Anda di halaman 1dari 43

SURFAKTAN

SURFAKTAN
Surfaktan (surface active agent) adalah zat yang
dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung
untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar
muka.
Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas
sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun
merupakan salah satu contoh dari surfaktan.
Molekul surfaktan mempunyai dua ujung yang
terpisah, yaitu ujung polar (hidrofilik) dan ujung
non polar (hidrofobik)
Karna itu Surfaktan memiliki kemampuan beradaptasi pada
lingkungan dimana dia berada seperti memiliki sifat anti air
atau minyak atau dua-duanya tetapi bisa sebaliknya
Gliserin monostearat
Surfaktan menurunkan
tegangan permukaan
air dengan
mematahkan ikatan-
ikatan hidrogen pada
permukaan. Hal ini
dilakukan dengan
menaruh kepala-kepala
hidrofiliknya pada
permukaan air dengan
ekor-ekor hidrofobiknya
terentang menjauhi
permukaan air.
Sabun dapat membentuk misel (micelles), suatu
molekul sabun mengandung suatu rantai
hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian
hidrokarbon dari molekul sabun bersifat hidrofobik
dan larut dalam zat-zat non polar, sedangkan ujung
ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena
adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun
secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut
dalam air, tetapi dengan mudah akan tersuspensi di
dalam air.
Surfaktan sangat dikenal karena keunggulannya dalam
pembersihan/pencucian.
Surfaktan dapat digolongkan menjadi
dua golongan besar, yaitu:
 Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar
berantai panjang, senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.

 Surfaktan yang larut dalam pelarut air


Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah,
zat pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi,
pencegah korosi, dan lain-lain. Ada empat yang termasuk dalam
golongan ini, yaitu surfaktan anion yang bermuatan negatif,
surfaktan yang bermuatan positif, surfaktan nonion yang tak
terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter yang bermuatan
negatif dan positif bergantung pada pH-nya.
Sumber Bahan Mentah Surfaktan
Surfaktan dapat berasal dari surfaktan oleokimia
maupun surfaktan petrokimia. Secara umum,
kebanyakan rantai hidrokarbon dalam sebagian
besar surfaktan dan lain-lain surfaktan istimewa
dihasilkan dari bahan mentah berikut:
 Lemak dan minyak biasa
 Petroleum
 Etilena
 Propilena
Natural Fats and Oils
Dari minyak nabati dan hewani, trigliserida dipisahkan
dan dikonversikan menjadi pokok surfaktan intermediet
coconut oil dan palm kernel oil menghasilkan rantai C12
– C14 sedangkan lemak hewan dan palm oil
menghasilkan rantai C16 – C18.
Keunggulan:
 Berasal dari SDA yang dapat diperbaharui
 Limbah yang relatif kecil
 Mudah terdegradasi
Fatty Alcohol dari C12 – C18 diproduksi dari
hidrogenasi fatty methyl esters dan fatty acids.
fatty alcohol sangat penting dalam dasar
oleokimia untuk surfaktan intermediet.
saat ini telah diproduksi komersial di india
produk alpha olefins dari dehidrasi natural fatty
alcohol
Bahan Surfaktan dari Petroleum

Rantai hidrokarbon linear atau n-parafin dapat diekstrak


dari fraksi petroleum.
Kerosen adalah fraksi petroleum yang mengandung
hidrokarbon C10-C16.

Kelemahan:
 Pencemaran terhadap lingkungan
 Surfaktan yang dihasilkan sukar terdegradasi
 Bahan mentah berasal dari sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui
Tipe-Tipe Surfaktan
 Anionik

 Nonionik

 Kationik

 Amphoterik
 Surfaktan Anionik (negatif)
Surfaktan ini memiliki bagian hidrofobik yang memiliki ion
negatif. Dalam medium air berpisah dengan kation positif
menjadi ion negatif.
Contoh : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
ABS merupakan surfaktan yang lebih efektif karena
memberikan busa yang banyak, harga murah, dan kualitas
yang baik.
contoh lainnya: Alkohol sulfat dan Ester Sulfonat.

 Surfaktan Kation (positif)


Sama halnya dengan surfaktan anion, surfaktan kation juga
memisahkan diri dalam medium air. Kepala (bagian hidrofilik)
sebagai kation yang mana memiliki sifat surface active.
Contoh: Senyawa-senyawa Ammonium
 Surfaktan Non ionik (tak bermuatan)
Surfaktan non ionik tidak memisahkan diri pada medium air.
Surfaktan ini memiliki
kutub polar seperti polyglycol eter atau sebuah polyol.

 Surfaktan Amfoterik (positif atau negatif)


Surfaktan ini memiliki ion positif dan negatif. Rantai hidrofobik
mengikat rantai hidrofilik sehingga tersusun dari ion positif dan
negatif. Perlakuannya tergantung pada kondisi medium atau nilai
pH.
Contoh: Alkil betains.
Proses Pembuatan Surfaktan
 Produksi Surfaktan Alkohol Lemak
 Produksi Surfaktan dari Sulfonasi Metil
Ester
A. Produksi Surfaktan dari Alkohol
Lemak
Alkohol lemak yang memiliki panjang rantai C12-
C18 memiliki formulasi produk detergen sebab
memiliki kualitas deterjen yang bagus, sifat
pembasahan dan pembusaan, dan
biodegradabilitas. Rantai C12-C14 dikenal dengan
nama sodium lauryl sulfat (SLS) yang memiliki
pembusaan optimum dan sebagai foaming
agent dalam produksi pasta gigi. Sedangkan
rantai C12-C14 dan C12-C16 digunakan dalam
produksi shampoo
Reaksi kimia
RCH2OH + SO3 → RCH2OSO3H
alkohol lemak sulfur trioksida fatty
alcohol sulfuric acid

RCH2OSO3H + NaOH → RCH2OSO3Na + H 2O


fatty alcohol
sulfuric acid soda kaustik sodium
fatty alcohol sulfate air
Produksi alkohol lemak sulfat terdiri atas
lima tahap, yaitu:
1. Proses persiapan udara (Process Air
Preparation)
2. Sulfur Trioxide Generation
3. Sulfasi
4. Netaralisasi
5. Perawatan gas lemah (exhaust gas
treatment)
1. Process Air Preparation
Proses pengeringan udara
Tujuannya adalah untuk mencegah
korosif pada reactor sebab embun dapat
bereaksi bila ditambah gas SO3, dan ini
juga memekatkan warana produk.
Process Air Preparation
Proses udara harus benar-benar kering dengan
titik embun (dewpoint) sekitar 50 °C. Dengan
adanya embun akan terjadi korosif (sebab reaksi
ini ditambah gas SO3) dan juga meningkatkan
warna produk.

Udara dialirkan ke dalam kompresor besar untuk


sistem pendinginan, di mana suhu yang
digunakan sekitar 3-5 °C dan uap-uap
dikondensasikan. Selanjutnya udara dikeluarkan
melalui sebuah dehumdifier (pengering udara),
seperti silika gel di mana sisa-sisa uap terakhir
ditahan/disimpan.
2. Sulfur Trioxide Generation
disini terjadi pengkorversian SO2 menjadi SO3
dengan katalis vanadium pentoksida.
Proses ini ada 2 tahap:
 Prosesnya, sulfur cair dimasukkan kedalam
pembakar sulfur, sehingga sulfur tadi menguap.
Ini dilakukan pada suhu 650 °C .
 Perikutnya adalah uap SO2 tadi dikonversi
menjadi SO3 dengan katalis vanadium
pentoksida.
Sulfur Trioxide Generation
Dalam proses ini, sulfur dengan kemurnian yang tinggi
(kemurnian 99,5%) dilarutkan dalam sebuah tangki dan suhu
dijaga sekitar 145-150 °C untuk mempertahankan viskositas
minimum dan nilai konstan. Sulfur cair dimasukkan ke dalam
sulfur burner (pembakar sulfur) dengan pompa meter khusus
dan kemudian dibakar dengan SO2 menggunakan udara
kering. Gas SO2 cair (6-7%) meninggalkan burner pada suhu
650 °C dan didinginkan pada suhu 430 °C sebelum
diumpankan ke dalam konverter.

Katalitik konverter dengan tiga sampai empat katalis


vanadium pentoksida mengkonversi SO2 menjadi SO3 dengan
efisiensi konversi 98%. Gas SO3 didinginkan di bawah suhu
60 °C, dicairkan hingga 4% volume, dan dikeluarkan melalui
mist eliminator untuk memindahkan sisa oleum sebelum
diumpankan ke dalam reaktor.
3. Sulfasi
Sulfasi dilakukan di reaktor film multitude
untuk mengontrol keakurasian rasio mol antara SO3 dengan
umpan organik dalam berbagai pipa.
Prosesnya:
 Umpan di masukkan di bagian atas dan mengalir ke bawah di
samping pipa.
 Ketika reaksi berlangsung eksotermis, air dingin pada aliran
kontrol dimasukkan ke dalam jaket untuk menjaga temperatur
pada 45-50 °C maksimum.
 Yield reaksi sebesar 97% dapat dicapai. Proses ini
ditunjukkan pada gambar reaktor multitube film.
4. Netralisasi
 produk dari reaktor harus dinetralisasi segera, dengan hidrolisis
untuk menghindari pengaruh buruk bagi proses dan kualitas
produk. Proses ini akan lebih berhasil jika langkah ini dilakukan
duakali terhadap unit netralisasi. Dengan pencampuran
multibladed maka dihasilkan campuran yang homogen.
 Perlu diperhatikan bahwa netralisasi akan memelihara sifat-
sifat alkali sekecil apapun untuk menjaga kelancaran dan
stabilitas proses. Konsentrasi rata-rata zat aktif sebesar 72%
dapat digunakan. Konsentrasi yang terlalu tinggi tidak baik
digunakan karena akan menimbulkan kesulitan dalam proses.
Jika menginginkan sebuah produk kering, maka proses
selanjutnya dengan melewati sebuah wiped film evaporator.
5. Exhaust Gas Treatment
 Penghilangan Komposisi gas dengan meregulasi
lingkungan. Gas lemah terdiri dari zat-zat organik sisa,
SO3 nonreaksi dan gas SO2.
prosesnya:
Pertama kedua kotoran dipindahkan dari electrostatic
presipitator. Sisa gas SO2 dipindahkan dari reaksi
dengan menambahkan soda kaustik yang mengalir
dengan arus berlawanan sepanjang scrubbing coloumn.
Konsentrasi gas sisa dalam gas lemah SO2 dilepaskan
ke dalam atmosfir dengan tekanan maksimum 5 ppm.
B. Sulfonasi Metil Ester Asam
lemak
 Salah satu jenis surfaktan yang banyak
diperlukan di industri, khususnya industri
deterjen adalah surfaktan metil ester sulfonat
(MES).
 Keunggulannya dalam menghilangkan sifat
kekerasan air menjadikannya lebih baik
daripada alkohol lemak sulfat. Dengan
memproduksi MES dari minyak sawit
Sulfonasi metil ester asam lemak berbeda dari alkohol lemak.
Mekanisme reaksi terdiri dari dua tahap. Pada reaksi pertama, gas SO 3
bereaksi cepat dengan sulfoanhydride. Langkah kedua (dengan waktu
40-90 menit), sulfoanhydride berubah menjadi agen sulfonasi yang
bereaksi dengan still-unreacted ester.
Produksi metil ester sulfonat dalam skala
industri terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu

 Tahap sulfonasi
 Tahap pemucatan
 Tahap netralisasi
 Tahap pengeringan
1. Tahap Sulfonasi
 MES diproduksi melalui proses sulfonasi metil ester
dengan campuran SO3/udara. Reaksi pengontakkan
SO3 dan bahan organik terjadi di dalam suatu falling
film reactor. Gas dan organik mengalir di dalam tube
secara co-current dari bagian atas reaktor pada
temperatur 45oC dan keluar reaktor pada temperatur
sekitar 30oC. Proses pendinginan dilakukan dengan
air pendingin yang berasal dari cooling tower. Air
pendingin ini mengalir pada bagian shell dari
reaktor. Hal ini bertujuan untuk menjaga kestabilan
temperatur reaksi akibat reaksi eksoterm yang
berlangsung di dalam reaktor
2. Tahap Pemucatan (bleaching)

