Anda di halaman 1dari 10

NAMA : FIJI INDAH GUNAWAN

KELAS : 3A

NIM : E0018016

MK : BIOKIMIA

Tugas Untuk Absensi (nomor 1-23)

Berikan penjelasan anda tentang konten di bawah ini :

1. Konsep bioenergitika dan Aplikasinya


Jawab :
Bioenergetika atau termodinamika biokimia adalah ilmu pengetahuan mengenai
perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Reaksi ini diikuti oleh pelepasan
energi selama sistem reksi bergerak dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat
energi yang lebih rendah. Sebagian besar energi dilepaskan dalam bentuk panas. Pada
sistem biologik bersifat isotermik dan menggunakan energi kimia untuk memberikan
tenaga bagi proses kehidupan.
Bioenergetika atau termodinamika biokimia memberikan prinsip dasar untuk
menjelaskan mengapa sebagian reaksi dapat terjadi sedangkan sebagian yang lain tidak.
Sejumlah sistem non biologik dapat menggunakan energi panas untuk melaksanakan
kerjanya, namun sistem biologi pada hakekatnya bersifat isotermik dan memakai energi
kimia untuk memberikan tenaga bagi proses kehidupan.
Prinsip reaksi oksidasi reduksi yaitu reaksi pengeluaran dan perolehan elektron
berlaku pada berbagai sistem biokimia dan merupakan konsep penting yang melandasi
pemahaman tentang sifat oksidasi biologi. Ternyata banyak reaksi-reaksi oksidasi
dalam sel hidup dapat berlangsung tanpa peran molekul oksigen.

Gambar 2.2. Perpindahan Energi pada Sistem dan Lingkungan. (a).


Perpindahan energi dari sistem ke lingkungan, dan (b). Perpindahan energi dari
lingkungan ke sistem
Sumber: Lewis, 1986
Gambar (a), bahan bakar bereaksi dengan gas oksigen di udara dan
menimbulkan panas di sekelilingnya. Pada proses ini terjadi perpindahan energi dari
sistem ke lingkungan. Pada Gambar (b), daun yang berklorofil berfungsi sebagai sistem
akan menyerap sinar matahari dan CO2 dari lingkungan, karbon dioksida bereaksi
dengan air membentuk karbohidrat dan gas oksigen dalam proses fotosintesis. Pada
proses ini terjadi perpindahan energi dari lingkungan ke sistem. Berdasarkan ini maka
sistem adalah segala sesuatu yang dipelajari perubahan energinya, sedangkan
lingkungan adalah segala yang berada di sekeliling sistem. Dalam ilmu kimia, sistem
adalah sejumlah zat yang bereaksi, sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu di luar
zat-zat tersebut misalnya tabung reaksi.

DAFTAR PUSTAKA

Fathuddin, Hilman. 2013. Bab 2: Termodinamika. Online,


(https://sfseiei1010.wordpress.com/2013/10/28/bab-2-termokimia/) diakses pada
tanggal 22 Januari 2016
Kimball. 1999. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Lewis, M., Waller, G. 1986. Thinking Chemistry: GCSE Edition. Oxford: OUP
Oxford
Murray, Harper's Illustrated Biochemistry 27th Edition, 2006

2. ATP
Jawab :
Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi bahan makanan tidak dapat secara
langsung digunakan untuk proses kontraksi otot atau proses-proses yang lainnya.
Energi ini terlebih dahulu diubah menjadi senyawa kimia berenergi tinggi, yaitu
Adenosine Tri Phosphate (ATP). ATP yang terbentuk kemudian diangkut ke setiap
bagian sel yang memerlukan energi (Mayes, 1985; Fox, 1988). Adapun proses biologis
yang menggunakan ATP sebagai sumber enereginya antara lain: proses biosintesis,
transportasi ion-ion secara aktif melalui membran sel, kontraksi otot, konduksi saraf
dan sekresi kelenjar (Mayes, 1985; Fox, 1988).
Apabila ATP pecah menjadi Adenosine Diposphate (ADP) dan Phosphate
inorganic (Pi), maka sejumlah energi akan dilepaskan. Energi inilah yang akan gunakan
untuk kontraksi otot dan proses-proses biologi lainnya. Fox dan Mathews (1988)
menerangkan, bila satu senyawa fospat dilepaskan dari 1 grl. ATP, maka akan keluar
energi yang diperkirakan sebesar 7-12 Kcal. Selama kehidupan berjalan, maka fungsi
tubuh akan berjalan terus, sehingga proses penyediaan energi dari ATP-pun akan
berjalan terus (Amstrong, 1979; Mayes, 1985). Peranan ATP sebagai sumber energi
untuk proses-proses biologi tersebut berlangsung secara mendaur ulang (siklus). ATP
terbentuk dari ADP dan Pi melalui suatu proses fosforilasi yang dirangkaikan dengan
proses oksidasi molekul penghasil energi. Selanjutnya ATP yang terbentuk dialirkan ke
proses reaksi biologis yang membutuhkan energi untuk dihidrolisis menjadi ADP dan
Pi sekaligus melepaskan energi yang dibutuhkan oleh proses biologi tersebut. Demikian
seterusnya sehingga terjadi suatu daur ulang ATP - ADP secara terus menerus. Gugus
fospat paling ujung pada molekul ATP dipindahkan ke molekul penerima gugus fospat
dan selanjutnya digantikan oleh gugus fospat lainnya dari proses fosforilasi dan
oksidasi molekul penghasil energi (Mays, 1985).
Menurut Fox dan Bowers (1988) ATP paling banyak ditimbun dalam sel otot
dibandingkan dengan jaringan tubuh lainya, akan tetapi ATP yang tertimbun di dalam
sel otot jumlahnya sangat terbatas, yaitu sekitar 4 - 6 m M/kg otot. ATP yang tersedia
ini hanya cukup untuk aktivitas cepat dan berat selama 3 - 8 detik (Katch dan Mc Ardle,
1986). Oleh karena itu, untuk aktivitas yang relatif lama, perlu segera dibentuk ATP
kembali.
Proses pembentukan ATP dalam otot secara sederhana dapat diperoleh melalui
tiga cara, yaitu sebagai berikut:
a. Sistem ATP - PC (Phosphagen System);
• ATP ADP + Pi + Energi
ATP yang tersedia dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama 1-2 detik.
• CP + ADP C + ATP.
ATP yang terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama 6-8 detik.
b. Sistem Glikolisis Anaerobik (Lactic Acid System);
• Glikogen/glukosa + ADP + Pi ATP + Asam laktat
ATP terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama 45 - 120 detik.
c. Sistem Erobic (Aerobic System) dimana sistem ini meliputi oksidasin karbohidrat
dan lemak.
• Glikogen + ADP + Pi + O2 CO2 + H2O + ATP
ATP yang terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik dalam waktu relatif
lama.
DAFTAR PUSTAKA

FOX, . 1988. The Physiological Bhasis of Physical Education and Atheletics. New
York : W.B Saunders Company.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. 25 ed. Jakarta:
EGC; 2003.
McArdle,W.D.,Katch,F.I.,And Katch, V.L.(1986). Exercise Physiology: Energy,
Nutrition, And Human Performance,2nd ed.,Lea & Febiger, Philadelphia,PA.

3. Rantai Respiratorik dan Fosforilasi Oksidatif


Jawab :

Rantai respirasi terjadi di dalam mitokondria sebagai pusat tenaga. Di dalam


mitokondria inilah sebagian besar peristiwa penangkapan energi yang berasal dari
oksidasi respiratorik berlangsung. Sistem respirasi dengan proses pembentukan
intermediat berenergi tinggi (ATP) ini dinamakan fosforilasi oksidatif. Fosforilasi
oksidatif memungkinkan organisme aerob menangkap energi bebas dari substrat
respiratorik dalam proporsi jauh lebih besar daripada organisme anaerob.
NADH dan FADH2 yang terbentuk pada reaksi oksidasi dalam glikolisis,
reaksi oksidasi asam lemak dan reaksi-reaksi oksidasi dalam siklus asam sitrat
merupakan molekul tinggi energi karena masing-masing molekul tersebut mengandung
sepasang elektron yang mempunyai potensial transfer tinggi. Bila elektron-elektron ini
diberikan pada oksigen molekuler, sejumlah besar energi bebas akan dilepaskan dan
dapat digunakan untuk menghasilkan ATP. Adanya perbedaan potensial oksidasi
reduksi (E0’) atau potensial transfer elektron memungkinkan elektron mengalir dari
unsur yang potensial redoks lebih negatif (afinitas elektronnya lebih rendah) ke unsur
yang potensial redoksnya lebih positif (afinitas elektronnya lebih tinggi). Aliran
elektron ini akan melalui komplek-komplek protein yang terdapat pada membran dalam
mitokondria dan menyebabkan proton terpompa keluar dari matriks mitokondria.
Akibatnya terbentuk kekuatan daya gerak proton yang terdiri dari gradien pH dan
potensial listrik transmembran yang kemudian mendorong proton mengalir kembali
kedalam matriks melalui suatu kompleks enzym sintesa ATP.
Jadi, oksidasi dan fosforilasi terangkai melalui gradien proton pada membran
dalam mitokondria. Fosforilasi oksidatif merupakan proses pembentukan ATP akibat
transfer elektron dari NADH atau FADH2 kepada oksigen melalui serangkaian
pengemban elektron. Proses ini adalah sumber utama pembentukan ATP pada
organisme aerob. Pembentukan ATP dalam glikolisis sempurna glukosa menjadi CO2
dan H2O, dari 30 ATP yang terbentuk 26 ATP berasal dari proses fosforilasi oksidatif.
Komplek-komplek enzym yang terangkai pada membran dalam mitokondria untuk
pengangkutan elektron dari molekul NADH atau FADH2 ke oksigen molekuler dimana
terbentuk sejumlah ATP dan molekul air dikenal dengan rantai pernapasan. Komplek
enzym tersebut adalah NADH-Q reduktase, suksinat-Q reduktase, sitokrom reduktase
dan sitokrom oksidase. Suksinat-Q reduktase, berbeda dengan ketiga komplek yang
lain, tidak memompa proton.
Dalam fosforilasi oksidatif, daya gerak elektron diubah menjadi daya gerak
proton dan kemudian menjadi potensial fosforilasi. Fase pertama adalah peran komplek
enzym sebagai pompa proton yaitu NADH-Q reduktase, sitokrom reduktase dan
sitokrom oksidase. Komplek-komplek transmembran ini mengandung banyak pusat
oksidasi reduksi seperti flavin, kuinon, besi-belerang, heme dan ion tembaga. Fase
kedua dilaksanakan oleh ATP sintase, suatu susunan pembentuk ATP yang digerakkan
melalui aliran balik proton kedalam matriks mitokondria. Elektron potensial tinggi dari
NADH masuk rantai pernapasan pada NADH-Q reduktase atau disebut juga dengan
NADH dehidrogenase atau komplek I. Langkah awal adalah pengikatan NADH dan
transfer dua elektronnya ke flavin mononukleotida (FMN), gugus prostetik komplek
ini, menjadi bentuk tereduksi, FMNH2. Elektron kemudian ditransfer dari FMNH2
keserangkaian rumpun belerang besi (4Fe-4S), jenis kedua gugus prostetik dalam
NADH-Q reduktase. Elektron dalam rumpun belerangbesi kemudian diangkut ke ko-
enzym Q, dikenal juga sebagai ubiquinon. Ubiquinon mengalami reduksi menjadi
radikal bebas anion semiquinon dan reduksi kedua terjadi dengan pengambilan elektron
kedua membentuk ubiquinol (QH2) yang terikat enzym. Pasangan elektron pada QH2
dipindahkan ke rumpun belerang besi (2Fe-2S) kedua yang ada pada NADH-Q
reduktase, dan akhirnya ke Q yang bersifat dalam inti hidrofobik membran dalam
mitokondria. Aliran dua elektron ini menyebabkan terpompanya empat H+ dari matriks
kesisi sitosol membran dalam mitokondria, dengan mekanisme yang belum diketahui.
Ubiquinol ( QH2 ) juga merupakan tempat masuk elektron dari FADH2
enzymenzym flavoprotein kerantai pernapasan. Suksinat dehidrogenase merupakan
bagian dari komplek suksinat-Q reduktase atau disebut juga komplek II, suatu protein
integral membran dalam mitokondria. FADH2 tidak meninggalkan komplek,
elektronnya ditransfer kerumpun belerang-besi dan kemudian ke Q untuk masuk dalam
rantai pernapasan. Enzym-enzym flavoprotein lain seperti gliserol fosfat dehidrogenase
dan asil-ko-A dehidrogenase yang membentuk gugus prostetik tereduksi FADH2,
elektronnya dipindahkan ke flavoprotein kedua yang disebut flavoprotein pemindah
elektron atau ETF (electron transferring flavoprotein). Selanjutnya ETF memberikan
elektronnya kerumpun belerang besi dan Q untuk masuk rantai pernapasan dalam
bentuk QH2. Berbeda dengan komplek I, komplek II dan enzym lain yang mentransfer
elektron dari FADH2 ke Q tidak memompa proton karena perubahan energi bebas dari
reaksi yang dikatalisanya terlalu kecil. Itulah sebabnya, ATP yang terbentuk pada
oksidasi FADH2 lebih sedikit dari pada melalui NADH.
Pompa proton kedua dalam rantai pernapasan adalah sitokrom reduktase atau
ubiquinol-sitokrom c reduktase atau komplek sitokrom bc1 atau disebut juga komplek
III. Sitokrom merupakan protein pemindah elektron yang mengandung heme sebagai
gugus prostetik. Komplek III ini berfungsi mengkatalisir transfer elektron dari QH2
kesitokrom c dan secara bersamaan memompa proton sebanyak dua H+ melewati
membran dalam mitokondria. Ada dua sitokrom yaitu b dan c1 dalam komplek ini, juga
mengandung protein Fe-S dan beberapa rantai polipeptida lain. Heme pada sitokrom b
berbeda dari heme yang ada pada sitokrom c dan c1 yang terikat secara kovalen berupa
ikatan tioester pada proteinnya. Sitokrom oksidase, komponen terakhir dari tiga pompa
proton dalam rantai pernapasan, mengkatalisis transfer elektron dari ferositokrom c
kemolekul oksigen sebagai akseptor terakhir. Sitokrom oksidase mengandung dua
gugus heme yang berbeda dari heme pada sitokrom c dan c1 karena gugus rantai
samping hemenya dan ikatannya pada enzym secara non kovalen. Heme komplek ini
dikenali sebagai heme a dan heme a3, karenanya komplek ini juga disebut sitokrom
aa3. Selain heme komplek ini juga mengandung dua ion tembaga, dikenal dengan CuA
dan CuB. Ferositokrom c memberikan satu elektronnya kerumpun heme a- CuA dan
satu lagi kerumpun heme a3- CuB dimana oksigen direduksi melalui serangkaian
langkah menjadi dua molekul H2O. Molekul oksigen merupakan ekseptor elektron
terminal yang ideal. Afinitasnya yang tinggi terhadap elektron memberi daya gerak
termodinamik yang besar untuk fosforilasi oksidatif. Terjadi pemompaan proton empat
H+ kesisi sitosol dari membran. Sejumlah ATP yang dibentuk pada peristiwa fosforilasi
oksidatif dirantai pernapasan tidak begitu pasti karena stoikiometri pompa proton,
sintesa ATP dan proses transport metabolite tidak harus dalam jumlah bulat atau
bernilai tetap. Menurut perkiraan saat ini, jumlah H+ yang dipompa dari matriks kesisi
sitosol membran oleh Komplek enzym I, III dan IV per pasangan elektron, masing-
masing adalah 4, 2 dan 4. Sintesa ATP digerakkan oleh aliran kira-kira tiga H+ melalui
ATP sintase. Sedangkan untuk mengangkut ATP dari matriks kesitosol memerlukan
satu H+ tambahan. Dengan demikian terbentuk kira-kira 2,5 ATP sitosol akibat aliran
sepasang elektron dari NADH ke oksigen. Untuk elektron yang masuk pada tahap
komplek III, misalnya yang berasal dari oksidasi suksinat, hasilnya adalah kira-kira 1,5
ATP per pasangan elektron. Kecepatan fosforilasi oksidatif ditentukan oleh kebutuhan
ATP. Transport elektron terangkai erat dengan fosforilasi, elektron tidak mengalir
melalui pernapasan ke oksigen bila tidak ada ADP yang secara simultan mengalami
fosforilasi menjadi ATP. Fosforilasi oksidatif memerlukan suplai NADH atau sumber
elektron lain dengan potensial tinggi, oksigen, ADP dan ortofosfat. Faktor terpenting
dalam menentukan kecepatan fosforilasi oksidatif adalah kadar ADP. Kecepatan
konsumsi oksigen oleh mitokondria meningkat tajam bila ditambahkan ADP dan
kembali kenilai semula bila ADP yang ditambahkan sudah difosforilasi menjadi ATP.
Pengaturan oleh kadar ADP ini disebut pengaturan respirasi. Kepentingan fisiologis
mekanisme pengaturan ini jelas, kadar ADP meningkat bila ATP dipakai dan dengan
demikian fosforilasi oksidatif terangkai dengan penggunaan ATP. Elektron tidak
mengalir dari molekul bahan bakar kemolekul oksigen bila sintesa ATP tidak
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim .(2011) Rantai Respirasi (online). Tersedia :http//www. Rantai Respirasi


_chem –Istry. Org _situs kimia indonesia _htm. (03. April .2013)
Girindra , A. 1986. Biokimia I. Grand media. Jakarta
Champ bell,neil A. Ef al 1999. Biologi edisi kelima. Jakarta. Erlangga
Champe P C PhD, Harvey R A PhD. Lippincott’s Illustrated Reviews: Biochemistry
2nd .1994 : 61 – 72 –
Lehninger A, Nelson D, Cox M M. Principles of Biochemistry 2nd 1993 : 364 - 394 –
Murray R K, et al. Harper’s Biochemistry 25th ed. Appleton & Lange. America 2000 :
123 - 148 –
Stryer L.1995. Biochemistry 4th : 184 – 187 ; 443 – 451 ; 488 – 498 ; 529 - 553

4. Sintesis Lipid
Jawab :
Sintesis lipid adalah bagian penting dari metabolisme sel, karena lipid
merupakan komponen penting dari membran sel . Yang paling penting dari
metabolisme lipid ini adalah sintesis asam lemak, karena asam lemak diperlukan dalam
trigliserida . Jalur biosintesis lainnya yang penting adalah sintesis kolesterol, sintesis
eicosanoid , dan sintesis sphingolipids . (Horton,2006:479)
Asam lemak disintesis dengan penambahan dua unit karbon ke ujung rantai
hidrokarbon . Sintesis asam lemak terdiri dari 2 tahap :
*Tahap Awal
Tahap pertama yaitu sintesis asetil ACP dan malonil ACP dari asetil KoA.Langkah
awal ini melibatkan kondensasi gugus asetil dan malonil untuk membentuk sebuah
percusor 4 karbon.

**Tahap Pemanjangan
Tahap kedua yaitu tahap pemanjangan, produk dari kondensasi awal dimodifikasi oleh
dua reaksi reduksi dan satu reaksi dehidrasi untuk menghasilkan asil ACP. Asil ACP
berfungsi sebagai substrat untuk reaksi kondensasi tambahan yang menggunakan
malonil ACP sebagai donor 2-carbon. (Horton,2006:480)
1.Sintesis Malonil ACP dan Asetil ACP
Malonil ACP merupakan substrat utama untuk biosintesis asam lemak . Sintesis malonil
ACP dilakukan dalam dua angkah , yang pertama adalah karboksilasi asetil KoA dalam
sitosol untuk membentuk malonil KoA. ( Horton,2006:480)
Reaksi karboksilasi ini dikatalisis oleh biotindependent enzim asetil KoA
karboksilase menggunakan mekanisme serupa dengan reaksi yang dikatalisis oleh
karboksilasi piruvat. Aktivasi HCO3- membentuk karboksibiotin bergantung pada ATP.
Reaksi ini diikuti dengan transfer CO2 ke asetil Koa membentuk Malonil KoA. (
Horton,2006:480-481)

Langkah kedua dalam sintesis malonil ACP adalah pengangkutan separuh


malonil dari koenzim A ke ACP. Reaksi ini dikatalisis oleh malonil KoA : ACP
transakilase. Enzim serupa disebut asetil KoA : ACP transakilase mengubah asetil KoA
menjadi asetil ACP. ( Horton,2006:481)

2.Reaksi Awal Sintesis Asam Lemak


Sintesis asam lemak dimulai dengan pembentukan unit 4-karbon yang melekat
pada ACP. Molekul ini disebut aseoasetil ACP yang terbentuk oleh kondensasi dari
substrat 2-karbon (asetil KoA atau asetil ATP) dan 3 karbon substrat (malonil ACP)
dengan menghilangkan CO2 . Reaksi ini dikatalisis oleh 3 - ketoasil ACP synthase (
KAS ) .
Ada beberapa versi KAS dalam sel bakteri .KAS III digunakan dalam reaksi
inisiasi, KAS I dan KAS II digunakan dalam reaksi perpanjangan berikutnya . Bakteri
KAS III menggunakan asetil CoA untuk reaksi kondensasi awal dengan malonil ACP.
( Horton,2006:81)
Dalam reaksi ini , unit 2-karbon dari asetil KoA ditransfer ke enzim di mana ia berikatan
kovalen dengan thioester. Enzim kemudian mengkatalisis pengangkutan unit 2 - karbon
ke ujung malonil ACP membentuk 4 - karbon intermediate dan melepaskan CO2.. Versi
eukariotik dari sintesis 3 - ketoasil ACP mengangkut reaksi yang sama kecuali bahwa
mereka menggunakan asetil ACP sebagai substrat awal bukan asetil CoA .
(horton,2006:481-482)

3. Reaksi Pemanjangan Sintesi Asam Lemak


Asetoasetil ACP mengandung bagian terkecil 3-ketoasetil. Nama ‘3-keto’
ini mengacu pada adanya gugus keto pada posisi C ke 3, atau bisa kita sebut juga atom
c ini adalah β-karbon dan produknya disebut bagian β-ketoasil. Enzim kondensasi juga
disebut dengan β-ketoasil ACP sintase. ( Horton,2006:482)
Untuk mempersiapkan reaksi kondensasi selanjutnya ,bagian 3 - ketoasil yang
teroksidasi harus dikurangi menjadi bentuk asil dengan transfer elektron ( dan proton )
ke posisi atom C ke 3. Tiga reaksi terpisah yang diperlukan . ( Horton,2006:482)

Dalam pengurangan pertama keton diubah menjadi alkohol . Langkah kedua


adalah penghilangan air oleh dehydratase menghasilkan ikatan rangkap . Akhirnya
reduksi kedua menambahkan hidrogen untuk menciptakan gugus asil yang tereduksi .
Produk akhir dari langkah reduksi, dehidrasi dan reduksi ini adalah asil ACP yang
memiliki 2 karbon lebih panjang. ( Horton,2006:482)
Reaksi spesifik dari siklus pemanjangan ditunjukkan pada gambar dibawah :
Daftar Pustaka :

Horton, Robert H dkk.2006.Principles of Biochemistry.United States of


America:Pearson Education,Inc.
Koolman,J and K.H. Roehm. 2005. Color Atlas Of Biochemistry. New York : Thieme
Stuttgart
McKee, Trudy and James R. McKee. 2003. Biochemistry : The Molecular Basis of Life
Third Edition. New York : McGraw-Hill Company.

5. Sintesis Karbohidrat
Jawab :
Proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O) pada
tumbuhan berpigmen dengan bantuan energi cahaya matahari disebut fotosintesis
dengan persamaan reaksi kimia berikut ini.
cahaya matahari 6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2 pigmen fotosintesis
Berdasarkan reaksi fotosintesis di atas, CO2 dan H2O merupakan substrat dalam reaksi
fotosintesis dan dengan bantuan cahaya matahari dan pigmen fotosintesis (berupa
klorofil dan pigemen-pigmen lainnya) akan menghasilkan karbohidrat dan melepaskan
oksigen. Cahaya matahari meliputi semua warna dari spektrum tampak dari merah
hingga ungu, tetapi tidak semua panjang gelombang dari spektrum tampak diserap
(diabsorpsi) oleh pigmen fotosintesis. Atom O pada karbohidrat berasal dari CO2 dan
atom H pada karbohidrat berasal dari H2O (Sasmitamihardja dan Siregar, 1996).
Klorofil merupakan komponen kloroplas yang utama dan kandungan klorofil
relatif berkorelasi positif dengan laju fotosintesis (Li et al., 2006). Klorofil disintesis di
daun dan berperan untuk menangkap cahaya matahari yang jumlahnya berbeda untuk
tiap spesies. Sintesis klorofil dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti cahaya, gula atau
karbohidrat, air, temperatur, faktor genetik, unsur-unsur hara seperti N, Mg, Fe, Mn,
Cu, Zn, S dan O). Karotenoid menunjukkan absorpsi kuat untuk panjang gelombang
biru dan ungu; memantulkan dan mentransmisikan panjang gelombang hijau, kuning,
lembayung, merah (kombinasi warna-warna tersebut tampak kuning) (Sasmitamihardja
dan Siregar, 1996).
Kompleks protein-klorofil merupakan komponen fotosintesis yang penting
(van der Mescht et al. 1999). Radiasi cahaya yang diterima oleh tanaman dalam
fotosintesis diabsorbsi oleh klorofil dan pigmen tambahan yang merupakan kompleks
protein-klorofil. Selanjutnya energi radiasi akan ditransfer ke pusat reaksi fotosistem I
dan II yang merupakan tempat terjadinya perubahan energi cahaya menjadi energi
kimia (Li et al., 2006). Dua mekanisme yang terlibat dalam pembentukan kompleks
protein-klorofil adalah distribusi klorofil yang baru disintesis dan redistribusi klorofil
yang sudah ada. Klorofil b adalah hasil biosintesis dari klorofil a dan berperan penting
dalam reorganisasi fotosistem selama adaptasi terhadap kualitas dan intensitas cahaya.
Oleh sebab itu hilangnya klorofil a dan b berpengaruh negatif terhadap efisiensi
fotosintesis (van der Mescht et al., 1999).

DAFTAR PUSTAKA

Sasmitamihardja, D. and A.H. Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Proyek Pendidikan


Akademik Dirjen Dikti. Depdikbud. Bandung. pp 253-281.

Li, R., P. Guo, M. Baum, S. Grando and S. Ceccarelli. 2006. Evaluation of chlorophyll
content and fluorescence parameters as indicators of drought tolerance in
barley. Agric. Sci. in China 5 (10):751-757.

Van der Mescht, A., J.A. de Ronde & F.T. Rossouw. 1999. Chlorophyll fluorescence
and chlorophyll content as a measure of drought tolerance in potato. South
African J. of Sci. 95:407- 412.

Anda mungkin juga menyukai