Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
“FRAUD INVESTIGATION”
OLEH:
KELOMPOK 3
b. Moving Or Tailing
Dalam tailing auditor memburu pelaku. Keuntungan dari metode ini
adalah lebih dapat mengidentifikasi tindak kejahatan.
c. Electronic Surveillience
Electronic surveillance dilakukan dengan menggunakan camera video
serta seringkali dilakukan dengan melakukan penyadapan. Metode survey dan
operasi rahasia ini, merupakan aktivitas yang legal, selama tidak melanggar
privasi seseorang yang diatur dalam amandemen mengenai hak asasi manusia.
Covert operation memakan biaya yang besar dan waktu yang lama, sehingga
hanya dilakukan untuk menangani kasus tertentu yang sangat merugikan. Misi rahasia
ini biasanya dilakukan ketika:
Fraud dilakukan dalam persekongkolan yang besar.
Investigasi dilakukan pelanggaran yang berkaitan dengan hukum dan etika suatu
organisasi.
2. Review Artiket/Kasus
3. Investigasi dan Audit Investigasi
a. Aksioma Dalam Investigasi
Merupakan klaim atau pernyataan yang dapat dianggap benar, tanpa perlu
pembuktian lebih lanjut. Aksioma atau postulate adalah pernyataan (proposition)
yang tidak dibuktikan atau diperagakan dan dianggap sudah jelas dengan sendirinya
(self-evident).
Association of Certifed Fraud Examiners (ACFE) menyebut tiga aksioma dalam
melakukan investigasi atau pemeriksaan fraud. Ketiga aksioma tersebut terdiri dari:
Aksioma – 1, Fraud is hidden
Berbeda dengan kejahatan lain, sifat perbuatan fraud adalah tersembunyi. Metode
atau modus operandingnya mengandung tipuan, untuk menyembunyikan sedang
berlangsungnya fraud. Hal yang terlihat dipermukaan bukanlah yang sebenarnya
terjadi atau berlangsung.
Aksioma – 2, Reverse proof
Reverse proof secara harafah berarti pembuktian secara terbalik. Agar kita tidak
keliru memcampuradukkannya dengan istilah hokum pembalikan beban
pembuktiaan,penulisan menerjemahkan reverse proof sebagai pembuktiaan fraud
secara timbal balik.
Aksioma – 3, existence of fraud
Aksioma ini secara sederhana ingin mengatakan bahwa hanya pengadilan yang
dapat (berhak) menetapkan bahwa fraud terjadi atau tidak terjadi.
b. Pertemuan Pendahuluan
Akuntansi forensic melakukan pertemuan pendahuluan dengan calon klien
(pimpinan perusahaan di sektor swasta). Ia bisa bertemu dengan dan mewawancarai
komite audit (atau pejabat perusahaan lainnya) dan menanyakan hal-hal sebagai
berikut:
1. Mengapa pimpinan menduga atau mencurigai adanya fraud?
2. Pada unit usaha (cabang, departemen,bagian) atau transaksi apa diduga terjadi
fraud sehingga audit investigative diperlukan?
3. Apa sifat (nature) dari fraud tersebut?
4. Kapan fraud diduga atau dicurigai terjadi?
5. Bagaimana masalahnya ditemukan?
6. Siapa yang menemukan masalahnya?
7. Bagaiman fraud tersebut dilakukan (modus operansi)?
8. Berapa banyak jumlah yang dijarah?
9. Siapa yang diduga menjadi pelaku fraud?
10.Apakah ada pekerjaan pendahuluan yang sudah dilakukan sebagai persiapan
untuk audit investigative?
2. Penyedikan
Penyidikan adalah serangkaian kegiatan penyidik untuk mencari dan
mengumpulkan bukti, dan dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang
terjadi untuk menemukan tersangkanya. Untuk mencari dan mengumpulkan bukti,
undang-undang memberi wewenang kepada penyidik untuk:
a. Menggeledah dan menyita surat dan barang bukti
b. Memanggil dan memeriksa saksi, yang keterangannya dituangkan dalam
berita acara pemeriksaan saksi
c. Memanggil dan memeriksa tersangka, yang keterangannya dituangkan dalam
berita acara pemeriksaan tersangka
d. Mendatangkan ahli untuk memperoleh keterangan ahli yang dapat juga
diberikan dalam bentuk laporan ahli
e. Menahan tersangka, dalam hal tersangka dikhawatirkan akan melarikan diri,
menghilangkan barang bukti atau mengulangi melakukan tindak pidana.
3. Prapenuntut
Prapenuntut adalah tindakan jaksa (penuntut umum) untuk memantau
perkembangan penyidikan setelah menerima pemberitahuan dimulainya
penyidikan dari penyidik, mempelajari atau meneliti kelengkapan berkas perkara
hasil penyidikan yang diterima dari penyidik serta memberikan petunjuk guna
dilengkapi oleh penyidik untuk dapat menentukan apakah berkas perkara tersebut
dapat dilimpahkan atau tidak ke tahap penuntutan.
Penuntut umum tidak akan menerima berkas perkara hasil penyidikan
yang buktinya tidak lengkap. Oleh karena itu bukti ini akan dijadikan alat bukti di
siding pengadilan untuk membuktikan tindak pidana yang didakwakan. Di tahap
prapenuntut, pembuktian merupakan focus utama dalam meneliti berkas perkara
hasil penyidikan.
4. Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut umum yang melimpahkan perkara ke
pengadilan negeri yang berwenang, sesuai dengan cara yang diatur dalam hukum
acara pidana, dengan permintaan agar diperiksa dan diputus oleh hakim siding
pengadilan.
Setelah penuntut umum menerima atau menerima kembali hasil penyidikan
yang lengkap dari penyidik, ia segera menentukan apakah berkas perkara itu
sudah atau belum memenuhi syarat untuk dilimpahkan ke pengadilan.
Apabila penuntut umum berpendapat bahwa tidak dapat dilakukan penuntutan
karena dari hasil penyidikan tidak terdapat cukup bukti, maka penuntut umum
dengan surat ketetapan menghentikan penuntutan. Sebaliknya, apabila penuntut
umum berpendapat bahwa terdapat cukup bukti maka ia segera membuat surat
dakwaan. Bersama berkas perkara, surat dakwaan dilimpahkan ke pengadilan
untuk selanjutnya dijadikan dasar pemeriksaan di siding pengadilan.
5. Pemeriksaan di Pengadilan
Seperti pada tahap-tahap sebelumnya, acara pemeriksaan di siding
pengadilan tidak lain berkenaan dengan pembuktian. Bukti-bukti yang diperoleh
di tingkat penyidikan diperiksa kembali di siding pengadilan untuk dijadikan alat
bukti adalah berikut ini:
a. Sanksi-sanksi yang telah diperiksa oleh penyidik dipanggil kembali ke siding
pengadilan untuk memperoleh alat bukti keterangan saksi.
b. Tersangka yang sudah diperiksa di tahap penyidikan, diperiksa kembali di
siding pengadilan, untuk mendapat alat bukti keterangan terdakwa.
c. Ahli yang telah memberikan keterangan di penyidikan atau yang telah
membuat laporan ahli, dipanggil lagi untuk di dengar pendapatnya atau
dibacakan laporannya di siding pengadilan, agar diperoleh alat bukti
keterangan ahli.
d. Surat dan barang bukti yang telah disita oleh penyidik diajukan ke siding
pengadilan untuk dijadikan alat bukti surat dan petunjuk.
Itulah cara memperoleh alat bukti di siding pengadilan. Hanya alat bukti yang sah
yang diperoleh di siding pengadilan, yang dapat meyakinkan hakim tentang
kesalahan terdakwa. Alat bukti yang sah ini terdiri atas:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Keterangan terdakwa
e. Petunjuk
Pemeriksaan di siding pengadilan mempunyai satu tujuan saja, yaitu mencari alat
bukti yang membentuk keyakinan hakim tentang bersalah atau tidaknya terdakwa.
6. Putusan Pengadilan
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila
dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan
bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang
bersalah. Kesalahan terdakwa ditentukan oleh keyakinan hakim. Namun
keyakinan ini harus didasarkan atas sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah,
yang harus ada persetujuan satu dengan yang lain.
Berdasarkan alat bukti yang diperoleh di siding pengadilan, hakim menjatuhkan
putusan berikut ini:
a. Putusan pemidanaan, apabila pengadilan berpendapat bahwa terdakwa terbukti
bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya.
b. Putusan bebas, apabila pengadilan berpendapat bahwa dari hesil pemeriksaan
di siding, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan tidak terbukti
secara sah dan meyakinkan.
c. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum, apabila pengadilan berpendapat
bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan
itu tidak merupakan suatu tindak pidana atau terbukti tetapi terdakwa tiak dapat
dipertanggungjawabkan terhadap perbuatannya.
7. Upaya Hukum
Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut uum untuk tidak menerima
putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi, atau hak
terpidana untuk mengajukan permohonan meninjauan kembali, atau hak jaksa
agung untuk mengajukan kasasi demi kepentingan hukum hal serta menurut cara
yang diatur dalam undang-undang.
Upaya hukum ada dua macam, yaitu upaya hukum biasa dan upaya hukum
luar biasa. Upaya hukum biasa terdiri atas pemeriksaan tingkat banding dan
pemeriksaan kasasi. Upaya hukum luar biasa terdiri atas pemeriksaan kasasi demi
kepentingan hukum dan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Permintaan banding ke pengadilan tinggi dilakukan terhadap putusan
pemidanaan. Ini berarti bahwa terdakwa atau penuntut umum tidak menerima
putusan pengadilan negeri, dan menyangkut masalah pembuktian di mana
pengadilan tinggi yang berhak menilainya.
Permintaan kasasi dapat diajukan oleh terdakwa atau penuntut umum untuk
diperiksa oleh mahkamah agung terhadap semua putusan selain putusan
mahkamah agung, kecuali putusan bebas murni. Mahkamah agung antara lain
akan memeriksa apakah cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan
undang-undang. Dalam arti hukum, apakah acara pembuktian tidak dilaksanakan?
Permintaan peninjauan kembali diajukan oleh terpidana untuk diperiksa
mahkamah agung terhadap semua putusan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, kecuali putusan bebas, atau lepas dari segala tuntutan hukum.
Dasarnya adalah novum (bukti baru) yang ditemukan setelah putusan pengadilan
mempunyai kekuatan hukum tetap.