibat terjadinya tindakan hukum, harus
ada konsultasi dengan penasihat hukum untuk menjaga bukti dari tindakan yang mungkin
terjadi. Saran hukum dan pengamanan harus diperoleh sehubungan dengan penanganan
selama prosedur penemuan dalam situasi kriminal atau penggunaan biasa.

Kertas Kerja
Kertas kerja merupakan bahan pengembangan bukti, yang mengandung substansi dasar
dari pekerjaan yang dilakukan auditor disepanjang audit khususnya pada tahap pekerjaan
lapangan. Kertas kerja harus diberikan pengawasan dan pemeriksaan untuk menentukan
keabsahannyadan tidak meninggalkan pertanyaan yang tersisa.

Pekerjaan Lapangan dalam Lingkungan Berteknologi Tinggi


Enterprise-Wide Systems
Perusahaan yang berkembang pesat menggunakan enterprise-wide systems, yang juga
disebut system perencanaan sumber daya perusahaan. Auditor menghadapi komplikasi
dimana memiliki potensi mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnis perusahaan mulai dari
pemasaran hingga manufaktur dan logistik hingga ke sumber daya dan pelaporan
keuangan. Oleh karena itu auditor harus terlibat penuh dalam proses, termasuk
instalasinya. Hal ini penting dilakukan mengingat kontrol tradisional yang mengandalkan
auditor umumnya dihapuskan dan tidak ada kontrol lain yang bisa menggantikannya. Satu
pendekatan untuk menghadapi masalah ini adalah mengembangkan basis data untuk
pemrosesan dan yang lainnya untuk kontrol internal. Kontrol ini penting karena sistem
tersebut dirancang berdasarkan teori bahwa dokumen tunggal informasi merupakan
situasi yang paling diinginkan. Bagian penting dari kontrol yang dibangun dalam sistem
didasarkan pada proteksi sandi rahasia. Hal ini menjadi penting khususnya menyangkut
penekanan pada otorisasi dalam sistem-sistem ini.

Audit Berkelanjutan

Audit berkelanjutan sebagai sebuah metodologi yang memungkinkan auditor independen


memberikan keyakinan tertulis mengenai suatu objek masalah menggunakan serangkaian
laporan auditor yang dikeluarkan secara simultan dengan, atau setelah suatu periode yang
pendek, terjadinya suatu kejadian yang melandasi masalah tersebut.

Audit berkelanjutan dilakukan pada perusahaan yang menggunakan enterprise-wide


systems.
Komponen kunci dalam audit berkelanjutan yaitu perancangan dan implementasi control
otomatis dan pemicu tanda bahaya. Pemicu tanda bahaya ini akan menjadi penanda bagi
auditor internal dan manajemen bahwa salah satu hal berikut ini terjadi :

 Kontrol berfungsi dan mereka telah mengidentifikasi sebuah kesalahan yang harus di
investigasi atau diperbaiki
 Kontrol tidak berfungsi berdasarkan informasi yang diinvestigasi
DAFTAR PUSTAKA
Sawyer’s Internal Auditing – Audit Internal Sawyer, Jakarta: Salemba Empat, 2005.

Anda mungkin juga menyukai