METODE PENELITIAN
18
3.4.1 Bahan
a. Alat yang digunakan dalam penelitian :
- Catatan medis penderita dan formulir persetujuan ikut penelitian - Alat
pemeriksan THT rutin
b. Sampel
Sampel diambil pada jaringan mukosa sinus maksila dengan
pendekatan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional pada penderita
rinosinusitis Kronik yang bebas antibiotik 48 – 72 jam.
c. Media transport
Tujuannya mempertahankan pH, mencegah kekeringan dan
mempertahankan agar mikroba patogen tetap hidup.
3. Polip dan tanpa polip adalah suatu proses inflamasi kronis pada
mukosa hidung dan sinus paranasal dengan ciri adanya massa atau
tidak yang endematous pada rongga hidung.
4. Umur adalah rentang waktu sejak pasien dilahirkan sampai ulang tahun
terakhir yang dihitung dalam tahun, perhitungan berdasarkan kalender
Masehi.
Alat ukur : anamnesis/kuesioner
Hasil ukur : dalam tahun
Skala ukur : ordinal
5. Jenis kelamin yaitu ciri biologis yang membedakan antara laki-laki
dan perempuan.
Alat ukur : anamnesis/kuesioner
Hasil ukur : laki-laki/perempuan
Skala ukur : nominal
6. Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan yang membuat
pasien datang berobat.
Alat ukur : anamnesis/kuesioner
Hasil ukur : dijumpai keluhan
Skala ukur : nominal
7. Sensitifitas antimikroba suatu usaha untuk membiakkan mikroba yang
kemudian dibuat percobaan kepekaannya terhadap beberapa
antibiotika.
Alat ukur : pemeriksaan dengan metode difusi dan dilusi.
Hasil ukur : sensitif, intermediate, resisten.
Skala ukur : nominal
Data yang telah diperoleh diolah dengan program computer SPSS for
Windows. hasil akan dianalisis secara deskriptif dan akan ditampilkan
dalam tabel distribusi frekuensi
Dari tabel 4.1 diatas didapati bahwa jumlah penderita rinosinusitis kronis
dengan dan tanpa polip tertinggi adalah pada kelompok umur 25-34 tahun
yaitu sebanyak 6 penderita (26,8%) dan yang adalah pada kelompok umur
45-54 tahun yaitu sebanyak 3 penderita (13,04%).
25
Dari tabel 4.2 diatas didapati bahwa penderita rinosinusitis kronis dengan
dan tanpa polip berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 18 penderita
(78,26%) dan berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 5 penderita
(21,74%).
Dari tabel 4.3 diatas didapati bahwa pada penderita rinosinusitis kronis
dengan dan tanpa polip dijumpai keluhan utama paling banyak adalah
hidung tersumbat pada 19 penderita (82,61%) dan yang paling sedikit
adalah post nasal drip pada yaitu 1 penderita (4,35%).
Dari tabel 4.4 diatas didapati bahwa pada penderita rinosinusitis kronis
dengan dan tanpa polip, keterlibatan sinus maksila paling banyak adalah
sinus maksila kiri yaitu pada 14 penderita (60,87%) dan yang paling sedikit
adalah sinus maksila kanan pada 9 penderita (39,13%).
Dari tabel 4.5 diatas didapati bahwa pada penderita rinosinusitis kronis
dengan dan tanpa polip, hasil kultur kuman aerob paling banyak adalah
kuman aerob Gram (-) Klebsiella oxytoca yaitu sebanyak 5 penderita
(21,7%) dan paling sedikit adalah kuman aerob Gram (+) Staphlococcus
epidermidis pada 1 penderita (4,3%), dan tidak dijumpai pertumbuhan
bakteri sebanyak 8 penderita (35%).
Dari tabel 4.6 diatas didapati bahwa pada penderita rinosinusitis kronis
dengan dan tanpa polip, kuman anaerob paling banyak adalah
Peptostreptococcus sebanyak 1 penderita (5%) dan tidak dijumpai
pertumbuhan bakteri anaerob sebanyak 22 penderita (95%).
Keterangan:
S=Sensitif R=Resisten
Dari tabel 4.7 diatas didapati bahwa pada penderita rinosinusitis kronis
dengan dan tanpa polip dari 23 sampel ada kuman aerob terdiri dari gram
(+) Staphlococcus aureus (3 sampel) dan Staphlococcus epidermidis (1
sampel), gram (-) terdiri dari Klebsiella pneumonia (3 sampel), Klebsiella
oxytoca (5 sampel), Proteus vulgaris (3 sampel) juga kuman anaerob
Pada kuman aerob gram (-) Klebsiella oxytoca antibiotik yang sensitif
adalah Amikasin, Ceftriaxone, Cefotaxim, Ceftazidime, Cefuroxime,
Cefoperazone, Ciprofloxacin, Levofloxacin dan Meropenem (100%) tetapi
didapatkan resisten pada pemakaian antibiotik Penicillin, Tetracycline
(100%).
Pada kuman aerob gram (-) Proteus vulgaris antibiotik yang sensitif
adalah Ceftriaxone, Cefotaxim, Ceftazidime, Cefuroxime, Cefoperazone,
Ciprofloxacin, levofloxacin dan Meropenem (100%). Resisten pada
pemakaian antibiotik Penicillin, Tetracycline (100%).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh National Health Interview
Survey pada tahun 2012 dimana prevalensi laki-laki lebih tinggi dibanding
perempuan yaitu 15% dibanding 9% pada 34.525 orang (Shi, Fu, Zhang,
Cheng, et al, 2015). Hal yang sesuai juga didapat pada penelitian di Cina
bahwa prevalensi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan di kota Beijing
31
hidung dan sinusparanasal dalam waktu yang cukup lama sehingga terjadi
sumbat pada hidung.
Pada penderita rinosinusitis kronis dengan dan tanpa polip, hasil kultur
didapati penderita rinosinusitis kronis dengan dan tanpa polip kuman
aerob paling banyak adalah kuman aerob Gram (-) Klebsiella oxytoca
yaitu sebanyak 5 penderita (21,7%) dan paling sedikit adalah kuman
aerob Gram (+) Staphlococcus epidermidis pada 1 penderita (4,3%), dan
tidak dijumpai pertumbuhan bakteri sebanyak 8 penderita (35%).
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Penderita RSK dengan dan tanpa polip di RSUP. Haji Adam Malik
dan RS. Haji Mina terbanyak pada kelompok umur 25-34 tahun
yaitu sebesar 26,8% dan yang terendah pada kelompok umur 45-
54 tahun yaitu sebesar 13,04%
6.1.4 Hasil kultur kuman aerob pada penderita RSK dengan dan tanpa
polip diperoleh distribusi terbanyak adalah kuman aerob gram (-)
Klebsiella oxytoca yaitu sebesar 21,7% dan kuman aerob paling
sedikit adalah gram (+) Staphylococcus epidermidis 4,3%. Kuman
anaerob yang didapatkan adalah Peptostreptococcus sebesar 5%.
6.1.5 Antibiotik yang sensitif pada penderita RSK dengan dan tanpa
polip pada kuman aerob gram (+) Staphylococcus aureus,
Staphlococcus epidermidis adalah Cefotaxim, Levofloxacin,
Ciprofloksasin, Vancomycin (100%). Kuman aerob gram (-)
Klebsiella pneumoniae, Klebsiella oxytoca, Proteus vulgaris
adalah Ceftriaxone, Cefotaxim, Levofloxacin dan Meropenem
sebesar (100%). Pada kuman anaerob gram (+)
Peptostreptococcus adalah antibiotik Chloramphenicol (100%).
36
6.2 Saran
6.2.1 Pemberian terapi pada RSK dengan dan tanpa polip haruslah
berdasarkan data empirik, dimana data ini dapat berubah maka
diperlukan pemeriksaan pola kuman dan sensitifitas terhadap
antibiotika sebelum memberikan antibiotik sehingga dokter dapat
memberikan terapi yang tepat.
6.2.2 Sebagai data dasar untuk jenis bakteri dan sensitifitas antibiotik
pada RS. Haji Adam Malik Medan dan RS. Haji Mina Medan pada
terapi antibiotik RSK dengan dan tanpa polip.