Anda di halaman 1dari 7

KARYA TULIS ESSAY

TUGAS : DASAR DAN KONSEP PENDIDIKAN DASAR

Judul Tema : Peran Mahasiswa Sebagai Moral Force dalam

Kehidupan Masyarakat Era Digital Sebagai Upaya Mewujudkan

Indonesia Emas 2045

BADAN PERKUMPULAN KARYA BANGSA SEKOLAH TINGGI

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


Manusia adalah makhluk sosial yang hidup bersama masyarakat sekitarnya
(zoon polition). Kehidupan bermasyarakat ada karena setiap insan manusia pasti
memerlukan dan membutuhkan bantuan dari manusia lainnya. Inilah yang
menyebabkan terjadinya interaksi sosial antar manusia yang dinamis. Namun
tidak sedikit dari beberapa warga masyarakat yang masih rendah moralnya dari
masyarakat lainnya, khususnya mahasiswa. Padahal mahasiswa adalah satu
generasi penerus bangsa yang diharapkan mampu menjadi kekuatan moral (moral
force) bagi masyarakat.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah segala


tatanan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini terbukti dengan banyaknya
perubahan-perubahan gaya hidup. Disamping itu, perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi juga mampu menjadikan aktivitas-aktivitas atau
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia menjadi lebih efektif.
Tidak heran apabila kemajuan-kemajuan seperti ini justru dapat menurunkan
moral mahasiswa dalam hehidupan masyarakat.

Setiap warga masyarakat memiliki empat pilar didalamnya, yaitu


komponen fisik atau jasmaniah, perasaan atau emosional, komponen pikiran atau
atau mental dan jiwa. Masyarakat pada dasarnya terdiri atas dua golongan yang
saling berkaitan yaitu masyarakat keluarga dan masyarakat kepentingan. Kedua
golongan masyarakat itu bergabung menjadi masyarakat yang lebih besar dan
bersifat nasional mengatasi masyarakat keluarga dan masyarakat kepentingan,
dinamakan masyarakat umum.

Mahasiswa adalah salah satu bagian dari masyarakat. Mahasiswa memiliki


tempat tersendiri di dalam lingkungan masyarakat, namun bukan berarti
memisahkan diri dari masyarakat. Salah satu peran penting mahasiswa adalah
sebagai moral force (kekuatan moral) dalam kehidupan masyarakat. Moral force
(kekuatan force) adalah gerakan yang bertumpu pada nurani luhur dalam
menegakkkan keadilan dan kebenaran. Mahasiswa diharapkan mampu sebagai
moral force (kekuatan moral) dalam kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat
mampu menjadi insan yang bermoral.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mahasiswa merupakan individu


yang belajar di perguruan tinggi. Sebagian mahasiswa yang masuk kedalam
kategori remaja akhir (18-21) tahun, namun sebagian pula terkategori sebagai
dewasa awal pada periode pertama (22-28) tahun. Mahasiswa memiliki peranan
penting dalam membangun moralitas sebagai wujud dari Indonesia 2045. Tujuan
Indonesia pada 2045 adalah :

1. Menciptakan masyarakat Indonesia yang inovatif berbasis ilmu


pengetahuan dan teknologi.
2. Menciptakan keunggulan kompetitif bangsa secara global berbasis
riset.
3. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi riset Indonesia di ranah
global.
4. Meningkatkan literasi iptek masyarakat.
5. Meningkatkan konstribusi riset terhadap ekonomi nasional secara
signifikan.
6. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM)
terkait riset yang mampu berkompetensi secara global.

Disebutkan Indonesia Emas 2045 karena Indonesia akan diisi oleh


generasi yang memiliki usia produktif dalam jumlah yang mayoritas di antara usia
penduduk sekarang masih jenjang sekolah dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA). Selain itu, diperkirakan tahun
2045 jumlah masyarakat miskin di Indonesia sebesar 10 persen. Ini menandakan
perlu adanya kesiapan dari generasi muda, khususnya mahasiswa dalam
menghadapi tantangan yang akan dihadapi guna mewujudkan Indonesia Emas
2045.

Mahasiswa adalah gererasi yang dipersiapkan sebagai kekuatan moral


dalam menghadapi Indonesia 2045. Namun yang menjadi permasalahan saat ini
adalah rendahnya moralitas yang dialami mahasiswa. Bentuk dari rendahnya
moralitas adlah kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa. Penelitian
dilakukan oleh Armeini (2013) terhadap 3 orang subjek penelitian menunjukkan,
keseluruhan subjek melakukan kecurangan dengan cara bertanya kepada
temannya. Selain itu, penelitian dari Chirstiana, Martoredjo dan Chairiyani (2013)
menunjukkan hasil pemetaan perkembangan moral responden yang menunjukkan
30 persen responden mengalami kemandengan di pra-konvensional dan 40 persen
belum masuk tahap pasca-konvensional perlu menjadi perhatian bagi pendidikan.
Perkembangan moral ini tidak berkaitan dengan pencapaian prestasi, yaitu
keperkembangan organisasi berpikirnya yang menjadi indikasi perkembangan
moral. Di samping itu, bentuk lain dari merosotnya moral adalah kasus narkoba
sebagai akibat dari rendahnya moral. Berdasarkan data yang dirilis kepolisian
Republik Indonesia tahun 2013, Polri telah menangani sebanyak 32.470 kasus
narkoba di Indonesia. Pengguna yang berusia dibawah 30 tahun sebanyak 3
persen. Selain itu, hal yang paling mendasar dari merosotnya nilai moral adalah
lupa dengan sila-sila dari Pancasila. Berdasarkan survey yang dilakukan penulis,
dari 10 mahasiswa terdapat 5 orang atau 50 persen kurang bisa menghapal sila-
sila Pancasila dengan baik. Kesalahan tersebut rata-rata terjadi karena salah sebut
urutan dari sila-sila Pancasila.

Rendahnya moral dari mahasiswa disebabkan factor-faktor seperti


keluarga bermasalah, media massa dan egoisme. Bentuk-bentuk rendahnya moral
tersebut sebagai akibat dari rendahnya kualitas sumber daya dari mahasiswa
tersebut. Padahal mahasiswa adalah generasi yang diharapkan sebagai moral force
(kekuatan moral) dalam kehidupan masyarakat di era digital. Maka dari itu perlu
adanya pembinaan moral bagi mahasiswa guna mempersiapkan mahasiswa
menuju tahun 2045.

Berdasarkan penjabaran diatas yang dapat disimpulkan penulis adalah


perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah berkembang
dengan pesat dan membawa pengaruh terhadap tatanan kehidupan masyarakat.
Mahasiswa sebagai agent of change harus mampu menjadi moral force (kekuatan
moral) dalam masyarakat era digital sebagai upaya mewujudkan Indonesia Emas
2045. Maka dari itu perlu ada upaya dalam membina karakter mahasiswa agar
dapat memenuhi ekspetasinya sebagai moral force (kekuatan moral) bagi
kehidupan masyarakat.

Peran aktif pemerintah, dosen, masyarakat dan keluarga sangat dibutuhkan


dalam Pembina karakter mahasiswa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Perlu adanya materi bela negara dari dosen maupun institusi atau
lembaga terkait, agar mahasiswa dapat memahami karakter yang baik,
sehingga mampu mengimplementasiakannya terhadap masyarakat
luas.
2. Perlu adanya pengawasan orang tua dalam mendidik anaknya, karena
keluarga adalah tonggak utama dalam pembentukan karakter

Penerapan ini diharapkan memberikan manfaat berupa :

1. Meningkatkan jiwa nasionalisme sebagai dasar pembentukan moral.


2. Meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap Pancasila.
3. Mampu membentuk karakter yang baik dimulai dari keluarga.
4. Meningkatkan kecintaan terhadap tanah air.

Manfaat-manfaat tersebut tentunya akan sangat berpengaruh pada diri


mahasiswa dapat mempersiapkan diri menuju Indonesia Emas 2045 mendatang.

Pemerintah menargetkan Indonesia akan maju pada usianya yang ke-100


tahun, yaitu pada tahun 2045. Pada tahun tersebut diperkirakan jumlah angkatan
kerja lebih dominan daripada jumlah angkatan nonkerja. Salah satu generasi emas
yang akan mengisi dominasi daripada angkatan kerja adalah mahasiswa.
Mahasiswa adalah generasi emas yang diharapkan mampu menjadi kekuatan
moral (moral force) dalam kehidupan masyarakat. Mahasiswa serbagai moral
force (kekuatan moral) harus menjadi garda terdepan dalam memajukan bangsa
menuju Indonesia Emas 2045
DAFTAR PUSTAKA

Abi, A. R. (2017). Paradigma Membangun Generasi Emas Indonesia Tahun 2045.


Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 2(2), 8590.
Angga Tri Wahyudi. (2017, November 24). Pentingnya Pendidikan Pancasila.
Retrieved from http://www.neraca.co.id/article/93391/pentingnya-pendidikan-
pancasila
Armeini, A. (2011). Faktor yang Berperan dan Dinamika Psikologis yang Terjadi
pada Mahasiswa Saat Melakukan Kecurangan Akademik. Perspektif Ilmu
Pendidikan, 24(XV), 138149.
Azmi, S. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan Merupakan Salah Satu
Pengejawantahan Dimensi Manusia sebagai Makhluk Individu, Sosial, Susila,
dan Makhluk Religi. Jurnal Likhitaprajna, 18(1), 7786.
Badan Narkotika Nasional. (2017). Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba di
34 Provinsi Tahun 2017. Jakarta: Badan Narkotika Nasional. Retrieved from
http://www.bnn.go.id/_multimedia/document/20180508/BUKU_HASIL_LIT_2017
.pdf
Casdira. (2011, September 23). Empat Pilar Tatanan Masyarakat. Retrieved from
https://casdiraku.wordpress.com/2011/09/23/empat-pilar-tatanan-masyarakat/
Christiana, E., Martoredjo, N. T., & Chairiyani, R. P. (2013). Pemetaan
Perkembangan Moral Mahasiswa Binus ditinjau dari Perspektif Kohlberg (Studi
Kasus Terhadap 10 Mahasiswa di Kelas 04 Paf). Humaniora, 4(2), 11161124.
Dadang. (2005, March 15). Moral Force, Terpenting dan Utama. Retrieved from
https://www.its.ac.id/news/2005/03/15/moral-force-terpenting-dan-utama/
Howe, N., & Strauss, W. (2009). Millennials rising: The next great generation.
Vintage.
Nugraha, A., & Rachmawati, Y. (2014). Metode Pengembangan Sosial.
Patriana, P. (2007). Hubungan antara kemandirian dengan motivasi bekerja
sebagai pengajar les privat pada mahasiswa di Semarang. Universitas
Diponegoro.
Rochmadi, N. (2012). Menjadikan nilai budaya gotong royong sebagai common
identity dalam kehidupan bertetangga negara-negara ASEAN. Universitas Negeri
Malang.

Anda mungkin juga menyukai