Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada

Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017


UJI CEMARAN MIKROBA PADA MORTIR TEMPAT PEMBUATAN SEDIAAN
OBAT PUYER DI PUSKESMAS KOTA BANJAR

Anna Yuliana, Randi Wibawa


Prodi Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada, Tasikmalaya

ABSTRAK

Puskesmas merupakan unit pelaksana tingkat pertama dan ujung tombak pembangunan
kesehatan di Indonesia, bertanggung jawab untuk menyelenggarakan upaya kesehatan di tingkat
kecamatan. Mortir digunakan dalam kefarmasian untuk membantu tugas farmasis dalam menggerus
atau menghaluskan tablet, melakukan pencampuran beberapa macam obat, tempat pembuatan salep
dan lainnya. Dilakukan penelitian pencemaran mikroba pada mortir tempat penggerus sediaan obat
puyer, dengan tujuan untuk mengetahui pencemaran mikroba pada mortir dengan melakukan
pemeriksaan secara bakteriologik berupa Angka Lempeng Total (ALT) dan Kapang. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 15 April - 31 Mei 2012 di laboratorium Mikrobiologi STIKes Bakti Tunas
Husada Tasikmalaya,sampel diambil di 5 Puskesmas Kota Banjar. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif dengan teknik analisa kuantitatif. Sampel diperiksa Angka Lempeng Totalnya
dengan melakukan pengenceran 102, 103, 104, 105, 106 dengan larutan pengencer NaCl 0,9 % steril.
Kemudian masing-masing pengenceran diambil 1ml tuang dalam cawan petri, kemudian tambahkan
10-15 ml Nutrient Agar 46oC (dalam keadaan masih cair).inkubasi 37oC selama 24 jam. Dari hasil
penelitian Angka Lempeng Total dari bakteri dan kapang yang diambil dari 5 Puskesmas di Kota
Banjar bahwa angka kontaminasi dari cemaran mikroba lebih sedikit walaupun dari observasi di
puskesmas tersebut para petugas jarang membersihkan tempat mortir tersebut sebab faktor lain seperti
obat racikan dan antibiotik yang menjadi disinfektan yang dapat membunuh mikroba, dan sebaiknya
Standar Nasional tentang nilai ambang batas cemaran mikroba pada alat kesehatan.

Kata kunci : Angka Lempeng Total (ALT) dan kapang, NaCl 0,9 %, antibiotik, Mortir, observasi,
disinfektan.

PENDAHULUAN 36 tahun 2009 pasal 54 ayat 1. Menurut


Puskesmas merupakan unit PP No 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 4,
pelaksana tingkat pertama dan ujung pelayanan kefarmasian adalah pelayanan
tombak pembangunan kesehatan di langsung dan bertanggung jawab kepada
Indonesia, bertanggung jawab untuk pasien, berkaitan dengan sediaan farmasi
menyelenggarakan upaya kesehatan di untuk mencapai hasil yang pasti dalam
tingkat kecamatan. Visi puskesmas meningkatkan mutu kehidupan pasien.
mewujudkan kecamatan sehat dan misi Oleh karena itu dalam PP NO 51 tahun
mendukung tercapainya pembangunan 2009 pasal 21 ayat 4 dan pasal 31 ayat 1,
kesehatan nasional dapat dilihat disebutkan bahwa tenaga kefarmasian di
keberhasilannya lewat 4 indikator, yaitu setiap fasilitas kesehatan termasuk
lingkungan sehat, perilaku sehat, puskesmas harus menerapkan standar
pelayanan kesehatan bermutu serta derajat pelayanan kefarmasian dalam
kesehatan penduduk. Oleh karena itu menjalankan praktek kefarmasian untuk
puskesmas harus menyelenggarakan melakukan kendali mutu dan biaya.
upaya kesehatan perorangan dan upaya Penerapan standar ini untuk melindungi
kesehatan masyarakat yang ditunjang oleh pasien, menjaga mutu dan meningkatkan
pelayanan kefarmasian (pharmaceutical kualitas pelayanan kefarmasian.
care) yang bermutu sesuai dengan UU No

468
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

Peracikan merupakan kegiatan Bahan – bahan yang digunakan adalah


menyiapkan, menimbang, mencampur, media Nutrient Agar (NA), media
mengemas dan memberikan etiket pada Sauboroud Dextose Agar (SDA) dan
wadah. (Kepmenkes Nomor media Larutan NaCl fisiologis, alkohol 90
1027/Menkes/SK/IX/2004), terkait hal % dan 70 %.
kegiatan peracikan tersebut kebersihan Proses Sterilisasi Alat
alat peracik obat untuk puyer merupakan Alat dibersihkan dan dicuci sampai bersih
bagian yang sangat penting dan dan kering. Alat gelas disterilkan dengan
berpengaruh terhadap kualitas obat yang menggunakan oven pada suhu 160 – 170 0

diresepkan. C selama 1 jam, batang pengaduk dan


Dari wawancara dan observasi pinset disterilkan dengan cara dibakar
awal di 5 puskesmas di Kota Banjar selama 30 detik.
diketahui bahwa selama proses peracikan Pengumpulan Sampel
obat yang menggunakan salah satu media Sampel yang akan digunakan pada
yaitu Mortir, ternyata kebersihan terhadap penelitian adalah 10 buah mortir yang
media mortir tersebut tidak dilakukan digunakan untuk meracik obat yang ada
secara baik dan benar perilaku petugas di 5 Puskesmas Kota Banjar. Sebelum
yang kurang baik dalam proses peracikan melakukan pengambilan sampel dilakukan
dapat terjadinya kontaminan mikroba. terlebih dahulu obsevasi dan wawancara
Berdasarkan latar belakang yang telah terhadap petugas apotek yang khusus
dijelaskan diatas maka penulis bermaksud melayani peracikan obat menggunakan
mengadakan penelitian tentang “Uji sediaan mortir. Pengambilan sampel
cemaran mikroba pada mortir tempat dilakukan sebelum mortir digunakan pada
pembuatan sediaan obat puyer di 5 pagi hari dan sesudah digunakan pada
puskesmas dikota Banjar”. siang hari.
Preparasi Sampel
METODE PENELITIAN
Pengambilan sampel dilakukan terhadap
Alat :
mortir yang digunakan sebelum peracikan
Alat yang akan digunakan adalah tabung
yaitu pada pagi hari dan mortir yang
reaksi, oven, inkubator, autoklave, batang
digunakan setelah peracikan yaitu pada
pengaduk, cawan petri, erlenmyer, gelas
siang hari. Sebelum dilakukan
kimia, pipet ukur, rak tabung, spatel,
pengambilan sampel, semua alat
spirtus, kaki tiga, tabung durham, objek
disterilisasi terlebih dahulu. Pengambilan
glass, cover glass, klinipet 1 ml dan alat
sampel dimulai dengan menambahkan
yang biasa digunakan dalam laboratorium
larutan NaCl fisiologis pada sampel mortir
mikrobiologi.
kemudian setelah beberapa waktu tertentu,
Bahan
larutan NaCl fisiologis yang ditambahkan
pada mortir tersebut dimasukan ke dalam
469
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
Erlenmeyer. Perlakuan ini dilakukan 76 % - 100 % kategori baik
terhadap mortir sebelum digunakan dan 56 % - 75 % kategori cukup
sesudah digunakan. 40 % - 55 % kategori kurang
Observasi < 40 % kategori kurang sekali
Pemberian bobot nilai Observasi Keterangan :
dimaksudkan untuk memudahkan penulis MS = Memenuhi syarat
dalam menganalisis data sekaligus TMS = Tidak memenuhi syarat
memberikan ketelitian dan hasil. 1 = Puskesmas III Banjar
Pembobotan diberikan terhadap jawaban – 2 = Puskesmas I Banjar
jawaban responden dari pertanyaan pada 3 = Puskesmas III Pataruman
lembar observasi untuk menggali data 4 = Puskesmas II Purwaharja
yang berhubungan dengan penelitian. 5 = Puskesmas II Pataruman
1. Pembobotan nilai untuk pertanyaan – Pembuatan Media
pertanyaan pada lembar observasi Pembuatan Media Untuk penentuan
adalah sebagai berikut : Angka Kapang dan ALT
- Nilai 2 untuk jawaban ya a) Media NA (Nutrient Agar)
- Nilai 0 untuk jawaban tidak Serbuk Nutrient Agar 2,3 gram dilarutkan
Kriteria ya dan tidak pada lembar ke dalam 100 ml aquadest, dipanaskan
observasi didasarkan pada hubungan perlahan sambil diaduk sampai mendidih
penelitian. dan semua serbuk larut. Disterilkan dalam
2. Setelah data observasi berhasil autoklaf pada suhu 1210C selama 15
dikumpulkan selanjutnya dianalisis menit.
untuk mengetahui bagaimana perilaku b) Media SDA ( Saubroud Dextose Agar)
responden di tiap – tiap puskesmas. Serbuk SDA sebanyak 6,5 gram dilarutkan
Untuk menganalisis hasil data tersebut dalam 100 ml aquadest, dipanaskan
menggunakan rumus umum yaitu : sampai mendidih dan semua serbuk larut.
Disterilkan dalam autoklaf pada suhu
P= X 100 %
1210C selama 15 menit.
Dimana : c) Larutan NaCl fisiologis 0,9 %
P = Persentase Sebanyak 0,9 gram NaCl dilarutkan
N = Jumlah nilai seluruh responden dalam 100 ml aquadest. Disterilkan dalam
per item pertanyaan autoklaf pada suhu 1210C selama 15
Ni = Jumlah nilai ideal seluruh responden menit.
per item pertanyaan Penentuan Angka Mikroba (ALT) dan
3. Mengkategorikan hasil persentase Kapang
jawaban responden tersebut dengan Disiapkan 5 tabung reaksi atau lebih
menggunakan kategori P menurut masing – masing telah berisi 9 ml NaCl
Suharsini Arikunto yaitu : fisiologis. Dari homogenisasi sampel

470
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

dipipet 1 ml ke dalam tabung pertama HASIL DAN PEMBAHASAN


dikocok sampai homogen sampai Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan
pengenceran 10-1. Dibuat pengenceran mulai dari deskripsi data, pengujian
selanjutnya hingga pengenceran 10-6. Dari analisis dan pembahasan tentang angka
setiap pengenceran dipipet 1 ml ke dalam lempeng total dan kapang. Hasil penelitian
cawan petri, kemudian dituangkan 10 – 20 ini berpedoman pada data hasil dari
ml media NA ke dalam cawan petri untuk penelitian untuk observasi dan untuk
menghitung angka bakteri dan media SDA menentukan angka mikroba di sediaan
untuk menghitung angka kapang/ khamir. tempat mortir pembuatan obat puyer dari 5
Cawan petri segera digoyang dan puskesmas yang ada di Kota Banjar
diputar sedemikian rupa sehingga suspensi dengan menggunakan standar uji cemaran
tersebar merata. Untuk mengetahui pada makanan berdasarkan standar
sterilitas media dan larutan pengenceran UNIDO (United Nations Industrial
dibuat blangko. Kemudian setelah media Development Organization).
memadat, cawan petri diinkubasi pada Hasil penetapan Angka mikroba di
0
suhu 37 C selama 24 jam untuk puskesmas III Banjar
0
perhitungan bakteri dan pada suhu 25 C Sampel mortir yang di ambil dengan
selama 48 jam untuk perhitungan angka larutan NaCl kemudian dimasukan
kapang/ khamir dengan posisi cawan petri kedalam botol tabung steril dan di
terbalik. Setelah waktu inkubasi selesai inkubasi selama 24 jam. Dihitung dengan
segera dihitung dan diamati jumlah koloni menggunakan Angka Lempeng Total
yang tumbuh. Bakteri dan Angka Lempeng Kapang
dengan metode tuang. Hasilnya dapat
dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2

Tabel 4.1 Hasil perhitungan Angka Lempeng Total sampel mortir pagi hari
Pengenceran Angka Bakteri Angka Kapang
(CFU/ml) (CFU/ml)
-2 4
10 1,20 x 10 -
10 -3 - 8 x 10 3
10 -4 - 4,5 x 10 5
5
10 - - 1 x 10 6
-6
10 - 4 x 10 6
4
Rata – rata 1,20 x 10 1,1 x 10 7 cfu/ml
cfu/ml
Tabel 4.2 Hasil perhitungan Angka Lempeng Total sampel mortir siang hari
Pengenceran Angka Bakteri Angka Kapang
(CFU/ml) (CFU/ml)
10 -2 - 6 x 10 3
-3
10 - 1,8 x 10 4
-4
10 - 7 x 10 4
-5
10 - 4 x 10 5
-6
10 - 3 x 10 6
Rata – rata - 6,9 x 10 5 cfu/ml

471
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
Dari hasil perhitungan Angka Lempeng dibandingkan dengan standar UNIDO
total untuk bakteri pada sampel mortir tahun 1990 tentang batas cemaran
yang diambil dari Puskesmas III Banjar mikroba pada makanan, untuk angka
diketahui berdasarkan hasil observasi lempeng kapang pada pagi hari koloni
7
bahwa sampel mortir pada pagi hari kapang sebesar 1,1 x 10 cfu/ml untuk
ditemukan tempat penyimpanan yang siang hari yang dihasilkan sebesar 6,9 x 10
5
tidak bersih dan tidak terhindar dari debu cfu/ml dikatakan tercemar dan
sehingga adanya kontaminasi sebesar 1,2 kontaminan maka tidak sesuai dengan
4
x 10 maka tidak sesuai dengan standar standar UNIDO tahun 1990 yaitu < 10 2 .
UNIDO tahun 1990 yaitu < 10 4, pada 4.1.2 Hasil penetapan Angka mikroba
siang hari dikatakan baik tidak terdapat di puskesmas I Banjar
cemaran mikroba karena mortir Sampel mortir yang diambil
digunakan pada pagi hari setelah dengan larutan NaCl kemudian
dilakukan pengujian, kenyataannya di dimasukan kedalam botol tabung steril
lapangan mortir tersebut selanjutnya dan di inkubasi selama 24 jam. Dihitung
dipakai untuk meracik antibiotik dan dengan menggunakan Angka Lempeng
meracik obat lainnya, sehingga dapat Total Bakteri dan Angka Lempeng
dilihat hasil uji cemaran bakteri pada siang Kapang dengan metode tuang. Hasilnya
hari ( jam >7.00 – 11.00 wib) sudah sesuai dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4
nilai ambang batas cemaran jika

Tabel 4.3 Hasil perhitungan Angka Lempeng Total sampel mortir pagi hari
Pengenceran Angka Bakteri Angka Kapang
(CFU/ml) (CFU/ml)
10 -2 - -
10 -3 - 2,6 x 10 4
10 -4 - -
10 -5 - -
10 -6 - -
Rata – rata - 2,6 x 10 4 cfu/ml

Tabel 4.4 Hasil perhitungan Angka Lempeng Total sampel mortir siang hari
Pengenceran Angka Bakteri Angka Kapang
(CFU/ml) (CFU/ml)
10 -2 - -
10 -3 - -
10 -4 - -
10 -5 - -
-6
10 - -
Rata – rata - -

Dari hasil perhitungan Angka Lempeng sampel mortir pada pagi hari dan siang
total untuk bakteri pada sampel mortir hari, tempat penyimpanannya bersih selalu
yang diambil dari Puskesmas I Banjar tertutup sehingga tingkat kontaminannya
diketahui berdasarkan hasil observasi tidak tercemar bakteri berdasarkan hasil

472
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

yang didapat dan dilakukan beberapa sesuai, untuk siang harinya dikatakan baik
pengujian dilapangan hasilnya adalah nol dan sesuai dengan standar UNIDO.
atau tidak adanya kontaminan bakteri
karena faktor dari obat antibiotik dan obat Hasil penetapan Angka mikroba di
– obat lainnya maka sudah sesuai nilai puskesmas Pataruman III
ambang batas cemaran jika dibandingkan Sampel mortir yang di ambil
dengan standar UNIDO tahun 1990 dengan larutan NaCl kemudian
tentang batas cemaran mikroba pada dimasukan kedalam botol tabung steril
4
makanan yaitu < 10 , selanjutnya untuk dan di inkubasi selama 24 jam. Dihitung
angka lempeng total bakteri pada pagi hari dengan menggunakan Angka Lempeng
4
tercemar kapang sebesar 2,6 x 10 maka Total Bakteri dan Angka Lempeng
tidak sesuai dengan standar UNIDO Kapang dengan metode tuang. Hasilnya
tahun 1990 tentang batas cemaran dapat dilihat pada tabel 4.4 dan 4.5
2
mikroba pada makanan yaitu < 10 tidak

Tabel 4.5 Hasil perhitungan Angka Lempeng Total sampel mortir pagi hari
Pengenceran Angka Bakteri Angka Kapang
(CFU/ml) (CFU/ml)
10 -2 - 2 x 10 2
-3
10 - -
10 -4 - -
10 -5 - -
10 -6 - 4,6 x 10 7
Rata – rata - 9,2 x 10 6 cfu/ml

Tabel 4.6 Hasil perhitungan Angka Lempeng Total sampel mortir siang hari
Pengenceran Angka Bakteri Angka Kapang
(CFU/ml) (CFU/ml)
10 -2 3,4 x 10 4 -
10 -3 - 5 x 10 3
10 -4 - -
10 -5 - -
10 -6 - -
Rata – rata 3,4 x 10 4 cfu/ml 5 x 10 3 cfu/ml

Dari hasil perhitungan Angka hasilnya adalah nol dan sesuai dengan
Lempeng total untuk bakteri pada sampel standar UNIDO tahun 1990 tentang batas
mortir yang diambil dari puskesmas cemaran mikroba pada makanan yaitu <
Pataruman III diketahui berdasarkan hasil 10 4, untuk siang hari terdapat cemaran
4
observasi sampel mortir pada pagi hari bakteri sebesar 3,4 x 10 cfu/ml maka
dan siang hari, tempat penyimpanannya tingkat cemaran bakteri sangat besar jika
bersih selalu tertutup sehingga tingkat dibandingkan dengan standar UNIDO
kontaminannya tidak tercemar bakteri tahun 1990 tentang batas cemaran
4
berdasarkan hasil yang didapat dan mikroba pada makanan yaitu < 10 tidak
dilakukan beberapa pengujian dilapangan sesuai syarat, untuk perhitungan angka

473
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
kapang maka koloni yang di hasilkan pada 4.1.4 Hasil penetapan Angka mikroba
6
pagi hari yaitu 9,2 x 10 cfu/ml dan siang di puskesmas Purwaharja II
3
harinya sebesar 5 x 10 cfu/ml dari Sampel mortir yang diambil
jumlah angka total kapang di atas nilai dengan larutan NaCl kemudian
kapang dikatakan tercemar banyak dimasukan kedalam botol tabung steril
kontaminan disebabkan perilaku petugas dan di inkubasi selama 24 jam. Dihitung
yang tidak steril dalam penyimpanan dengan menggunakan Angka Lempeng
mortir sehingga tidak sesuai standar Total Bakteri dan Angka Lempeng
UNIDO tahun 1990 tentang batas Kapang dengan metode tuang. Hasilnya
cemaran mikroba pada makanan yaitu < dapat dilihat pada tabel 4.7 dan 4.8
10 2.

Tabel 4.7 Hasil perhitungan Angka Lempeng Total sampel mortir pagi hari
Pengenceran Angka Bakteri Angka Kapang
(CFU/ml) (CFU/ml)
10 -2 - -
10 -3 - 2 x 10 3
10 -4 - -
10 -5 - -
-6
10 - -
Rata – rata - 2 x 10 3 cfu/ml

Tabel 4.8 Hasil perhitungan Angka Lempeng Total sampel mortir siang hari
Pengenceran Angka Bakteri Angka Kapang
(CFU/ml) (CFU/ml)
10 -2 - 5 x 10 2
-3
10 - 4 x 10 3
-4
10 - -
10 -5 - 2 x 10 5
10 -6 - -
Rata – rata - 4,1 x 10 4 cfu/ml

Dari hasil perhitungan Angka cemaran mikroba pada makanan yaitu <
Lempeng total untuk bakteri pada sampel 10 4, untuk angka kapang dapat dilihat
mortir yang diambil dari Puskesmas pada tabel diatas dari data yang dihasilkan
Purwaharja II diketahui berdasarkan hasil maka didapat angka total pada pagi hari
3
observasi dan penelitian sampel mortir sebesar 2 x 10 cfu/ml sedangkan untuk
pada pagi hari dan siang hari tidak siang harinya didapat data sebesar 4,1 x 10
4
terkontaminan bakteri disebabkan faktor cfu/ml, maka dari hasil yang didapat
tempat penyimpanan yang baik dan bersih diatas tidak sesuai dengan standar UNIDO
sehingga bakteri tersterilisai dan faktor tahun 1990 tentang batas cemaran
dari obat antibiotik yang dapat membunuh mikroba pada makanan yaitu < 10 2.
bakteri sehingga sesuai dengan syarat 4.1.5 Hasil penetapan Angka mikroba
standar jika dibandingkan dengan standar di puskesmas Pataruman II
UNIDO tahun 1990 tentang batas

474
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

Sampel mortir yang di ambil dengan menggunakan Angka Lempeng


dengan larutan NaCl kemudian Total Bakteri dan Angka Lempeng
dimasukan kedalam botol tabung steril Kapang dengan metode tuang. Hasilnya
dan di inkubasi selama 24 jam. Dihitung dapat dilihat pada tabel 4.9 dan 4.10

Tabel 4.9 Hasil perhitungan Angka Lempeng Total sampel mortir pagi hari
Pengenceran Angka Bakteri Angka Kapang
(CFU/ml) (CFU/ml)
10 -2 - -
10 -3 - -
10 -4 - -
10 -5 - -
10 -6 - 1,8 x 10 7
Rata – rata - 1,8 x 10 7 cfu/ml

Tabel 4.10 Hasil perhitungan Angka Lempeng Total sampel mortir siang hari
Pengenceran Angka Bakteri Angka Kapang
(CFU/ml) (CFU/ml)
10 -2 4 x 10 3 1 x 10 3
-3
10 - 1,3 x 10 4
-4
10 - -
10 -5 - -
10 -6 4,8 x 10 7 -
6
Rata – rata 9,6 x 10 cfu/ml 2,6 x 10 4 cfu/ml

Dari hasil perhitungan Angka Lempeng cfu/ml dan siang harinya sebesar 2,6 x 10
4
total untuk bakteri pada sampel mortir cfu/ml dari jumlah angka total kapang di
yang diambil dari Puskesmas Pataruman II atas nilai kapang dikatakan tercemar
diketahui setelah melakukan observasi banyak kontaminan disebabkan perilaku
tempat penyimpanan mortir tidak tertutup petugas yang tidak steril dalam
dan bersih sehingga tidak terhindar dari penyimpanan mortir sehingga tidak sesuai
debu tetapi pada pagi hari tidak terdapat standar UNIDO tahun 1990 tentang batas
cemaran bakteri atau faktor – faktor cemaran mikroba pada makanan yaitu <
lainnya yang menyebabkan bakteri nol 10 2.
dan sesuai dengan standar UNIDO tahun Analisis dan Penafsiran hasil observasi
1990 tentang batas cemaran mikroba pada Tabel 4.2.2 Persentase Hasil Observasi
4
makanan yaitu < 10 , untuk siang hari Terhadap mortir di 5 Puskesmas
No. Kategori ∑ %
terdapat cemaran bakteri sebesar 9,6 x 10 6 1. MS 5 45,4 %
cfu/ml maka tingkat cemaran bakteri 2. TMS 6 54,5 %

sangat besar jika dibandingkan dengan


Dari hasil observasi diatas dapat diketahui
standar UNIDO tahun 1990 tentang batas
bahwa item yang diobservasi 6 item
cemaran mikroba pada makanan yaitu <
memenuhi syarat dan 5 item tidak
10 4 tidak sesuai syarat, untuk perhitungan
memenuhi syarat yaitu :
angka kapang maka koloni yang di
a. Fasilitas cuci tangan
7
hasilkan pada pagi hari yaitu 1,8 x 10
475
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
1) Tersedia air cuci tangan yang puskesmas observasi ini tergolong
bersih dan cukup, dari 5 tidak memenuhi syarat karena
puskesmas yang diobservasi tidak ada alkohol yang bisa
ketersediaan air cuci tangan yang digunakan untuk membersihkan
bersih sangatlah cukup mortir tersebut, sebaiknya petugas
( 100%). memakai alkohol supaya steril (
2) Tersedia sabun cuci tangan, di 5 0%).
puskesmas yang di observasi c. Tempat penyimpanan mortir :
terdapat sabun cuuci tangan 1) Bersih, di 5 puskesmas tempat
karena kebersihan si petugas penyimpanan mortir haruslah
puskesmas harus lah steril agar sangat diharapkan karena dari itu
dalam proses peracikan tingkat kontaminan bakteri dapat
kontaminasi menjadi kecil berkembang,maka dari itu
(100%). sebaiknya para petugas harus
3) Tersedia tissue/kain lap tangan, menjaga kebersihan tempat
disetiap puskesmas di Kota Banjar penyimpanan (20%).
tisu atau lap tangan sangatlah 2) Tertutup,dari observasi di 5
penting untuk kebersihan tetapi puskesmas tempat penyimpanan
dari 5 puskesmas yang di mortir haruslah tertutup karena
observasi hanya 2 puskesmas yang debu atau mikroba dapat masuk
ada,karena mungkin si petugas sehingga bakteri atau jamur dapat
lupa menyimpan dan masuk ke dalam sediaan tempat
meletakannya (40%). tersebut (20%).
b. Cara pencucian wadah mortir : d. Tempat penanganan mortir :
1) Tersedia air cuci tangan yang 1) Jauh dari tempat sampah, dari
bersih dan cukup, dimana dari observasi di 4 puskesmas tempat
observasi di 5 puskesmas telah sampah ada diluar karena supaya
disediakan fasilitas bagi petugas saat proses peracikan tidak
untuk cuci tangan setelah praktek adanya kontaminasi, akan tetapi 1
( 100%). puskesmas berada dekat dengan
2) . Tersedia air bersih yang cukup, tempat sampah (80%).
dari 5 puskesmas yang di 2) Terhindar dari debu,asap, dari 5
observasi ketersediaan air bersih puskesmas yang di observasi
sangatlah baik karena dilihat dari tempat penanganan mortir dan
kebersihannya dari tiap – tiap pada saaat peracikan ruangan
puskesmas (100%). harus tertutup dan setelah
3) Air cucian dengan alkohol, digunakan mortir harus disimpan
berdasarkan observasi di 5 ditempat tertutup saat peracikan

476
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

supaya debu tidak bisa masuk ke angka lempeng total dari bakteri dan
dalam sediaan (100%). kapang yang diambil dari 5 Puskesmas di
3) Jauh dari tetesan bekas mencuci, Kota Banjar bahwa angka kontaminasi
dari hasil observasi di 5 dari cemaran mikroba lebih sedikit
puskesmas dapat diketahui bahwa walaupun dari observasi di puskesmas
dalam proses peracikan obat tersebut cukup memenuhi atau kurang
puyer pada mortir sangatlah jauh memenuhi syarat sterilisasi mortir tersebut
dari tempat tetesan bekas disebabkan faktor lain seperti obat racikan
mencuci (100%). dan antibiotik yang menjadi disinfektan
yang dapat membunuh mikroba.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dari uji DAFTAR PUSTAKA
cemaran mikroba dan angka lempeng total
Fardias Srikandi, 1992 “ mikrobiologi
serta observasi dari 5 puskesmas di kota
pangan “ .Jakarta : PT Gramedia
banjar diperoleh hasil penelitian untuk
pustaka utama, hal. 123 – 126.
Puskesmas I Banjar dan Puskesmas
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
purwaharja II tidak terdapat adanya
1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang
bakteri pada mortir sedangkan untuk
Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas Pataruman III dan Puskesmas
Apotek. Departemen Kesehatan RI.
Pataruman II terdapat adanya bakteri pada
Jakarta. 2004.
siang hari sedangkan pada pagi hari tidak
Mortar-and-pestle/How-To-Select-
terdapat adanya bakteri untuk Puskesmas
Cooking-Tools-647/Articles.Copyright
III banjar terdapat adanya bakteri pada
©2000-2012.
pagi hari dan tidak terdapat bakteri pada
http://www.gourmetsleuth.com.
siang hari.sedangkan pada angka lempeng
{diakses tanggal 17 februari 2012}.
total kapang hanya Puskesmas I Banjar
Novel Sinta Saskia, Safitri Ratu,
yang tidak terdapat kapang pada siang hari
Wulandari Asri Peni. 2010”Praktikum
sedangkan pada pagi hari terdapat adanya
mikrobiologi dasar”.Jakarta : TIM
kapang. untuk Puskesmas purwaharja II,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
Pataruman III, Puskesmas Pataruman II
Nomor 51 Tahun 2009. Tentang
dan Puskesmas III banjar positif terdapat
Pekerjaan Kefarmasian. Departemen
adanya kapang baik pagi hari maupun
Dalam Negeri.jakarta. 2009.
siang hari.
Pratiwi T , Sylvia . 2008 “ mikrobiologi
Sedangkan untuk observasi dari 11 item
farmasi “ .Jakarta : erlangga.
yang di observasi rata – rata hasilnya
Radji,Maksum.2010.”Panduan mahasiswa
adalah 45,4 % ( memenuhi syarat) dan
farmasi & kedokteran”.jakarta: EGC
54,5 % ( tidak memenuhi syarat). Dari
hasil identifikasi dan penelitian diatas

477
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
Safitri ratu,Novel Sinta Saskia.2010 Winarno, F.G. 1994. “Sterilisasi
“Medium analisis mikroorganisme Komersial Produk Pangan”.Jakarta.
(isolasi dan kultur)”.Jakarta : TIM PT Gramedia Pustaka Utama.
Suriawiria, U, 2003. Mikrobiologi Air dan
Dasar-Dasar Pengolahan Secara
Biologis. Bandung: ITB.

478

Anda mungkin juga menyukai