Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KONDISI DAN KARAKTERISTIK KONFLIK LAHAN PERTANIAN

DALAM PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL DI KULON PROGO


Mata Kuliah:
Masalah Pembangunan Wilayah Kota

Disusun Oleh:

Ella Febby Erliana 08161025

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
BALIKPAPAN

2020
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................3
BAB II KONSEP DASAR TEORITIS..................................................................................................4
2.1 Konflik Lahan Pertanian........................................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
3.1 Pembahasan Kasus.................................................................................................................6
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................................................8
4.1 Kesimpulan............................................................................................................................8
4.2 Lesson learned.......................................................................................................................8
Daftar Pustaka.......................................................................................................................................9

9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota dapat diartikan sebagai tempat dengan konsentrasi penduduk lebih padat dari
wilayah sekitarnya karena terjadi pemusatan kegiatan fungsional yang berkaitan dengan
kegiatan atau aktivitas penduduknya.  Selain pengertian kota, dikenal pula istilah perkotaan
yang pengertiannya lebih luas menunjukkan ciri, karakteristik, atau sifat kekotaan. Perkotaan
atau kawasan perkotaan merupakan pemukiman yang meliputi kota induk dan daerah
pengaruh di luar batas administratifnya yang berupa kawasan pinggiran.
Pembangunan dapat diartikan sebagai segala upaya yang dilakukan dengan
terencanauntuk memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan banyak dilakukan di kawasan perkotaan mengingat di tempat inilah
masyarakat banyak terkonsentrasi. Pelaksanaan pembangunan perkotaan tidak selamanya
berjalan dengan lancar sehingga banyak rencanan-rencana pembangunan yang telah disusun
secara menyeluruh tidak dapat terlaksana dengan baik. Permasalahan pembangunan terus
berkembang secara dinamins dari waktu ke waktu dan sering dipandang sebagai akibat dari
pertumbuhan penduduk yang besar sebagaimana yang terjadi di kawasan perkotaan.
Konflik sosial berarti persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence
of interest), atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi-aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak
dapat dicapai secara simultan. Setiap individu maupun kelompok masyarakat mempunyai
kepentingan yang berbeda-beda. Perbedaan kepentingan inilah yang dapat menjadi dasar
munculnya konflik sosial. Seperti konflik sosial yang terjadi di Kecamatan Temon,
Kabupaten Kulon Progo dilatarbelakangi oleh adanya pembangunan bandara baru di Kulon
Progo, yang berakibat pada terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Berdasarkan hal tersebut
maka dibuat makalah ini dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi dan
karakteristik masalah dari Konflik tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana masalah pembangunan yang
terjadi dari Konflik Lahan Pertanian Dalam Pembangunan Bandara Internasional Di Kulon
Progo?

9
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui masalah pembangunan yang
terjadi dari konflik Lahan Pertanian Dalam Pembangunan Bandara Internasional Di Kulon
Progo.

9
BAB II
KONSEP DASAR TEORITIS
2.1 Konflik Lahan Pertanian
Menurut Johara T Jayadinata mengartikan lahan sebagai tanah yang sudah ada
peruntukanya dan umumnya sudah ada pemiliknya, baik perseorangan maupun badan-badan
tertentu (Jayadinata, 1999). Lahan merupakan suatu ruang lingkup di permukaan bumi yang
secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk lahan tertentu (Noor, 2006, hal. 98).
Suatu lahan biasanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan aktivitas manusia
mulai dari pertanian, peternakan, perikanan, pembangunan infrastruktur dan sebagainya. Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan suatu tempat dengan
admnistrasi tertentu yang dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai aktivitasnya demi
keberlangsungan hidupnya. Proses alih fungsi lahan sudah dipandang sebagai pemandangan
yang biasa di dalam kehidupan kita sehari-hari. Aktivitas penggunaan lahan adalah bentuk
fisik dari aktivitas sosial-ekonomi masyarakat di suatu wilayah (Rustiadi, 2001). Penggunaan
lahan sering kali didasarkan pada jenis tanah, lokasi, dan faktor ekonomi tertentu.

2.2 Sengketa Lahan Sebagai Penyebab Konflik di Masyarakat


Kasus pertanahan terdiri dari masalah pertanahan dan sengketa pertanahan. Masalah
pertanahan adalah lebih bersifat teknis yang penyelesaiannya cukup melalui petunjuk teknis
kepada aparat pelaksana berdasarkan kebijaksanaan maupun peraturanperaturan yang
berlaku, sedangkan sengketa pertanahan adalah perselisihan yang terjadi antara dua pihak
atau lebih karena merasa diganggu hak dan penguasaan tanahnya yang diselesaikan melalui
musyawarah atau pengadilan. Sebuah konflik akan berkembang menjadi sengketa bilamana
pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas atau keprihatinanya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sengketa merupakan kelanjutan dari konflik, atau sebuah
konflik akan berubah menjadi sengketa apabila tidak dapat diselesaikan (Sembiring, 2009).

2.3 Upaya Penyelesaian Sengketa Lahan Pertanian


Dalam masalah sengketa lahan yang terjadi di Sumatera antara perusahaan dengan
masyarakat setempat ada beberapa upaya yang dapat ditempuh diantaranya sebagai berikut
(Wahyono, 2003):
a) Mengenai kepemilikan lahan harus diselesaikan secara hukum atau musyawarah.
b) Adanya persuasif dari pemerintah dan investor, bahwa terjaminya kelangsungan
perusahaan sangat penting untuk menghasilkan pendapatan negara dalam rangka
menunjang pembangunan berbagai bidang.

9
c) Pemberian kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk terlibat dalam
manajemen perusahaan secara proporsional.
d) Pemberian usul kepada pemerintah (pengambil keputusan) agar negaralah yang
memberikan jaminan keamanan baik pada masyarakat maupun perusahaan.
e) Perbaikan komunikasi, khususnya dari pejabat kepada masyarakat sehingga tidak
terjadi salah paham.
f) Perbaikan sistem atau tatanan yang menjamin keadilan bagi semua pihak.
g) Kepastian hukum mengenai kepemilikan lahan.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Kasus


Pada Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo terjadi konflik sosial yang dilator
belakangi oleh adanya pembangunan bandara baru di Kulon Progo, yang berakibat pada
terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Desa Palihan dan Desa Glagah adalah desa yang
terkena dampak pembangunan bandara ini. Pembangunan bandara ini ditolak oleh
masyarakat yang tidak setuju dengan pembangunan tersebut dengan beranggapan bahwa
pembangunan bandara ini hanya akan dinikmati oleh segelintir orang saja, yaitu mereka yang
mempunyai modal. Sementara masyarakat yang berprofesi petani akan kehilangan lahan
mereka.
Di sisi lain saat ada masyarakat yang menolak pembangunan bandara tersebut, ada
pula masyarakat yang menerima pembangunan bandara. Masyarakat yang menolak
pembangunan sebagian besar tidak memiliki lahan dan untuk masyarakat yang mendukung
pembangunan adalah masyarakat yang memiliki tanah yang tidak begitu luas dengan
menuntut beberapa syarat. Hal tersebut mengakibatkan pertentangan atau konflik sosial
dalam masyarakat yaitu konflik horizontal. Terdapat beberapa alasan dibangunnya bandara di
Kabupaten Kulon Progo diantaranya yaitu:
 Kapasitas terminal Bandara Adisutjipto tidak mampu lagi menampung pesawat yang
take off and landing. Adapun daya tampung Bandara Adisutjipto adalah 1,2 s.d 1,5
juta, sedangkan jumlah per 2014 sudah mencapai 6,2 juta penampung.
 Kapasitas area parkir pesawat (apron) hanya menampung 7+1(apron baru).
 Kapasitas landas pacu tidak mampu menampung pesawat berbadan lebar.
 Bandara Adisutjipto merupakan civil enclave milik TNI AU.
 Perlu adanya bandara baru yang representatif agar mampu memenuhi kebutuhan
penumpang dan mampu mendorong pertumbuhan wilayah sekitar.
 Pengembangan di bandara lama, Adisutjipto tidak mungkin dilakukan lagi mengingat
lahan yang terbatas.

Hal yang melatar belakangi munculnya konflik lahan dalam pembangunan bandara ini
adalah:

 Perbedaan kepentingan antara pemerintah dengan masyarakat;


 Perbedaan pendirian dan prinsip;

9
 Perbedaan sikap persepsi antar masyarakat;
 Terjadinya alih fungsi lahan pertanian;
 Kekeliruan pendataan tanah yang dilakukan oleh BPN Kulon Progo;
 Lahan pertanian yang dijadikan bandara adalah lahan produktif yang setiap tahunnya
menghasilkan berbagai macam tanaman buah-buahan dan palawija;
 Ganti rugi lahan masyarakat belum diketahui secara jelas; dan
 Perbedaan sikap serta preskpektif masyarakat pro dan kontra dalam menyikapi dan
melihat pembangunan bandara.

Bentuk konflik yang terjadi dalam pembangunan bandara ini yaitu konflik kepentingan
dan konflik antar kelas sosial. kemudian terdapat dampak yang ditimbulkan dari konflik
dalam pembangunan bandara yaitu tidak harmonisnya hubungan antara warga, lunturnya
budaya gotong royong, dan Mrningkatnya rasa solidaritas In-Group kelompok.

Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kulon Progo dalam menangani konflik atau
masalah mengenai pembangunan bandara yang menimbulkan pro dan kontra, khususnya
dalam mengahadapi masyarakat yang kontra. Pemerintah melakukan upaya-upaya dengan
cara persuasif dan pendekatan secara inklusif kepada mereka yang menolak pembangun
bandara ini. Selain itu juga pemerintah atau tokoh masyarakat memberikan penjelasan berupa
sosialisasi mengenai pembangunan bandara itu. Sosialisasi ini dilakukan guna memberikan
dampak positif dan dampak negatif pembangunan bandara tersebut. Selain itu juga
pemerintah dan instansi terkait dalam hal ini PT Angkasa Pura I memberikan jaminan berupa
lapangan pekerjaan dan juga ganti rugi lahan bagi yang berhak.

9
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya adalah Permasalahan
Pembangunan Bandara di Kabupaten Kulon Progo terjadi karena kebutuhan bandara baru di
daerah DIY yang mendesak. Namun dalam mempersiapkan lahan pembangunannya tidak
tepat dikarenakan Kekeliruan pendataan tanah yang dilakukan oleh BPN Kulon Progo. Yang
mana lahan tersebut merupakan lahan pertanian yang masih produktif sehingga menimbulkan
konflik vertikal dan juga konflik horizontal diantara masyarakat yang tinggal di Desa Palihan
dan Desa Glagah. Pembangunan bandara tersebut didukung oleh masyarakat yang memiliki
tanah namun tidak begitu luas, dan ditolak oleh masyarakat yang sebagian besar tidak
memilliki tanah. Permasalahan ini diakibatkan karena kurangnya komunikasi antara
masyarakat dan pemangku kepentingan terkait pembangunan Bandara dan ganti rugi
sehingga dapat menimbulkan konflik antar masyarakat dan masyarakat serta masyarakat dan
pemangku kepentingan.

4.2 Lesson learned


Jadi pelajaran yang dapat kita ambil dari permasalahan pembangunan bandara di
Kabupaten Kulon Progo adalah pemerintah atau instansi terkait yang melaksanakan
pembangunan harus mempertimbangkan matang-matang terkait pemilihan lokasi
perencanaan berdasarkan AMDAL dan dampak sosial yang ditimbulkan nantinya. Dan dalam
melaksanakan suatu pembangunan yang berdampak bagi masyarakat harus melibatkan
masyarakat tersebut, mulai dari awal akan diadakannya rencana pembangunan hingga selesai
agar tidak terjadi konflik seperti pembangunan bandara di Kabupaten Kulon Progo.

9
Daftar Pustaka

Dean G Pruitt, J. Z. (2011). Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Jayadinata, J. T. (1999). Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Perdesaan Perkotaan dan
Wilayah . Bandung: ITB.
Noor, D. (2006). Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahman, S. https://www.academia.edu/9957221/Permasalahan_Pembangunan_Perkotaan. 25
Maret 2020 (14:22)
Rustiadi, E. (2001). Alih Fungsi Lahan dalam Prespektif Lingkungan Perdesaan . Bogor:
IPB.
Sembiring, J. (2009). Konflik Tanah di Indonesia. No. 3 Vol. 16 , hal. 341.
Sopanudin, A. 2016. Konflik Lahan Pertanian Dalam Pembangunan Bandara Internasional Di
Kulon Progo. Jurnal Skripsi. Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta.
Wahyono, T. (2003). Konflik Penguasaan Lahan pada Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatra.
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit , 11 (1): 47-59.

Anda mungkin juga menyukai