Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN DENGAN ASAM


URAT

Dosen Pembimbing : Hj. Masnun, SST, S.Kep, M.Biomed (Ms)

Oleh:

AMANDA GRACIA GABRIELLA

P031814401002

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TK.3A
JURUSAN KEPERAWATAN
TA. 2020/2021
1. Pengertian Arthritis Gout ( Asam Urat )
Gout arthritis atau asam urat merupakan gangguan metabolisme yang sudah
dikenal sejak zaman Yunani Kuno oleh Hipokrates. Penyakit ini berhubungan dengan
tingginya kadar asam urat dalam darah. Asam urat merupakan hasil metabolisme yang
tidak boleh berlebihan di dalam tubuh, setiap manusia memiliki kadar asam urat di
dalam tubuhnya yang merupakan hasil dari metabolisme sedangkan pemicu lainnya
yang menyebabkan kadar asam urat tinggi adalah senyawa yang banyak mengandung
purin . Penyakit ini terjadi jika timbunan kristal asam urat yang mengendap dalam
persendian meningkat. Peningkatan tersebut dapat disebabkan ginjal yang mengalami
gangguan membuang asam urat dalam jumlah yang banyak. Gout arthritis dapat bersifat
primer maupun sekunder. Gout primer terjadi secara langsung akibat pembentukan asam
urat tubuh yang berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder terjadi
akibat pembentukan asam urat berlebih atau ekskresi asam urat berkurang, disebabkan
oleh proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan tertentu (Price & Wilson, 2014).

Gout arthritis merupakan kelompok keadaan heterogenous atau beraneka ragam


yang berhubungan dengan efek genetik pada proses metabolisme purin atau
hiperurisemia. Pada keadaan yang dapat terjadi oversekresi asam urat atau defek renal
yang mengakibatkan menurunnya ekskresi asam urat, atau kombinasi dari keduanya,
ditandai dengan meningkatnya kristal asam urat didalam plasma. Kadar normal asam urat
pada pria : 3,0-7,1 mg/dL dan wanita : 2,6-6,0 mg/dL (Smeltzer & Bare, 2013).

2. Etiologi
1. Penyebab utama terjadinya gout arthritis karena adanya penimbunan kristal
asam urat dalam serum darah dengan akumulasi endapan kristal monosodium urat
yang terkumpul didalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada
penyakit dengan metabolisme asam urat yang abnormal dan kelainan metabolik
dalam pembentukan urin dan ekskresi asam urat kurang dari ginjal (Smeltzer &
Bare, 2013).
2. Faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan gout adalah :
- Pembedahan
- Trauma
- Obat-obatan
- Alkohol
- Stress emosional
- Diet tinggi purin
3. a) Pembentukan Asam urat yang berlebihan
- Gout primer metabolik disebabkan sintesis langsung yang bertambah.
- Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit.
- Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit.
b) Kurangnya pengeluaran asam urat

- Gout primer renal terjadi karena gangguan ekskresi asam urat ditubuli
distal ginjal
- Gout sekunder renal disebabkan oleh kerusakan ginjal.

3. Tanda dan Gejala

Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout arthritis,

1. Tahap pertama adalah hiperurisemia asimtomatik nilai normal asam urat


serum pada laki-laki adalah 5,1 ± 1,0 mg/dL dan pada perempuan 4,0 ± 1,0
mg/dL. Nilai-nilai ini meningkat sampai 9-10 mg/dL pada seseorang dengan
gout arthritis. Dalam tahap ini penderita tidak menunjukkan gejala-gejala selain
dari peningkatan asam urat serum. Hanya 20 % dari penderita hiperurisemia
asimtomatik yang berlanjut dengan serangan gout arthritis akut.

2. Tahap kedua adalah gout arthritis akut pada tahap ini terjadi awitan mendadak
dan nyeri luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metatarsophalangeal. Arthritis bersifat monoartikular dan menujukkan tanda-
tanda peradangan lokal. Dapat terjadi demam dan peningkatan jumlah leukosit.
Serangan gout akut biasanya pulih tanpa pengobatan, tetapi dapat memakan
waktu 10 sampai 14 hari.

3. Tahap ketiga adalah serangan gout akut atau gout interitis, adalah tahap
interkritis. Tidak terdapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat berlangsung
beberapa bulan sampai tahun.

4. Tahap keempat adalah gout arthritis kronik, dengan timbunan asam urat yang
terus bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak dilakukan.
Peradangan kronik akibat kristal-kristal asam urat dapat mengakibatkan nyeri,
sakit, dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak (Price &
Wilson, 2014).
Terdapat gejala klinis dari gout arthritis yaitu nyeri tulang sendi, kemerahan dan
bengkak pada tulang sendi, tofi atau benjolan-benjolan bawah kulit pada ibu jari, mata
kaki, pinna telinga, dan peningkatan suhu tubuh. Gangguan akut yang sering terjadi
pada gout arthritis yaitu nyeri, bengkak yang berlangsung cepat pada sendi yang
terserang, sakit kepala dan demam. Gangguan kronis yang sering terjadi seperti
serangan akut, hiperurisemia yang tidak diobati, terdapat nyeri dan pegal dan
pembengkakan sendi (Aspiani, 2014).

4. Pathway
5. Patofisiologi

Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang
telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme
serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.

1. Presipitasi kristal monosodium urat. Presipitasi monosodium urat dapat terjadi


di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya.
Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam
protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon
terhadap pembentukan kristal.
2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN). Pembentukan kristal menghasilkan
faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan
terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan
akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik
lisosom.

4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen
antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan
membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.

5. Kerusakan sel Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan


kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan
kerusakan jaringan.

Pada penyakit gout arthritis, terdapat gangguan keseimbangan


metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut meliputi :
a. Penurunan asam urat eksresi asam urat secara idiopatik

b. Penurunan eksresi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal

c. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor atau


peningkatan sintesis purin
d. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin

e. Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam


urat dalam tubuh (Ode, 2012).

6. Manifestasi Klinis
1. Artritis Akut

Artritis Akut ini bersifat sangat berat. Pasien tidak dapat berjalan (kalau yang
terkena adalah kaki) tidak dapat memakai sepatu dan tidak dapat terganggu,
perasaan sakit sangat hebat (excruciating). Rasa sakit ini mencapai puncaknya
dalam 24 jam setelah mulai timbul gejala pertama.
2. Lokasi Sendi

Serangan akut biasnaya bersifat monoartikular disertai gejala lengkap proses


inflamasi yaitu : merah, bengkak, teraba panas dan sakit. Lokasi yang paling
sering pada serangan pertama adalah sendi metaatarso – falongeal pertama
(MTP–I). Hampir semua kasus lokasi artritis terutama ada sendi perifer dan
jarang pada sendi sentral.
3. Remisi sempurna antara serangan akut (Inter Critical Gout) Serangan akut dapat
membaik pada serangan pertama dan selanjutnya diikuti oleh remisi sempurna
sampai serangan berikutnya. Apabila hiperurisemia (kalau ada) tidak dikoreksi,
akan timbul artritis gout menahun.
4. Hiperurisemia
Keadaan hiperurisemia tidak selalu identik dengan artritis gout akut artinya tidak
selalu artritis gout akut disertai dengan peninggalan kadar asam urat darah.
Banyak orang dengan peninggian asam urat, namun tidak pernah menderita
serangan artritis gout ataupun terdapat tofi.
5. Thopy
Thopy adalah penimbunan kristal urat pada jaringan. Mempunyai sifat yang
karakteristik sebagai benjolan dibawah kulit yang bening dan tofi paling sering
timbul pada seseorang yang menderita artritis gout lebih dari 10 tahun.

Pada ginjal akan timbul sebagai berikut:


1. Mikrotrofi dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan nefrosis
2. Nefrolitiasis karena endapan asam urat
3. Pielonefritis kronis
4. Tanda-tanda aterosklerosis dan hipertensi Tidak jarang ditemukan pasien
dengan kadar asam urat tinggi dalam darah tanpa adanya riwayat gout
yang disebut hiperurisemia asimtomatik. Pasien demikian sebaiknya
dianjurkan mengurangi kadar asam uratnya karena menjadi faktor resiko
dikemudian hari dan kemungkinan terbentuknya batu urat diginjal.
7. Penatalaksanaan

Pengobatan gout arthritis bergantung pada pada tahap penyakitnya. Hiperurisemia

asimtomatik biasanya tidak membutuhkan pengobatan. Serangan akut gout

arthritis diobati dengan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid atau kolkisin. Obat-

obatan yang diberikan dalam dosis tinggi atau dosis penuh untuk mengurangi

peradangan akut sendi. Kemudian dosis ini diturunkan secara bertahap dalam

beberapa hari. Pengobatan gout kronik berdasarkan usaha untuk menurunkan

produksi asam urat atau meningkatkan ekskresi asam urat oleh ginjal. Obat

allopurinol menghambat pembentukan asam urat dari prekursornya atau xantin

dan hipoxantin dengan menghambat enzim xantin oksidase. Obat-obatan

urikosurik dapat meningkatkan ekskresi asam urat dengan menghambat reabsorpsi

tubulus ginjal. Semua produk aspirin harus dihindari, karena menghambat kerja

urikosurik. (Price & Wilson, 2014).

Adapun penangan atau terapi komplementer untuk penderita asam urat

adalah kompres hangat dan kompres jahe. Penggunaan kompres hangat

memberikan efek mengatasi dan menghilangkan sensasi nyeri, teknik ini juga

memberikan reaksi fisiologis antara lain meningkatkan respons inflamasi, dan

meningkatkan aliran darah dalam jaringan. Tidak hanya kompres hangat tetapi

juga kompres jahe yang efektif menurunkan nyeri. Kompres jahe adalah salah satu

kombinasi antara terapi hangat dan terapi relaksasi yang bermanfaat pada

penderita nyeri sendi. Penggunaan jahe dalam bentuk kompres lebih aman
dibandingkan dengan penggunaan ekstrak jahe secara oral. Jahe memiliki efek

farmakologis dan fisiologis seperti efek panas, antinflamasi, antioksidan,

antitumor, antimikroba, anti-diabetik, antiobesitas, antiemetik (Depkes RI, 2011).

8. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

2. Ditemukan kadar asam urat meningkat dalam darah (> 6 mg %)

3. Pemeriksaan kadar asam urat yang enzimatik.

4. Didapatkan leukositosis ringan

5. LED (Laju Endap Darah ) meninggi sedikit

6. Pemeriksaan urin

Ditemukan kadar asam urat tinggi (500 mg % / liter per 24 jam)

7. Pemeriksaan cairan sendi

8. Melihat respon dari gejala-gejala pada sendi terhadap pemberian Cholasin.


Cholasin adalah obat yang menghambat aktifitas fagositik dari leukosit
sehingga memberikan perubahan sehingga memberikan perubahan yang
dramatis dan cepat meredakan gejala-gejala.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,Penyakit Asam Urat diakses melalui


https://www.halodoc.com/kesehatan/penyakit-asam-urat pada tanggal 22
September 2020

Anonim,Asam Urat diakses melalui https://www.klikdokter.com/penyakit/asam-urat pada


tanggal 22 September 2020

dr.Tjin Willy,Penyakit Asam Urat diakses melalui https://www.alodokter.com/rematik-


asam-urat pada 22 September 2020

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC

Justhian,rendra,Laporan Pendahuluan Gerontik Asam Urat diakses melalui


https://www.academia.edu/36759462/Laporan_Pendahuluan_Gerontik_Asam_Ur
at_1 pada 22 September 2020

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info
Media.
PENGKAJIAN KLIEN GERONTIK

1. Identitas Klien
Nama : Ny.W
Umur : 66 th
Alamat : Kampuang Tangah, Talang Maur Kec.Mungka
Kab 50 Kota
Pendidikan : SD
Tanggal Masuk Panti : -
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Minang
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Pengkajian : 17 September 2020

2. Status Kesehatan Saat Ini : Klien mengatakan dalam satu tahun terakhir ini
merasakan sakit seperti kesemutan, kebas pada bagian kaki dan juga pada
bagian pinggang.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang : Asam Urat

4. Riwayat Kesehatan Dahulu : Hipertensi dan Asam Urat

5. Riwayat Kesehatan Keluarga : Hipertensi

= Pasien
= Laki-laki
= Perempuan
= tinggal serumah
6. Tinjauan Sistem
a. Keadaan Umum : pasien terlihat baik, namun terkadang masih terasa nyeri
terlebih ketika pasien tidak minum obat.
Kesadaran : komposmentis
Nadi : 82 x/menit TD: 150/50 mmHg P: 20 x/menit
Suhu : 36,9 C BB: 60 kg TB: 150 cm

b. Sistem Integumen : kulit keriput

c. Sistem Hemopoietik :-
d. Kepala :

Rambut : bersih, hitam dan ada putih (uban), rambut tipis

Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil sokor,

penglihatan normal

Hidung : simetris, lobang hidung paten, penciuman normal,

hidung bersih.
Mulut : simetris, mulut bersih, mukosa lembab, tidak ada lesi

Telinga : simetris, telinga bersih, tidak ada lesi, pendengaran


normal

Leher : simetris, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada lesi


Payudara : simetris, tidak ada kelainan

e. Sistem Pernapasan : suara napas normal


f. Sistem Kardiovaskuler : tidak ada kelainan
g. Sistem Gastrointestinal : tidak ada kelainan
h. Sistem Perkemihan : tidak ada kelainan
i. Sistem Genitoreproduksi : tidak ada kelainan
j. Sistem Muskuloskeletal : simetris, tidak ada pembengkakan, namun sering
terasa nyeri pada kaki ketika asam urat kambuh
k. Sistem saraf pusat : GCS 15
NI : penciuman Ny.W baik
N II : penglihatan mata Ny.W normal
N III, IV, VI : mengangkat kelopak mata keatas, kontriksi pupil Ny.W
normal
NV : tidak ada kelainan pada Ny.W
N VII : ekspresi wajah Ny.W normal
N VIII : pendengaran dan keseimbangan Ny.W baik
N IX, X, XII : tidak ada kelainan pada Ny.W
N XI : pergerakan bahu Ny.W baik

7. Pengkajian Psikososial dan Spiritual


a. Perubahan psikologis, data yang dikaji:
1) Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan?
Ny. W menerima proses penuaan
2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak?
Ny.W merasa dibutuhkan
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan?
Ny. W optimis dalam memandang suatu kehidupannya
4) Bagaimana mengatasi stres yang di alami?
Ny.W mengatasi stress dengan cara tidur
5) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri?
Ny.W mudah dalam menyesuaikan diri
6) Apakah lansia sering mengalami kegagalan?
Ny.W tidak sering mengalami kegagalan
7) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang?
Ny. W mempunyai harapan untuk bisa sehat selalu
8) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir,
alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan
masalah.
b. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:
1) Darimana sumber keuangan lansia?
Ny. W mengatakan sumber keungan dari suami dan anak serta
terkadang diri sndiri
2) Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang?
Ny. W menonton tv, menyapu dan tidur
3) Dengan siapa dia tinggal?
Ny. W tinggal bersama anaknya
4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia?
Ny. W mengikuti kegiatan yasin
5) Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya?
Ny. W memandang lingkungannya sebagai tempat bersosialisasi
6) Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah?
Ny. W sering beruhubungan dengan orang di luar rumah
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi?
Ny. W bisa dikunjungi siapapun
8) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang
ada?
Ny. W mengatakan hobinya menonton
c. Perubahan spiritual, data yang dikaji :
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya,
Ny. W selalu teratur dalam melakukan ibadahnya
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin?
Ny. W selalu mengikuti kegiatan yasinan setiap minggunya
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa?
Ny. W menyelesaikan masalah dengan cara berdoa
4) Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal?
Ny. W terlihat tabah dan tawakal
8. Pengkajian Fungsional Klien (KATZ Indeks)

Skor Kriteria

A Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah, ke kamar kecil,


berpakaian dan mandi

B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi


tersebut

C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu


fungsi tambahan

D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian


dan satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan

F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali berpakaian, ke


kamar kecil, dan satu fungsi tambahan

G Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu


fungsi tambahan

Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
lain sebagai C, D, E atau F

Keterangan: A

iIndex Katz di atas untuk mencocokkan kondisi lansia dengan skor yang diperoleh
9. Modifikasi dari Barthel Indeks

N
KRITERIA Nilai
o

1 Makan 0. Tidak mampu


1. Butuh bantuan
memotong, mengoles
mentega dll.
2. Mandiri

2 Mandi 0. Tergantung orang


lain
1. Mandiri

3 Perawatan diri 0. Membutuhkan


bantuan orang lain
1. Mandiri dalam
perawatan muka,
rambut, gigi, dan
bercukur

4 Berpakaian 0. Tergantung orang


lain
1. Sebagian dibantu
(misal mengancing
baju)
2. Mandiri

5 Buang air kecil 0. Inkontinensia atau


pakai kateter dan
tidak terkontrol
1. Kadang
Inkontinensia (maks,
1x24 jam)
2. Kontinensia (teratur
untuk lebih dari 7
hari)

6 Buang air besar 0. Inkontinensia (tidak


teratur atau perlu
enema)
1. Kadang Inkontensia
(sekali seminggu)
2. Kontinensia (teratur)

7 Penggunaan toilet 0. Tergantung bantuan


orang lain
1. Membutuhkan
bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa
hal sendiri
2. Mandiri

8 Transfer 0. Tidak mampu


1. Butuh bantuan untuk
bisa duduk (2 orang)
2. Bantuan kecil (1
orang)

9 Mobilitas 0. Immobile (tidak


mampu)
1. Menggunakan kursi
roda
2. Berjalan dengan
bantuan satu orang
3. Mandiri (meskipun
menggunakan alat
bantu seperti,
tongkat)

10 Naik turun tangga 0. Tidak mampu


1. Membutuhkan
bantuan (alat bantu)
2. Mandiri

Score Total 20

Interpretasi hasil : Mandiri

20 : Mandiri

12-19 : Ketergantungan Ringan

9-11 : Ketergantungan Sedang

5-8 : Ketergantungan Berat

0-4 : Ketergantungan Total


10. Pengkajian Status Mental Gerontik
a. Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ)
BENA SALA N
PERTANYAAN
R H O

 01 Tanggal berapa hari ini?

 02 Hari apa sekarang ini?

 03 Apa nama Tempat ini

 04 Dimana alamat anada?

 05 Berapa umur anda?

 06 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)

 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?

 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?

 09 Siapa nama ibu anda?

Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari


 10
setiap angka baru, semua secara menurun

 1 
0

Kesimpulan: fungsi intelektuan utuh

Kesalahan 0-2: fungsi intelekrual utuh

Kesalahan 3-4: keruskan intelektual ringan

Kesalahan 5-7: kerusakan intelektual sedang

Kesalahan 8-10: kerusakan intelektual berat

b. Mini Mental Status Exam (MMSE)


ASPEK NILAI NILAI
N
KOGNITI MAKS KLIE KRITERIA
O
F . N

1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar:


Tahun : 2020
Musim : hujan
Tanggal : 17
Hari : Kamis
Bulan : September
Orientasi Dimana kita sekarang berada?

Negara : Indonesia
5 5 Propinsi : Sumatera Barat
Kota : Payakumbuh
PSTW.......
Wisma......
2 Registrasi Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan
masing-masing obyek. Kemudian
tanyakan kepada klien ketiga obyek
3 3
tadi (untuk disebutkan)

Obyek : tas
Obyek : buku
Obyek : selimut
3 Perhatian Minta klien untuk memulai dari angka
dan 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kalkulasi kali/tingkat

5 3 93
86
79
72
65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada no.2 (registrasi) tadi. Bila
benar, 1 point untuk masing-masing
obyek

5 Bahasa Tunjukkan pada klien suatu benda dan


tanyakan namanya pada klien

(misal jam tangan)


(misal pensil)
Minta klien untuk mengulang kata
berikut: ”tak ada jika, dan, atau, tetapi”.
Bila benar, nilai 1 point.

Pernyataan benar 2 buah (contoh:


tak ada, tetapi).
Minta klien uuntuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah:

9 9 ”ambil kertas di tangan anda, lipat dua


dan taruh di lantai”

Ambil kertas di tangan anda


Lipat dua
Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai perintah
nilai 1 point)

”tutup mata anda”


Perintahkan pada klien untuk menulis
satu kalimat atau menyalin gambar

Tulis satu kalimat


Menyalin gambar
TOTAL NILAI 30 27

Interpretasi: Tidak ada kelainan kognitif

Nilai 24-30 : tidak ada kelainan kognitif


Nilai 18-23 : kelainan kognitif ringan

Nilai 0-17 : kelainan kognitif berat

Analisa Data

Data Penunjang Etiologi Masalah

DS : pasien mengatakan Usia, asupan makanan, Nyeri akut


persendian pada kaki hipertensi

sering terasa nyeri,


Ekskresi asam urat
terlebih ketika tidak
menurun
meminum obat pasien
mengatakan nyeri seperti Asam urat
meningkat
ditusuk-tusuk

DO : Hiperuremia

TD : 150/50
Terbentuk tofi di sendi
Nadi : 82x/menit
RR : 21x/menit
Suhu : 36,4 C
Pengendapan kristal di
P : mempunyai riwayat sendi

asam urat Penumpukan kristal


Q : seperti ditusuk-tusuk
R : pergelangan kaki Pembengkakan jaringan
sampai ke pinggang sendi
S:5
T : ± 30 menit nyeri

DS : pasien masih bisa Usia, asupan makanan, Resiko intoleransi


melakukan aktifitas hipertensi aktifitas
sehari-hari ketika kaki
tidak terlalu nyeri,
namun ketika kaki Ekskresi asam urat
sudah nyeri berat menurut
pasien sulit untuk
melakukan melakukan
aktivitas Asam urat
meningkat
DO :

TD : 150/50 Penumpukan asam urat


Nadi : 82x/menit
RR : 21x/menit
Terbentuk tofi di sendi
Suhu : 36,4 C
Degenerasi tulang
rawan sendi

Pembentukan tukak
sendi

Tofus mengering

Kekakuan pada
sendi

Resiko intoleransi
aktivitas

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis

2. Resiko intoleransi aktifitas b.d mobilisasi

Intervens Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian secara
keperawatan diharapkan nyeri komprehensif meliputi
berkurang denga kriteria hasil : lokasi,karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
1. Mampu mengenali kapan
dan faktor pencetus
nyeri terjadi
2. Mampu menggambarkan 2. Gunakan strategi komunikasi
faktor penyebab terapeutik untuk mengetahui
3. Mampu melakukan pengalaman nyeri
tindakan pencegahan 3. Gali pengetahuan dan
4. Mampu melakukan kepercayaan pasien mengenai
pengurangan nyeri secara non nyeri
farmakologi 4. Gunakan strategi komunikasi
5. Mampu melaporkan perubahan terapeutik untuk mengetahui
nyeri pengalaman nyeri
6. Mampu menggunakan sumber 5. Gunakan metode penelitian yang
daya yang tersedia sesuai dengan tahapan
7. Mampu melaporkan nyeri perkembangan yang
terkontrol memungkinkan untuk memonitor
perubahan nyeri dan akan
dapat membantu
mengidengtifikasi faktor
pencetus actual dan potensial
6. Berikan informasi
mengenai nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat
prosedur
7. Kurangi atau eliminasi faktor-
faktor yang dapat mencetus
atau meningkatkan nyeri.

8. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
9. Dorong pasien untuk memonitor
dan menangani nyerinya dengan
tepat
10. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi
11. Gali penggunaan metode
farmakologi untuk menurunkan
nyeri
12. Dorong pasien untuk
menggunakan obat-obatan
penurunan nyeri yang adekuat
13. Evaluasi keefektifan ari tindakan
pengontrol nyeri yang dipakai
selama pengkajian nyeri
dilakukan.
14. Libatkan keluarga dalam
modalitas penurunan nyeri jika
memungkinkan
Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status fisiologi pasien
intoleransi keperawatan diharapkan resiko 2. Anjurkan pasien
akivitas intoleransi aktifitas dapat dicegah menggungkapkan perasaan
dengan kriteria hasil : secara verbal
3. Perbaiki defisit status fisiologi
1. Frekuensi nadi dalam batas
normal 4. Pilih intervensi mengurangi
2. Frekuensi pernapasan dalam kelelahan
batas normal 5. Monitor intake dan output
3. Tekanan darah dalam batas 6. Monitor waktu istirahat
normal
7. Monitor sumber nyeri yang
4. Kekuatan tubuh bagian atas dan
dialami pasien
bawah dalam batas normal
8. Buat batasan untuk aktivitas
5. Kemudahan dalam melakukan
hiperaktif
aktivitas harian normal
9. Bantu pasien identifikasi
6. Kemampuan untuk berbicara
memilih aktivitas
ketika melakukan aktivitas fisik
10. Tingkatkan tirah baring atau
istirahat
11. Berikan kegiatan yang
menenangkan untuk
meningkatkan relaksasi

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No. Waktu Implementasi Evaluasi
Diagnosa
1.Nyeri Akut Jumat 18 September 1.Melakukan S : pasien mengatakan
2020 pengkajian secara persendian pada kaki
16.00 – 17.00 WIB komprehensif meliputi sering terasa nyeri,
lokasi,karakteristik, terlebih ketika tidak
durasi, frekuensi, meminum obat pasien
kualitas, intensitas dan mengatakan nyeri seperti
faktor pencetus ditusuk-tusuk skala nyeri
2.Melakukan 5
pemeriksaan TTV
O : TD : 150/50
3. Mengunakan strategi
Nadi : 82x/menit
komunikasi terapeutik
RR : 21x/menit
untuk mengetahui
Suhu : 36,4 C
pengalaman nyeri
4. Mengunakan strategi
komunikasi terapeutik A : Masalah nyeri teratasi
untuk mengetahui sebagian
pengalaman nyeri
P : intervensi dilanjutkan
5. Mengajarkan
penggunaan teknik non
farmakologi
2.Resiko Jumat 18 September S : pasien masih bisa
1.Menganjurkan pasien
Intoleransi 2020 melakukan aktifitas
menggungkapkan sehari-hari ketika kaki
Aktifitas 17.00 – 18.30
perasaan secara verbal. tidak terlalu nyeri,
namun ketika kaki sudah
2.Memonitor waktu nyeri berat
istirahat pasien sulit untuk
3.Memonitor sumber melakukan melakukan
nyeri yang dialami aktivitas
pasien
O : TD : 150/50
4.Membantu pasien
memilih aktifitas Nadi : 82x/menit
5.Meningkatkan tirah RR : 21x/menit
baring dan istirahat
Suhu : 36,4 C
6. Memberikan kegiatan
yang menenangkan A : Masalah teratasi
untuk meningkatkan
relaksai
P : intervensi
dihentikan.

3.Nyeri Akut Sabtu 19 September 1. Melakukan S : pasien mengatakan


2020 pengkajian secara persendian pada kaki
19.00 – 20.00 WIB komprehensif meliputi sering terasa nyeri,
lokasi,karakteristik, terlebih ketika tidak
durasi, frekuensi, meminum obat pasien
kualitas, intensitas dan mengatakan nyeri seperti
faktor pencetus ditusuk-tusuk skala nyeri
2.Melakukan 2
pemeriksaan TTV
O : TD : 150/50
3. Mengunakan strategi
Nadi : 82x/menit
komunikasi terapeutik
RR : 21x/menit
untuk mengetahui
Suhu : 36,4 C
pengalaman nyeri
Skala nyeri 5
4. Mengunakan strategi
komunikasi terapeutik A : Masalah nyeri teratasi
untuk mengetahui
P : intervensi dihentikan
pengalaman nyeri
dan pasien bisa
5.Mengajarkan
melakukan intervensi
penggunaan teknik non
kembali apabila nyeri
farmakologi
kembali kambuh

Anda mungkin juga menyukai