 Untuk mengurangi warna sampai sesuai


dengan spesifikasi, digested MESA harus
diukur di dalam sistem kontinu acid
bleaching, di mana dicampurkan dengan laju
alir metanol yang terkontrol dan hidrogen
peroksida sesudahnya. Reaksi bleaching lalu
dilanjutkan dengan metanol reflux dan
pengontrolan temperatur yang presisi.
3. Tahap Netralisasi
 Acid ester yang terbentuk dalam proses sulfonasi
bersifat tidak stabil dan mudah terhidrolisis. Oleh
karena itu, pencampuran yang sempurna antara
asam sulfonat dan aliran basa dibutuhkan dalam
proses netralisasi untuk mencegah lokalisasi
kenaikan pH dan temperatur yang dapat
mengakibatkan reaksi hidrolisis yang berlebih.
Neutralizer beroperasi secara kontinu,
mempertahankan komposisi dan pH dari pasta
secara otomatis
4. Tahap Pengeringan
 Selanjutnya, pasta netral MES dilewatkan ke
dalam sistem TurboTubeTM Dryer di mana
metanol dan air proses yang berlebih dipisahkan
untuk menghasilkan pasta terkonsentrasi atau
produk granula kering MES, di mana produk ini
tergantung pada berat molekul MES dan target
aplikasi produk. Langkah akhir adalah
merumuskan dan menyiapkan produk MES
dalam komposisi akhir, baik itu dalam bentuk
cair, batangan semi-padat atau granula padat,
dengan menggunakan teknologi yang tepat.
Keunggulan dan kekurangan
masing-masing produk:
Produksi surfaktan alkohol lemak:
 Adanya proses netralisasi menghindari pengaruh
buruk bagi proses dan kualitas produk. Proses
netralisasi dilakukan sebanyak duakali sehinga
dihasilkan campuran larutan yang homogen.
Netralisasi akan memelihara sifat-sifat alkali sekecil
apapun untuk menjaga kelancaran dan stabilitas
proses.
 Komposisi gas harus di hilangkan dengan
meregulasi lingkungan dengan tekanan maksimum 5
ppm.
b. Produksi surfaktan metil ester sulfat:
Surfaktan ini memiliki keunggulan dalam menghilangkan sifat kekerasan air
daripada alkohol lemak sulfat. Produksi MES dari minyak kelapa sawit
diharapkan dapat menekan kecenderungan penggunaan bahan baku
minyak bumi
 Proses pembuatan surfaktan metil ester sulfonat anionik dari CPO
dilakukan melalui tiga tahap yaitu: saponifikasi CPO dengan larutan NaOH,
proses esterifikasi yang dilanjutkan netralisasi, dan sulfonasi metil ester.
Reaktor yang digunakan berkapasitas 500 mL.
 Sulfonasi metil ester asam lemak berbeda dari alkohol lemak dimana
mekanisme reaksi terdiri dari dua tahap yaitu: pertama, gas SO3 bereaksi
cepat dengan sulfoanhydride, kedua, (dengan waktu 40-90 menit),
sulfoanhydride berubah menjadi agen sulfonasi yang bereaksi dengan still-
unreacted ester.
 Langkah netralisasinya memiliki kesamaan dengan langkah netralisasi
dalam produksi alkohol lemak sulfat, namun karena adanya reaksi awal dan
kondisi selama proses sulfonasi, maka dihasilkan warna gelap pada produk
yang dapat dihilangkan dengan proses bleaching. Adanya proses
postreaction treatment dengan H2O2 dan NaOCl menghasilkan sebuah
produk dengan warna yang baik.
 Penggunaan konsentrasi NaOH yang berbeda-beda harus diperhatikan
karena memiliki kelemahan masing-masing. Konversi saponifikasi
mencapai nilai yang tinggi pada pemakaian larutan NaOH sekitar 0,7 N dan
suhu reaksi 70 oC. Pada kondisi itu konversi mencapai 80% dalam waktu
150 menit.
Kesimpulan
 Berdasarkan berbagai macam proses produksi surfaktan yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka disimpulkan bahwa produksi surfaktan
oleokimia memiliki keunggulan dibandingkan produksi surfaktan
lainnya. Surfaktan ini memiliki rute produksi yang lebih singkat dan
lebih pendek. Sifatnya yang lebih ramah lingkungan ditunjang dengan
luasnya aplikasi surfaktan oleokimia sehingga dapat menekan
ketergantungan penggunaan bahan baku minyak bumi yang tinggi.
Surfaktan oleokimia memiliki kinerja yang jauh lebih efektif sebagai
zat pembersih bila dalam bentuk cair.

 Dari berbagai produksi surfaktan oleokima maka surfaktan metil


ester sulfonat lebih baik daripada surfaktan alkohol sulfat.
Surfaktan ini memiliki keunggulan dalam menghilangkan sifat
kekerasan air daripada alkohol lemak sulfat. Lamanya proses lebih
cepat sekitar 150 menit, berkapasitas 500 ml, tekanan atmosferik,
dan pada suhu ±70 °C. Surfaktan ini tidak menimbulkan korosif dan
menghasilkan warna kualitas baik karena adanya penggunaan proses
bleaching.
TERIMA KASIH

Atas perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai