Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini, yaitu “Konservasi Sumberdaya Alam dan Beberapa
Variabel yang Mempengaruhi”, kami mengambil banyak referensi dari buku maupun
sumber terpercaya di internet.
Di dalam penyusunan makalah ini, tentunya penulis mendapat banyak dukungan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada
Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS. sebagai dosen mata kuliah Ekonomi
Pembangunan Berkelanjutan serta pihak lain yang telah membantu penulis menyelesaikan
makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Besar harapan penulis agar
makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................2
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................3
1.3 TUJUAN PENULISAN.....................................................................................4
II. PEMBAHASAN
2.1 KONSEP, DEFINISI DAN PENGERTIAN KONSERVASI...........................5
2.2 KONSEP, DEFINISI DAN PENGERTIAN SUMBER DAYA ALAM...........6
2.3 KONSEP, DEFINISI DAN PENGERTIAN KONSERVASI SUMBER DAYA
ALAM......................................................................................................................7
2.4 PENGARUH VARIABEL EKONOMI TERHADAP KONSERVASI
SUMBER DAYA ALAM .......................................................................................9
III. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan berbagai bencana
alam yang datang silih berganti tiada henti. Peristiwa terakhir yang kita saksikan
adalah bencana banjir bandang yang terjadi di Wasior, Kabupaten Teluk Wondama,
Provinsi Papua Barat, tsunami di Mentawai, dan letusan Gunung Merapi. Di lain tempat
tak jauh dari kita, bisa kita lihat Jakarta yang kini berada dalam ancaman banjir yang
bisa terjadi setiap saat.
Beberapa peneliti pun bahkan telah memprediksi, jika tidak ada upaya
substansial yang dilakukan secara radikal, maka dalam kurun waktu yang tak lama lagi
sebagian besar wilayah Jakarta yang juga merupakan simbol dari negara ini akan segera
tenggelam. Melihat fenomena ini, sudah saatnya kita tidak mencari kambing hitam
ketika bencana alam atau lebih tepatnya bencana ekologis terjadi. Karena jika kita
menyadari, bencana-bencana tersebut terjadi bukan saja karena fenomena alam,
melainkan sedikit banyak kita juga berkontribusi dalam mempercepat terjadinya
bencana tersebut. Sebagai negara yang dikaruniani kekayaan alam yang melimpah,
Indonesia memang membutuhkan hasil ekstraksi dari sumber daya daya alam tersebut
dalam membangun ekonominya. Secara teoritis, hubungan antara pertumbuhan ekonomi
dan kelestarian lingkungan telah lama menjadi perdebatan yang cukup krusial.
3
1.3 Tujuan Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pada umumnya konservasi diartikan sebagai penggunaan sumber daya alam untuk
kebaikan secara optimal, dalam jumlah yang terbanyak dan untuk jangka waktu yang paling
lama. Lebih dari itu konservasi juga diartikan sebagai pengembangan dan proteksi terhadap
sumber daya alam.
Jadi dapat dikatakan bahwa konservasi adalah satu tindakan untuk mencegah
pengurasan sumber daya alam dengan cara pengambilan yang tidak berlebihan sehingga
dalam jangka panjang sumber daya alam tetap tersedia. Atau dengan kata lain, konservasi
mengandung pengertian menjaga kelestarian terhadap sumber daya alam demi kelangsungan
hidup manusia. Tindakan konservasi ini sangat perlu khususnya bagi sumber daya alam yang
tidak dapat pulih dengan sendirinya.
Kegiatan konservasi selalu berhubungan dengan suatu kawasan, kawasan itu sendiri
mempunyai pengertian yakni wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya (Undang-
undang No. 32 Tahun 2009). Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam,
sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan
berkelanjutan. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan.
Konservasi itu sendiri berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con
(together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara
apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini
dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang
5
mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi dalam pengertian sekarang, sering
diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumber daya alam
secara bijaksana). Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi di mana
konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumber daya alam untuk
sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumber daya alam
untuk sekarang dan masa yang akan datang. Secara keseluruhan, konservasi sumber daya
alam adalah pengelolaan sumber daya alam yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana
untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai dan keanekaragamannya. Di Indonesia, kegiatan konservasi seharusnya
dilaksanakan secara lintas sektor dan lintas aktor; bersama dan terpadu baik oleh pemerintah
maupun masyarakat (mencakup masyarakat umum, swasta, lembaga swadaya masyarakat,
dan perguruan tinggi), serta pihak-pihak lainnya.
Sifat atau ciri-ciri sumber daya alam di Indonesia yang menonjol ada dua macam,
yaitu penyebaran yang tidak merata dan sifat ketergantungan antara sumber daya alam.
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan jenis sumber daya alam dibagi menjadi dua, yaitu,
sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. sumber daya alam yang dapat diperbaharui meliputi air, tanah, tumbuhan dan
hewan. sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui itu contohnya barang tambang yang
ada di dalam perut bumi seperti minyak bumi, batu bara, timah dan nikel.
Sumber daya alam buatan adalah hasil pengembangan dari sumber daya alam hayati
dan/atau sumber daya alam nonhayati yang ditunjuk untuk meningkatkan kualitas, kuantitas,
dan/atau kemampuan daya dukungnya, antara lain hutan buatan, waduk, dan jenis unggul.
Sumber daya alam mencakup sumber daya lahan, hutan, air, dan mineral. Sumber daya alam
ini merupakan modal utama dan fundamental untuk pelaksanaan aktivitas pembangunan yang
secara umum bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi kesejahteraan
masyarakat.
6
Konservasi Sumber Daya Alam di Indonesia mulai memperoleh perhatian pada tahun
1970-an. Sejak saat itu konservasi sumber daya alam di Indonesia mulai berkembang.
Sumber daya alam dapat dibedakan menjadi sumber daya alam hayati dan sumber
daya alam nonhayati. Berdasarkan Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 dan Strategi
Konservasi Dunia, kegiatan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya meliputi
kegiatan:
7
ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan. kawasan suaka
alam terdiri dari:
c) Hutan wisata
Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Dalam kegiatan pengawetan jenis tumbuhan dan
satwa dapat dilaksanakan di dalam kawasan (konservasi Insitu) ataupun di luar kawasan
(konservasi Eksitu). Konservasi Insitu adalah konservasi jenis flora dan fauna yang dilakukan
di habitat aslinya baik di hutan, di laut, di danau, di pantai, dan sebagainya. Konservasi
Eksitu adalah konservasi jenis flora dan fauna yang dilakukan di luar habitat aslinya.
Sedangkan strategi konservasi nasional telah dirumuskan ke dalam 3 (tiga) hal dan
taktik pelaksanaannya, adalah sebagai berikut.
b) Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar (dalam bentuk: pengkajian, penelitian dan
pengembangan, penangkaran, perdagangan, perburuan, peragaan, pertukaran, dan
budidaya)
2. Hutan Konservasi
Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. terdiri
dari berikut ini:
a) Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan.
b) Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya. Taman buru adalah kawasan hutan yang
ditetapkan sebagai tempat wisata berburu.
Seperti sudah sebagian besar disinggung bahwa banyak variabel ekonomi yang
mempengaruhi konservasi sumber daya alam seperti: tingkat bunga, preverensi waktu,
pendapatan, sewa, ketidakpastian, pajak, kebijakan harga, hak penguasaan (property right),
stabilitas ekonomi, dan bentuk pasar. Masing-masing variabel itu akan dibicarakan satu per
satu pada bagian berikut:
1) Tingkat Bunga
9
datang dapat dibandingkan satu sama lain selama suatu interval waktu perencanaan tertentu.
Penerimaan bersih dimasa datang didiskonto sehingga diketahui nilai sekarangnya (present
value). Ini berarti dengan tingkat bunga yang positif penerimaan bersih dimasa datang yang
sama besarnya tetapi dengan interval waktu yang berbeda, nilainya akan turun dengan
semakin jauhnya jarak waktu dari saat diambilnya suatu keputusan.
Suatu kenaikan dalam tingkat bunga akan berarti adanya suatu penurunan yang
progresif dalam nilai sekarang dari penerimaan bersih. Progresivitas ini bersifat
proporsional dengan jarak waktu, dan semakin cepat dengan semakin jauhnya jarak waktu.
Sebagai akibat dari kenaikan tingkat bunga, seorang pengelola akan mencoba mengubah
distribusi waktu dari penerimaan bersih ke arah masa kini. Hal ini dapat dilaksanakan
dengan mendistribusikan biaya ke arah masa yang akan datang. Jadi suatu kenaikan tingkat
bunga cenderung merubah distribusi tingkat penggunaan sumber daya alam ke arah masa
sekarang dan ini berarti suatu tindakan deplisi. Sebaliknya, suatu penurunan tingkat bunga
akan berarkibat adanya tiundakan konservasi yaitu distribusi penggunaan sumber daya alam
dengan arah masa yang akan datang.
Mengenai tingkat bunga yang dipakai oleh perencana individual adalah tingkat
bunga internal yang identik dengan tingkat bunga pasar (market rate of interest) yang
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran akan uang. Untuk perencanaan
dibawah pemerintah biasanya digunakan bunga sosial (social rate of interest).
2) Masalah Ketidakpastian
10
profesional. Dengan cara ini ketidakpastian dalam penerimaan dan ketidakpastian dalam
biaya diperkecil.
Ketidakpastian yang paling utama yang timbul oleh adanya teknologi, perubahan
permintaan masyarakat kosumen dan perubahan lembaga-lembaga sosial selalu meningkat
dengan semakin berkembangnya waktu. Sedangkan ketidakpastian yang berkaitan dengan
alam akan meningkatkan pula dengan berkembangnya waktu tetapi hanya sampai pada
batas waktu tertentu; sebagai misal adanya banjir, kekeringan, kebakaran, dsb. Para
perencana mengetahui bahwa semakin dekat dengan tanggal jatuh dari suatu harapan,
semakin kecil pula derajat ketidakpastiaan tersebut. Oleh karena itu rencana pemanfaatan
sumber daya alam harus fleksibel dan dicerminkan oleh besarnya diskonto. Ketidakpastian
meningkat dengan berkembangnya waktu dan oleh karena bersifat subjektif.
Dari uraian diatas kita dapat memahami dampak dari ketidakpastian terhadap
keputusan konservasi. Peluang ketidakpastian dipengaruhi oleh ketidakpastian akan harapan
dan preverensi terhadap ketidakpastian itu. Preverensi terhadap ketidakpastian tidak
dipengaruhi oleh waktu. Selanjutnya kita dapat mempertanyakan bagaimana dampak
preverensi ketidakpastian akan suatu harapan terhadap keputusan konservasi.
11
3) Perpajakan
Dalam hal konservasi sumber daya alam pajak mempunyai peranan yang lebih
penting daripada sewa. Perpajakan sering dapat digunakan dengan lebih mudah dan lebih
efektif bagi kebijakan konservasi. Apabila suatu jenis “pajak baru” dikenakan, kita perlu
mengetahui bagaimana pajak itu didistribusikan sepanjang waktu, dan bagaimana hubungan
antara berbagai tingkat penggunaan sumber daya alam pada interval waktu yang berbeda
dipengaruhi oleh pengenaan pajak itu. Pada umumnya pajak yang menyebabkan harga
barang sumber daya alam turun akan mendorong timbulnya keputusan untuk konservasi dan
sebaliknya bila pajak menyebabkan harga barang sumber daya alam akan naik dan
menimbulkan keputusan deplisi. Oleh karena itu pajak “tidak langsung” yang memiliki sifat
beban pajaknya dapat digeserkan sebagian atau seluruhnya kepada pembeli akan cenderung
menimbulkan keputusan konservasi. Hal ini sesungguhnya berkaitan dengan perubahan
pendapatan yaitu bahwa setiap kebijakan yang menurunkan tingkat pendaoatan akan
cenderung mendorong konservasi, sedangkan bila kebijakan itu berakibat menaikkan
pendapat akan cenderung menimbulkan keputusan deplisi.
Dalam bagian ini akan kita lihat bagaimana akibat dari perubahan harga dalam
output (luaran) dan harga input (masukan) terhadap keputusan untuk konservasi sumber
daya alam.
Perubahan harga barang baik input maupun output dapat mempengaruhi keputusan
konservasi secara merata sepanjang periode perencanaan dan pengaruhnya tudak meningkat
dengan berkembangnya waktu seperti halnya pada perubahan tingkat bunga ketidakpastian.
Suatu perubahan harga yang merta pengaruhnya sepanjang periode perencanaan tidak akan
memberikan dorongan untuk merubah distribusi waktu tingkat penggunaan sumber daya
alam.
Saling hubungan dalam tingkat penggunaan sumber daya alam melalui penerimaan
marjinal (marginal revenue) dan biaya marjinal macam produk yang dipengaruhinya.
Sebagai misal, akan berbeda akibatnya terhadap keputusan untuk konservasi bila terdapat
perubahan harga pupuk atau perubahan harga bajak yang harus dipakai oleh petani.
12
perubahan- perubahan itu didistribusikan sepanjang waktu dan bagaimana hubungan antara
tingkat penggunaan dalam berbagai interval yang berbeda lewat pengaruhnya terhadap
penerimaan marjinal (marginal revenue) dan biaya marjinal (marginal cost). Untuk
menyederhanakan analisa, kita akan melihat hubungan perubahan itu dalam kaitannya
dengan pengaruhnya terhadap hubungan-hubungan yang saling melengakapi, saling
bersaingan, dan tidak ada hubungan sama sekali diantara masing-masing tingkat pengguna
itu.
13
Ketidakpastian hak penguasaan atas sumber daya alam ada apabila pemakai harus
dikuasai atau ditangkap terlebih dahulu lewat penggunaan. Sebagai misal satwa liar, di
hutan atau ikan-ikan di laut, minyak bumi, gas alam dan air tanah, semuanya mempunyai
sifat yang demikian.
6) Persewaan
Dalam hak milik, hak penguasaan mencakup hak untuk mendapatkan sumber daya
alam dan hak untuk mendapatkan posisi utama dalam hal pembagian hasil dari penggunaan
sumber daya alam tersebut. Dalam hak memakai, penguasaan dibatasi pada hak-hak yang
diserahkan oleh pemilik sumber daya alam dalam batas waktu tertentu. Persewaan sumber
daya alam mempunyai dampak pula terhadap keputusan konservasi. Kita mengetahui bahwa
tingkat bunga merupakan faktor utama yang mempengaruhi keputusan untuk konservasi.
Namun pengaruh sistem persewaan perlu pula dipertimbangkan khususnya dari sisi
pengambilan keputusan konservasi. Pemisahan fungsi pengambilan keputusan antara
pemilik dan penyewa adalah wajar.
7) Bentuk Pasar
Bentuk pasar bukan merupakan institusi atau kelembagaan yang timbul karena
adanya lembaga pemilikan. Sesungguhnya bentuk pasar baik untuk produk maupun faktor
produksi merupakan lembaga penting yang menentukan penggunaan sumber daya alam.
Dalam pasar yang bersifat persaingan sempurna, dan para pengusaha berada pada
tingkat efesiensi yang optimal, harga produk yang diaharapkan selalu sama dengan
penerimaan marjinal yang diharapkan untuk masa perencanaan yang sama. Dalam pasar
yang demikian harga tidak dapat dipengaruhi oleh produsen. Dengan demikian maka dalam
pasar persaingan sempurna, tingkat penggunaan sumber daya alam untuk masing-masing
14
periode perencanaan yang berbeda tidak mempunyai hubungan dalam penerimaan, sehingga
ketergantungan dalam penerimaan dapat diabaikan dalam kaitannya dengan keputusan
konservasi, karena itu kita akan memusatkan perhatian pada keterkaitan antar masa
penggunaan lewat biaya produksi saja. Dalam pasar monopoli, keterkaitan antar tingkat
penggunaan melalui penerimaan pada masa yang berbeda akan mempengaruhi keputusan
keputusan.
Kita akan membandingkan bagaimana dampak bentuk pasar itu terhadap keputusan
konservasi dengan anggapan kondisi perekonomian dan teknologi itu tetap. Pada umumnya,
dengan suatu anggapan yang terbatas, tingkat penggunaan sumber daya alam dalam pasar
monopoli lebih sedikit daripada dalam pasar persaingan sempurna. Untuk mengetahui
dampak pasar monopoli terhadap distribusi tingkat penggunaan sumber daya alam, perlu
diketahui terlebih dahulu apakah tingkat penggunaan sekarang bersifat komplementer
bersaing atau netral dalam hubungannya dengan tingkat penggunaan dimasa datang lewat
penerimaan. Apabila hubungan itu bersifat bersaing (kompetitif) maka pasar monopoli itu
akan cenderung bersifat konservasi dibanding dengan apabila pasar itu bersifat persaingan
sempurna. Sedangkan bila sifatnya komplementer, pasar monopoli akan akan cenderung ke
deplisi dibanding dengan pasar persaingan sempurna.
Lebih jauh lagi kita mengetahui bahwa tingkat penggunaan dapat bersifat kompetitif
melalui penerimaan bila sumber daya atau produknya bersifat tahan lama seperti batu
permata, gedung, mesin dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
15
Konservasi adalah penggunaan SDA untuk kebaikan secara optimal dalam jumlah
yang terbanyak dan jangka waktu paling lama (gifford Pinchot) atau suatu tindakan untuk
mencegah pengurasan SDA dengan cara pengambilan yang tidak berlebihan sehingga dalam
jangka panjang SDA tetap tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
Nehen, I Ketut. 2017. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Denpasar: Udayana
University Press.
16
Christanto M.Sc, Drs. Joko. Ruang Lingkup Konsep Konservasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan. PWKL4220/MODUL1. http://repository.ut.ac.id/4311/1/PWKL4220-M1.pdf
(diakses pada 14 September 2019)
Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogakarta: Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN
17