NPM : 173210373
TUGAS REVIEW KELAS TGB E
REVIEW PAPER
Judul : Pengaruh Parameter Operasional Injeksi CO2 Terhadap
Peningkatan Perolehan: Studi Kasus Lapangan M
Penulis : M. Abdurrahman, A. K. Permadi, F. Hidayat, L. Pangaribuan
Penerbit : JTMGB
Tahun : 2018
Hal : 81-91
Model yang digunakan mempunyai ukuran grid 15×15×2 dengan luas area sebesar
10 acre.
Hasil Pembahasan :
Karakteristik reservoir Lapangan M tertera pada Tabel 1 dan Lampiran A
terkandung di dalam reservoir tergolong ke dalam minyak ringan . Sumur #01
dalam studi ini dibuka pada tanggal 1 Januari 2018. Setelah melakukan
initialization run diperoleh hasil seperti yang tertera pada Tabel 2
Ukuran slug merupakan parameter yang sangat penting dalam perencanaan injeksi
CO2. Parameter ini menggambarkan total volume CO2 yang diinjeksikan ke dalam
reservoir. Total ukuran slug umumnya didasarkan pada jumlah total pore volume
(PV) pada reservoir target. Pada studi ini, total volume CO2 yang diinjeksikan
berkisar antara 0,5 hingga 2 PV. Variasi harga ini bertujuan untuk melihat
pengaruh parameter ukuran slug terhadap perolehan minyak. Peningkatan CO2
ukuran slug akan menyebabkan peningkatan produksi kumulatif minyak. Namun,
bila harga total volume CO2 yang diinjeksikan lebih besar dari 1 PV, perolehan
minyak terlihat tidak signifikan. Seperti ditunjukkan oleh Gambar 6, peningkatan
volume CO2 yang diinjeksikan dari 1,5 PV menjadi 2 PV hanya
menyebabkan peningkatan produksi kumulatif sebesar 0,48% (lihat juga Tabel 4).
Pada keadaan ini, produksi gas CO2 telah meningkat secara
drastis seperti ditunjukkan oleh Gambar 7. Hal ini menandakan bahwa gas injeksi
CO2 telah mengalami breakthrough. Dengan kata lain, CO2 yang diinjeksikan
tidak mengalami kontak dengan minyak secara efektif dan selanjutnya gas
tersebut langsung terproduksi ke permukaan.
Sebaran saturasi minyak setelah injeksi CO2 dapat dilihat pada Gambar 8. Sebaran
ini terjadi setelah dilakukan injeksi-produksi selama 2 tahun dengan total ukuran
slug sebesar 2 PV. Nilai saturasi minyak rata-rata yang tersisa di reservoir adalah
sebesar 41%. Dibandingkan dengan saturasi minyak tersisa setelah produksi
tanpa injeksi, maka injeksi CO2 telah menguras saturasi minyak rata-rata hingga
sebesar 9%.
umur #01 diproduksikan selama satu tahun. Produksi kumulatif minyak diperoleh
sebesar 36 Mbbl seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Dengan demikian, sumur ini
memiliki faktor perolehan sebesar 22%. Sementara itu, sumur ini masih
menyisakan saturasi minyak rata-rata di reservoir sebesar 45% seperti terlihat
pada Gambar 2. Dengan kata lain, proses Lapangan M memproduksikan gas yang
berasal dari gas terlarut (solution gas). Gas yang terproduksi tersebut memiliki
komposisi seperti dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar tersebut menunjukkan
bahwa metana atau CH4 merupakan komponen penyusun gas yang utama dengan
jumlah sebesar 0,77 gmol. Komponen terbanyak berikutnya adalah C2H6 dan
C3H8 dengan jumlah yang relatif jauh lebih kecil yaitu kurang dari 0,1 gmol.
Dengan demikian, dalam kasus ini komponen CH4 dipandang sebagai komponen
impurity utama.
Jumlah komponen CH4 sebagai CO2 impurity yang digunakan dalam studi ini
adalah 10%, 20%, dan 30%. Variasi besaran impurity ini dimaksudkan untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap perolehan minyak. Tabel 5 menunjukkan
komposisi gas injeksi CO2 beserta gas CH4 sebagai imputiry. Tabel 5. Jumlah
komponen gas impurity pada injeksi CO2.
Setelah dilakukan injeksi CO2 sebesar 1 PV dengan CH4 sebagai impurity masing-
masing dengan jumlah seperti ditunjukkan pada Table 4, maka diketahui pengaruh
keberadaan impurity tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 10.
Terlihat bahwa peningkatan produksi kumulatif terjadi sampai kandungan
impurity sebesar 20%. Namun peningkatan perolehan ini hanya berkisar antara
0.8% hingga 2% dibandingkan dengan injeksi CO2 murni. Fakta ini memberikan
kemungkinan jika proyek injeksi CO2 dapat memanfaatkan gas terproduksi
setidaknya untuk tujuan pengurangan volume CO2 yang diperlukan
REVIEW PAPER
Pada evaluasi desain fasilitas pemurnian CO2 terdapat 2 (dua) pilihan alternatif
desain yaitu: metode distilasi dan absorpsi. Perhitungan kolom distilasi dihitung
berdasarkan 3 (tiga) persamaan utama, yaitu neraca masa, kesetimbangan fasa dan
neraca panas. Ketiga persamaan tersebut dapat diselesaikan menggunakan
program numeric maupun program simulasi proses. Sedangkan pada metode
absorpsi, mekanisme operasi pemisahan CO2 dilakukan dengan cara gas alam
masuk melalui bagian bawah kolom absorpsi sedangkan cairan absorban masuk
melalui
bagian puncak menara, gas dan cairan akan saling berkontak, dimana cairan
absorben akan menyerap CO2 yang terkandung bersama gas alam, zat absorban
berupa cairan alkylamines, seperti: Diethanolamine (DEA), Monoethanolamine
(MEA) dan Methyldiethanolamine (MDEA) (Miller dan Zawacki, 1978; Gary dan
Kaiser, 1984; Kohl dan Richard, 1997; LPPM, 2011). Perhitungan menara
absorber dihitung berdasarkan 2 (dua) konsep, yaitu konsep kesetimbangan fasa
antara gas dan cairan seperti analogi pada persamaan dan konsep perpindahan
masa
antara gas dan cairan.
Pembahasan : pada simulasi tekanan yang lebih tinggi, diperoleh nilai
xCO2 yang semakin tinggi, fenomena ini sejalan dengan analogi semakin tinggi
tekanan maka semakin tinggi kerapatan antar molekul. Pada perhitungan simulasi
perubahan viskositas minyak terhadap kadar CO2 dalam minyak yang disajikan
pada Gambar 3, terlihat bahwa semakin besar kadar CO2
yang terlarut di dalam minyak menyebabkan penurunan viskositas akibat dari
bergesernya kesetimbangan viskositas minyak menuju kesetimbang. Pada Gambar
4, terlihat pada tekanan injeksi 40,8 atm diperoleh kenaikan IPR pada setiap
kenaikan kumulatif hari injeksi, yang berpengaruh terhadap perhitungan kumulatif
minyak terpungut (persamaan 5 dan 6). Dari Gambar 5, terlihat bahwa perbedaan
kumulatif minyak terproduksi antara metode injeksi CO2 dan tanpa injeksi CO2
mulai terlihat sejak melewati kumulatif hari ke 300.
Perkiraan Biaya Fasilitas Permurnian CO2
biaya investasi paling sedikit yaitu $ 9,5 juta
Kesimpulan : Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan di atas, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Proses integrasi GGRP mampu memberikan gambaran tentang evaluasi
kelayakan CO2-EOR, secara cepat, sederhana dan terintegrasi.
2. Studi simulasi yang dilakukan sangat bermanfaat sebagai panduan sebelum
memulai studi CO2-EOR lebih detail menggunakan gridding block dan studi
analisa regresi EOS Pressure Volume Temperature (PVT) untuk CO2-
hidrokarbon.
Daftar Pustaka
Abdassah, D., S. Siregar, and D. Kristanto. "The potential of carbon dioxide gas
injection application in improving oil recovery." International Oil and
Gas Conference and Exhibition in China. SPE, 2000.
Abdurrahman, M., et al. "EOR in Indonesia: past, present, and future."
International Journal of Oil, Gas and Coal Technology16.3 (2017):
250-270.
Barclay, Taylor Hall, and Srikanta Mishra. "New correlations for CO2-Oil
solubility and viscosity reduction for light oils." Journal of Petroleum
Exploration and Production Technology6.4 (2016): 815-823.
Buckley, Se E., and MCi Leverett. "Mechanism of fluid displacement in sands."
Transactions ofthe AIME 146.01 (1942): 107-116.
Chae, Kwang-Seok, and J. W. Lee. "Risk analysis and simulation for geologic
storage of CO2." Proceedings of the World Congress on Advances in
Civil, Environmental, and Materials Research, Incheon, Korea. 2015.
Emera, M. K., and H. K. Sarma. "A genetic algorithm-based model to predict co-
oil physical properties for dead and live oil." Canadian International
Petroleum Conference. Petroleum Society of Canada, 2006.
Gary, J. H., G. E. Handwerk, and M. Kaiser. "Refinery products." Petroleum
refining: technology and economics, 2nd ed. Marcel Dekker, Inc.,
New York (1984): 5-15.
Holm, L. W., and V. A. Josendal. "Mechanisms of oil displacement by carbon
dioxide." Journal of petroleum Technology 26.12 (1974): 1-427. Kohl,
Arthur L., and Richard Nielsen. Gas purification. Gulf Professional
Publishing, 1997.
Leach, M. P., and W. F. Yellig. "Compositional model studies-CO2 oil
displacement mechanisms." Society of Petroleum Engineers Journal
21.01 (1981): 89-97.
Lee, Yong Lee., et al. "Overview of CO2-EOR Operation Plan in Meruap Field"
Proceedings of the World Congress on Advances in Civil,
Environmental, and Materials Research, Incheon, Korea. 2015.
LPPM UPN “Veteran” Yogyakarta, 2011, “Feasibility Study of CO2 Flooding,
Lapangan Jatibarang, Pertamina EP Region Jawa”, Yogyakarta.
Miller, John S., and Ray A. Jones. "A laboratory study to determine physical
characteristics ofheavy oil after CO2 saturation." SPE/DOE Enhanced
Oil Recovery Symposium. Society of Petroleum Engineers, 1981.
Miller, L. N., R. A. Macriss, and T. S. Zawacki. Process for acid gas removal
from gaseous mixtures. No. US 4080424. 1978.
Ministry of Energy and Mineral Resources of Republic of Indonesia (MEMRRI)
(2017) “Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia
2017”, Pusdatin ESDM, Jakarta, Indonesia, 2017.
Muslim, A., et al. "Opportunities and challenges of CO2 flooding implementation
in Indonesia." SPE Asia Pacific Oil and Gas Conference and
Exhibition. 2013.
Rostami, Alireza, et al. "Modeling of CO 2 solubility in crude oil
during carbon dioxide enhanced oil recovery using gene expression
programming." Fuel 210 (2017): 768-782.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
(SKK Migas) (2016) Laporan Tahunan2016, Jakarta, Indonesia.
Sohrabi, Mehran, and Alireza Emadi. "Novel Insights into the Pore-Scale
Mechanisms of Enhanced Oil Recovery by CO2 Injection." SPE
Europec/EAGE Annual Conference. Society of Petroleum Engineers,
2012.
Suarsana, I. Putu. "Producing high CO2 gas content reservoirs in Pertamina
Indonesia using multi stage cryogenic process." SPE Asia Pacific Oil
and Gas Conference and Exhibition. Society of Petroleum Engineers,
2010.
Yellig, William F. "Carbon dioxide displacement of a West Texas reservoir oil."
Society ofPetroleum Engineers Journal22.06 (1982): 805-815.
REVIEW PAPER
Judul : Laboratory Experiments on Enhanced Oil Recovery with
Nitrogen Injection
Penulis : S. Siregar, A. D. Hidayaturobbi, B. A. Wijaya, S.N. Listiani, T.
Adiningrum,Irwan&A.I. Pratomo
Penerbit : ITB J.Eng. Sci
Tahun : 2007
Hal : 20-27
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan tabung ramping,
gas kromatografi-spektrometri massa (GCMS), pompa merkuri, hidrometer, jarum
suntik. Gambar alat tabung ramping dapat dilihat pada Gambar 1. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sampel minyak Lapangan KAJI, gas
nitrogen, toluena, dan merkuri.
Hasil dan pembahasan : Berdasarkan empat percobaan berikut, kami
menemukan bahwa perolehan minyak meningkat seiring dengan laju injeksi. Plot
antara N2 yang diinjeksikan (dalam volume pori) dan recovery factor dapat dilihat
pada Gambar 1 (untuk Pi = 1500 psig dan qi = 20 cc / jam), Gambar 2 (untuk Pi =
1500 psig dan qi = 20 cc / jam) , Gambar 3 (untuk Pi = 1500 psig dan qi = 36,66
cc / jam), dan Gambar 4 (untuk Pi = 2500 psig dan qi = 20 cc / jam).
Perbandingan dari Proses injeksi dapat dilihat pada Tabel 3, dimana semakin
tinggi laju injeksi maka semakin tinggi recovery factor. Ini mungkin karena front
nitrogen yang lebih stabil yang terbentuk di belakang bank minyak. Teramati
adanya peningkatan recovery factor dari Pi = 1500 psig dan qi = 20 cc / jam
menjadi Pi = 1500 psig dan qi = 30 cc / jam. Namun, pada Pi = 1500 psig dan qi =
36,66 cc / jam faktor pemulihan menurun. Ini menunjukkan bahwa ada yang
optimal tingkat injeksi untuk injeksi nitrogen. Karenanya laju injeksi yang lebih
tinggi tidak selalu meningkatkan faktor pemulihan.