Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan
moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap,
sehingga mereka menjadi konform dengan keinginan pemimpin. Kekuatan dan keunggulan
sifat-sifat pemimpin itu pada akhirnya merupakan perangsang psikososial yang bisa
memunculkan reaksi-reaksi bawahan secara  kolektif. Selanjutnya akan dimunculkan
kepatuhan, loyalitas, kerjasama, dan respek dari para anggota kelompok kepada
pemimpinnya.

Kepemimpinan, bagi seorang kewirausahan, adalah modal yang sama pentingnya


dengan kepercayaan dan kreativitas. Kreativitas yang tinggi membuat anda inovatif dan
adaptif, kaya dengan pembaharuan dan tidak mudah dihambat oleh kejadian-kejadian dari
luar. Kepemimpinan menggabungkan kreativitas dan kepercayaan menjadi sebuah usaha
yang efiktif, yang berpengaruh luas dan hidup.
Sebelum usaha yang dibangun tanpa kepemimpinan yang kuat hanya akan menjadi
usaha kecil yang stagnant (tidak berkembang). Anda hanya mampu memimpin sedikit orang
dari usaha kecil dan tidak ada pertumbuhan usaha. Tanpa kepemimpinan, tidak ada orang
hebat yang bekerja pada anda karyawan anda tidak betah bekerja sama dengan anda, dan
pengetahuan atau pengalaman yang sudah anda tanam, hilang bersama kepindahan mereka.
Tanpa kepemimpinan, tidak ada visi besar yang dapat dibangun menjadi sebuah usaha besar.
Hanya orang-orang yang tak bisa ke mana-mana yang bertahan bekerja pada Anda.
Sebaliknya, kepemimpinanlah yang akan membentuk usaha Anda menjadi besar dan
banyak orang yang mau bekerja dengan Anda. Kepemimpinan dibentuk bertahap, sejalan
dengan tumbuhnya usaha. Dari kombinasi pengetahuan, pengalaman, keterampilan, cara
mengarahkan, dan penerimaan.
Dalam suatu organisasi, kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama yang
mendukung kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan. Banyak ahli yang mencoba untuk
mendefinisikan kepemimpinan. Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan
orang denan cara kepatuhan, kepercayaan, hormat, dan kerja sama yang bersemangat dalam
mencapai tujuan bersama (Timpe, 2002:181). Hughesc dalam Ria  (2009:11) menyatakan
bahwa kepemimpinan merupakan fenomena kompleks yang melibatkan tiga hal utama yakni
pemimpin, pengikut, dan situasi. Fenomena mengenai kepemimpinan ini diyakini memiliki
pengaruh terhadap produktifitas dan kohefisitas kelompok (Bass dalam Ria, 2009:11).
Keberhasilan atau efektifitas kepemimpinan tidak sajalah diukur bagaimana
memberdayakan bawahannya tapi uga kemampuannya menjalankan atau melaksanakan
kebijakan perusahaan melalui cara atau gaya kepemimpinannya. Pola atau gaya
kepemimpinan sangat tergantung pada karakteristik individu pemimpin menghadapi bawahan
berdasarkan fungsinya sebagai atasan.
Tidak ada gaya kepemimpinan yang paling baik, karena gaya kepemimpinan haruslah
fleksibel dan harus disesuaikan dengan perilaku, sistem nilai yang dianut bawahan, situasi
lingkungan, kematangan dan situasi bawahan. Seorang pemimpin yang berhasil dan efektif
bila dapat melakukan gaya kepemimpinan yang tepat pada situasi yang tepat. Terdapat
kriteria perilaku kepemimpinan yang dapat menentukan gaya kepemimpinan pengusaha
adalah: (1) gaya kepemimpinan diktator, (2) gaya kepemimpinan partisipasi, (3) gaya
kepemimpinan delegasi, (4) gaya kepemimpinan konsiderasi.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah Pentingnya Kepemimpinan dalam Kewirausahaan ?
2.      Bagaimanakah Prinsip Kepemimpinan Kewirausahaan ?
3.      Bagaimanakah Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan dan Kewirausahaan ?
4.      Apakah Keterampilan yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Pemimpin dalam Dunia
Wirausaha ?
5.      Bagaimanakah Keefektifan Kepemimpinan dalam Kewirausahaan ?
6.      Bagaimanakah Tantangan dan Hambatan Kepemimpinan dalam Kewirausahaan ?
7.      Bagaimanakah Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan ?
8.      Bagaimanakah Perbedaan Pemimpin dengan Manajer ?
9.      Bagaimanakah Kepemimpinan dalam Organisasi Sektor Publik ?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui Pentingnya Kepemimpinan dalam Kewirausahaan
2.      Untuk mengetahui Prinsip Kepemimpinan Kewirausahaan
3.      Untuk mengetahui Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan dan Kewirausahaan
4.      Untuk mengetahui Keterampilan yang Harus dimiliki oleh Seorang pemimpin dalm Dunia
Wirausaha
5.      Untuk mengetahui Keefektifan Kepemimpinan dalam Kewirausahaan
6.      Untuk mengetahui Tantangan dan hambatan kepemimpinan dalam Kewirausahaan
7.      Untuk mengetahui Langkah-Langkah Pengambilan keputusan
8.      Untuk mengetahui Perbedaan Pemimpin dengan Manajer
9.      Untuk mengetahui Kepemimpinan dalam Organisasi Sektor Publik
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Teori-teori kepemimpinan 

Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai


usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam melatih dan
mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian dilakukan orang
untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang menghasilkan berbagai teori
tentang kepemimpinan.

Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan


konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab
timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan
fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994: 27).Teori kepemimpinan
pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin
dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara lain : Latar belakang sejarah
pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia.
Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa.

Sebab-sebab munculnya pemimpin Ada beberapa sebab seseorang menjadi pemimpin, antara
lain:

a. Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin. Seseorang menjadi pemimpin


melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.

b. Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan kemudian
dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.

Untuk mengenai persyaratan kepemimpinan selalu dikaitkan dengan kekuasaan, kewibawaan,


dan kemampuan.

B.      Teori-teori dalam Kepemimpinan

a) Teori Sifat

Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran
tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat
ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud
adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.

Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76)
adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas,
pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan; – sifat inkuisitif, rasa tepat
waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap
yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; – kemampuan
untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang
urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.

b) Teori Perilaku

Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika
melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini,
pemimpin mempunyai deskripsi perilaku: Ø Perilaku seorang pemimpin yang cenderung
mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung,
membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku
pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi. Berorientasi kepada bawahan dan
produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada
hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada
segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian
tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya
ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model
grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu
perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan
perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya
kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)

c) Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan
dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi
organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor
situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P.
Siagian (1994:129) adalah

·         Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;

·         Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;

·         Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;

·         Norma yang dianut kelompok;

·         Rentang kendali;

·         Ancaman dari luar organisasi;

·         Tingkat stress;

·          Iklim yang terdapat dalam organisasi.

Teori lainnya, yaitu :

1)    Teori orang-orang terkemuka

  Bernard, Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan


sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter.

2)    Teori lingkungan

Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang
memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan tertekan, perubahan dan 
adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan tidak terletak dalam darir individu
melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa.

3)    Teori personal situasional


Kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga faktor, yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat
dasar kelompok dan anggotanya serta peristiwa yang diharapkan kepada kelompok.

4)    Teori interaksi harapan

Semakin tinggi kedudukan individu dalam kelompok maka aktivitasnya semakin meluas dan
semakin banyak anggota kelompok yang berhasil diajak berinteraksi.

5)     Teori humanistik

Kkepemimpinan merupakan proses yang saling berhubungan dimana seseorang pemimpin


harus memperhitungkan harapan-harapan, nilai-nilai dan keterampilan individual dari mereka
yang terlibat dalam interaksi yang berlangsung.

6)    Teori pertukaran

Blau (1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk menempati status yang
cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan
kehilangan kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala
kewajibannya.

Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang


dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah
kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu

C.     Konsep Kepemimpinan

a)  Sifat Dasar Kepemimpinan

            Sebelum membahas lebih lanjut apa itu kepemimpinan  dan bagaimana menjadi
pemimpin yang efektif, kita perlu tahu apa arti dari kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan
telah menjadi topik yang sangat menarik dari para ahli sejarah dan filsafat sejak masa dahulu.
Sejak saat itu para ahli telah menawarkan 350 definisi tentang kepemimpinan. Salah seorang
ahli menyimpulkan bahwa “Kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang paling
mudah di observasi tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit dipahami” (Richard L.
Daft,1999). Mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu masalah yang kompleks dan
sulit, karena sifat dasar kepemimpinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi,
perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman tentang
kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan objektif.

b)  Definisi Kepemimpinan

            Kepemimpinan tampaknya lebih merupakan konsep yang  berdasarkan pengalaman.


Arti kata-kata ketua atau raja yang dapat ditemukan dalam beberapa bahasa hanyalah untuk
menunjukan adanya pembedaan anatara pemerintah dari anggota masyarakat lainnya. 
Banyaknya konsep defiisi kepemimpinan yang berbeda  hampir sebanyak jumlah orang yang
telah berusaha untuk mendefinisikannya. Untuk lebih mempermudah pemahaman kita, maka
akan diacuh satu definisi yang kiranya mampu menjadi landasan untuk membahas konsep
kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling
mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan
nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya (Joseph C. Rost.,1993).

            Unsur kunci dari definisi ini dirangkum  pada gambar dibawah ini. Kepemimpinan
melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di antara orang-orang yang
menginginkan perubahan signifikan dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang
dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan). Pengaruh (influence) dalam hal
ini berarti hubungan di antara pemimpin dan pengikut sehingga bukan sesuatu yang pasif,
tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan demikian
kepemimpinan itu sendiri merupakan proses yang saling mempengaruhi.

Unsur-unsur pokok dalam kepemimpinan

            Pemimpin mempengaruhi bawahannya, demikian sebaliknya. Orang-orang yang


terlibat dalam hubungan tersebut menginginkan sebuah perubhan sehingga pemimpin
diharapkan mampun menciptakan perubahan yang signifikan dalam organisasi dan bukan
mempertahankan status quo. Selanjutnya, perubahan tersebut bukan merupakan sesuatu yang
diinginkan pemimpin, tetapi lebih pada tujuan (purposes) yang diinginkan dan dimiliki
bersama. Tujuan tersebut merupakan sesuatu yang diinginkan, yang diharapkan, yang harus
dicapai dimasa depan sehingga tujuan ini menjadi motivasi utama visi dan misi organisasi.

            Pemimpin mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai perubahan berupa hasil yang
diinginkan bersama.Kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang, yang terjadi di antara
orang-orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk orang-orang  sehingga kepemimpinan
melibatkan pengikut (followers). Proses kepemimpinan juga melibatkan keinginan dan niat,
keterlibatan yang aktif antara pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan yang diinginkan
bersama.

            Dengan demikian, baik pemimpin atau pun pengikut mengambil tanggung jawab
pribadi(personal responsibility) untuk mencapai tujuan bersama tersebut. Banyaknya konsep
definisi mengenai kepemimpinan yang berbeda hampir sebanyak jumlah orang yang telah
berusaha untuk mendefinisikannya.

Banyak kesamaan di antara definisi-definisi tersebut yang memungkinkan adanya skema


klasifikasi secara kasar.

1.      Kepemimpinan sebagai fokus proses-proses kelompok

 Mumfrrord (1906-1907) : “kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau bebrapa


individu dalam kelompok, dalam mengontrol gejala-gejala sosial “. Cooley (1902) :
“pemimpin selalu merupakan inti dari tendensi dan di lain pihak, seluruk gerakan sosial bila
diuji secara teliti akan terdiri atas berbagai tendensi yang mempunyai inti tersebut”.

Redl (1942) : “pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok”

Brown (1936) : “pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok,  akan tetapi boleh
dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan”.

Knickerbocker (1948) : “kepemimpinan adalah fungsi dari kebutuhan yang muncul pada
situasi tertentu dan terdiri atas hubungan antara individu dengan kelompoknya.
2.      Kepemimpinan sebagai suatu kepribadian dan akibatnya

Bowden (1926), mempersamakan kepemimpinan dengan kekuatan kepribadian.

Tead (1929), kepemimpinan sebagai perpaduan dari berbagai sifat yang memungkinkan
individu mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan beberapa tugas tertentu.

Bogarus (1928), kepemimpinan sebagai bentukan dan keadaan pola tingkah laku yang dapat
membuat orang lain berada di bawah pengaruhnya.

3.      Kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi orang lain

Munson (1921) : ”kepemimpinan sebagai kemampuan menghendle orang lain untuk


memperoleh hasil maksimal dengan friksi sedikit mungkin dan kerja sama yang besar.
Kepemimpinan adalah kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah”.

4.      Kepemimpinan sebagai penggunaan pengaruh

 Shartle (1951) : “pemimpin dapat dianggap sebagi seorang individu yang menggunakan
pengaruh positif melalui tindakannya terhadap orang lain”.

Tannenbaum, Weschler dan Massank (1961) : “kepemimpinan sebagai pengaruh


interpersonal, dipraktekan dalam suatu situasi dan diarahkan melalui proses komunikasi
untuk mencapai tujuan.

5.      Kepemimpinan sebagai tindakan atau tingkah laku

Hemphill (1949) : “kepemimpinan didefinisikan sebagi tingkah laku seorang individu yang
mengatakan aktivitas kelompok”

6.      Kepemimpinan sebagai bentuk persuasi

Schenk (1928) :  “kepemimpinan adalah pengelolaan manusia melalui persuasi dan


interprestasi dari pada melalui pemaksaan langsung”. Meson (1934) : “kepemimpinan
mengindikasikan adanya kemampuan mempengaruhi manusia dan menghasilkan rasa aman
dengan melalui pendekatan secara emosional dari pada melalui penggunaan otoriter”.

7.      Kepemimpinan sebagai hubungan kekuasaan

Warriner (1955) : “kepemimpinan sebagai bentuk hubungan antara manusia/individu yang


mempersyaratkan konformitas dengan tindakan masing-masing individu”.
8.      Kepemimpinan sebagai  alat mencapai tujuan

Cowley (1928) : “pemimpin adalah individu yang memiliki program,  rencana dan bersama
anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti”. Bellow (1959) :
“kepemimpinan sebagai proses menciptakan situasi  sehingga para anggota kelompok,
termasuk pemimpin dapat mencapai  tujuan bersama dengan hasil maksimal dlam waktu yang
singkat.

9.      Kepemimpinan sebagai akibat dari interaksi

Borgardus (1929) :  “kepemimpinan tidak sebagi penyebab atau pengendali, melainkan


sebagai aklibat dari tindakan kelompok”.

10.  Kepemimpinan sebagai pembedaan peran

Sherif (1956) : “menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan peranan  di dalam suatu


hubungan dan ditentukan oleh harapan timbal-balik antara pemimpin dengan anggota
lainnya”.

11.  Kepemimpinan sebagai inisiasi struktur

Stogdill (1955) : “kepemimpinan sebagai permulaan dan pemeliharaan  struktur harapan dan
interaksi”.

Cukup banyak definisi kepemimpinan yang ditawarkan para ahli di bidang organisasi dan
manajemen. Masing-masing memiliki perspektif dan metodelogi pembuatan definisi yang
cukup berbeda, bergantung pada pendekatan (epistemologi) yang mereka bangun guna
menyelidiki fenomena kepemimpinan..Disini dapat ditarik kesimpulan menurut saya tentanh
kepemimpinan ,

D.    Pendekatan dalam Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah suatu konsep yang kompleks sehingga para ahli mengkaji masalah ini
dari aneka sisi. Masing-masing sisi memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Sebagai contoh, penulis seperti Peter G. Northouse membagi pendekatan kepemimpinan
menjadi:
·   Pendekatan Sifat (Trait);

·   Pendekatan Keahlian (Skill);

·   Pendekatan Gaya (Style);

·   Pendekatan Situasional;

·   Pendekatan Kontijensi;

·   Teori Path-Goal;

·   Teori Pertukaran Leader-Member;

·   Pendekatan Transformasional;

·   Pendekatan Otentik;

·   Pendekatan Tim;

·   Pendekatan Psikodinamik.

·        Pendekatan Sifat (Trait Approach atau Quality Approach)

Pendekatan sifat termasuk pendekatan kepemimpinan yang paling tua. Pendekatan


sifatmenganggap pemimpin itu dilahirkan (given) bukan dilatih atau diasah. Kepemimpinan
terdiri atas atribut tertentu yang melekat pada diri pemimpin, atau sifat personal, yang
membedakan pemimpin dari pengikutnya. Sebab itu, pendekatan sifat juga disebut teori
kepemimpinan orang-orang besar. Lebih jauh, pendekatan ini juga membedakan antara
pemimpin yang efektif dengan yang tidak efektif. Pendekatan ini dimulai tahun 1930-an dan
hingga kini telah meliputi 300 riset.

·        Pendekatan Keahlian (Skills Approach)

Pendekatan Keahlian punya fokus yang sama dengan pendekatan sifat yaitu individu
pemimpin. Bedanya, jika pendekatan sifat menekankan pada karakter personal pemimpin
yang bersifat given by God, maka pendekatan keahlian menekankan pada keahlian dan
kemampuan yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siapapun yang ingin menjadi
pemimpin organisasi.
Jika pendekatan sifat mempertanyakan siapa saja yang mampu untuk menjadi pemimpin,
maka pendekatan keahlian mempertanyakan apa yang harus diketahui untuk menjadi seorang
pemimpin. Definisi pendekatan keahlian adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengetahuan dan kompetensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai seperangkat tujuan.
Keahlian, menurut pendekatan keahlian dapat dipelajari, dilatih, dan dikembangkan.

·        Pendekatan Gaya Kepemimpinan

                        Pendekatan gaya kepemimpinan menekankan pada perilaku seorang


pemimpin. Ia berbeda dengan pendekatan sifat yang menekankan pada karakteristik pribadi
pemimpin,juga berbeda dengan pendekatan keahlian yang menekankan pada kemampuan
administratif pemimpin.

             Pendekatan gaya kepemimpinan fokus pada apa benar-benar dilakukan oleh
pemimpin dan bagaimana cara mereka bertindak. Pendekatan ini juga memperluas kajian
kepemimpinan dengan bergerak ke arah tindakan-tindakan pemimpin terhadap anak buah di
dalam aneka situasi.

Pendekatan ini menganggap kepemimpinan apapun selalu menunjukkan dua perilaku umum :
(1) Perilaku Kerja, dan (2) Perilaku Hubungan. Perilaku kerja memfasilitasi tercapainya
tujuan: Mereka membantu anggota kelompok mencapai tujuannya. Perilaku
hubunganmembantu bawahan untuk merasa nyaman baik dengan diri sendiri, dengan orang
lain, maupun dengan situasi dimana mereka berada. Tujuan utama pendekatan gaya
kepemimpinan adalah menjelaskan bagaimana pemimpin mengkombinasikan kedua jenis
perilaku (kerja dan hubungan) guna mempengaruhi bawahan dalam upayanya mencapai
tujuan organisasi.

·        Pendekatan Kepemimpinan Situasional

Pendekatan Situasional adalah pendekatan yang paling banyak dikenal. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Paul Hersey and Kenneth H. Blanchard tahun 1969 berdasarkan

Teori Gaya Manajemen Tiga Dimensi karya William J. Reddin tahun 1967. Pendekatan
kepemimpinan Situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang
unik. Premis dari pendekatan ini adalah perbedaan situasi membutuhkan gaya kepemimpinan
yang berbeda. Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif harus mampu
menyesuaikan gaya mereka terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah.
Pendekatan kepemimpinan situasional menekankan bahwa kepemimpinan terdiri atasdimensi
arahan dan dimensi dukungan. Setiap dimensi harus diterapkan secara tepat dengan
memperhatikan situasi yang berkembang. Guna menentukan apa yang dibutuhkan oleh situasi
khusus, pemimpin harus mengevaluasi pekerja mereka dan menilai seberapa kompeten dan
besar komitmen pekerja atas pekerjaan yang diberikan.

Dengan mengkombinasikan derajat tertentu perilaku kerja dan derajat tertentu perilaku
hubungan, pemimpin yang efektif dapat memilih empat gaya kepemimpinan yang tersedia,
yaitu:

1.    Pemberitahu

2.    Partisipatif

3.    Penjual

4.    Pendelegasi.

  1)     Gaya Telling (Pemberitahu)

Gaya Pemberitahu adalah gaya pemimpin yang selalu memberikan instruksi yang jelas,
arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan dari jarak dekat. Gaya Pemberitahumembantu
untuk memastikan pekerja yang baru untuk menghasilkan kinerja yang maksimal, dan akan
menyediakan fundasi solid bagi kepuasan dan kesuksesan mereka di masa datang.

  2)     Gaya Selling (Penjual)

Gaya Penjual adalah gaya pemimpin yang menyediakan pengarahan, mengupayakan


komunikasi dua-arah, dan membantu membangun motivasi dan rasa percaya diri pekerja.
Gaya ini muncul tatkala kesiapan pengikut dalam melakukan pekerjaan meningkat, sehingga
pemimpin perlu terus menyediakan sikap membimbing akibat pekerja belum siap mengambil
tanggung jawab penuh atas pekerjaan. Sebab itu, pemimpin perlu mulai menunjukkan
perilaku dukungan guna memancing rasa percaya diri pekerja sambil terus memelihara
antusiasme mereka.

  3)    Gaya Participating (Partisipatif)

Gaya Partisipatif adalah gaya pemimpin yang mendorong pekerja untuk saling berbagi
gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan bawahan dengan semangat yang mereka
tunjukkan. Mereka mau membantu pada bawahan. Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa
percaya diri dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap
sebagai pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya
dengan cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik serta siap membantu
pengikutnya.

  4)    Gaya Delegating (Pendelegasi)

Gaya Pendelegasi adalah gaya pemimpin yang cenderung mengalihkan tanggung jawab atas
proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala pekerja ada pada
tingkat kesiapan tertinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut
dianggap telah kompeten dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas
pekerjaannya.

   ·        Pendekatan Teori Kepemimpinan Kontijensi (Ketidakpastian)

Teori Kontijensi dalam kajian kepemimpinan fokus pada interaksi antara variabel-variabel
yang terlibat di dalam situasi serta pola-pola perilaku kepemimpinan. Teori
Kontijensididasarkan atas keyakinan bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang
cocok bagi aneka situasi. 

   ·        Pendekatan Teori Pertukaran Leader-Member (Pemimpin-Anggota)

Hingga sejauh ini, pendekatan-pendekatan kepemimpinan lebih tertuju pada Pemimpin


(Pendekatan Sifat, Pendekatan Keahlian, dan Pendekatan Gaya) atau pada Pengikut dan
Konteks Situasi (Pendekatan Situasional, Teori Kontijensi, dan Teori Path-Goal).
TeoriLeader-Member Exchange (LMX Theory) berbeda.

Teori LMX fokus pada interaksi antara Pemimpin dengan Pengikut. Teori ini termanifestasi
dalam pola hubungan dyadic (berdasar 2 pihak) antara pemimpin dan pengikut sebagai fokus
proses kepempimpinan

    ·        Pendekatan Kepemimpinan Transformasional

Pendekatan Kepemimpinan Transformasional awalnya digagas oleh James MacGregor Burns


tahun 1978.[16] Ia membedakan 2 jenis kepemimpinan yaitu Kepemimpinan Transaksional
dan lawannya, Kepemimpinan Transformasional.
Pemimpin bercorak transaksional adalah mereka yang memimpin lewat pertukaran sosial.
Misalnya, politisi memimpin dengan cara “menukar satu hal dengan hal lain: pekerjaan
dengan suara, atau subsidi dengan kontribusi kampanye. Pemimpin bisnis bercorak
transaksional menawarkan reward finansial bagi produktivitas atau tidak memberi rewardatas
kurangnya produktivitas.

Pemimpin bercorak transformasional adalah mereka yang merangsang dan mengispirasikan


pengikutnya, baik untuk mencapai sesuatu yang tidak biasa dan, dalam prosesnya,
mengembangkan kapasitas kepemimpinannya sendiri. Pemimpin transformasional membantu
pengikutnya untuk berkembang dan membuat mereka jadi pemimpin baru dengan cara
merespon kebutuhan-kebutuhan yang bersifat individual dari para pengikut. Mereka
memberdayakan para pengikut dengan cara menselaraskan tujuan yang lebih besar individual
para pengikut, pemimpin, kelompok, dan organisasi.

Kepemimpinan Transformasional dapat mengubah pengikut melebihi kinerja yang


diharapkan, sebagaimana mereka mampu mencapai kepuasan dan komitmen pengikut atas
kelompok ataupun organisasi.

    ·        Pendekatan Kepemimpinan Otentik

Avolioand Luthans mendefinisikan kepemimpinan otentik sebagai “proses kepemimpinan


yang dihasilkan dari perpaduan antara kapasitas psikologis individu dengan konteks
organisasi yang terbangun baik, sehingga mampu menghasilkan perilaku yang tinggi kadar
kewaspadaan dan kemampuannya dalam mengendalikan diri, sekaligus mendorong
pengembangan diri secara positif

Kepemimpinan otentik memiliki empatkomponen, yaitu: (1) Kewaspadaan Diri; (2)


Perspektif Moral yang Terinternalisasi; (3) Pengelolaan Berimbang; dan (4) Transparansi
Hubungan.  Kewaspadaan Diri. Meningkatnya kewaspadaan diri adalah faktor perkembangan
penting bagi pemimpin otentik. Lewat refleksi, pemimpin otentik dapat mencapai derajat
yang jelas seputar nilai-nilai inti yang mereka anut, identitas, emosi, dan motivasi atau
tujuannya. Dengan mengenali diri sendiri, pemimpin otentik memiliki pemahaman yang kuat
seputar kediriannya sehingga menjadi pedoman mereka baik dalam setiap proses
pengambilan keputusan maupun dalam perilaku kesehariannya.
    ·        Pendekatan Kepemimpinan Tim

Tim adalah kelompok di dalam organisasi yang anggota-anggotanya saling bergantung satu
sama lain, saling berbagi tujuan bersama, dan dicirikan oleh adanya satu orang yang
mengkoordinasikan kegiatan bersama mereka. Koordinasi tersebut dilakukan demi mencapai
tujuan bersama. Contoh dari sebuah tim adalah tim manajemen proyek, gugus tugas, unit-unit
kerja, atau tim pengembang organisasi.

Di dalam tim, fungsi utama kepemimpinan adalah berupaya mencapai tujuan organisasi (tim)
secara kolektif, bukan individual. Tim umumnya memiliki seorang pemimpin yang telah
ditentukan. Pemimpin tersebut dapat berasal dari dalam tim itu sendiri maupun dari luar.

Peran kepemimpinan di dalam tim dapat saja dirotasi sehingga mungkin saja diisi oleh para
anggota lain antarwaktu. Peran kepemimpinan di dalam tim juga bisa disebar di antara
sejumlah anggota tim tanpa harus ditentukan seorang pemimpin secara formal.
Kepemimpinan yang tersebar tersebut umum ditemukan dalam kepemimpinan tim. Posisi
kepemimpinan dalam tim tidak lagi bercorak satu pemimpin formal selaku pemegang
tanggung jawab utama melainkan jatuh ke tangan beberapa orang yang berpengalaman di
dalam tim. Tindakan hubungan dalam konteks internal dibutuhkan untuk meningkatkan
skillinterpersonal anggota tim sekaligus hubungan yang terjalin di dalam tim. Tindakan
kepemimpinan eksternal adalah tindakan yang dibutuhkan untuk menjaga tim agar terlindung
dari dampak lingkungan eksternal, tetapi di saat sama, mempertahankan hubungan tim
dengan lingkungan eksternal.

Efektivitas tim terdiri atas dua dimensi yaitu : (1) kinerja tim dan (2) pengembangan tim.
Kinerja tim mengaju pada seberapa baik kualitas tugas yang mampu dicapaioleh tim.
Pengembangan tim mengacu pada seberapa baik tim tetap terpelihara sehubungan dengan
pencapaian tugas-tugas tim. Sejumlah peneliti menganjurkan kriteria penilaian efektivitas
tim.

  ·        Pendekatan Psikodinamik

 Pendekatan psikodinamik dalam kepemimpinan dibangun berdasarkan dua asumsi


dasar.Pertama, karakteristik personal individu sesungguhnya telah tertanam jauh di dalam
kepribadiannya sehingga sulit untuk diubah walaupun dengan aneka cara. Kuncinya adalah
pengikut harus menerima secara legowo karakteristik seorang pemimpin, memahami dampak
kepribadiannya tersebut diri mereka, dan menerima keistimewaan dan faktor ideosinkretik
yang melekat pada seorang pemimpin. Kedua, invididu memiliki sejumlah motif dan
perasaan yang berada di bawah alam sadarnya.
BAB III

PENUTUP

1.       KESIMPULAN

Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria
yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan.

Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.

Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang
tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
(leadership from the inside out).

2.      SARAN

Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri
sendiri.

Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita.
Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
REFRENSI:

1.       http://virgoztanetcomp.blogspot.co.id/2015/04/makalah-tentang-kepemimpinan-lengkap.html

2.       http://www.tugasku4u.com/2013/06/makalah-kepemimpinan.html

3.       http://sandi-prambanan.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai