Anda di halaman 1dari 14

PERHITUNGAN INTERVAL WAKTU PERAWATAN KOMPONEN

MESIN INJECTION MOLDING PLASTIK DENGAN


MEMPERTIMBANGKAN PENGARUH PERSEDIAAN SUKU
CADANG

Reyuni Lumban Gaol


Wiwin Widiasih
Siti Muhimatul Khoiroh
Program Studi Teknik Industri, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

reyuni.lumbangaol@yahoo.com

ABSTRAK

UD Rumpun Mas merupakan perusahaan manufaktur penghasil sandal yang terdiri


atas sandal perempuan dan laki-laki. Untuk mendukung fasilitas proses produksi yang
berlangsung maka dilakukan kegiatan pemeliharaan fasilitas untuk meningkatkan
efektivitas dan efesiensi kerja dalam penggunaan mesin produksi tersebut. Selain itu juga
diperlukan pertimbangan akan ketersediaan kebutuhan suku cadang dan perencanaan
perawatan pada komponen mesin agar mesin atau unit yang akan digunakan dapat
beroperasi dengan baik dan tidak mengalami gangguan kerusakan pada saat digunakan.
Perawatan mesin injection molding plastic kurang diperhatikan oleh pabrik sehingga
kerusakan dapat terjadi sewaku-waktu. Saat ini perawatan mesin yang biasa dilakukan
pada mesin injection molding plastic hanya berupa corrective maintenance yaitu
mengganti komponen jika terjadi kerusakan saja tanpa adanya perawatan yang teratur atau
dijadwalkan. Penelitian ini menganalisis kerusakan dan persediaan suku cadang pada
mesin Injection Molding Plastic dengan mempertimbangkan nilai probability, reliability,
dan cost. Selanjutnya klasifikasi ABC-VED digunakan untuk menentukan komponen kritis
yang dapat memperlihatkan pengaruh kondisi suku cadang ketika persediaan suku cadang
tidak available. Hasil dari klasifikasi ABC-VED didapatkan komponen kritis yaitu
komponen screw dan heater bands. Selanjutnya dilakukan perhitungan interval perawatan
dengan metode age replacement. Interval perawatan pada komponen screw perawatan
dilakukan setiap 10 hari dengan tingkat keandalan 36,12% serta biaya perawatan sebesar
Rp. 778.825,38. Interval perawatan pada komponen heater bands 11 hari dengan tingkat
keandalan 79,10% serta biaya perawatan sebesar Rp. 253.638,24. Penjadwalan perawatan
mesin injection molding plastik dalam 1 tahun juga dihasilkan pada penelitian ini.

Kata kunci: probability, reliability,cost, klasifikasi ABC-VED, metode age replacement

ABSTRACT

UD Rumpun Mas is a manufacturing company that produces sandals including


women and men. To support the ongoing production process facility, facility maintenance
activities are carried out to improve the effectiveness and efficiency of work in the use of
production machinery. It is also necessary to consider the availability of spare parts
requirements and maintenance planning on the engine components for the machine or unit
to be used to operate properly and do not suffer damage at the time of use. Treatment of
injection molding machine plastic less paid attention by the factory so that damage can
occur at any time. Currently the usual engine maintenance was done on a plastic injection
molding machine only in the form of corrective maintenance is to replace the component if
there is damage only without any regular or scheduled maintenance. This research
analyzes the damage and spare parts inventory on Injection Molding Plastic machine by
considering probability value, reliability, and cost. Furthermore the ABC-VED
classification is used to determine the critical component that can show the effect of spare
parts conditions when spare parts inventory is not available. The result of ABC-VED
classification is found critical component that is screw component and heater bands.
Furthermore, the calculation of maintenance interval with age replacement method.
Intervals maintenance of screw components are performed every 10 days with a reliability
level of 36.12% and maintenance costs of Rp. 778.825,38. Interval maintenance of the
component heater bands 11 days with a reliability level of 79.10% and maintenance costs
of Rp. 253.638,24. Scheduling of plastic injection molding machine maintenance in 1 year
was also produced in this research.

Key words: probability, reliability, cost, ABC-VED classification, age replacement method

PENDAHULUAN
Sandal jepit merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita
sehari-hari. Sandal dapat didefinisikan sebagai pelindung telapak kaki dengan tali pengikat
yang melewati punggung kaki atau beberapa jenis melewatin pergelangan kaki. Seiring
dengan kebutuhan sandal yang meningkat maka semakin bertambah perusahaan sandal.
Pada perkembangannya kini perusahaan sandal harus bisa bersaing membuat produk
sandal yang berkualitas dan menarik agar dapat bertahan.
Salah satu perusahaan yang bergerak pada bidang industri barang yaitu UD.
Rumpun mas. Perusahaan yang berlokasi di Kemlaten Gg. XII/5-10 Karangpilang kota
Surabaya ini awalnya hanya melayani jasa pembuatan moulding atau cetakan sepatu,
seiring dengan waktu, perusahaan ini semakin berkembang sehingga saat ini dapat
memproduksi sandal. Produk sandal terdiri atas berbagai macam yaitu sandal perempuan
dan sandal laki-laki. Untuk sandal perampuan sendiri dibagi lagi dalam beberapa model
antara lain: BL 008 pamela, BL 009 galaksi, BL 009 celmatris, kimono, slim brigita BL
008 mirna, BL 008 shera slim kumis, dan slim burberry. Sedangkan untuk sandal laki-laki
antara lain BL 051 anthena, BL 051 Flash, BL 051 ninja, BL 051 casual, BL bumper,
boloni giok, sandal gunung, 7 magic. UD. Rumpun Mas saat ini banyak mendapat
persaingan dari perusahaan sejenisnya. Oleh karena itu dari persaingan tersebut perusahaan
ini berusaha memproduksi sandal-sandal dengan kualitas yang baik sesuai dengan
permintaan dari konsumen.
Proses pembuatan alas sandal pertama-tama pekerja harus membuat cetakan alas
sandal dari besi dan dibentuk sesuai dengan model yang diinginkan pemesan. Kemudian
bahan baku dimasukan kedalam mesin mixer yang berfungsi untuk mencampurkan bahan
baku dengan warna yang diinginkan, kemudian dipindahkan ke cetakan besi yang telah
dibuat, tak perlu menunggu lama untuk melepaskan alas dari cetakan alas karena semakin
panas suhu nya maka semakin mudah dalam proses pelepasan alas sandal. Sedangkan
proses pembuatan tali sandal hampir sama dengan dengan proses pembuatan alas sandal,
hanya saja disini bahan baku yang sudah dicampur dimasukan kedalam mesin bole yang
didalamnya sudah ada cetakan tali sandal yang terbaut dari besi, setelah itu tali yang sudah
dicetak dipotong secara manual.
Untuk memenuhi proses produksi sangat diperlukan kesiapan mesin sebagai
penunjang, tetapi dalam memenuhi semua target yang diinginkan perusahaan sering
mengabaikan perawatan dari mesin-mesin yang digunakan. Perawatan yang dilakuan
diperusahaan ini sangat kurang sekali sehingga hal ini dapat membuat mesin mudah rusak
jika digunakan terus menerus tanpa diimbangi adanya perawatan yang baik. Pada mesin
injection molding plastic perawatan mesin juga kurang diperhatikan sehingga kerusakan
dapat terjadi sewaku-waktu. Perawatan mesin yang biasa dilakukan pada mesin injection
molding plastic oleh perusahaan hanya berupa corrective maintenance yaitu mengganti
komponen jika terjadi kerusakan saja tanpa adanya perawatan yang teratur. Disadarin
ataupun tidak tidakan tersebut justru mengakibatkan peningkatan biaya produksi karena
pergantian komponen yang mengalami kerusakaan pada saat proses produksi sedang
berjalan. Berbeda dengan preventive maintenance yang dapat memperkecil kemungkinan
terjadinya kerusakan mesin produksi sehingga proses dapat berjalan dengan lancar. Selain
itu umur dari mesin-mesin produksi akan lebih lama. Untuk itu perlu dibuat sistem
penjadwalan preventive maintenace yang diharapkan dapat menekan biaya yang harus
ditanggung oleh perusahaan. Diperusahaan ini juga kurang memperhatikan kesedian suku
cadang mesin tersebut, sehingga hal itu dapat menggangu proses produksi karena mesin
harus berhenti menuggu ketersediaan suku cadang, perusahaan tak menyadari bahwa hal
ini dilakukan terus menerus perusahaan akan mengalami kerugian dari segi biaya dan
waktu.

Tabel 1. 1 Data frekuensi pemakaian

Komponen Jumlah suku Frekuensi Frekuensi kumulatif


cadang pemakaian (%) pemakaian
Screw 2 31,05 31,05
Heater bands 2 22,73 53,78
Barrel 1 16,95 70,73
Komponen Jumlah suku Frekuensi Frekuensi kumulatif
cadang pemakaian (%) pemakaian
Cavity 1 13,95 84,68
Rear platten 1 7,23 91,91
Clamping unit 1 3,40 95,31
Hopper 1 2,3 97,61
Hydraulie screw
1 1.15 98,76
drive
Statonary
1 0,62 99,38
platten
Moving platten 1 0,62 100
(sumber: Data UD Rumpun Mas)

.
Klasifikasi ABC dilakukan untuk menekan nilai dan frekuensi dari permintaan suku
cadang mesin. Hal ini perlu dipertimbangkan apabila perusahaan menaruh perhatian pada
tingginya nilai yang tersimpan pada persediaan suku cadang. Pada klasifikasi ABC, suku
cadang dipisahkan berdasarkan jumlah penggunaan dan unit cost. Klasifikasi VED secara
umum merupakan metode yang dapat memberikan analisis yang mencakup faktor-faktor
yang dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan. Klasifikasi VED bertujuan untuk
memberikan penentuan akhir mengenai tingkat kepentingan suku cadang setelah
pertimbangan frekuensi penggunaan dan biaya. Pada klasifikasi ini terdapat beberapa
faktor yang digunakan yaitu dari sisi teknis yang berkaitan dengan operasional mesin, lead
time pengadaan suku cadang dan pengaruh ada tidaknya suku cadang. Tiga faktor ini
digunakan dalam pengambilan keputusan karena ketiga hal inilah yang selama ini menjadi
pertimbangan terbesar dalam melakukan pengadaan persediaan suku cadang. Berdasarkan
permasalahan di atas sangat penting untuk dicarikan solusi oleh karena itu dilakukan
penelitian ini yang berjudul “Perhitungan interval waktu perawtaan mesin injection
molding plastik dengan mempertimbangkan pengaruh persediaan suku cadang”
MATERI DAN METODE
Perawatan merupakan fungsi yang sama pentingnya dengan produksi dalam suatu
perusahaan atau pabrik. Hal ini karena peralatan atau fasilitas yang kita gunakan
memerlukan pemeliharaan atau perawatan agar peralatan atau fasilitas dapat digunakan
dengan baik dan agar kegiatan produksi dapat berjalan lancar.
Kegiatan perawatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan atau pabrik dapat
dibedahkan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Corrective maintenance
Perawatan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau kelainan pada fasilitas
atau peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Tindakan perawatan
yang dilakukan biasanya berupa perbaikan atau reparasi Perawatan dengan
menggunakan system perawatan korektif kelihatanya membutuhkan biaya
operasional lebih murah dibandingkan menggunakan system preventive
maintenance.
b. Preventive maintenance
Pemeliharaan pencegahan adalah kegiatan pemeliharaan atau perawatan yang
dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang ridak terduga dan
menentukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas produksi mengalami
kerusakan pada waktu yang digunakan dalam proses produksi.
Analisis ABC atau dikenal dengan klasifikasi Pareto merupakan salah satu metode
yang digunakan untuk memecahkan masalah penentuan titik optimum, baik jumlah
pemesanan maupun order point, serta berguna dalam menentukan barang-barang yang
harus diprioritaskan. Analisis ABC sangat berguna dalam memfokuskan perhatian
manajemen terhadap penentuan jenis barang yang paling penting dalam sebagian besar
investasi. ABC Analisis mengklasifikasikan persediaan dalam tiga kategori, yaitu: A, B,
dan C dengan basis volume penggunaan biaya persediaan dalam setahun.
Secara umum kekritisan dari spare part dapat ditentuak dari kerugian downtime,
karena secara umum untuk suku cadang yang tidak tersedia pada saat diperlukan.
Berdasarkan kekritisan, suku cadang secara konvesional diklasifikasikn menjadi tiga kelas
yaitu vital, essential, dan desirable (Vaisakh, 2013):
1. Vital (V): Item kategori penting adalah suku cadang yang tidak ada ketika
dibutuhkan akan membuat kegiatan produksi terhenti, atau setidaknya menjadi
sangat berpengaruh. Dalam proses produksi, sebagian besar suku cadang untuk
bottleneck atau proses adalah item vital.
2. Essential (E): Sebuah suku cadang akan dianggap penting jika tidak ada
kesediannya, maka kerugian akan terjadi
3. Desirable (D): Sebuah suku cadang akan diinginkan (desirable) jika kehilangan
produksi tidak terlalu signifikan karena ketidaksediaanya. Sebagian besar bagian
akan jatuh dibawah kategori ini.

Klasifikasi VED bertujuan untuk memberikan penentuan akhir mengenai tingkat


kepentingan suku cadang berdasarkan 3 faktor yang digunakan dalam pengambialan
keputusan yaitu usia pemakaian, leadtime pengadaan suku cadang dan pengaruh ada
tidaknya ketersediaan suku cadang.
Melakukan tindakan penggantian pencegahan adalah untuk menghindari terhentinya
mesin akibat kerusakan komponen. Tindakan penggantian pencegahan dapat dilakukan
dengan menentukan interval waktu antara tindakan penggantian (tp) yang optimal dari
suatu komponen sehingga dicapai minimasi downtime yang maksimal. Frekuensi
penggantian pencegahan yang meningkat dapat meningkatkan downtime karena
penggantian, namun ini dapat mengurangi downtime karena penggantian kegagalan dan
menyeimbangkan waktu terbaik antara penggantian pencegahan dengan downtime.
Metode perhitungan yang digunakan adalah metode Age Replacement. Dalam
metode Age Replacement tindakan penggantian dilakukan pada saat pengoperasiannya
sudah mencapai umur yang ditetapkan yaitu sebesar tp. Jika pada selang waktu tp terjadi
kerusakan, maka dilakukan penggantian komponen sebagai tindakan korektif. Selanjutnya
umur tindakan penggantian tp dimulai dari awal dengan acuan waktu mulai bekerjanya
sistem setelah dilakukan tindakan perawatan korektif.
Keandalan didefinisikan sebagai peluang suatu unit atau system berfungsi normal,
jika digunakan menurut kondisi operasi tertentu untuk suatu periode tertentu (Gaspernz,
1192). Pengetahuan tentang teori keandalan dewasa ini sangat membantu memecahkan
masalah yang ada hubunganya dengan manajemen system perawatan. Misalnya untuk
memperkirakan keadalan peralatan sehingga ditentukan saat atau waktu untuk perawatan
suatu peralatan. Model probabilitas dari alat merupakan langkah utama yang harus
diketahui untuk menghitung keandalan dari suatu alat. Model probabilitas ini biasanya
dinyatakan denngan distribusi statistik. Distribusi yang bias digunakan adalah distribusi
eksponensial negatif, distribusi weilbull, distribusi normal dan distirbusi hiper
eksponensial.

1. Distribusi Normal

Rumus yang digunakan pada distribusi normal yaitu :

1 𝑡−𝜇 2
1 ⌊ ( ) ⌋
𝑓(𝑡) = 𝜎 𝑒 2 𝜎 ............................................................... (2.1)
√2𝜋

Keterangan :

µ= rata-rata

σ= simpang baku

π=3,1416 (bilangan konstan)

e=2,7183 (bilangan konstan)

X=absis dengan batas -∞ < X <π

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Klasifikasi ABC
Faktor-faktor yang digunakan dalam Klasifikasi ABC:
1) Frekuensi pemakaian
2) Jumlah penggunaan
Tabel hasil analisis klasifikasi ABC
%
% volume %
Nama volume % volume Komulatif
No biaya per unit tahunan dalam jumlah kelas
komponen tahunan pemakaian pemakaian
nilai uang barang

1 Screw 2 31,05 RP 27.000.000 RP 54.000.000


Heater 53,78 20% A
2 2 22,73 RP 5.150.000 RP 10.300.000
bands
3 Barrel 1 16,95 RP 28.000.000 RP 28.000.000
Cavity
4 1 14,95 39,13 Rp12.000.000 Rp12.000.000 40% B

5 Rear platten 1 7,23 RP 5.000.000 RP 5.000.000


Clamping
6 1 3,55 RP 13.450.000 RP 13.450.000
unit
7 Hopper 1 2,3 RP 350.000 RP 350.000
Hydraulie
8 1 2.15 7,09 RP 875.000 RP 875.000 50% C
screw drive
Statonary
9 1 0,62 RP 400.000 RP 400.000
platten
Moving
10 1 0,62 RP 3.500.000 RP 3.500.000
platten
100 100 Rp106.700.000 Rp135.200.000 100

Pada klasifikasi ABC faktor kekritisan yang digunakan adalah jumlah penggunaan
suku cadang dan harga perunit setiap komponennya, sehingga didapat komponen kritis
adalah kelas A yaitu komponen screw dan heater bands yang mempunyai tingkat
pemakaian sebesar 53,78 %. kelas B yaitu komponen barrel, cavity, dan rear platten
dengan tingkat pemakaian sebesar 39,13 % dan kelas C yaitu komponen clamping unit,
hopper, hydrauline screw drive, stationary platten, dan moving platten dengan tingkat
pemakaian sebesar 7,09 %.

2. Klasifikasi VED
Faktor-faktor yang digunakan dalam klasifikasi VED :

a. Umur pakai
b. Lead time
c. Pengaruh stock

No Faktor Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3


1. Umur pakai < 2 tahun (60) 2 tahun (100) >2 tahun (150)
2. Lead time <3 hari (60) 3 hari(100) > 3 hari(150)
3. Pengaruh stock < berpengaruh(60) berpengaruh (100) >
berpengaruh(150)
Nilai kriteria yang digunakan :

POINT KLASIFIKASI
270-350 VITAL
200-270 ESSENTIAL
100-200 DESIRABLE

Hasil Analisis Klasifikasi VED


Umur Pengaruh
No Komponen mesin Leadtime total kelas
pakai stock
1. Screw 150 60 100 310
V
2. Heater bands 100 100 100 300

3. Barrel 150 100 60 310


4. Cavity 100 60 100 260

5. Rear platten 100 60 60 210 E

6. Clamping unit 100 60 60 220

7. Hopper 60 60 60 180

Hydraulie screw
8. 60 60 60 180
drive
D
9. Statonary platten 60 60 60 180

10. Moving platten 60 60 60 180

Suku cadang berdasarkan tingkat kekritisan dari 10 komponen diklasifikasikn


menjadi tiga kelas yaitu kelas V(vital) terdiri dari 2 item, kelas E(essential) terdiri dari 4
item dan kelas D (desirable) terdiri dari 4 item. Dengan faktor yang digunakan adalah
umur pemakaian, lead time, dan pengaruh stock. Kelas V yaitu suku cadang yang memiliki
tingkat kekritisan tinggi. Suku cadang kelas V harus tersedia di perusahaan, jika tidak
tersedia pada saat yang dibutuhkan akan menyebabkan downtime. Kelas E yaitu suku
cadang yang memiliki tingkat kekritisan sedang, jika suku cadang jenis ini tidak tersedia
pada saat yang dibutuhkan maka akan menurunkan kinerja mesin. Kelas D yaitu suku
cadang yang memiliki tingkat kekritisan rendah. Tidak tersediaanya suku cadang jenis ini
tidak berpengaruh buruk terhadap kinerja pabrik.

3. Metode Age Replacement


1. Tingkat Probabilitas Kerusakan Komponen
Tabel 1 Hasil Probabilitas Kerusakan Komponen Screw
Interval (tp) dalam hari Fungsi padat probabilitas [F(tp)]
1 0,00840
2 0,00881
3 0,00923
4 0,00966
5 0,01008
6 0,01051
7 0,01093
8 0,01135
9 0,01177
10 0,01218
Hasil perhitungan fungsi padat probabilitas diatas dapat diketahui bahwa nila
tertinggi yaitu pada interval hari ke-10 dengan nilai 0,01218, maka probabilitas komponen
screw pada interval ke-10 (hari).

Tabel 2 Hasil Probabilitas Kerusakan Komponen Heater Bands

Interval (tp) dalam hari Fungsi padat probabilitas [F(tp)]


1 0,0070
2 0,0066
3 0,0084
4 0,0059
5 0,0123
6 0,0053
7 0,0050
8 0,0047
9 0,0038
10 0,0041
11 0,0150
Hasil perhitungan fungsi padat probabilitas diatas dapat diketahui bahwa nilia
tertinggi yaitu pada interval hari ke-11 dengan nilai 0,0150, maka probabilitas komponen
heater bands pada interval ke-11 (hari).
2. Tingkat Keandalan Komponen
Tabel Hasil Tingkat Keandalan Komponen Screw

Interval (tp) dalam hari Fungsi Keandalan R(tp)


1 0,8665
2 0,8665
3 0,7438
4 0,7438
5 0,6438
6 0,5186
7 0,5186
8 0,4910
9 0,4910
10 0,3612

tingkat keandalan komponen screw dapat dilihat bahwa tingkat keandalan komponen
mesin semakin menurun sesuai dengan bertambahnya waktu. Dan interval ke 10 dengan
nilai fungsi keandalan sebesar 0,3612 (36,12%).

Hasil Tingkat Keandalan Komponen Heater Bands


Interval (tp) dalam hari Fungsi Keandalan R(tp)
1 0,8869
2 0,8665
3 0,8665
4 0,8438
5 0,8438
6 0,8438
7 0,8186
8 0,8186
9 0,7910
10 0,7910
11 0,7910

Pada tabel tingkat keandalan komponen heater bands dapat dilihat bahwa tingkat
keandalan komponen mesin semakin menurun sesuai dengan bertambahnya waktu. Dan
interval ke-11 dengan nilai fungsi keandalan sebesar 0,7910 (79,10%) merupakan batas
keandalan minimal yang telah ditetapkan yaitu 70 %.
3. Biaya Perbaikan
Tabel Hasil biaya perawatan
Biaya perawatan
Komponen Biaya tidak melakukan perawatan
penjadwalan
Rp 294.186.000,00 Rp 149.258.713,68
Komponen screw

Komponen heater Rp 71.646.500.00 Rp 56.011.561.92


bands

KESIMPULAN
1. Hasil penentuan komponen kritis dengan menggunakan klasifikasi ABC-VED,
komponen yang kritis adalah komponen screw dan heater bands.
2. Penjadwalan perawatan mesin injection molding pada komponen screw dan heater
bands di UD Rumpun Mas agar tercapai minimalisasi biaya yaitu pada komponen
screw setiap 10 hari dengan tingkat keandalan 0,3612 (36,12%).biaya yang optimal
setiap kali melakukan kegiatan perawatan pencegahan adalah sebesar Rp 7788.25,38
pada interval hari ke-10, sedangkan komponen heater bands setiap 11 hari dengan
tingkat keandalan 0,7910 (79,10%). Biaya optimal setiap kali melakukan kegiatan
perawatan pencegahan dalah sebesar Rp 253.638,24 pada interval hari yang ke-11.
3. Waktu yang optimal untuk melakukan perawatan adalah dalam kurun waktu satu
tahun pada komponen screw yaitu sebanyak 36 kali perawatan atau dalam setiap
interval 10 hari, dan komponen heater bands yaitu sebanyak 33 kali perawatan atau
dalam setiap interval 11 hari.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diatas, maka penulis berusaha
memberikan saran untuk menjadikan masukan yang bermamfaat bagi perusahaan.
Saran yang dapat diberikan yaitu : perawatan komponen screw dan heater bands
sebaiknya dilakukan perawatan dengan interval perawatan yaitu 10 dan 11 hari sekali
untuk menghindari kerugian yang besar karena terjadinya kerusakan yang cukup yang
besar.
DAFTAR ISI

Amelia, Indah,.2012,”Analisa pengendalian persedian suku cadang mesin di PT


Uniplastindo Interbuana Plant Karawang dengan metode kombinasi ABC-
VED”[jurnal], Jakarta: Universitas Gunadarma.
B. S. Dhillon, Engineering Maintenance : A Modern Approach, USA: CRC Press, Boca
Raton, 2002.
Data diakses pada tanggal 11 Maret 2018 pukul 21.00 dilink https://tirto.id/perjalanan-
sandal-melintas-zaman-bkep.
Data diakses pada tanggal 4 April 2018 pukul 01.40 dilink
http://www.google.co.id/search?q=komponen+utama+injection+molding&tbm=isc
h&tbs=rimg:CU_1HvEJAaLiTIjiT9Xg2WKeQ8_1QCV0CVYdlAB010OZWCt5L
Eb1sYlSt9vfuG3emJrCXxC7uKNIJ3T5pTFTD8YNkZBioSCZP1eDZYp5DzERp9
z_1pH9ecBKhIJ9AJXQJVh2UARZd4wRS_1JcbkqEgkHTXQ5lYK3khHTZ-
qFffajzCoSCcRvWxiVK329EaQ7ugS8--XbKhIJ-
4bd6YmsJfERbpXpteST3F0qEgkLu4o0gndPmhGJibqVLZ1miioSCVMVMPxg2R
kGETydipi4VFy0&tbo=u&sa=X&ved=2ahUKEwiHrMbt357aAhWBsI8KHfBfBZ
UQ9C96BAgAEBg&biw=1366&bih=588&dpr=1
Gasperz, V., 1992, “Analisis Sistem Terapan Berdasarkan Pendekatan Teknik Industri”,
edisi pertama, Tarsito,Bandung.

Kini, Lodimeda, dkk.,2015,”Manajemen persedian suku cadang mesin high pressure


compressor dengan klasifikasi FSN-ABC-VED”[jurnal], Malang: Universitas
Brawijaya.

Kurniawan, Fajar., 2013, “Manajemen Perawatan Industri”, Yogyakarta 55283 : Graha


Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai