PROPOSAL SKRIPSI
OLEH
WAHYU NUGRAHA PUTRA
NIM 108533414504
B. LATAR BELAKANG
Mutu pendidikan dipengaruhi banyak faktor, yaitu siswa, pengelola sekolah
(Kepala Sekolah, karyawan dan Dewan/Komite Sekolah), lingkungan orangtua,
masyarakat, sekolah), kualitas pembelajaran, kurikulum dan sebagainya.
(Edy Suhartoyo. 2005: 2). Hal senada juga disampaikan oleh Djemari Mardapi
(2003: 8) bahwa Usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui
peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling
terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik.
Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan
strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih
baik. Dengan demikian salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan
pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan.
Sebagian siswa beranggapan pelajaran yang banyak memuat teori merupakan
pelajaran yang kurang menarik. Kurangya kegiatan yang menarik dalam
pembelajaran dapat menyebabkan rendahnya keinginan siswa dalam belajar. Selain
itu menyebabkan siswa kurang berminat mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh
guru tersebut. Siswa merasa bosan dan kurang tertarik mengikuti pelajaran sehingga
tidak ada motivasi dalam dirinya untuk memahami apa yang telah di ajarkan.
Hal ini terlihat dari pelaksanaan pendidikan di beberapa sekolah, salah satunya
di SMK Negeri 3 Malang yang dalam pembelajarannya masih dilakukan secara
konvensional yaitu dengan metode ceramah. Pembelajaran melalui ceramah
merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered).
Metode ini dapat menyebabkan siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran
termasuk dalam pembelajaran pengantar TIK karena metode ini tidak memberikan
kesempatan proporsional pada siswa untuk mencerna dan memahami prinsip-prinsip
pada topik bahasan yang disajikan.
Akibatnya siswa merasa tidak dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
(student centered) sehingga siswa mudah merasa bosan untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Metode pembelajaran teacher centered harus mulai dirubah menjadi student
centered agar dapat meningkatkan keaktifan siswa.
Selain pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa, pembelajaran di kelas
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa (bukan sekedar
menghafal). Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dan
transaksi diantara para siswa dalam proses pembelajaran yang memenuhi kaidah-kaidah
dalam pandangan kontruktivisme (Parlan, 2006:46). Selain membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang sulit, pembelajaran kooperatif juga dapat membantu
siswa menumbuhkan keterampilan kerjasama dalam kelompoknya dan menumbuhkan
rasa ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Sehingga dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan dan motivasi
belajar siswa.
Menurut Anni (2004: 49) tugas guru dalam proses pembelajaran adalah: (1)
memperlancar siswa dengan cara mengajarakan membuat informasi bermakna dan
relevan dengan siswa, (2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan gagasannya sendiri, (3) menanamkan kesadaran belajar dan
menggunakan strategi belajarnya sendiri. Oleh karena itu, diperlukan metode yang
dapat membangkitkan minat belajar dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran
pengantar TIK. Salah satu upaya untuk membangkitkan minat dan pemahaman siswa
pada mata pelajaran pengantar TIK yaitu dengan penggunaan metode pembelajaran
kooperatif TGT
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang
dilaksanakan di kelas X TKJ SMK Negeri 3 Malang ?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif TGT dengan model pembelajaran konvensional?
3. Apakah terdapat perbedaan minat belajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif TGT dengan model pembelajaran konvensional
4. Bagaimanakah minat dan hasil belajar siswa kelas X SMK TKJ Negeri 3 Malang
yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dibandingkan dengan yang dibelajarkan secara konvensional pada mata
pelajaran pengantar TIK?
D. TUJUAN PENELITIAN
E. HIPOTESIS
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka
hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
H1 : Ada perbedaan minat belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan minat belajar siswa yang
dibelajarkan secara konvensional pada mata pelajaran pengantar TIK.
H1: Ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan hasil belajar siswa yang
dibelajarkan secara konvensional pada mata pelajaran pengantar TIK.
F. MANFAAT PENELITIAN
G. ASUMSI PENELITIAN
1. Nilai pre test siswa diasumsikan sebagai kemampuan awal belajar siswa dan
nilai post test diasumsikan sebagai kemampuan akhir belajar siswa
2. Kondisi fisiologis dan psikologis siswa saat mengikuti pembelajaran dan
pada saat tes adalah sama sehingga siswa dengan sungguh-sungguh
mengerjakan soal tes yang diberikan.
3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar selain strategi
pembelajaran yang diterapkan diasumsikan konstan.
J. KAJIAN PUSTAKA
1. Pembelajaran kooperatif
Merupakan suatu pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan
mengaktifkan siswa dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif,
siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama
untuk menyelesaikan tugas akademik.
Ada beberapa pengertian pembelajaran kooperatif yang dikemukakan
oleh para ahli. Menurut Slavin (dalam Rahayu, 1998:156) pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran di mana siswa belajar bersama, saling
menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap hasil pencapaian
belajar secara individu maupun kelompok. Menurut Cohen (dalam Parlan,
2006:47), dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja dalam kelompok kecil
di mana masing-masing siswa berpartisipasi dalam tugas bersama atau
kolektif yang telah disepakati
Pada pembelajaran kooperatif terdapat suatu elemen-elemen yang
memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
4. Hasil belajar
4.1 Pengertian belajar
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang
pengertian belajar. Menurut Marris L. Brigge dalam Darsono (2003 : 3) belajar
adalah suatu perubahan yang menetapkan kehidupan seseorang yang tidak
diwariskan secara genetis Perubahan yang terjadi pada pemahaman, perilaku,
persepsi, motivasi atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai
akibat dari pengalaman dalam keadaan tertentu.
Menurut Oemar Hamalik (2003 : 27-28) belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan sehingga
akan terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar.
Menurut Slameto (2003 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang berlangsung secara kesinambungan yang akan menyebabkan
perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun belajar
berikutnya. Dalam belajar, perubahan akan bertambah dan tertuju untuk
memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Purwanto (1990 : 85) belajar adalah merupakan suatu
perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, dalam arti perubahan-
perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap
sebagai belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada seorang bayi.
Menurut Sardiman (1992 : 22) belajar senantiasa merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.
Belajar akan lebih baik jika siswa itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak
bersifat verbalistik.
Dari beberapa pegertian yang telah diungkapkan oleh para ahli diatas
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan
tingkah laku dalam diri seseorang (individu) yang disebabkan oleh proses aktif
yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.
b. Faktor pikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
Faktor intelegensi atau kecerdasan merupakan salah satu faktor yang
sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar siswa. Siswa yang
intelegensinya rendah, sulit untuk mencapai hasil belajar yang baik.
Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi umumnya memiliki
perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan,
mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu
menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi. Sebaliknya siswa yang kurang
cerdas menunjukkan cirri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak
latihan, membutuhkan waktu yang lama untuk maju, tidak mampu melakukan
abstraksi (Hamalik, 2001 : 59).
Faktor Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada
suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran
yang menyertai aktivitas belajar (Sardiman, 1992 : 44). Adanya perhatian siswa
terhadap pelajaran yang dihadapi, sangat penting untuk dapat menjamin hasil
belajar yang baik. Bahan pelajaran yang tidak menarik perhatian siswa akan
membosankan.
Karena bosan siswa tidak ingin belajar dan akibatnya hasil belajarn
menjadi rendah atau menurun. Untuk menimbulkan perhatian diperlukan
dorongan atau moivasi. Dalam hal ini orang tua di rumah, sangat diharapkan
peranannya. Jika kebosanan terjadi di sekolah, maka guru dapat mengarahkan
siswa untuk memperhatikan pelajaran.
Minat belajar sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, memiliki pengaruh yang besar. Minat sangat besar pengaruhnya dalam
mencapai hasil belajar dalam suatu pekerjaan atau jabatan tertentu. Minat
mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan pendorong bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat motif-motif yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan
menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring). Dari manipulasi dan
explorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan akan timbul
minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya
untuk berbuat lebih giat dan lebih baik (Purwanto, 1990 : 56).
Jika bahan yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil
belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih
giat lagi dalam belajar. Motif yang kuat sangatlah perlu didalam belajar,
didalam membentuk motif yang kuat dapat dilaksanakan dengan adanya
latihan-latihan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan sangat
perlu dalam belajar.
c. Faktor kelelahan
Kelelahan mempengaruhi hasil belajar, agar siswa dapat belajar dengan
baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajar
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor ekstern
dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat. Keluarga lingkungan yang paling dekat dalam kehidupan
siswa. Salah satu faktor penentu dalam keluarga adalah orang tua.orang tua
harus dapat menciptakan suatu keadaan dimana si anak berkembang dalam
suasana ramah tamah, kejujuran dan kerjasama yang diperlihatkan oleh masing-
masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari.
Faktor yang sangat mempengaruhi hasil belajar anak dalam keluarga, meliputi
cara mendidik, hubungan orang tua dengan anak dan ekonomi keluarga.
Sekolah sebagai tempat dimana siswa menuntut ilmu juga ikut
menentukan hasil belajar siswa. Hubungan siswa dengan guru, hubungan siswa
dengan siswa lain, kurikulum, metode pembelajaran, sarana dan prasarana yang
tersedia dan lain-lain. Masalah-masalah yang ada di sekolah dan kurang
menarik bagi siswa akan mengurangi minat belajar siswa di sekolah. Dan hasil
belajar yang diperoleh tidak akan maksimal.
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Jika masyarakat di sekitar siswa melakukan kebiasaan yang tidak
baik, akan berpengaruh jelek pada siswa yang ada di lingkungan itu. Akibatnya
belajarnya terganggu dan bahkan siswa kehilangan semangat belajar.
Sebaliknya jika lingkungan siswa adalah orang yang baik-baik, siswa
terpengaruh ke hal-hal baik. Pengaruh itu dapat mendorong siswa untuk belajar
lebih giat, dan hasil belajar yang diperoleh akan baik.
Keterangan:
O1 : Observasi pada kelas eksperimen setelah mendapat perlakuan
O2 : Observasi pada kelas kontrol setelah mendapat perlakuan
X : Obsevasi kelas kontrol setelah mendapat perlakuan
Pada penelitian ini digunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Kelas eksperimen dikenai perlakuan dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan kelas kontrol menggunakan
pembelajaran konvensional.
2. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diberlakukan pada kelas
eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
Variabel terikat yaitu hasil belajar dan minat belajar. Sedangkan variabel
kontrol dalam penelitian ini berupa kesamaan beberapa instrumen yang
digunakan seperti bahan ajar, LKS, alokasi waktu tiap pertemuan, jumlah
pertemuan dan postes (ulangan harian).
3. Populasi dan sampel penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002 : 108 ).
Populasi dari penelitian ini adalah keseluruan dari siswa kelas X TKJ SMK
NEGERI 3 malang. Sedangkan sampel dari penelitian ini terdiri dari dua kelas,
yaitu kelas X TKJ1 dan X TKJ2. Dalam penelitian ini akan dibagi menjadi
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jumlah dari masing-masing yaitu untuk
kelas X TKJ1 sebanyak 39 siswa dan untuk kelas X TKJ2 sebanyak 40 siswa.
4. Instrumen Penelitian
1) Soal Tes
Digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa.
1. Penyusunan Tes
2. Uji Coba Perangkat Tes
Setelah perangkat tes disusun, ssoal tes diuji cobakan kepada
objek tertentu untuk mngetahui validitas, realibilitas, tingkat kesukaran
dan daya pembeda
3. Analisis Perangkat tes.
a) Validitas :
Suatu instrumen (tes) dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila instrumen (tes) tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan
hasil ukur yang tepat atau akurat sesuai dengan maksud dari instrumen (tes)
tersebut. Dalam pengukuran ini digunakan validitas isi yang meliputi validitas
ahli dan validitas empirik.
(1) Validitas Ahli
Pengumpulan Data
b) Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pengertian bahwa suatu instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2003).
Reliabilitas soal obyektif pada penelitian ini, dihitung dengan
menggunakan formula Kuder-Richardson-20 (KR-20), dengan rumus
sebagai berikut.
c) Tingkat Kesukaran
Soal tes yang baik yaitu tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Dengan soal yang terlalu mudah, minat siswa untuk memecahkan
soal tersebut berkurang karena dianggap kurang menantang. Sebaliknya
soal yang terlalu sukar menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk memecahkan soal karena mereka
menganggap hal tersebut diluar kemampuan mereka. Perhitungan taraf
kesukaran dalam penelitian ini menggunakan bantuan Microsoft Excel
dengan rumus sebagai berikut:
Klasifikasi tingkat kesukaran suatu soal ditentukan berdasarkan P
dengan kriteria ditunjukkan dalam Tabel 3.3 sebagai berikut.
d) Daya Beda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan
besarnya daya beda disebut indeks diskriminasi, disingkat D.
Perhitungan daya beda dalam penelitian ini menggunakan bantuan
Microsoft Excel dengan rumus sebagai berikut.
5. Analisis Data
1) Pengujian tahap awal
Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu diadakan matching antara
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Tujuannya adalah agar dalam
penelitian kedua kelompok berangkat dari titik yang sama (Sutrisno Hadi 1992:
475). Hal ini dilakukan dengan Matched Group Design atau M-G.
Dalam penelitian ini, matching dilakukan terhadap nilai hasil belajar yang
diambil dari nilai pre-tes
Pola M-G terdiri dari tiga langkah yaitu:
a. Mean matching
Mean matching adalah persamaan dari kelompok yang turut dalam
penelitian yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Apabila mean
kedua kelompok sama atau hampir sama, maka dikatakan data tersebut telah di
matching. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Kelas eksperimen:
Keterangan:
Me : mean matching pada kelompok eksperimen
Xe : jumlah nilai kelompok eksperimen
Ne : banyaknya subjek pada kelompok eksperimen
Kelas kontrol:
Keterangan:
Me : mean matching pada kelompok kontrol
Xe : jumlah nilai kelompok kontrol
Ne : banyaknya subjek pada kelompok control
b. Varian matching
Varian matching digunakan untuk mempersamakan antara varian dari
kedua kelompok. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
Keterangan:
Vb : varians yang lebih besar
Vk : varians yang lebih kecil
nb : jumlah subyek yang mempunyai varians besar
nk : jumlah subyek yang mempunyai varians kecil
(Sutrisno Hadi 1992: 477)
c. t-matching
t-matching merupakan perpaduan antara mean matching dengan varian
matching. Rumus yang digunakan dalam t-matching adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Mk : mean kelompok kontrol
Me : mean kelompok eksperimen
SD2Mk : varian matching kelompok kontrol
SD2Me : varian matching kelompok eksperimen
nk : banyaknya anggota kelompok kontrol
ne : banyaknya anggota kelompok eksperimen.
Jika X2hitung < X2 tabel dengan derajat kebebasan dk = k-3 maka data
berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki
tingkat varians data yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians
data dari kedua kelompok rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dengan :
Keterangan
: nilai rata-rata kelompok eksperimen
μ0 : nilai rata-rata standar
s : standar deviasi
Terima Ha jika t hitung > t1-α(n-1)
L. DAFTAR RUJUKAN
Anni, Chatarina. 2004. Psilologi belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.
Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta:
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang.
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Intuisi Press.
Kagan, Spencer. 2003. Cooperative Learning Resources for Teacher. Jakarta:
Karanganyar Tahun Ajaran 2005/2006. Skripsi: Universitas Negeri
Prestasi Belajar Akuntansi pada Siswa Kelas XI IPS SMAN I
Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Remaja Resda Karya.
Rineka Cipta.
Rineka Cipta.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sardiman, A. M. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo
Semarang.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Sudjana, N. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar.
Sudjana, N. 2005. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Susilowati, Astuti. 2006. Pengaruh Minat dan Kedisiplinan Belajar terhadap
Syah, Muhibin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: