PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan
moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap,
sehingga mereka menjadi konform dengan keinginan pemimpin. Kekuatan dan keunggulan
sifat-sifat pemimpin itu pada akhirnya merupakan perangsang psikososial yang bisa
memunculkan reaksi-reaksi bawahan secara kolektif. Selanjutnya akan dimunculkan
kepatuhan, loyalitas, kerjasama, dan respek dari para anggota kelompok kepada
pemimpinnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Pentingnya Kepemimpinan dalam Kewirausahaan ?
2. Bagaimanakah Prinsip Kepemimpinan Kewirausahaan ?
3. Bagaimanakah Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan dan Kewirausahaan ?
4. Apakah Keterampilan yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Pemimpin dalam Dunia
Wirausaha ?
5. Bagaimanakah Keefektifan Kepemimpinan dalam Kewirausahaan ?
6. Bagaimanakah Tantangan dan Hambatan Kepemimpinan dalam Kewirausahaan ?
7. Bagaimanakah Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan ?
8. Bagaimanakah Perbedaan Pemimpin dengan Manajer ?
9. Bagaimanakah Kepemimpinan dalam Organisasi Sektor Publik ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pentingnya Kepemimpinan dalam Kewirausahaan
2. Untuk mengetahui Prinsip Kepemimpinan Kewirausahaan
3. Untuk mengetahui Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan dan Kewirausahaan
4. Untuk mengetahui Keterampilan yang Harus dimiliki oleh Seorang pemimpin dalm Dunia
Wirausaha
5. Untuk mengetahui Keefektifan Kepemimpinan dalam Kewirausahaan
6. Untuk mengetahui Tantangan dan hambatan kepemimpinan dalam Kewirausahaan
7. Untuk mengetahui Langkah-Langkah Pengambilan keputusan
8. Untuk mengetahui Perbedaan Pemimpin dengan Manajer
9. Untuk mengetahui Kepemimpinan dalam Organisasi Sektor Publik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori-teori kepemimpinan
Sebab-sebab munculnya pemimpin Ada beberapa sebab seseorang menjadi pemimpin, antara
lain:
b. Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan kemudian
dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.
a) Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran
tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat
ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud
adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76)
adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas,
pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan; – sifat inkuisitif, rasa tepat
waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap
yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; – kemampuan
untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang
urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
b) Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika
melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini,
pemimpin mempunyai deskripsi perilaku: Ø Perilaku seorang pemimpin yang cenderung
mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung,
membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku
pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi. Berorientasi kepada bawahan dan
produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada
hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada
segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian
tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya
ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model
grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu
perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan
perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya
kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
c) Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan
dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi
organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor
situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P.
Siagian (1994:129) adalah
Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang
memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan tertekan, perubahan dan
adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan tidak terletak dalam darir individu
melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa.
Semakin tinggi kedudukan individu dalam kelompok maka aktivitasnya semakin meluas dan
semakin banyak anggota kelompok yang berhasil diajak berinteraksi.
Blau (1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk menempati status yang
cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan
kehilangan kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala
kewajibannya.
C. Konsep Kepemimpinan
Sebelum membahas lebih lanjut apa itu kepemimpinan dan bagaimana menjadi
pemimpin yang efektif, kita perlu tahu apa arti dari kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan
telah menjadi topik yang sangat menarik dari para ahli sejarah dan filsafat sejak masa dahulu.
Sejak saat itu para ahli telah menawarkan 350 definisi tentang kepemimpinan. Salah seorang
ahli menyimpulkan bahwa “Kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang paling
mudah di observasi tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit dipahami” (Richard L.
Daft,1999). Mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu masalah yang kompleks dan
sulit, karena sifat dasar kepemimpinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi,
perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman tentang
kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan objektif.
Unsur kunci dari definisi ini dirangkum pada gambar dibawah ini. Kepemimpinan
melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di antara orang-orang yang
menginginkan perubahan signifikan dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang
dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan). Pengaruh (influence) dalam hal
ini berarti hubungan di antara pemimpin dan pengikut sehingga bukan sesuatu yang pasif,
tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan demikian
kepemimpinan itu sendiri merupakan proses yang saling mempengaruhi.
Pemimpin mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai perubahan berupa hasil yang
diinginkan bersama.Kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang, yang terjadi di antara
orang-orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk orang-orang sehingga kepemimpinan
melibatkan pengikut (followers). Proses kepemimpinan juga melibatkan keinginan dan niat,
keterlibatan yang aktif antara pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan yang diinginkan
bersama.
Dengan demikian, baik pemimpin atau pun pengikut mengambil tanggung jawab
pribadi(personal responsibility) untuk mencapai tujuan bersama tersebut. Banyaknya konsep
definisi mengenai kepemimpinan yang berbeda hampir sebanyak jumlah orang yang telah
berusaha untuk mendefinisikannya.
Brown (1936) : “pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh
dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan”.
Knickerbocker (1948) : “kepemimpinan adalah fungsi dari kebutuhan yang muncul pada
situasi tertentu dan terdiri atas hubungan antara individu dengan kelompoknya.
2. Kepemimpinan sebagai suatu kepribadian dan akibatnya
Tead (1929), kepemimpinan sebagai perpaduan dari berbagai sifat yang memungkinkan
individu mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan beberapa tugas tertentu.
Bogarus (1928), kepemimpinan sebagai bentukan dan keadaan pola tingkah laku yang dapat
membuat orang lain berada di bawah pengaruhnya.
Shartle (1951) : “pemimpin dapat dianggap sebagi seorang individu yang menggunakan
pengaruh positif melalui tindakannya terhadap orang lain”.
Hemphill (1949) : “kepemimpinan didefinisikan sebagi tingkah laku seorang individu yang
mengatakan aktivitas kelompok”
Cowley (1928) : “pemimpin adalah individu yang memiliki program, rencana dan bersama
anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti”. Bellow (1959) :
“kepemimpinan sebagai proses menciptakan situasi sehingga para anggota kelompok,
termasuk pemimpin dapat mencapai tujuan bersama dengan hasil maksimal dlam waktu yang
singkat.
Stogdill (1955) : “kepemimpinan sebagai permulaan dan pemeliharaan struktur harapan dan
interaksi”.
Cukup banyak definisi kepemimpinan yang ditawarkan para ahli di bidang organisasi dan
manajemen. Masing-masing memiliki perspektif dan metodelogi pembuatan definisi yang
cukup berbeda, bergantung pada pendekatan (epistemologi) yang mereka bangun guna
menyelidiki fenomena kepemimpinan..Disini dapat ditarik kesimpulan menurut saya tentanh
kepemimpinan ,
Kepemimpinan adalah suatu konsep yang kompleks sehingga para ahli mengkaji masalah ini
dari aneka sisi. Masing-masing sisi memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Sebagai contoh, penulis seperti Peter G. Northouse membagi pendekatan kepemimpinan
menjadi:
· Pendekatan Sifat (Trait);
Pendekatan Keahlian punya fokus yang sama dengan pendekatan sifat yaitu individu
pemimpin. Bedanya, jika pendekatan sifat menekankan pada karakter personal pemimpin
yang bersifat given by God, maka pendekatan keahlian menekankan pada keahlian dan
kemampuan yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siapapun yang ingin menjadi
pemimpin organisasi.
Jika pendekatan sifat mempertanyakan siapa saja yang mampu untuk menjadi pemimpin,
maka pendekatan keahlian mempertanyakan apa yang harus diketahui untuk menjadi seorang
pemimpin. Definisi pendekatan keahlian adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengetahuan dan kompetensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai seperangkat tujuan.
Keahlian, menurut pendekatan keahlian dapat dipelajari, dilatih, dan dikembangkan.
Pendekatan gaya kepemimpinan fokus pada apa benar-benar dilakukan oleh
pemimpin dan bagaimana cara mereka bertindak. Pendekatan ini juga memperluas kajian
kepemimpinan dengan bergerak ke arah tindakan-tindakan pemimpin terhadap anak buah di
dalam aneka situasi.
Pendekatan ini menganggap kepemimpinan apapun selalu menunjukkan dua perilaku umum :
(1) Perilaku Kerja, dan (2) Perilaku Hubungan. Perilaku kerja memfasilitasi tercapainya
tujuan: Mereka membantu anggota kelompok mencapai tujuannya. Perilaku
hubunganmembantu bawahan untuk merasa nyaman baik dengan diri sendiri, dengan orang
lain, maupun dengan situasi dimana mereka berada. Tujuan utama pendekatan gaya
kepemimpinan adalah menjelaskan bagaimana pemimpin mengkombinasikan kedua jenis
perilaku (kerja dan hubungan) guna mempengaruhi bawahan dalam upayanya mencapai
tujuan organisasi.
Pendekatan Situasional adalah pendekatan yang paling banyak dikenal. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Paul Hersey and Kenneth H. Blanchard tahun 1969 berdasarkan
Teori Gaya Manajemen Tiga Dimensi karya William J. Reddin tahun 1967. Pendekatan
kepemimpinan Situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang
unik. Premis dari pendekatan ini adalah perbedaan situasi membutuhkan gaya kepemimpinan
yang berbeda. Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif harus mampu
menyesuaikan gaya mereka terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah.
Pendekatan kepemimpinan situasional menekankan bahwa kepemimpinan terdiri atasdimensi
arahan dan dimensi dukungan. Setiap dimensi harus diterapkan secara tepat dengan
memperhatikan situasi yang berkembang. Guna menentukan apa yang dibutuhkan oleh situasi
khusus, pemimpin harus mengevaluasi pekerja mereka dan menilai seberapa kompeten dan
besar komitmen pekerja atas pekerjaan yang diberikan.
Dengan mengkombinasikan derajat tertentu perilaku kerja dan derajat tertentu perilaku
hubungan, pemimpin yang efektif dapat memilih empat gaya kepemimpinan yang tersedia,
yaitu:
1. Pemberitahu
2. Partisipatif
3. Penjual
4. Pendelegasi.
Gaya Pemberitahu adalah gaya pemimpin yang selalu memberikan instruksi yang jelas,
arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan dari jarak dekat. Gaya Pemberitahumembantu
untuk memastikan pekerja yang baru untuk menghasilkan kinerja yang maksimal, dan akan
menyediakan fundasi solid bagi kepuasan dan kesuksesan mereka di masa datang.
Gaya Partisipatif adalah gaya pemimpin yang mendorong pekerja untuk saling berbagi
gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan bawahan dengan semangat yang mereka
tunjukkan. Mereka mau membantu pada bawahan. Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa
percaya diri dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap
sebagai pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya
dengan cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik serta siap membantu
pengikutnya.
Gaya Pendelegasi adalah gaya pemimpin yang cenderung mengalihkan tanggung jawab atas
proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala pekerja ada pada
tingkat kesiapan tertinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut
dianggap telah kompeten dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas
pekerjaannya.
Teori Kontijensi dalam kajian kepemimpinan fokus pada interaksi antara variabel-variabel
yang terlibat di dalam situasi serta pola-pola perilaku kepemimpinan. Teori
Kontijensididasarkan atas keyakinan bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang
cocok bagi aneka situasi.
Teori LMX fokus pada interaksi antara Pemimpin dengan Pengikut. Teori ini termanifestasi
dalam pola hubungan dyadic (berdasar 2 pihak) antara pemimpin dan pengikut sebagai fokus
proses kepempimpinan
Tim adalah kelompok di dalam organisasi yang anggota-anggotanya saling bergantung satu
sama lain, saling berbagi tujuan bersama, dan dicirikan oleh adanya satu orang yang
mengkoordinasikan kegiatan bersama mereka. Koordinasi tersebut dilakukan demi mencapai
tujuan bersama. Contoh dari sebuah tim adalah tim manajemen proyek, gugus tugas, unit-unit
kerja, atau tim pengembang organisasi.
Di dalam tim, fungsi utama kepemimpinan adalah berupaya mencapai tujuan organisasi (tim)
secara kolektif, bukan individual. Tim umumnya memiliki seorang pemimpin yang telah
ditentukan. Pemimpin tersebut dapat berasal dari dalam tim itu sendiri maupun dari luar.
Peran kepemimpinan di dalam tim dapat saja dirotasi sehingga mungkin saja diisi oleh para
anggota lain antarwaktu. Peran kepemimpinan di dalam tim juga bisa disebar di antara
sejumlah anggota tim tanpa harus ditentukan seorang pemimpin secara formal.
Kepemimpinan yang tersebar tersebut umum ditemukan dalam kepemimpinan tim. Posisi
kepemimpinan dalam tim tidak lagi bercorak satu pemimpin formal selaku pemegang
tanggung jawab utama melainkan jatuh ke tangan beberapa orang yang berpengalaman di
dalam tim. Tindakan hubungan dalam konteks internal dibutuhkan untuk meningkatkan
skillinterpersonal anggota tim sekaligus hubungan yang terjalin di dalam tim. Tindakan
kepemimpinan eksternal adalah tindakan yang dibutuhkan untuk menjaga tim agar terlindung
dari dampak lingkungan eksternal, tetapi di saat sama, mempertahankan hubungan tim
dengan lingkungan eksternal.
Efektivitas tim terdiri atas dua dimensi yaitu : (1) kinerja tim dan (2) pengembangan tim.
Kinerja tim mengaju pada seberapa baik kualitas tugas yang mampu dicapaioleh tim.
Pengembangan tim mengacu pada seberapa baik tim tetap terpelihara sehubungan dengan
pencapaian tugas-tugas tim. Sejumlah peneliti menganjurkan kriteria penilaian efektivitas
tim.
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria
yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang
tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
(leadership from the inside out).
2. SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri
sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita.
Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
REFRENSI:
1. http://virgoztanetcomp.blogspot.co.id/2015/04/makalah-tentang-kepemimpinan-lengkap.html
2. http://www.tugasku4u.com/2013/06/makalah-kepemimpinan.html
3. http://sandi-prambanan.blogspot.co.id/