Anda di halaman 1dari 9

RESUME

PENGENALAN BATUAN METAMORF

a. Batuan Metamorf (Metamorphic Rocks)


1. Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf atau biasa disebut batuan malihan merupakan salah satu
kelompok batuan utama yang terbentuk dari ubahan batu yang telah ada
sebelumnya, yaitu protolith, akibat adanya pengaruh peningkatan suhu (T) dan
tekanan (P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme.
Protolith ini dapat berupa mineral, batuan sedimen, batuan beku, ataupun batuan
metamorf lain yang usianya lebih tua. Proses metamorfisme berlangsung akibat
perubahan suhu dan tekanan yang tinggi, yaitu dengan suhu diatas 200° C dan
tekanan diatas 300 MPa. Suhu dan tekanan ini dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya yaitu suhu dan tekanan dari tabrakan antara benua yang
menyebabkan tekanan horizontal, gesekan dan distorsi, dan ada juga faktor oleh
intrusi dari batuan cair dan panas magma dari interior bumi. Winkler (1989)
menyatakan bahwa proses metamorfisme ini mengubah mineral-mineral suatu
penyusun batuan ke fase padat karena pengaruh kondisi fisika dan kimia di
dalam kerak bumi yang berbeda dari kondisi sebelumnya. Proses tersebut tidak
termasuk proses pelapukan dan diagenesa. Batuan metamorf salah satu
penyusun kerak bumi yang cukup banyak, dan terbentuk lebih kurang 3 km -20
km dibawah permukaan bumi.
Proses metamorfisme membentuk batuan yang memiliki tekstur yang
berbeda sama sekali dari batuan sebelumnya, karena dalam proses
metamorfisme mineral-mineral penyusun batuan terubah teksturnya akibat
kestabilannya yang terlewati, begitu juga dengan hubungan antar fragmen-
fragmennya. Pada proses metamorfisme, meskipun tekstur batuan terubahkan,
tetapi komposisi kimia yang terkandungnya tidak berubah sama sekali, oleh
karena itu disamping faktor tekanan dan suhu, pembentukan batuan metamorf ini
dipengaruih juga oleh komposisi kimia batuan tersebut. Contoh-contoh batuan
metamorf antara lain slate, filit, dan gneiss.
Sumber : Rina Wina, 2013
Foto 1
Slate

Sumber : Rina Wina, 2013


Foto 2
Filit

Sumber : Rina Wina, 2013


Foto 3
Gneiss
2. Genesa Batuan Metamorf
Proses genesa batuan metamorf terjadi akibat adanya proses
metamorfisme. Proses metamorfisme merupakan proses perubahan batuan yang
telah ada sebelumnya akibat adanya pengaruh suhu, tekanan, dan adanya
aktifitas kimia fluida/gas atau variasi dari ketiga faktor tersebut.
Perubahan temperatur dapat terjadi oleh berbagai macam sebab, antara
lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatit, juga panas yang muncul
pada daerah penunjaman tabrakan dua lempeng.
Perubahan tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa
bervariasi dasarnya. Tekanan dapat berasal dari tekanan batuan yang
menumpuk diatasnya ataupun akibat pergeseran lempeng .
Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir
batuan, mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang
banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan
hidroflorik.

Sumber : Ningrum Rwi, 2012


Gambar 1
Metamorfisme
3. Klasifikasi Batuan Metamorf
a. Batuan Metamorf Thermal
Yaitu batuan metamorf yang terbentuk akibat faktor dari suhu saja.
Panas tersebut dapat berasal dari aktiftas intrusi magma. Contoh
batuan metamorf thermal yaitu marmer dari batuan asal batu gamping
dan antrasit dari batuan asal batu bara.
Sumber : Rina Wina, 2013
Foto 4
Marmer
b. Batuan Metamorf Dinamo
Yaitu batuan metamorf yang terbentuk akibat dari faktor tekanan saja.
Faktor ini dapat terjadi di daerah pergeseran/pergerakan yang dangkal
(misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada
panas yang timbul. Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya
hancuran, kadang-kadang juga terjadi rekristalisasi. Contoh batuan
metamorf dinamo adalah slate.

Sumber : Rina Wina, 2013


Foto 5
Slate
c. Batuan Metamorf Regional
Yaitu batuan metamorf yang terbentuk akibat faktor tekanan dan juga
suhu. Proses ini dapat terjadi secara regional, berhubungan dengan
lingkungan tektonis, misalnya pada jalur pembentukan pegunungan dan
juga pada zona penunjaman. Salah satu contoh batuan regional adalah
sekis.
Sumber : Rina Wina, 2013
Foto 6
Sekis
4. Struktur Batuan Metamorf
Struktur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu foliasi
dan non-foliasi.
a. Foliasi merupakan jenis struktur planar dimana mineral yang
terkandung dalam batuan tersebut memperilhatkan orientasi
kesejajaran mineral.
b. Non-Foliasi merupakan jenis struktur granular dimana mineral yang
terkandung dalam batuan tersebut tidak memperlihatkan orientasi
kesejajaran mineral, melainkan berbentuk butiran dan tersebar acak.
5. Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi berbagai macam, yaitu:
a. Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfisme.
Tekstur berdasarkan ketahanan metamorfisme dibagi menjadi dua yaitu
yang pertama tekstur relict/palimset/sisa dimana tekstur batuan
sebelumnya masih jelas terlihat pada batuan metamorf, dan yang kedua
yaitu kristaloblastik dimana tekstur awal batuan sudah tidak tampak.
b. Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
Dalam tekstur ini, batuan metamorf dibedakan menjadi dua yaitu fanerit
dimana kristal yang terkandung masih dapat dilihat dengan mata dan
afanitit dimana kristal yang terkandung sudah tidak terlihat oleh mata.
c. Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
Dalam tekstur ini, batuan metamorf dibedakan menjadi tiga yaitu
lepidoblastik, nematoblastik dan granoblastik.
 Lepidoblastik merupakan tekstur batuan metamorf dimana kristal
yang terkandung menunjukan orientasi kesejajaran dengan bentuk
mineral tabular atau pipih seperti biotit.
 Nematoblastik merupakan tekstur batuan metamorf dimana kristal
yang terkandung menunjukan orientasi kesejajaran dengan bentuk
mineral prismatic dan meniang seperti kuarsa, piroksin, dan
ampibol.
 Granoblastik merupakan tekstur batuan metamorf dimana kristal
yang terkandung menunjukan susunan yang terdiri dari mineral
berbutir dengan dimensi yang sama.
KESIMPULAN

Dalam resume yang telah dibuat diatas dapat disimpulkan bahwa didunia
ini banyak bermacam-macam jenis batuan diantaranya adalah batuan metamorf.
Batuan metamorf atau biasa disebut batuan malihan merupakan salah satu
kelompok batuan utama yang terbentuk dari ubahan batu yang telah ada
sebelumnya, yaitu protolith, akibat adanya pengaruh peningkatan suhu (T) dan
tekanan (P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme.
Protolith ini dapat berupa mineral, batuan sedimen, batuan beku, ataupun batuan
metamorf lain yang usianya lebih tua.
1. Proses keterbentukan batuan metamorf terbentuk akibat pengaruh suhu
dan tekanan yang dapat berasal dari faktor tertentu seperti intrusi magmatit
ataupun akibat pengaruh bertumbukannya kedua lempeng bumi. Selain itu,
secara lebih jelas batuan metamorf dapat terbentuk akibat suhu (thermal),
tekanan (dinamo), ataupun keduanya (regional).
2. Adapun struktur batuan metamorf memiliki 2 jenis struktur yaitu foliasi (yang
menunjukan kesejajaran mineral) dan non-foliasi (yang tidak menunjukan
kesejajaran mineral).
3. Tekstur untuk batuan metamorf terdiri atas 3 jenis yaitu tekstur berdasarkan
ketahanan proses metamorfisme, tekstur berdasarkan ukuran butir, dan
tekstur berdasarkan bentuk butir.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ningrum Rwi. 2012. “Batuan Metamorf”. jurnal_geologi.com. Diakses


pada Sabtu tanggal 20 Maret 2019 pukul 13.38 WIB.

2. Mulyo, Agung. 2004. “Pengantar Ilmu Kebumian”. Bandung. Pustaka


Setia.

3. Rina Wina. 2013. “Batuan Metamorf”.


wikipedia/wiki/Batuan_metamorf.org. Diakses pada Sabtu
tanggal 20 Maret 2019 pukul 13.45 WIB.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai