Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH MINAT BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TGT (TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT)


TERHADAP HASIL BELAJAR PENGANTAR TIK KELAS X TKJ SMK
NEGERI 3 MALANG TAHUN AJARAN 20010/2011

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
WAHYU NUGRAHA PUTRA
NIM 108533414504

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
NOVEMBER 2010
A. JUDUL:
Pengaruh Minat Belajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif TGT (Tipe Teams
Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar Pengantar TIK Kelas X TKJ SMK
Negeri 3 Malang Tahun Ajaran 20010/2011

B. LATAR BELAKANG
Mutu pendidikan dipengaruhi banyak faktor, yaitu siswa, pengelola sekolah
(Kepala Sekolah, karyawan dan Dewan/Komite Sekolah), lingkungan orangtua,
masyarakat, sekolah), kualitas pembelajaran, kurikulum dan sebagainya.
(Edy Suhartoyo. 2005: 2). Hal senada juga disampaikan oleh Djemari Mardapi
(2003: 8) bahwa Usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui
peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling
terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik.
Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan
strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih
baik. Dengan demikian salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan
pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan.
Sebagian siswa beranggapan pelajaran yang banyak memuat teori merupakan
pelajaran yang kurang menarik. Kurangya kegiatan yang menarik dalam
pembelajaran dapat menyebabkan rendahnya keinginan siswa dalam belajar. Selain
itu menyebabkan siswa kurang berminat mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh
guru tersebut. Siswa merasa bosan dan kurang tertarik mengikuti pelajaran sehingga
tidak ada motivasi dalam dirinya untuk memahami apa yang telah di ajarkan.
Hal ini terlihat dari pelaksanaan pendidikan di beberapa sekolah, salah satunya
di SMK Negeri 3 Malang yang dalam pembelajarannya masih dilakukan secara
konvensional yaitu dengan metode ceramah. Pembelajaran melalui ceramah
merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered).
Metode ini dapat menyebabkan siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran
termasuk dalam pembelajaran pengantar TIK karena metode ini tidak memberikan
kesempatan proporsional pada siswa untuk mencerna dan memahami prinsip-prinsip
pada topik bahasan yang disajikan.
Akibatnya siswa merasa tidak dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
(student centered) sehingga siswa mudah merasa bosan untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Metode pembelajaran teacher centered harus mulai dirubah menjadi student
centered agar dapat meningkatkan keaktifan siswa.
Selain pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa, pembelajaran di kelas
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa (bukan sekedar
menghafal). Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dan
transaksi diantara para siswa dalam proses pembelajaran yang memenuhi kaidah-kaidah
dalam pandangan kontruktivisme (Parlan, 2006:46). Selain membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang sulit, pembelajaran kooperatif juga dapat membantu
siswa menumbuhkan keterampilan kerjasama dalam kelompoknya dan menumbuhkan
rasa ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Sehingga dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan dan motivasi
belajar siswa.
Menurut Anni (2004: 49) tugas guru dalam proses pembelajaran adalah: (1)
memperlancar siswa dengan cara mengajarakan membuat informasi bermakna dan
relevan dengan siswa, (2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan gagasannya sendiri, (3) menanamkan kesadaran belajar dan
menggunakan strategi belajarnya sendiri. Oleh karena itu, diperlukan metode yang
dapat membangkitkan minat belajar dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran
pengantar TIK. Salah satu upaya untuk membangkitkan minat dan pemahaman siswa
pada mata pelajaran pengantar TIK yaitu dengan penggunaan metode pembelajaran
kooperatif TGT

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang
dilaksanakan di kelas X TKJ SMK Negeri 3 Malang ?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif TGT dengan model pembelajaran konvensional?
3. Apakah terdapat perbedaan minat belajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif TGT dengan model pembelajaran konvensional
4. Bagaimanakah minat dan hasil belajar siswa kelas X SMK TKJ Negeri 3 Malang
yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dibandingkan dengan yang dibelajarkan secara konvensional pada mata
pelajaran pengantar TIK?

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah


sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif TGT yang
dilaksanakan di kelas X TKJ SMK Negeri 3 Malang.
2 . Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Malang
yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dengan yang dibelajarkan secara konvensional pada mata pelajaran
pengantar TIK.
3. Mengetahui perbedaan minat siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Malang yang
dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dengan yang dibelajarkan secara konvensional pada mata pelajaran pengantar
TIK.
4. Mendeskripsikan hasil belajar dan minat siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3
Malang yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dengan yang dibelajarkan secara konvensional pada mata pelajaran
pengantar TIK.

E. HIPOTESIS
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka
hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
H1 : Ada perbedaan minat belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan minat belajar siswa yang
dibelajarkan secara konvensional pada mata pelajaran pengantar TIK.
H1: Ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan hasil belajar siswa yang
dibelajarkan secara konvensional pada mata pelajaran pengantar TIK.

F. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :


1. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam kegiatan belajar
mengajar yang efektif untuk siswa di sekolah. Selain itu, juga dapat dijadikan
sebagai acuan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
pada mata pelajaran yang lain.
2. Bagi Siswa
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
menumbuhkan kerjasama dalam kelompok, keaktifan dalam pembelajaran,
mengemukakan pendapat, belajar bersosialisasi, dan bertanggung jawab terhadap
pembelajaran pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Instansi Terkait
Sebagai acuan dalam pengembangan model pembelajaran inovatif untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.

G. ASUMSI PENELITIAN
1. Nilai pre test siswa diasumsikan sebagai kemampuan awal belajar siswa dan
nilai post test diasumsikan sebagai kemampuan akhir belajar siswa
2. Kondisi fisiologis dan psikologis siswa saat mengikuti pembelajaran dan
pada saat tes adalah sama sehingga siswa dengan sungguh-sungguh
mengerjakan soal tes yang diberikan.
3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar selain strategi
pembelajaran yang diterapkan diasumsikan konstan.

H. RUANG LINGKUP DAN BATASAN PENELITIAN


1. Metode pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi pada pembelajaran kooperatif
tipe TGT untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional yang berupa
metode ceramah untuk kelas control.
2. Penelitian ini dilakukan di SMKN 3 malang kelas X TKJ.
3. Penelitian ini hanya dibatasi pada kemampuan mata pelajaran pengantar TIK.
4. Minat belajar siswa, dan hasil belajar belajar siswa.
I. DEFINISI OPERASIONAL
1. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran di mana siswa belajar
bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap
pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.
2. TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu:
tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams),
permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok
( team recognition).
3. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan
mengajar yang ditandai dengan perubahan perilaku, pola berpikir, dan mental.
4. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktifitas tanpa ada yang menyuruh

J. KAJIAN PUSTAKA

1. Pembelajaran kooperatif
Merupakan suatu pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan
mengaktifkan siswa dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif,
siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama
untuk menyelesaikan tugas akademik.
Ada beberapa pengertian pembelajaran kooperatif yang dikemukakan
oleh para ahli. Menurut Slavin (dalam Rahayu, 1998:156) pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran di mana siswa belajar bersama, saling
menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap hasil pencapaian
belajar secara individu maupun kelompok. Menurut Cohen (dalam Parlan,
2006:47), dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja dalam kelompok kecil
di mana masing-masing siswa berpartisipasi dalam tugas bersama atau
kolektif yang telah disepakati
Pada pembelajaran kooperatif terdapat suatu elemen-elemen yang
memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi dan Senduk, 2004:61-62)


menyebutkan elemen-elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah (1) saling
ketergantungan positif (positive interpendence ), (2) interaksi tatap muka
(Face-to face interaction), (3) pertanggungjawaban individu (individual
accountability), (4) keterampilan berinteraksi antar individu dan kelompok, (5)
keefektifan proses kelompok (group processing).

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT


Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,melibatkan seluruh siswa
tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya,mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat
belajar dan mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan
yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan
siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,
kejujuran, kerja sama,persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas,biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah,diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini ,siswa harus
benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru,karena
akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada
saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok ( team )
Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang
siswa.Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar
bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar
kelompok.Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana
bernomor.Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan
yang sesuai dengan nomor itu.Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapatkan skor.
4. Turnamen
Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor
undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar
kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar
keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu
lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader2. Reader 1
tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama.
Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila
menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah
menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan
chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab
soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1,chalenger 1,
chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan
kunci jawaban. Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta
berubah searah jarum jam.Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi
reader1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger3 menjadi chalenger 2,
reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus
dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.
5. Penghargaan kelompok (team recognise)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,masing-masing
team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi
kriteria yang ditentukan.
3. Minat belajar
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang
pengertian minat. Menurut Slameto (2003: 180) minat adalah suatu rasa lebih
suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang
menyuruh. Menurut Sardiman (1992: 76) minat adalah suatu kondisi yang
terjadi apabila seseorang melihat cirri-ciri atau arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan dan kebutuhannya sendiri. Menurut Winkel
(1991: 30) minat adalah kecenderungan yang mantap dalam diri subyek yang
merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung
dalam dunia tersebut. Selanjutnya menurut Muhibin Syah 16 (2003: 151) minat
adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.
Dari beberapa pengertian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa minat
belajar adalah kecenderungan untuk memperhatikan sesuatu dalam kegiatan
belajar yang merupakan modal untuk mencapai tujuan dengan rasa senang.

3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat


Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar, yaitu faktor Internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
siswa yang sedang belajar. Faktor internal sangat besar pengaruhnya terhadap
minat belajar siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
siswa. Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial dan faktor non sosial.
3.2 Peranan Minat Belajar
Peranan minat belajar dan proses belajar mengajar, yaitu menimbulkan
perhatian spontan, mempermudah dan memperkuat ingatan bahan pelajaran,
mencegah terjadi gangguan perhatian, mencegah kebosanan. Menimbulkan
perhatian spontan dimana siswa yang berminat akan memberikan perhatian
secara spontan, tiba-tiba karena siswa melakukan sesuatu karena dorongan hati
bukan karena anjuran atau paksaan. Mempermudah dan memperkuat ingatan
bahan pelajaran. Siswa yang berminat akan rajin, giat, dan tekun belajar selalu
memperhatikan penjelasan guru sehingga siswa mudah mengingat materi
pelajaran dan dengan mudah siswa menjawab dan menjelaskan materi.
Mencegah terjadi gangguan perhatian. Siswa yang berminat dengan senang
memperhatikan penjelasan guru, konsentrasi tinggi, dan kuat sehingga
gangguan yang dating tidak mudah mempengaruhi perhatian atau konsentrasi
siswa pada pelajaran. Dengan adanya minat yang dimiliki siswa, siswa akan
merasa senang dalam mengikuti proses balajar mengajar dan tidak akan merasa
bosan.

4. Hasil belajar
4.1 Pengertian belajar
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang
pengertian belajar. Menurut Marris L. Brigge dalam Darsono (2003 : 3) belajar
adalah suatu perubahan yang menetapkan kehidupan seseorang yang tidak
diwariskan secara genetis Perubahan yang terjadi pada pemahaman, perilaku,
persepsi, motivasi atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai
akibat dari pengalaman dalam keadaan tertentu.
Menurut Oemar Hamalik (2003 : 27-28) belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan sehingga
akan terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar.
Menurut Slameto (2003 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang berlangsung secara kesinambungan yang akan menyebabkan
perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun belajar
berikutnya. Dalam belajar, perubahan akan bertambah dan tertuju untuk
memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Purwanto (1990 : 85) belajar adalah merupakan suatu
perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, dalam arti perubahan-
perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap
sebagai belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada seorang bayi.
Menurut Sardiman (1992 : 22) belajar senantiasa merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.
Belajar akan lebih baik jika siswa itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak
bersifat verbalistik.
Dari beberapa pegertian yang telah diungkapkan oleh para ahli diatas
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan
tingkah laku dalam diri seseorang (individu) yang disebabkan oleh proses aktif
yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.

4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


Dari penjelasan di atas mengungkapakan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang disebabkan adanya
pengalaman. Faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua
golongan,yaitu factor intern dan faktor ekstern (Slameto, 2003: 54).
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor intern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor
jasmaniah, faktor psikologis, faktor kelelehan.Faktor ekstern adalah faktor yang
ada di luar diri individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor
yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
4.3 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perwujudan perilaku belajar yang biasanya
terlihat dalam perubahan, kebiasaan, ketrampilan, sikap, pengamatan dan
kemampuan. Hasil belajar dapat dilihat dan diukur. Keberhasilan dalam proses
belajar dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar adalah kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerimapengalaman belajar (Sudjana, 1990 :
22). Jadi hasil belajar adalah akibat dari suatu aktivitas yang dapat diketahui
perubahannya dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap
melalui ujian tes atau ujian.
Menurut pendapat Bloom dalam Arikunto (2001 : 117) hasil belajar
dibedakan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan Psikomotorik. Ketiga
ranah tersebut dibedakan karena cirri-cirinya yang berbeda. Kognitif
berhubungan dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran siswa.
Afektif berhubungan dengan pengembangan perasaan dan sikap siswa.
Sedangkan psikomotorik berhubungan dengan cara siswa pada waktu
mengembangkan kedua hasil belajar tersebut, ketiga hasil belajar adalah saling
berkaitan.
Oleh karena itu penilaian hasil belajar merupakan upaya untuk
mengukur tingkat pencapaian tujuan pendidikan yang meliputi kemajuan dalam
proses berfikir, kemajuan dalam menggunakan panca indera dan kemampuan
dalam pembinaan moral dan kepribadian.

4.4 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa digolongkan menjadi
dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor Intern
Faktor intern yang ada dalam diri siswa. Faktor inter dapat
dikelompokkan, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
a. Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah meliput faktor kesehatan dan cacat tubuh. Proses
kegiatan seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain
itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika
badannya lemah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik, kesehatan badanya
harus tetap terjamin. Keadaan cacat tubuh mempengaruhi belajar. Siswa yang
cacat belajarnya juga terganggu.

b. Faktor pikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
Faktor intelegensi atau kecerdasan merupakan salah satu faktor yang
sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar siswa. Siswa yang
intelegensinya rendah, sulit untuk mencapai hasil belajar yang baik.
Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi umumnya memiliki
perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan,
mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu
menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi. Sebaliknya siswa yang kurang
cerdas menunjukkan cirri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak
latihan, membutuhkan waktu yang lama untuk maju, tidak mampu melakukan
abstraksi (Hamalik, 2001 : 59).
Faktor Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada
suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran
yang menyertai aktivitas belajar (Sardiman, 1992 : 44). Adanya perhatian siswa
terhadap pelajaran yang dihadapi, sangat penting untuk dapat menjamin hasil
belajar yang baik. Bahan pelajaran yang tidak menarik perhatian siswa akan
membosankan.
Karena bosan siswa tidak ingin belajar dan akibatnya hasil belajarn
menjadi rendah atau menurun. Untuk menimbulkan perhatian diperlukan
dorongan atau moivasi. Dalam hal ini orang tua di rumah, sangat diharapkan
peranannya. Jika kebosanan terjadi di sekolah, maka guru dapat mengarahkan
siswa untuk memperhatikan pelajaran.
Minat belajar sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, memiliki pengaruh yang besar. Minat sangat besar pengaruhnya dalam
mencapai hasil belajar dalam suatu pekerjaan atau jabatan tertentu. Minat
mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan pendorong bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat motif-motif yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan
menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring). Dari manipulasi dan
explorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan akan timbul
minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya
untuk berbuat lebih giat dan lebih baik (Purwanto, 1990 : 56).
Jika bahan yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil
belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih
giat lagi dalam belajar. Motif yang kuat sangatlah perlu didalam belajar,
didalam membentuk motif yang kuat dapat dilaksanakan dengan adanya
latihan-latihan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan sangat
perlu dalam belajar.
c. Faktor kelelahan
Kelelahan mempengaruhi hasil belajar, agar siswa dapat belajar dengan
baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajar
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor ekstern
dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat. Keluarga lingkungan yang paling dekat dalam kehidupan
siswa. Salah satu faktor penentu dalam keluarga adalah orang tua.orang tua
harus dapat menciptakan suatu keadaan dimana si anak berkembang dalam
suasana ramah tamah, kejujuran dan kerjasama yang diperlihatkan oleh masing-
masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari.
Faktor yang sangat mempengaruhi hasil belajar anak dalam keluarga, meliputi
cara mendidik, hubungan orang tua dengan anak dan ekonomi keluarga.
Sekolah sebagai tempat dimana siswa menuntut ilmu juga ikut
menentukan hasil belajar siswa. Hubungan siswa dengan guru, hubungan siswa
dengan siswa lain, kurikulum, metode pembelajaran, sarana dan prasarana yang
tersedia dan lain-lain. Masalah-masalah yang ada di sekolah dan kurang
menarik bagi siswa akan mengurangi minat belajar siswa di sekolah. Dan hasil
belajar yang diperoleh tidak akan maksimal.
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Jika masyarakat di sekitar siswa melakukan kebiasaan yang tidak
baik, akan berpengaruh jelek pada siswa yang ada di lingkungan itu. Akibatnya
belajarnya terganggu dan bahkan siswa kehilangan semangat belajar.
Sebaliknya jika lingkungan siswa adalah orang yang baik-baik, siswa
terpengaruh ke hal-hal baik. Pengaruh itu dapat mendorong siswa untuk belajar
lebih giat, dan hasil belajar yang diperoleh akan baik.

4.5 Kerangka Berpikir


Pembelajaran pengantar TIK masih menggunakan metode pembelajaran
konvensional, yaitu metode ceramah yang sekali-kali divariasiakan dengan
metode lain, seperti metode tanya jawab dan pemberian latihan soal. Metode
ini memposisikan siswa sebagai objek pembelajaran dan guru sebagai pusat
kegiatan belajar. Metode pembelajaran ini cenderung menjadikan suasana
menjadi kaku, monoton dan kurang menggairahkan, sehingga siswa kurang
aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan metode konvensional dalam proses belajar mengajar tidak
selalu jelek, jika penggunaan metode ini dipersiapkan dengan baik dan
didukung dengan alat dan media yang baik pula tidak menutup kemungkinan
mendapatkan hasil belajar yang baik.
Dengan kemajuan dan semakin perkembangnya dunia pendidikan,
muncul banyak metode-metode pembelajaran yang dapat mendukung proses
belajar mengajar untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Metode belajar
konvensional yaitu metode pembelajaran dengan ceramah, tanya jawab dan
latihan soal. Menurut Dalvi (2006) metode ini cenderung menjadikan suasana
belajar kaku, monoton dan kurang menggairahkan, sehingga siswa menjadi
kurang aktif dan tidak bersemangat dalam belajar. Untuk membangkitkan
semangat siswa dalam belajar adalah dengan penggunaan metode belajar yang
tepat.
Menurut Rohani (2004: 170) keberhasilan belajar peserta didik tidak
semata-mata ditentukan oleh kemampuan yang dimilikinya, tetapi juga
ditentukan oleh minat, perhatian, dan motivasi belajarnya. Sehingga studi
mengenai kebutuhan peserta didik dalam proses pengajaran menjadi bagian
penting dalam menumbuhkan minat, perhatian, dan motivasi belajarnya.
Salah satu metode belajar yang dapat digunakan pada proses belajar
mengajar adalah metode pembelajaran cooperative learning tipe TGT (Teams
Games Tournaments). Dalam hal ini siswa dilatih keterampilan yang spesifik
untuk membantu sesama temannya bekerja sama dalam satu permainan
kelompok kecil agar mampu dan bisa mandiri dalam menyelesaikan soal-soal
pada mata pelajaran pengantar TIK.
Dengan adanya pertandingan akademis ini, maka terciptalah kompetisi
antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi
yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan.
Dengan adanya usaha dan motivasi siswa dalam belajar, maka mereka akan
merasa mudah dalam menyelesaikan soal-soal pada mata pelajaran pengantar
TIK.
K. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu. Rancangan
penelitian ekisperimental semu digunakan untuk mengungkapkan hubungan
sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat dengan cara melibatkan
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Ibnu, dkk., 2003:50). Rancangan
eksperimental semu dapat digunakan untuk eksperimen di dalam kelas, di mana
kelompok-kelompok eksperimen dan kontrol terkumpul secara alamiah.
Rancangan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Posttes Only Control
Design.
Bentuk rancangan penelitian disajikan pada Tabel 3.1.

Keterangan:
O1 : Observasi pada kelas eksperimen setelah mendapat perlakuan
O2 : Observasi pada kelas kontrol setelah mendapat perlakuan
X : Obsevasi kelas kontrol setelah mendapat perlakuan

Pada penelitian ini digunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Kelas eksperimen dikenai perlakuan dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan kelas kontrol menggunakan
pembelajaran konvensional.

2. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diberlakukan pada kelas
eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
Variabel terikat yaitu hasil belajar dan minat belajar. Sedangkan variabel
kontrol dalam penelitian ini berupa kesamaan beberapa instrumen yang
digunakan seperti bahan ajar, LKS, alokasi waktu tiap pertemuan, jumlah
pertemuan dan postes (ulangan harian).
3. Populasi dan sampel penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002 : 108 ).
Populasi dari penelitian ini adalah keseluruan dari siswa kelas X TKJ SMK
NEGERI 3 malang. Sedangkan sampel dari penelitian ini terdiri dari dua kelas,
yaitu kelas X TKJ1 dan X TKJ2. Dalam penelitian ini akan dibagi menjadi
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jumlah dari masing-masing yaitu untuk
kelas X TKJ1 sebanyak 39 siswa dan untuk kelas X TKJ2 sebanyak 40 siswa.

4. Instrumen Penelitian
1) Soal Tes
Digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa.
1. Penyusunan Tes
2. Uji Coba Perangkat Tes
Setelah perangkat tes disusun, ssoal tes diuji cobakan kepada
objek tertentu untuk mngetahui validitas, realibilitas, tingkat kesukaran
dan daya pembeda
3. Analisis Perangkat tes.
a) Validitas :
Suatu instrumen (tes) dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila instrumen (tes) tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan
hasil ukur yang tepat atau akurat sesuai dengan maksud dari instrumen (tes)
tersebut. Dalam pengukuran ini digunakan validitas isi yang meliputi validitas
ahli dan validitas empirik.
(1) Validitas Ahli

Validasi ahli ditetapkan berdasarkan pertimbangan dan penilaian


dari validator, yaitu tim penilai yang terdiri dari beberapa dosen dan
guru TIK tempat penelitian.

(2) Validitas Empirik


Setelah dilakukan validasi oleh ahli, instrumen kemudian diuji
coba untuk mendapatkan validitas empirik. Hasil uji coba kemudian
dianalisis dan dilihat validitas butir soalnya dengan menggunakan
korelasi Product Moment Pearson (Pearson Correlation ) dengan
bantuan SPSS 16 for windows. Pedoman pengambilan keputusan
sebagai berikut.

Pengumpulan Data

b) Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pengertian bahwa suatu instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2003).
Reliabilitas soal obyektif pada penelitian ini, dihitung dengan
menggunakan formula Kuder-Richardson-20 (KR-20), dengan rumus
sebagai berikut.

Kriteria tingkat reliabilitas butir soal dengan KR-20 keseluruhan


ditunjukkan pada Tabel 3.2.

c) Tingkat Kesukaran
Soal tes yang baik yaitu tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Dengan soal yang terlalu mudah, minat siswa untuk memecahkan
soal tersebut berkurang karena dianggap kurang menantang. Sebaliknya
soal yang terlalu sukar menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk memecahkan soal karena mereka
menganggap hal tersebut diluar kemampuan mereka. Perhitungan taraf
kesukaran dalam penelitian ini menggunakan bantuan Microsoft Excel
dengan rumus sebagai berikut:
Klasifikasi tingkat kesukaran suatu soal ditentukan berdasarkan P
dengan kriteria ditunjukkan dalam Tabel 3.3 sebagai berikut.

d) Daya Beda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan
besarnya daya beda disebut indeks diskriminasi, disingkat D.
Perhitungan daya beda dalam penelitian ini menggunakan bantuan
Microsoft Excel dengan rumus sebagai berikut.

Perhitungan daya beda dilakukan dengan cara membagi seluruh


peserta tes menjadi dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok
bawah. Penentuan kelompok atas dan kelompok bawah adalah dengan
cara mengurutkan atau meringking skor dari skor tertinggi sampai skor
terendah. Kriteria penentuan daya beda disajikan pada Tabel 3.5 sebagai
berikut
2) Lembar Observasi/kuesioner
Digunakan untuk mengukur tingkat minat siswa terhadap mata
pelajaran pengantar TIK.
1. menyusun kuesioner
2. Uji Coba Perangkat Tes
Setelah kuesioner disusun, kuesioner diuji cobakan kepada objek
tertentu untuk mengetahui validitas, realibilitas angket.
3. Analisis kuesioner
a. Validitas butir angket
Teknik analisa yang digunakan untuk mengukur validitas butir
soal adalah product moment.
b. Reliabilitas Angket
Realibilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002 :
154). Dalam penelitian ini reliabilitas angket diukur dengan
menggunakan rumus Alpha.

5. Analisis Data
1) Pengujian tahap awal
Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu diadakan matching antara
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Tujuannya adalah agar dalam
penelitian kedua kelompok berangkat dari titik yang sama (Sutrisno Hadi 1992:
475). Hal ini dilakukan dengan Matched Group Design atau M-G.
Dalam penelitian ini, matching dilakukan terhadap nilai hasil belajar yang
diambil dari nilai pre-tes
Pola M-G terdiri dari tiga langkah yaitu:
a. Mean matching
Mean matching adalah persamaan dari kelompok yang turut dalam
penelitian yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Apabila mean
kedua kelompok sama atau hampir sama, maka dikatakan data tersebut telah di
matching. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Kelas eksperimen:

Keterangan:
Me : mean matching pada kelompok eksperimen
Xe : jumlah nilai kelompok eksperimen
Ne : banyaknya subjek pada kelompok eksperimen

Kelas kontrol:

Keterangan:
Me : mean matching pada kelompok kontrol
Xe : jumlah nilai kelompok kontrol
Ne : banyaknya subjek pada kelompok control

b. Varian matching
Varian matching digunakan untuk mempersamakan antara varian dari
kedua kelompok. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
Keterangan:
Vb : varians yang lebih besar
Vk : varians yang lebih kecil
nb : jumlah subyek yang mempunyai varians besar
nk : jumlah subyek yang mempunyai varians kecil
(Sutrisno Hadi 1992: 477)

Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap data yang ada dibandingkan


dengan nilai F tabel distribusi F dengan taraf signifikansi 5% sehingga dapat
diketahui apakah varian-varian tersebut berbeda atau tidak. Jika Fhitung < Ftabel
maka dikatakan kedua kelompok berasal dari populasi yang sama.

c. t-matching
t-matching merupakan perpaduan antara mean matching dengan varian
matching. Rumus yang digunakan dalam t-matching adalah sebagai berikut:

Keterangan:
Mk : mean kelompok kontrol
Me : mean kelompok eksperimen
SD2Mk : varian matching kelompok kontrol
SD2Me : varian matching kelompok eksperimen
nk : banyaknya anggota kelompok kontrol
ne : banyaknya anggota kelompok eksperimen.

2) Pengujian tahap akhir


a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui data yang dianalisa berdistribusi normal atau
tidak digunakan rumus Chi-Kuadrat.
Keterangan:
X2 : Chi Kuadrat
Ei : frekuensi yang diharapkan
Oi : frekuensi pengamatan

Jika X2hitung < X2 tabel dengan derajat kebebasan dk = k-3 maka data
berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki
tingkat varians data yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians
data dari kedua kelompok rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

(Sudjana 1996: 239)


Nilai F yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan F tabel
yang mempunyai taraf signifikansi = 5%. Ho diterima jika Fhitung < Ftabel dan Ho
ditolak jika Fhitung > Ftabel.
c. Uji Hipotesis
Untuk menguji perbedaan rata-rata maka pasangan hipotesis yang akan
diuji yaitu:
Ho : μ1 = μ2
Ho : μ1 ≠ μ2
Maka digunakan rumus:

(Sudjana 1996: 241)


Kriteria pengujiannya adalah ditolak Ho jika diperoleh:

Dengan :

d. Uji ketuntasan hasil belajar


Setelah melalui tahap awal dan tahap akhir, maka dilanjutkan dengan uji
ketuntasan belajar yaitu untuk mengetahui sejauh mana suatu metode
pengajaran berperan dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu
materi pelajaran secara tuntas, sehingga metode tersebut dikatakan efektif.
Seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila siswa tersebut telah mencapai
nilai standar yaitu telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 7,0.
jika siswa tersebut tidak mencapai nilai 7,0 maka siswa tersebut dikatakan tidak
tuntas belajar sehingga perlu perbaikan dan pengayaan. Untuk mengetahui
ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan
: nilai rata-rata kelompok eksperimen
μ0 : nilai rata-rata standar
s : standar deviasi
Terima Ha jika t hitung > t1-α(n-1)
L. DAFTAR RUJUKAN
Anni, Chatarina. 2004. Psilologi belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.
Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta:
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang.
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Intuisi Press.
Kagan, Spencer. 2003. Cooperative Learning Resources for Teacher. Jakarta:
Karanganyar Tahun Ajaran 2005/2006. Skripsi: Universitas Negeri
Prestasi Belajar Akuntansi pada Siswa Kelas XI IPS SMAN I
Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Remaja Resda Karya.
Rineka Cipta.
Rineka Cipta.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sardiman, A. M. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo
Semarang.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Sudjana, N. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar.
Sudjana, N. 2005. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Susilowati, Astuti. 2006. Pengaruh Minat dan Kedisiplinan Belajar terhadap
Syah, Muhibin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:

Anda mungkin juga menyukai